Strategi Pemasaran dan Prosedur Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo - Test Repository

ST PEMB TRATEG BIAYAA

MAD SAID

  MUHAM NI RUSAN D II ULTAS EKO TITUT AGA ASARAN HARAB BANG S GAS AK

Oleh:

  IM: 201-12-

JUR FAKU

II PERBAN ONOMI DA AMA ISLAM

  

SALATIGA

N DAN P BAH DI B SELO KHIR D ASYROFI -002 NKAN SYAR AN BISNIS M NEGERI A PROSEDU BMT TUM

  I RIAH

  ISLAM I (IAIN) UR MANG

STRATEGI PEMASARAN DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT TUMANG CABANG SELO TUGAS AKHIR

  Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi D III Perbankan Syariah

      Oleh:

  MUHAMMAD SAID ASYROFI NIM: 201-12-002 JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  MOTTO “Bahagia itu adalah mereka yang bangga menjadi dirinya sendiri, tanpa mengkuatirkan apa yang dipikirkan orang lain pada dirinya”.

  “Tiada daya dan upaya kecuali hanya dengan izin Allah swt, manusia yang berencana dan Allah yang menentukan”.

  Tidaklah sulit orang yang menginginkan sesuatu hal, jika dalam usahanya Tersebut Ia menyertakan Allah (Al-Hikam).

  PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada: Ibu dan bapakku yang telah berjuang

  Baik lahir maupun batin demi anak-anaknya.

  Para guruku sejak lahir sampai sekarang ini, yang mengajarkanku apa yang belum saya ketahui. Teman dan sahabatku yang senantiasa memberiku motivasi dan membantuku untuk menyelesaikan Tugas

  Akhir ini. Dan semua pihak yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu yang telah turut andil dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Strategi Pemasaran dan Prosedur Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo” dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada beliau Nabi Agung junjungan kita, Muhammad SAW yang selalu kita nantikan di dunia dan di akhirat kelak.

  Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Studi Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis melibatkan banyak pihak yang membantu dan memberikan bimbingan serta memotivasi yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M,Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam IAIN Salatiga 3. Bapak Ahmad Mifdlol M, Lc, M.SI selaku Ketua Program Studi D III Perbankan Syariah yang telah member dukungan dan motivasi.

  4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag, MA, selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

  5. Bapak dan ibu dosen Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat membantu dalam Tugas Akhir ini.

  6. Pimpinan/Manajer beserta seluruh jajaran staf dan karyawan BMT Tumang Cabang Selo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  7. Bapak dan ibu, keluarga, serta saudara-saudara yang telah memberikan motivasi dan dukungan materil maupun spiritual.

  8. Teman-teman D III Perbankan Syariah angkatan 2012 dan sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

  9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung dan membangun demi lebih baiknya laporan ini sehingga menjadi lebih sempurna. Akhirnya penulis memohon maaf atas keterbatasan penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengalaman serta pengetahuan bagi pembaca.

  Salatiga, 13 Agustus 2015 Penulis

  

ABSTRAK

  Muhammad Said Asyrofi, 2015. Strategi Pemasaran dan Prosedur

  Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo. Jurusan

  D III Perbanan Syariah (PS) Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Nafis Irkhami, M,Ag. M.A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran pembiayaan mudharabah dan prosedur pendaftaran calon anggota pada

  BMT Tumang cabang Selo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data-data yang telah terkumpul.Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui strategi pemasaran yang digunakan khususnya dalam mempromosikan produk pembiayaan mudharabah.

  Strategi pemasaran BMT Tumang cabang selo adalah dengan cara menentukan dahulu pasar sasaran yang ingin dituju, dibutuhkan pemasar yang handal dan melakukan promosi dari pintu ke pintu, melalui majlis, media online, melalui iklan dan pendekatan dengan tokoh masyarakat. Prosedur pembiayaan BMT Tumang cabang Selo dan cabang-cabang lain harus sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) pembiayaan

  mudharabah.

  

Kata kunci: Strategi Pemasaran, Pembiayaan Mudharabah, BMT

Tumang

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR ..................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v MOTTO .............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5 D. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 6 E. Metode Penelitian ............................................................................. 8 F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 11 A. Pandangan Umum Tentang Strategi Pemasaran ............................... 11 1. Pengertian Pemasaran ................................................................. 12

  2. Tujuan Pemasaran ....................................................................... 12 3.

  Konsep-konsep Pemasaran ......................................................... 13 B. Pembiayaan ....................................................................................... 15 1.

  Pengertian Pembiayaan ............................................................... 15 2. Macam-macam Pembiayaan ....................................................... 17 C. Mudharabah ...................................................................................... 20 a.

  Pengertian Mudharabah .............................................................. 20 b.

  Rukun Mudharabah .................................................................... 22 c. Manfaat Mudharabah ................................................................. 22 d.

  Resiko Mudharabah .................................................................... 23 e. Berakhirnya Usaha Mudharabah ................................................ 25

  BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN ...................................................... 26 A. Gambaran Umum .............................................................................. 26 1. Dasar Pemikiran dan Sejarah Perkembangan BMT Tumang ..... 26 2. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Cabang Selo ......................... 28 3. Visi Misi BMT Tumang Cabang Selo ........................................ 29 4. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas BMT Tumang Cabang Selo .............................................................................................. 29 5. Lokasi BMT Tumang dan Wilayah Kerja BMT Tumang ........... 33 6. Keunggulan BMT Tumang ......................................................... 35 7. Produk-produk di BMT Tumang Cabang Selo ........................... 35 B. Data-data Deskrptif ........................................................................... 45 1. Teknik Yang Dijalankan Untuk Mensosialkan Produk-Produk

  Pada Pendirian BMT Selo ........................................................... 45 2. Perkembangan Organisasi BMT Tumang Cabang Selo ............. 47

  BAB IV ANALISIS ............................................................................................ 48 A. Strategi Pemasaran Pembiayaan mudharabah .................................. 48 1. Pasar Sasaran yang tepat ............................................................. 48 2. Pemasar dan Prospek................................................................... 48 3. Strategi Promosi .......................................................................... 49 B. Prosedur Pembiayaan Mudharabah BMT Tumang Cabang Selo .... 51 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 54 A. Kesimpulan ....................................................................................... 54 B. Saran-saran ........................................................................................ 55 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

Daftar Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Selo Tahun 2015

   ........... 29

  

Daftar Tabel

Tabel  1.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................................  7

Tabel 3.1 Nisbah bagi hasil simpanan mudharabah berjangka

   ............................... 36

Tabel 3.2 Ilustrasi Penerimaan Bagi Hasil SiMudaMapan

   ....................................... 39  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pengertian

  perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (pasal 1 angka 1). Sedangkan yang dimaksud bank ialah berupa badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (pasal 1 angka 2). Namun ditinjau dari sudut pandang hukum, ruang lingkup pengertian perbankan itu masih bersifat umum sehingga belum sampai pada kesimpulan apakah jenis kegiatan usaha yang di lakukan di lembaga perbankan tersebut halal atau haram.Karena itu tidak menjamin kehalalan kegiatan usaha perbankan, maka dalam operasionalnya harus menggunakan prinsip-prinsip syariah.

  Dengan demikian lembaga perbankan yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah maka dapat dikatakan sebagai perbankan syariah (Susanto, 2008: 17).

  Bank yang beroperasi tanpa bunga dengan sistem bagi hasil sesuai syariah yaitu disebut Bank Syariah. Bank Syariah baru diakui berdirinya pada tahun 1992 menyusul diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992. Sampai dengan tahun 1998 baru berdiri satu bank umum syariah, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia, dan 77 Bank Perkreditan Syariah. Jumlah bank syariah yang masih sangat terbatas ini, menunjukkan posisi yang belum menentukan, baik dalam ikut membangun perekonomian nasional, maupun dalam terjadinya krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 hingga sekarang. Patut dicermati bahwa selama perjalanannya krisis ekonomi ini, Bank Muamalat Indonesia tetap sehat, demikian juga sebanyak 30 persen dari bank perkreditan rakyat syariah dinilai sehat. Realita ini jelas mengundang pertanyaan, sejauh mana relevansi bank syariah dengan upaya bangsa Indonesia untuk memulihkan dan membangun kembali perekonomiannya (Tanjung, 2007:213).

  Pembentukan Bank Syariah semula diragukan. Banyak pihak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tak mungkin dan tak lazim. Kedua, adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya. Tetapi lain pihak, Bank Syariah adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam.

  Dibentuknya bank syariah dengan tujuan supaya mampu mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha lain yang mengandung unsur gharar (tipuan). Jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. Aktivitas bank Islam diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank dari gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri.

  Pada tahun 1990-an Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian tentang pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Hasil diskusi oleh beberapa kalangan, di antaranya ICMI dan para ulama yang tergabung dengan Majlis Ulama Indonesia (MUI) menghendaki adanya lembaga keuangan syariah yang bebas dari unsur salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wa Tamwil). Karena

  riba,

  keterbatasan jangkauan dari bank terhadap usaha lapisan usaha bawah, banyak rentenir yang meminjamkan uangnya kepada pelaku usaha kecil dengan usaha yang tinggi. Hal ini sangat jelas menzholimi orang-orang yang lemah secara ekonomi. Kehadiran BMT adalah untuk menghilangkan para rentenir yang sangat jelas menjerat kalangan usaha kecil dan menengah dengan jeratan hutang yang berbunga tinggi. Ketika Indonesia mengalami masa-masa sulit selama krisis ekonomi dan moneter, BMT banyak berperan hingga ke lapisan bawah. Dengan kata lain, BMT sering melakukan pendekatan dan bantuan kepada kalangan usaha kecil dan menengah untuk mendorong kemajuan usaha mereka.

  BMT dengan sistem bagi hasil dirancang dengan prinsip syari’ah untuk terbinanya suatu kebersamaan dan keadilan dalam menanggung resiko usaha dan bagi hasil usaha antara pihak bank (shahibul mal). BMT juga memberikan bagi hasil kepada nasabah penabung (mudhaharib) yang berasal dari bagi hasil yang diberikan oleh peminjam dana atau orang yang mengadakan pembiayaan. Bagi hasil ini dilakukan sebagai wujud bahwa umat Islam menjauhi sistem bunga bank, karena bunga bank itu merupakan dari. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran di bawah ini:

  َك ِل َٰذ ۚ ﱢسَمْلٱ َنِم ُنَٰطْيﱠشلٱ ُهُطﱠبَخَتَي ىِذﱠلٱ ُموُقَي اَمَك ﱠلاِإ َنوُموُقَي َلا ۟ا ٰوَبﱢرلٱ َنوُلُكْأَي َنيِذﱠلٱ ۚ ۟ا ٰوَبﱢرلٱ َمﱠرَحَو َعْيَبْلٱ ُ ﱠ ٱ ﱠلَحَأَو ۗ ۟ا ٰوَبﱢرلٱ ُلْثِم ُعْيَبْلٱ اَمﱠنِإ ۟آوُلاَق ْمُھﱠنَأِب

  Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

  Untuk mengantisipasi agar umat Islam tidak memakan riba, kemudian muncullah sistem bagi hasil. Pada sistem bagi hasil, tidak ada ketertindasan salah satu pihak dalam kegiatan perbaikan karena adanya suatu feed back yang saling menguntungkan antara ketiganya yaitu BMT (Shahibul Maal), penabung (Mudharib) dan nasabah yang meminjam dana kepad Shahibul Maal. Oleh karena itu BMT Tumang Cabang Selo menggunakan bagi hasil dalam keuntungan yang diperoleh sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak dan dinyatakan dalam persentase tertentu yang dituangkan dalam perjanjian.

  Keberadaan BMT Tumang Cabang Selo sebagai salah satu lembaga keuangan yang diharapkan bisa menjadi mitra usaha bagi usaha kecil yang pada umumnya memiliki keterampilan tehnik tetapi lemah dalam permodalan. Landasan pengelolaan BMT yang bersifat dengan sistem bagi hasil diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan keuntungan bagi kedua belah pihak.

  Dari uraian diatas maka masalah ini menarik untuk diteliti tentang penawaran produk-produk BMT Tumang Cabang Selo serta bagaimana perasionalnya, terutama tentang realisasi bagi hasil dengan menganalisa kegiatan yang dilakukan selama ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul yang penulis ambil adalah “Strategi Pemasaran dan Prosedur Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diterangkan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas pada tugas akhir sebagai berikut:

  1. Stategi apa yang digunakan BMT Tumang Cabang Selo dalam memasarkan produk pembiayaan Mudharabah?

2. Bagaimana prosedur pendaftaran calon anggota pembiayaan

  Mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

  Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a.

  Untuk mengetahui strategi yang diterapkan BMT Tumang Cabang Selo dalam memasarkan produk pembiayaan mudharabah.

  b.

  Untuk mengetahui prosedur pendaftaran calon anggota pembiayaan mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo.

2. Kegunaan

  Kegunaan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a.

  Bagi Penulis Untuk memperluas wawasan dan memahami sejauh mana Pemasaran Pembiayaan mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo.

  b.

  Bagi IAIN Salatiga Sebagai tambahan referensi dan informasi bagi akademik IAIN Salatiga khususnya bagi mahasiswa yang menyusun Tugas Akhir.

  c.

  Bagi BMT Tumang Cabang Selo Penulisan tugas akhir ini dapat memberikan masukan pemikiran dalam mengembangkan kegiatan BMT Tumang Cabang Selo di masa mendatang.

D. Penelitian Terdahulu

  Terkait tugas akhir yang akan diteliti oleh penulis, ada beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun pembeda bagi penelitian ini, berikut ini adalah hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

  Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

  No .

  Nama Penulis/Tahun/Judul

  Hasil Penelitian

  1. Russely Inti Dwi Permata, Fransisca Yaningwati dan Zahroh Z.A/Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On Equity) (Studi pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009- 2012). pembiayaan mudharabah memberikan pengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat ROE, sedangkan pembiayaan musyarakah memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat ROE secara parsial.Secara simultan, pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat ROE.Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil yang paling dominan mempengaruhi tingkat ROE

  2. Fatimah Dan Elisabeth Yansye Mathekohy/2013/Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Murabahah Pada Bank X Syariah Cabang Tangerang Selatan.

  Strategi pemasaran produk pembiayaan murabahah yang paling tepat sehingga mampu memenangi persaingan adalah strategi pertumbuhan atau growth strategy. Strategi ini dipilih karena hasil perhitungan pada kuadran 1 dimana total weighed score kekuatan- kelemahan sebesar 3,31. Posisi pada kuadran ini sangat menguntungkan dan dapat dipasarkan secara maksimal dengan menerapkan kebijakan bauran pemasaran seperti kebijakan produk, kebijakan harga, kebijakan tempat dan kebijakan promosi yang mendukung pertumbuhan yang agresif dari produk pembiayaan murabahah.

  3. Atieq Amjadallah Alfie Khanifah/2007/Analisis Kepatuhan Pembiayaan Mudharabah Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Psak

  Secara umum pernyataan mudharabah di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59 sudah sesuai dengan syariah dari segi ilmu Fiqh Syafi’iyah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist Nabi No.59) Terhadap Aspek Muhammad SAW, tetapi ada yang Syariah Ilmu Fiqih belum sesuai syariah dari segi ilmu Syafi’iyah. Fiqh Syafi’iyah yaitu Paragraf no. 14 point b pada PSAK No. 59 disebutkan bahwa pembiayaan mudharabah diberikan secara bertahap, sedangkan menurut ilmu Fiqh Syari’iyah pembiayaan mudharabah harus diberikan secara tunai dan tidak boleh diberikan secara bertahap/ kredit.

  4. Aulia Nisa/2010/ Sistem meskipun perkembangan pembiayaan bagi hasil pembiayaan semakin tinggi banyak

  mudharabah

  mudharabah di BMT nasabah yang memilih produk Sumber Usaha Tengaran mudharabah, namun sistem bagi hasil Kab.Semarang yang diterapkan di Bank belum sesuai dengan syari’ah Islam dikarenakan secara tidak sadar pihak nasabah terdzolimi. Lebih baik pihak Bank harus memperbaiki perhitungan bagi hasil yang sesuai dengan syari’ah Islam agar tidak ada pihak yang terdzolimi.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Data

  Jenis data yang digunakan penulis untuk menyusun laporan ini ada 2 yaitu: a.

  Data Primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

  Data primer perorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya.

  b.

  Data Sekunder (Secondary Data) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (Supranto, 2003:20).

2. Metode Pengumpulan Data a.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186).

  Wawancara dilakukan penulis dengan marketing finance di BMT Tumang Cabang Selo pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 14.30 WIB.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai sesuatu yang berupa catatan. Metode ini peneliti gunakan untuk mencari tambahan data yang kongrit tentang yang sedang diteliti yang diperoleh dari catatan sebuah dokumen. Dalam sebuah penelitian dokumen menjadi penting karena melalui dokumen penelitian dapat menimba ilmu pengetahuan bila dianalisis dengan cermat.

  c.

  Deskriptif Dalam penulisan laporan penelitian, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini di sebabkan oleh adanya penerapan metode.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dan penelaahan terhadap tugas akhir ini, maka penulis membuat sistematika sebagai berikut:

  Bab I Terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Berisi landasan teori yang membahas tentang telaah pustaka dan kerangka teoristik yang berisi tentang pandangan umum strategi pemasaran, pembiayaan dan pembiayaan mudharabah.

  Bab III Berisi laporan objek penelitian, gambaran umum mengenai objek penulisan tugas akhir di antaranya mengenai sejarah berdirinya BMT Tumang Cabang Selo, visi misi, struktur organisasi, lokasi dan wilayah kerja BMT Tumang, keunggulan BMT Tumang dan produk- produk di BMT Tumang Cabang Selo. Sedangkan data-data deskriptif berisi tehnik yang dijalankan untuk mensosialkan produk-produk dan perkembangan BMT.

  Bab IV Berisi tentang hasil penelitian dan analisa data yang meliputi strategi pemasaran pembiayaan mudharabah dan sistem pembiayaan

  mudharabah di BMT Tumang Cabang Selo.

  Bab V Berisi tentang informasi hasil penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pandangan Umum Tentang Strategi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi

  perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.” Strategi pemasaran tidak hanya diperuntukkan bagi usaha berskala besar saja. Usaha kecil juga membutuhkan strategi pemasaran untuk mengembangkan usahanya, karena sering kali pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat (Hermawan, 2012:33).

  Tujuan kegiatan pemasaran bukanlah sederhana dan sepihak untuk kepuasan konsumen saja, tetapi juga demi kepentingan perusahaan.

  Konsumen yang puas karena kebutuhannya terpenuhi akan menjadi pelanggan yang menguntungkan bagi perusahaan. Dengan kata lain, tujuan perusahaan hanya akan tercapai melalui pencapaian tujuan konsumen terlebih dahulu. Pemasaran juga bukan monopoli kegiatan bisnis yang mendasarkan pada keuntungan saja. Individual atau organisasi non profit pun perlu melakukan kegiatan pemasaran untuk mencapai tujuannya (Endraswati, 2013:39).

  Pentingnya pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa.

  Pemasaran menjadi semakin penting dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat. Pemasaran juga dapat dilakukan dalam rangka menghadapi pesaing yang dari waktu kewaktu semakin meningkat. Para pesaing justru semakin gencar melakukan usaha pemasaran dalam rangka memasarkan produknya (Kasmir, 2005:59).

  1. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari

  tangan produsen ke tangan konsumen. Atau dapat dikatakan pula bahwa pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen (Mursid, 1997:26).

   Sedangkan arti pemasaran menurut Kotler (2000:7), adalah suatu

  proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

  2. Tujuan Pemasaran Kegiatan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan memiliki

  beberapa tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek biasanya untuk merebut konsumen terutama untuk produk yang baru diluncurkan. Sedangkan dalam jangka panjang dilakukan untuk mempertahankan produk-produk yang sudah ada agar tetap eksis. Begitu pula dengan pemasaran bank merupakan usaha untuk mendapat perhatian, untuk dimiliki, digunakan dan dikonsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dalam bentuk produk simpanan (giro, tabungan dan deposito), pinjaman (kredit), dan jasa-jasa lainnya.

  Secara umum tujuan pemasaran bank adalah untuk : a.

  Memaksimalkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang.

  b.

  Memaksimalkan kepuasan konsumen melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah.

  c.

  Memaksimalkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.

  d.

  Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien (Kasmir, 2003 : 170 – 171).

3. Konsep-konsep Pemasaran

  Dalam pemasaran, terdapat beberapa konsep dasar yang melandasi kegiatan-kegiatan pemasaran suatu lembaga keuangan pada umumnya.

  Menurut kotler (1997:9), konsep-konsep itu terdiri dari: a.

  Konsep Produksi

  Menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan mereka. Konsep ini merupakan konsep paling tua.

  b.

  Konsep Produk Konsep produk ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang akan menawarkan mutu dan kinerja terbaik. Konsep produk ini menimbulkan “Miopia Pemasaran” dimana pemasaran hanya menfokuskan perhatiannya pada produk tidak pada kebutuhan dan keinginginan pasar.

  c.

  Konsep Penjualan Menurut konsep ini jika konsumen dibiarkan saja, maka konsumen tidak akan membeli produk perusahaan dalam jumlah yang cukup.

  Perusahaan akan melakukan kegiatan penjualan dan promosi yang agresif.

  d.

  Konsep Pemasaran Konsep ini merupakan konsep yang menentang konsep-konsep sebelumnya. Menurut konsep ini, kunci untuk mencapai tujuan pasar adalah dengan menentukan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara efektif dan efisien dari pada perusahaan lain.

B. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

   Menurut UU No. 10 Tahun 1998 pengertian pembiayaan adalah

  penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Muhammad, 2001:10).

   Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang

  atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

  Dalam pengertian lain, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil (Sudarsono, 2004:107).

  Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang maksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT juga menganut asas syari’ah, yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan liquiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.

  Supaya dapat memaksimalkan pengelolaan dana, maka manajemen BMT harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yakni: aman, lancar dan menguntungkan.

  a.

  Aman Aman dalam hal ini adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan kondisi tersebut, sebelum dilakukan pencairan pembiayaan, BMT terlebih dahulu harus melakukan survey usaha untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak. Dilarang memberikan pembiayaan hanya faktor kasihan, BMT harus betul-betul jeli dalam melihat usaha yang diajukan.

  b.

  Lancar Lancar yaitu keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat. Semakin cepat dan lancar perputaran dananya, maka pengembangan BMT akan semakin baik. Untuk itu BMT harus membidik segmen pasar yang putarannya harian atau mingguan harus berimbang dan akan lebih baik jika hariannya lebih banyak.

  c.

  Menguntungkan Menguntungkan dalam hal ini adalah perhitungan dan proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal dapat diminimalisasi. Kepastian pendapatan ini memiliki pengaruh yang besar bagi kelangsungan BMT, karena para deposan akan secara langsung merasakan dampaknya. Semakin besar pendapatan BMT, akan semakin besar pula bagi hasil yang akan diterima oleh anggota penabung dan sebaliknya. Besar kecilnya bagi hasil tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh bagi hasil BMT yang diterima daari nasabah peminjam. Oleh karena itu, hubungan timbal balik ini harus dipelihara supaya tidak saling merugikan (Ridwan, 2004:163).

2. Macam-macam Pembiayaan

  Menurut Sudarso (2003:47), macam-macam pembiayaan dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu sebagai berikut: a.

  Berdasarkan Prinsip Jual Beli

  1) Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal

  dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di-mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus-profit.

  2) Ba’i as-salam Ba’i as-salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-

  sifatnya, yang dalam pengertian itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesananyang barang pesanan tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan, dan akad tersebut mempergunakan salah satu dari dua lafal.

  3) Ba’i al-istisna

  Ba’i al-istisna

  adalah merupakan suatu jenis khusus dari Ba’i as- salam. Biasanya jenis ini digunakan dalam bidang manufaktur.

  Produk ishtisna menyerupai produk salam, namun dalam ishtisna pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

  b.

  Berdasarkan Prinsip Sewa Al ijarah berasal dari kata ajru yang berarti al ‘iwadhu (ganti).

  Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa,

  melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam kontek bank syari’ah

  ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga

  keuangan menyewakan peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya. c.

  Berdasarkan prinsip bagi hasil 1)

  Musyarakah

  Musyarakah adalah kerjasama antara keduabelah pihak atau

  lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu Musyarakah pemilikan dan Musyarakah akad. pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau

  Musyarakah

  kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan Musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal Musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. 2)

  Mudharabah

  Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

  dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya pengelola.

  d.

  Berdasarkan Prinsip-prinsip Pembiayaan Mudharabah Prinsip pembiayaan didasarkan pada prinsip 5C (Muhammad, 2002:261) yaitu : 1)

  Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman.

  2) Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil.

3) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.

  4) Colateral, artinya jaminan yangtelah dimiliki yang diberikan

  peminjam kepada bank.

  5) Condition, artinya keadaan usaha nasabah yang prospek atau

  tidak. Prinsip 5C tersebut biasanya ditambahkan dengan 1C, yaitu

  constrainty, artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha.

C. Mudharabah a. Pengertian Mudharabah

  Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua buah pihak dimana (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana (PSAK 105 paragraf 04).

  Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim

  sejak jaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW. berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah dengan Khatijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik Mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Alqur’an, Sunnah maupun Ijma’ (Karim, 2010:204).

  Pengertian Mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan tidak disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.

  Bank dapat bertindak sebagai pemilik dan maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima dapat dibedakan menjadi dua hal: 1)

  Mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat), yaitu kontrak kerjasama mudharabah yang membebaskan kepada pengelola dan dalam pengelolaan investasinya. Pelaporannya disajikan dalam neraca sebagai investasi terikat.

  2) Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu kontrak kerjasama

  mudharabah yang memberikan batasan kepada pengelola dana

  dalam mengelola investasi. Pelaporan atas mudharabah muqayyadah disajikan tersendiri dalam pelaporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah (PSAK 105 paragraf 105).

  Pembiayaan mudharabah dapat dijalankan jika anggota atau nasabah dapat membuat laporan keuangan usaha. Laporan ini sebaiknya secara tertulis dan disertai bukti-bukti transaksi yang memadai. Meskipun laporan dengan tanpa tulisan (pengakuan) dapat dipakai sebagai dasar, namun sangat sulit dilakukan pengujian kebenarannya. Oleh karenanya, BMT dapat melakukan pendampingan administrasi usaha, sehingga anggota patner

  mudharabah dapat melaporkan hasil usahanya secara benar (Ridwan, 2004:170).

b. Rukun Mudharabah

  Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya

  mempunyai tiga rukun: 1.

  Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib).

2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan 3.

  Pelafalan perjanjian.

c. Manfaat Mudharabah

  Bank akan menikmati perniagaan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah (Antonio, 2001:98).

  Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar- benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

  Prinsip bagi hasil mudharabah ini akan berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

d. Resiko Mudharabah Dalam mudharabah yang dibagihasilkan adalah pendapatan.

  Pendapatan terkecil adalah nol, maka di makudkan kerugian dalam

  mudharabah adalah ketidakmampuan nasabah dalam membayar cicilan

  pokok snilai pembiayaan yang telah diterimanya atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya (Muhammad, 2004:74).

  Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

  a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan b) pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian (PSAK 105 paragraf 21). Pengakuan laba rugi mudharabah diatur dalam PSAK 59 paragraf 23 sampai 28, sebagai berikut:

  1. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan, maka: a.

  Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati, b.

  Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.

  2. Pengakuan laba dan rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterika oleh bank.

  3. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitubbagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing).

  4. Rugi pembayaran mudharabah yang diakibatkan penghentian

  mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.

  5. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana.

  6. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagain piutang jatuh tempo kepada pengelola dana (Nabhan, 2008:57).

e. Berakhirnya Usaha Mudharabah

  Mudharabah termasuk akad kerjasama yang diperbolehkan.Usaha

  berakhir dengan pembatalan dari salah satu pihak. Karena tidak ada syarat keberlasungan terus menerus dalam transaksi usaha semacam ini.

  Masing-masing pihak bisa membatalkan transaksi kapan saja dia menghendaki. Transaksi Mudharabah ini juga bisa berakhir karena gila atau meninggalnya salah satu pihak transaktor.

  Apabila telah dihentikandan harta (modal) utuh, namun tidak memiliki keuntungan maka harta tersebut diambil pemilik modal.

  Apabila terdapat keuntunganmaka keduanya membagi keuntungan tersebut sesuai dengan kesepakatan. Apabila berhenti dan harta berbentuk barang, lalu keduanya sepakat menjualnya atau membaginya maka diperbolehkan, karena hak milik kedua belah pihak. Apabila pengelola minta menjualnya sedang pemilik modal menolak dan tampak dalam usaha tersebut ada keuntungan, maka pemilik modal dipaksa menjualnya, karena hak pengelola ada pada keuntungan dan tidak tampak kecuali dengan dijual. Namun bila tampak keuntungannya maka pemilik modal tidak dipaksa.

  Tampak sekali dari sini keadilan syariat islam yang sangat memperhatikan keadaan dua belah pihak yang bertransaksi mudharabah. Sehingga seharusnya kembali memotivasi diri kita untuk belajar dan mengetahui tata aturan syariat dalam muamalah sehari-hari.

  

BAB III

LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Dasar Pemikiran dan Sejarah Perkembangan BMT Tumang Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang

  disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dengan sistem syariah di Indonesia maka terbuka luas peluang bagi berdirinya Keuangan atau Perbankan Syari’ah. Dengan lahirnya Perbankan Syari’ah diharapkan bisnis secara Islami yang menerapkan sistem bagi hasil dan menolak sistem bunga yang tidak lazim diterapan di Bank Konvensional.

  Akan tetapi lembaga keuangan perbankan biasa berada dipusat perkotaan dan bahkan hampir tidak ada lembaga perbankan yang ada di pedesaan. Sehingga putaran uang dan aktivitas ekonomi berpusat di kota. Sementara Lembaga masyarakat desa mengalami kesulitan dan hambatan untuk mengakses lembaga tersebut guna mengembangkan usahanya.

  Menyadari akan hal tersebut, beberapa tokoh masyarakat desa Tumang timbul kesadaran untuk mencoba memikirkan bentuk alternatif lain sebagai wujud peran serta dalam pengembangan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis berdirinya BMT di Tumang, Cepogo, Boyolali. Pendirian BMT tersebut didasari atas beberapa pemikiran mereka bahwa: a.

  Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan pada masa Orde Baru, ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

  b.