Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

(1)

Cabang Tanjung Balai)

SKRIPSI

Oleh :

SITI ISNAINI 040304058

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Cabang Tanjung Balai)

SKRIPSI

Oleh :

SITI ISNAINI 040304058

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

SITI ISNAINI : Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai), dibimbing oleh YUSAK MARYUNIANTA dan ISKANDARINI.

Setiap perusahaan tentunya memiliki aturan-aturan baku yang menjadi pedoman kinerja dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam pelaksanaannya, tidak semua perusahaan secara murni menjalankan aktivitasnya tersebut sesuai dengan aturan baku yang ada. Perbedaan antara pelaksanaan dan aturan baku tersebut menyebabkan adanya ketimpangan yang terjadi di lapangan. Penelitian ini membahas tentang pembiayaan mudharabah muqayyadah yang merupakan skim pembiayaan UMKM pada bank syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat ketimpangan antara aturan-aturan baku yang berlaku pada pembiayaan mudharabah muqayyadah dengan implementasinya di lapangan pada Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai pada April-Mei 2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabel komparasi antara konsep baku dan pelaksanaan pembiayaan di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN/MUI/IV/2000 (1) dan dalam implementasinya masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yaitu pada sistem bagi hasil dan jaminan (2). Prosedur pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia mudah dalam pelaksanaan dan tidak dipersulit apabila seluruh persyaratan dapat dipenuhi mudharib (3). Terdapat ketimpangan antara konsep dan implementasi disebabkan karena Bank Muamalat Indonesia masih mengacu pada aturan sistem perbankan nasional yang konvensional (4).


(4)

SITI ISNAINI : Analysis of Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Procedure Implementation at Bank of Sharia (Case Study : Mudharabah Muqayyadah Financing on Bank Muamalat Indonesia Branch Tanjung Balai), supervised by YUSAK MARYNIANTA and ISKANDARINI.

Every enterprice certainly have the basic rule which be guidelines for work in running the activity. In realization, not all enterprice purely do the activity appropriate with the basic rule. The difference of implementation and the basic rule caused there are imbalance can be done in the field of work. This research was investigate about mudharabah muqayyadah financing which as scheme of UMKM financing on bank of sharia. This research aims to c level of imbalance between basic rules in mudharabah muqayyadah financing with the implementation in field of work at Bank Muamalat Indonesia. This research was conducted in Bank Muamalat Indonesia Branch Tanjung Balai on April-Mei 2010. This research use secondary data that collected with an observation, interview, documentation and literature technic. Data was be get is analysis by use the comparations tabel between basic concep and realization in field of work.

The results show that mudharabah muqayyadah financing concep in Bank Muamalat Indonesia is guide by Fatwa Dewan Syariah Nasional NO.07/DSN/MUI/IV/2000 (1) and there are some case not appropriate in implemetation with the concep is on the profit sharing and guarantee (2). Mudharabah muqayyadah financing procedure in Bank Muamalat Indonesia is easy in implementation and not to difficulties if all of rules and regulation can be completed by mudharib (3). There is imbalance between concep and implementation caused by Bank Muamalat Indonesia is still referred to national conventional banking system (4).


(5)

Penulis dilahirkan di Pulau Tanjung, Asahan pada 15 Maret 1986 dari ayahanda Sujar bin Suroso dan ibunda Gina binti Kamso. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 menamatkan pendidikan menengah atas dari SMA Negeri 2 Kisaran, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.

Penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Purba Dolok Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun pada Juni-Juli 2007.


(6)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, yang berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus : Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai)”.

Penulis menyadari segala kelemahan dan kekurangan yang masih terdapat dalam skripsi ini. Semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik dan saran dari pembaca dapat memberikan manfaat kepada penulis.

Penulis banyak mendapat bantuan moril dan spiritual baik langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan tersebut pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan ibu Ir. Iskandarini, MM selaku ketua dan anggota komisi pembimbing.

Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada kedua orangtua terkasih, ayahanda Sujar dan Ibunda Gina yang telah memberikan dorongan dan semangat serta dukungan moril, materil dan spiritual kepada penulis, juga kepada adinda Sri Erlina dan Dedek Syafaruddin yang telah memberi semangat kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian USU, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(7)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Batasan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi UMKM ... 8

UMKM dan Perbankan Syariah ... 11

Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah ... 13

Landasan Syariah Mudharabah Muqayyadah ... 14

Syarat Mudharabah Muqayadah ... 14

Risiko Mudharabah Muqayadah ... 16

Aplikasi Mudharabah Muqayadah ... 17

Prosedur Pembiayaan ... 17

Kerangka Pemikiran... 20

Hipotesis penelitian... 21

METODE PENELITIAN Metode Penetapan Lokasi Penelitian ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data... 23

Definisi dan Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Profil Bank Muamalat Indonesia ... 25

Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ... 25

Visi dan Misi Bisnis Bank Muamalat Indonesia... 28

Strategi Bank Muamalat Indonesia ... 29

Keunggulan Bank Muamalat Indonesia ... 29

Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai ... 31


(8)

Prosedur Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah... 42

Flowchart Prosedur Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah... 45

Implementasi Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah Pada Bank Muamalat Indonesia... 48

Beberapa Ketentuan dalam Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah... 50

Analisis Data ... 52

Analisis Konsep Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bak Muamalat Indonesia ... 52

Analisis Implementasi Pembiayaan Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia ... 53

Analisis yang Berhubungan dengan Pembiayaan Mudharabah Muqayadah... 54

Tabulasi Kesesuaian Konsep dan Penerapan Pembiayaan Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia ... 59

Hasil Wawancara ... 60

KESIMPULAN DAN SRAN Kesimpulan ... 64

Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN... 68


(9)

No Hal 1. Kredit UKM menurut jenis penggunaannya 3 2. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konensional 12 3. Tabulasi kesesuaian konsep dan implementasi mudharabah


(10)

No

1. Skema pembiayaan mudharabah muqayyadah 15

2 Skema proses pembiayaan 18

3. Skema kerangka pemikiran 21

4. Struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai 33 5. Flowchart Prosedur Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah 45


(11)

SITI ISNAINI : Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai), dibimbing oleh YUSAK MARYUNIANTA dan ISKANDARINI.

Setiap perusahaan tentunya memiliki aturan-aturan baku yang menjadi pedoman kinerja dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam pelaksanaannya, tidak semua perusahaan secara murni menjalankan aktivitasnya tersebut sesuai dengan aturan baku yang ada. Perbedaan antara pelaksanaan dan aturan baku tersebut menyebabkan adanya ketimpangan yang terjadi di lapangan. Penelitian ini membahas tentang pembiayaan mudharabah muqayyadah yang merupakan skim pembiayaan UMKM pada bank syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat ketimpangan antara aturan-aturan baku yang berlaku pada pembiayaan mudharabah muqayyadah dengan implementasinya di lapangan pada Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai pada April-Mei 2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabel komparasi antara konsep baku dan pelaksanaan pembiayaan di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN/MUI/IV/2000 (1) dan dalam implementasinya masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yaitu pada sistem bagi hasil dan jaminan (2). Prosedur pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia mudah dalam pelaksanaan dan tidak dipersulit apabila seluruh persyaratan dapat dipenuhi mudharib (3). Terdapat ketimpangan antara konsep dan implementasi disebabkan karena Bank Muamalat Indonesia masih mengacu pada aturan sistem perbankan nasional yang konvensional (4).


(12)

SITI ISNAINI : Analysis of Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Procedure Implementation at Bank of Sharia (Case Study : Mudharabah Muqayyadah Financing on Bank Muamalat Indonesia Branch Tanjung Balai), supervised by YUSAK MARYNIANTA and ISKANDARINI.

Every enterprice certainly have the basic rule which be guidelines for work in running the activity. In realization, not all enterprice purely do the activity appropriate with the basic rule. The difference of implementation and the basic rule caused there are imbalance can be done in the field of work. This research was investigate about mudharabah muqayyadah financing which as scheme of UMKM financing on bank of sharia. This research aims to c level of imbalance between basic rules in mudharabah muqayyadah financing with the implementation in field of work at Bank Muamalat Indonesia. This research was conducted in Bank Muamalat Indonesia Branch Tanjung Balai on April-Mei 2010. This research use secondary data that collected with an observation, interview, documentation and literature technic. Data was be get is analysis by use the comparations tabel between basic concep and realization in field of work.

The results show that mudharabah muqayyadah financing concep in Bank Muamalat Indonesia is guide by Fatwa Dewan Syariah Nasional NO.07/DSN/MUI/IV/2000 (1) and there are some case not appropriate in implemetation with the concep is on the profit sharing and guarantee (2). Mudharabah muqayyadah financing procedure in Bank Muamalat Indonesia is easy in implementation and not to difficulties if all of rules and regulation can be completed by mudharib (3). There is imbalance between concep and implementation caused by Bank Muamalat Indonesia is still referred to national conventional banking system (4).


(13)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi yang tidak menentu di dunia mengakibatkan aktivitas moneter di banyak negara menjadi tidak stabil, termasuk Indonesia. Kegiatan ekonomi menjadi suatu hal yang sensitif, tidak terkecuali menimpa dunia perbankan di Indonesia. Bank-bank di Indonesia mengalami likuiditas keuangan yang buruk. Salah satu aplikasi nyata dari krisis ini adalah adanya peningkatan jumlah kredit macet yang melanda dunia perbankan, yang secara otomatis memakan permodalan bank-bank tersebut. Keadaan ini disebabkan oleh antara lain :

1. Melonjaknya tingkat suku bunga pinjaman yang memberatkan debitur dalam melakukan pembayaran pinjaman.

2. Resiko kredit macet di semua sektor, dimana yang mengalami pukulan paling berat adalah sektor property yang beresiko tinggi dan bersifat sangat spekulatif. 3. Negatif spread yang terjadi sebagai akibat dari kenaikan tingkat suku bunga

yang tinggi dan lama kelamaan dapat menipiskan cadangan likuiditas bank. Tingginya tingkat suku bunga tersebut juga menyebabkan berkurangnya minat masyarakat dan dunia usaha untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Hal ini terjadi pada bank-bank konvensional yang menjadikan uang sebagai komoditi perdagangan. Berbeda dengan bank syariah yang tidak menggunakan bunga dalam operasional perusahaan melainkan dengan menggunakan sistem bagi hasil.


(14)

Pemenuhan modal dapat dilakukan dengan melakukan pinjaman berupa Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM (biasa disingkat UKM) kepada lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun nonbank atau lembaga keuangan lainnya. Salah satu lembaga keuangan bank adalah bank syariah. Kredit UMKM dapat diperoleh melalui berbagai institusi yang berkaitan dengan pembiayaan di bidang usaha.

Bank syariah adalah salah satu komponen dalam penyaluran dana kepada masyarakat dalam menanggulangi kesulitan modal bagi pengusaha. Bank syariah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip-prinsip Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan (Rini, M, 2007).

Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga pada seluruh aktifitasnya sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalui bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).

Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi, kemudian dimanfaatkan atau


(15)

disalurkan ke dalam transaksi perniagaan yang tentunya diperbolehkan dalam sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha termasuk UMKM inilah yang kemudian akan dibagikan kepada nasabah. Jika hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Namun sebaliknya jika keuntungannya kecil. Jadi, konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank diinvestasikan terlebih dahulu ke dalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut disalurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.

Salah satu produk yang ditawarkan oleh bank syariah untuk menambah permodalan dalam UMKM adalah pembiayaan Mudharabah muqayyadah.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia tercatat tahun 2005 diperkirakan berjumlah 42 juta unit usaha, menyerap sekitar 79 juta pekerja, memberi kontribusi 58 % terhadap PDB nasional. Bukan hanya itu saja peran UMKM, selama krisis berlangsung, ternyata UMKM tetap survive dan menyelamatkan jutaan pekerja dari pengangguran, yang berarti menahan jatuhnya orang miskin terhadap keterpurukan yang lebih parah (Suseno, 2005).

Tabel 1. Kredit UKM Menurut Jenis Penggunaannya

Kredit 2002 2003 2004 2005 2006 2007 (Sep)

Modal Kerja 73,68 91,13 111,64 142,63 171,12 190,39 Investasi 17,36 22,76 28,46 33,05 37,15 43,25 Konsumsi 69,94 93,20 130,99 179,22 202,18 239,35 Total 160,97 207,08 271,09 354,91 410,44 472,99 Sumber : Majalah Bank dan Manajemen, Jan-Feb 2008


(16)

Adapun penerapan pelaksanaan pembiayaan tersebut adalah menyangkut prosesnya secara formil dari suatu aturan yang telah berlaku pada bank yang bersangkutan. Dari pembiayaan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang dapat dirasakan dua pihak yang menjalankan pembiayaan ini. Bank Muamalat Indonesia sebagai salah satu bank Islam tentu saja menjalankan operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Bank Muamalat Indonesia menerapkan sistem pembiayaan yang berlaku, oleh karena itu bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya harus berdasarkan ketetapan standar proses penyalurn pembiayaan UMKM Bank Muamalat Indonesia. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana konsep pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia ?

2. Bagaimana prosedur penyaluran pembiayaan mudharabah muqayyadah yang berlaku pada Bank Muamalat Indonesia ?

3. Bagaimana implementasi pembiayaan tersebut di lapangan ?

4. Apakah terdapat ketimpangan antara konsep yang dianut dengan implementasi di lapangan ?


(17)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dibuat untuk menghindari atau mencegah agar pembahasan tidak meluas. Batasan masalah tersebut meliputi objek penelitian yaitu pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai sebagai salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang berbentuk bank yang memberikan jasa keuangan dengan menggunakan prinsip-prinsip perbankan syariah. Sedangkan penelitian difokuskan untuk mengkaji penerapan pembiayaan mudharabah muqayyadah yang merupakan skim pembiayaan UMKM pada Bank Muamalat Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi konsep pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia.

2. Mengetahui prosedur penyaluran pembiayaan mudharabah muqayyadah yang berlaku pada Bank Muamalat Indonesia.

3. Mengevaluasi implementasi penyaluran pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia.

4. Mengidentifikasi tingkat ketimpangan antara konsep baku yang ada dengan implementasi di lapangan.


(18)

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai aplikasi pengetahuan dan pemahaman antara teori dengan aplikasinya.


(19)

Akhir-akhir ini banyak dibicarakan tentang pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai salah satu solusi terhadap krisis yang berkepanjangan. Pembahasan tentang pemberdayaan ekonomi rakyat tidak akan jauh dari upaya menggali peran dan melihat posisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM (sering disebut UKM saja) dalam perekonomian Indonesia. Kecenderungan negara-negara berkembang lebih banyak menerapkan pola bisnis kapitalistik dan neo-liberalisme dalam era global menjadi tantangan yang sangat berat bagi pemerintah yang memiliki komitmen pemberdayaan terhadap ekonomi rakyat (Suseno, 2005). Di Indonesia, posisi UMKM menjadi begitu penting karena dari jumlah 44 juta perusahaan, 99 % perusahaannya termasuk dalam skala bisnis usaha mikro, kecil dan menengah. Namun persoalan selalu muncul bahwa kuantitas tidak selalu menjamin kualitas. Oleh karena itu, mereposisi UMKM melalui program pemberdayaan merupakan keniscayaan (Suseno, 2005).

Namun bukan hal yang aneh bila sampai saat ini perkembangan UMKM di Indonesia seperti jalan di tempat. Beban pengusaha UMKM akhir-akhir ini malah bertambah berat karena kenaikan harga BBM, kesulitan permodalan dan pemasaran. Meskipun demikian, kepedulian terhadap perkembangan UMKM merupakan bentuk perhatian terhadap pemberdayaan golongan ekonomi lemah dan ekonomi berbasis kerakyatan. Sekaligus mengakui eksistensi mereka di tengah-tengah arus kapitalisme dan liberalisme yang begitu deras melanda dunia saat ini, termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia (Suseno, 2005).


(20)

2.1 Definisi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Definisi UMKM memang tergantung pada siapa yang membahas dan untuk apa dibicarakan. Ada yang menggunakan ukuran modal dan ada yang menggunakan jumlah tenaga kerjanya. Kalangan perbankan mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah kredit yang dipinjam. Sebagai contoh, hasil poolling di harian Waspada yang dilakukan oleh FORDA UMKM Sumut, Bitra Indonesia dan Asia Foundation, kelompok UMKM dibagi berdasarkan skala usaha (tidak termasuk tanah dan bangunan) diantaranya berkisar antara 0-25 juta, 25-100 juta, 100-200 juta,200-500 juta, 500 juta-1 milyar dan lebih dari 1 milyar.

Ada juga yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Usaha mikro (industri rumah tangga) adalah unit usaha yang menggunakan 1-4 orang tenaga kerja. Sedangkan usaha kecil adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja 5-9 orang dan usaha menengah memiliki tenaga kerja sampai 20 orang (Hanif dkk, 2002).

Salah satu ciri yang melekat dalam masyarakat Indonesia adalah permodalan yang lemah. Permodalan merupakan unsur yang dapat memperlancar peningkatan produksi dan sirkulasi dari sebuah usaha. Terjadinya kekurangan modal akan sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha yang ditujukan untuk peningkatan pendapatan. Dengan pemilikan dana yang terbatas sementara sumber dana dari luar yang bisa membantu mengatasi kekurangan modal ini sulit diperoleh, telah membuat semakin sulitnya usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat itu dengan cepat (Mubyarto dan Hamid, 1986).

Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam upaya pengembangan UMKM adalah keterbatasan modal. Bahwa pentingnya peranan Kredit UMKM


(21)

disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi nonalami (ada campur tangan manusia) yang persediaannya terbatas di kalangan pengusaha terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk memperluas usaha. Di samping itu, dengan persediaan tenaga kerja yang sangat melimpah, diperkirakan bahwa cara yang paling mudah dan paling tepat untuk memajukan sebuah usaha adalah dengan memperbesar penggunaan modal (Mubyarto, 1989).

Permodalan menjadi masalah klasik UMKM yang mengakibatkan usaha dari tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih besar. Sebagai contoh, ada pelaku usaha yang memulai usahanya dengan modal hanya 2 juta dan itupun pinjaman dari rentenir, tapi setelah 5 tahun, mereka memiliki omzet penjualan mencapai sekitar 150 juta/bulan. Ini menunjukkan kepada kita bahwa seandainya saja para pelaku UMKM bisa mendapatkan akses modal yang lebih baik dari perbankan bisa kita bayangkan tingkat kemajuan yang akan dicapai oleh UMKM dalam mengembangkan usahanya tersebut. Bila tanpa dibantu permodalan yang berarti saja mereka bisa tumbuh dan berkembang, apalagi bila mereka mendapat dukungan permodalan (Wahyuni E, dkk, 2005).

Ini menggambarkan bahwa betapa akses UMKM terhadap permodalan masih sangat kecil. Di lain pihak, kebijakan perbankan juga masih lebih berorientasi pada kredit konsumtif (kredit perumahan, kredit mobil dan lain-lain) yang alokasinya lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan dan investasi. Kecilnya jatah kredit untuk sektor pembiayaan rupanya menjadi perhatian pemerintah. Bank Indonesia menetapkan pada tahun 2003 kucuran kredit untuk UMKM sebesar 42,3 Trilyun rupiah. Dana kredit tersebut berasal dari perbankan


(22)

nasional termasuk Bank Syariah, BPR dan BPRS. Selanjutnya tahun 2004 meningkat secara signifikan sebesar 60, 4 Trilyun. Tapi kenyataannya, para pelaku UMKM masih saja mengeluh sebagai akibat dari rumitnya mengakses kredit di perbankan. Bank selalu saja memberlakukan persyaratan standar bagi debitur, termasuk berlaku juga bagi kalangan UMKM, misalnya mengharuskan adanya agunan dan kelengkapan surat-surat izin usaha (Wahyuni E, dkk, 2005).

Bukan rahasia lagi sulitnya akses permodalan bagi UMKM telah memberi peluang berkembangnya rentenir. Pelaku UMKM yang kerap mengalami kesulitan permodalan, akhirnya lebih memilih meminjam dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi. Alternatif ini terpaksa dipilih karena meminjam melalui rentenir relatif tanpa prosedur dan pencairannya juga sangat cepat. Jauh berbeda dengan kredit melalui perbankan (Wahyuni E, dkk, 2005).

Penambahan modal dalam kegiatan UMKM merupakan syarat mutlak untuk melakukan perbaikan dari segi baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Kebutuhan modal untuk kegiatan tersebut dapat diperoleh dari 2 sumber yaitu modal sendiri dan modal dari luar berupa pinjaman atau kredit. Dana milik sendiri yang dapat berasal dari tabungan dan penjualan harta benda milik pengusaha. Akan tetapi hal ini sangat riskan dilakukan mengingat kondisi ekonomi yang masih jauh dari kemandirian. Modal ini tidak hanya berupa uang, namun juga berupa investasi harta tak bergerak seperti tanah/lahan, sawah atau kolam yang dijadikan tempat untuk menjalankan usahanya. Adapun sumber dana kedua yaitu berasal dari luar yaitu dana pinjaman yang berasal dari bank atau lembaga keuangan lainnya.


(23)

2.2 UMKM dan Perbankan Syariah

Bank syariah berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut bank melakukan kegiatan usaha yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dengan kegiatan funding dan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkannya

Pada bank konvensional apabila dana tersebut dipinjamkan maka ada tambahan bayaran atas pokok pinjamannya dan ini disebut dengan bunga. Bunga di dalam hukum Islam adalah riba yang berarti haram. Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam memberikan jasa kepada peminjam dan penyimpan disesuaikan dengan hukum Islam. Maka sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Dari sistem bagi hasil inilah bank syariah memperoleh pendapatannya selain dari sumber-sumber yang lain (Gultom, S. 2004).

Kegiatan bank syariah dalam hal pengalokasian dana yang paling penting adalah pemberian pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah. Apabila nasabah meminjam dana dari bank maka ketika mengembalikan pinjaman tersebut nasabah akan menyerahkan sebagian keuntungan usaha atau proyek proporsi bagi hasil kepada bank. Oleh bank, pembagian keuntungan bagi hasil ini disebut dengan pendapatan bagi hasil dalam bentuk kas pada saat nasabah menyerahkannya (Gultom, S. 2004).

Kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan syariah adalah pembiayaan. Menurut Mhd Syafi’i Antonio (2001), pembiayaan


(24)

merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Sebagaimana uniknya peraturan yang memagari seluruh transaksi perbankan konvensional, perbankan syariah juga memiliki keunikan yang lebih banyak lagi. Selain terikat oleh rambu-rambu hukum positif, sistem operasional bank syariah juga terkiat erat dengan hukum Islam yang pelanggarannya berakibat pada kemudharatan di bumi dan akhirat. Perbankan syariah, disamping memiliki kekhasan itu yang sekilas itu di dalam operasionalnya tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Namun jika ditelusuri lebih dalam terdapat cakupan yang lebih luas daripada perbankan konvensional. Bahkan yang menjadi perbedaan utama adalah terletak pada kemaslahatan semua komponen yang terlibat dalam sistem perbankan syariah itu sendiri (Zulkifli, S, 2004).

Tabel 2. Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Syariah Perbedaan Bank Konvensional

Tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan

Falsafah Berdasarkan bunga Dakwah, silaturahim (saling

me-ngunjungi), tarbiyah (pembinaan), uswah (suri tauladan) dan musabaqoh (kompetisi)

Asas Keuangan kapitalis

- Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan

mendapatkan hasil jika ”diusahakan” terlebih dahulu

- Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan

Operasional - Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo

- Penyaluran pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama Harus memiliki Dewan Pengurus

Syariah

Organisasi Tidak memiliki Deawn Pengurus Syariah Sumber : Sudarsono, 2005


(25)

Perkembangan dunia usaha tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sektor usaha perbankan. Pembangunan di berbagai bidang usaha dan industri tentunya memerlukan dana pendukung yang tidak sedikit. Untuk itu, peran sektor perbankan sangat menentukan. Hal tersebut tampak jelas pada perkembangan jumlah kredit perbankan yang mempengaruhi secara langsung sistem perekonomian nasional (Santoso, 1996).

Bank dan pembiayaan usahanya merupakan dua faktor yang saling berkaitan. Pengerahan dana masyarakat yang berupa usaha pembiayaan merupakan sumber daya modal yang tiada habis-habisnya. Fungsi usaha bank bertambah dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa keuangan dan konsultasi keuangan untuk efektivitas penggunaan sumber dana masyarakat. Dan pembiayaan adalah salah satu fungsi usaha bank tersebut (Santoso, 1996).

2.3 Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan, pengertian memukul di sini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis Al Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan kelalaian si pengelola. Jika seandainya kerugian itu disebabkan karena kecurangan atau kelalaian, si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.


(26)

2.4 Landasan Syariah Mudharabah Muqayyadah

a. Al Quran

”...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...” (Al Muzzammil : 20)

”Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT” (Al Jumuah : 10)

b. Al Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudlarabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika peraturan terebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani)

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradlah (mudlarabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan uttuk dijual. (HR. Ibnu Majah)

2.5 Syarat Mudharabah Muqayyadah

a. Pihak yang tereksit dengan akad adalah pihak yang cakap bertindak hukum.

b. Ucapan ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) yang diucapkan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Penerimaan harus jelas dinyatakan di dalam akad/kontrak.

2) Penerimaan dari penawaran dilakukan di tempat yang telah disepakati.


(27)

c. Persyaratan modal harus :

1) Jasa (membiayai pendirian poliklinik/medical center)

2) Pembiayaan transaksional (usaha konstruksi bidang pembangunan fisik dan engineering, pembuatan jalan dan pembangunan gedung) 3) Transaksi ekspor yang didukung oleh L/C

4) Perdagangan yang bersifat transaksional (catering) 5) Perdagangan biasa (sepermarket, waralaba)

d. Mekanisme pembiayaan

Skema Pembiayaan Mudharabah

Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai

1) Akad disesuaikan dengan proyek/usaha yang akan dilakukan oleh nasabah/calon debitur

2) Maksimum pembiayaan disesuaikan dengan nilai proyek/usaha/transaksi berdasarkan hasil analisis menggunakan proyeksi cash flow

BANK

LABA RUGI

NASABAH

PROYEK Diangsur


(28)

3) Tidak ada self financing

4) Waktu pembiayaan mudharabah muqayyadah sesuai dengan : a. Jangka waktu proyek (sesuai dengan kontrak proyek) b. Jangka waktu pembiayaan maksimal adalah 3 tahun

5) Untuk menjaga amanah yang diberikan shahibul maal (bank), debitur (mudharib) berkewajiban menyerahkan kewajiban misalnya jaminan berupa agunan.

6) Pengikatan jaminan mengikuti ketentuan yang berlaku atau sama dengan bank konvensional, dan dilakukan penutupan asuransi atas jaminan tersebut.

7) Pengakuan pembiayaan mudharabah muqayyadah sebagai investasi bank sejak akad pembiayaan ditandatangani serta Surat Permohonan Realisasi Pembiayaan (SPRP) diterima bank.

8) Pengakuan keuntungan dilakukan pada saat terdapat pembayaran dari nasabah (untuk modal kerja) atau pada akhir proyek untuk pembiayaan transaksional/proyek selesai dan pembayaran telah diterima (cash basis) dan tidak ada pengakuan denda.

2.6 Risiko Mudharabah Muqayyadah

Risiko mudharabah muqayyadah, penerapannya relatif tinggi, diantaranya :

a. Side Streaming ; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja


(29)

2.7 Aplikasi Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada :

1. Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus,seperti tabungan haji,tabungan qurban,dan sebagainya.

2. Deposito biasa

3. Deposito Spesial (Special Investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah muqayyadah ditetapkan untuk : 1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa 2. Investasi khusus;disebut juga mudharabah muqayyadah,dimana sumber

dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

2.8 Prosedur Pembiayaan

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat. Yang dimaksud dengan proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau bahkan lebih. Pada bank syariah, proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi baik


(30)

yang sehat tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai (Zulkifli, S, 2004).

Pembiayaan selalu berhubungan dengan aspek kepercayaan dan menyangkut juga dengan karakter. Untuk itu, objektivitas penilaian kredit harus didasarkan pada profesionalisme usaha, bukan didasarkan subjektivitas. Maka, demi terlaksananya sebuah prudential banking diperlukan prinsip kehati-hatian dan azas konservatif dalam pemilihan lini bisnis dan nasabahnya ( Santoso, 1996).

Seperti juga dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga menetapkan beberapa syarat dan proses yang harus dipenuhi. Adapun skema proses pembiayaan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Analisis Pembiayaan

Committee (Persetujuan)

Pengumpulan Data Tambahan

Monitoring Permohonan Pembiayaan

Pencairan Pengikatan Pengumpulan Data dan


(31)

Tahap awal proses pembiayaan adalah permohonan pembiayaan yang dilakukan secara tertulis dari nasabah kepada officer bank. Namun dalam implementasinya, dapat dilakukan secara lisan terlebih dahulu, untuk ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis jika menurut officer layak dibiayai. Inisiatif pengajuan pembiayaan tidak mesti datang dari nasabah, tetapi juga dapat muncul dari officer bank. Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada kebutuhan tujuan pembiayaan. Untuk pembiayaan produktif data yang diperlukan adalah data yang dapat menggambarkan kemampuan usaha nasabah untuk melunasi pembiayaan ( Zulkifli, S, 2004).

Analisis pembiayaan dapat dilakukan dengan dilakukan dengan metode 5C meliputi Character (Karakter), Capacity (Kapasitas/Kemampuan), Capital (Modal), Condition (Kondisi) dan Collateral (Jaminan). Selain formula 5C di atas, terdapat 6 aspek yang perlu diperhatikan antara lain : aspek ekonomi/komersil, aspek teknis, aspek yuridis, aspek kemanfaatan dan kesempatan kerja dan aspek keuangan (Zulkifli, S, 2004).

Untuk menjaga ojektifitas sebuah data maka biasanya analisis dilakukan oleh beberapa orang ataupun unit kerja antara lain : unit marketing, unit legal dan unit loan review. Dengan beberapa sudut pandang analisis ini diharapkan terjadi deviasi hasil analisis yang jika dikolaborasikan lebih lanjut dapat menghasilkan sebuah hasil analisis yang realistis dan objektif (Zulkifli, S, 2004).

Proses persetujuan adalah proses penentuan disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan usaha. Proses persetujuan ini juga tergantung pada kebijakan bank, yang biasanya disebut sebagai komite pembiayaan. Tindakan selanjutnya setelah semua persyaratan dipenuhi adalah proses pengikatan, baik pengikatan


(32)

pembiayaan ataupun pengikatan jaminan. Secara garis besar, pengikatan terdiri dari dua macam, yakni pengikatan di bawah tangan dan pengikatan notaris (Zulkifli, S, 2004)

Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada nasabah, sebelum melakukan proses pencairan, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai disposisi Komite Peningkatan ada proposal pembiayaan (Zulkifli, S, 2004).

Untuk kesemuanya itu, bank yang sehat harus mempunyai sistem pengendalian intern yang mengontrol seluruh volume usaha bank pada umumnya dan bidang perkreditan pada khususnya (Santoso, 1996)

2.9 Kerangka Pemikiran

Setiap lembaga keuangan baik lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan nonperbankan, juga memiliki aturan baku. Peraturan baku tersebut menjadi pedoman kinerja perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Bank syariah sebagai lembaga keuangan perbankan, memiliki beberapa konsep yang berbeda dan lebih khusus dibandingkan dengan bank konvensional.

Dalam pelaksanaannya, tidak semua perusahaan secara murni menjalankan aktivitasnya sesuai dengan konsep yang baku. Begitu juga dengan pelaksanaan konsep dan aturan baku pada perbankan syariah. Akan ada ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di lapangan. Ketimpangan tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara implementasi dan disesuaikan dengan konsep yang ada.


(33)

Sehingga dapat dilihat bagaimana tingkat kemurnian sebuah bank syariah dalam mnjalankan aktivitas perbankannya.

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

2.10 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ada ketimpangan antara konsep baku dan pelaksanaan pembiayaan mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia.

Bank Muamalat Indonesia

Prosedur Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia

Pedoman Penyaluran Pembiayaan

Ketimpangan

Implementasi Pembiayaan di Lapangan


(34)

3.1 Metode Penetapan Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai adalah sebagai bank yang menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam dunia perbankan di wilayah Kotamadya Tanjung Balai, Sumatera Utara. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari narasumber (Bank Muamalat Indonesia ) dan data sekunder yang berasal dari pengguna jasa pembiayaan syariah (nasabah). Selain data-data tersebut, data lain yang merupakan pelengkap bagi dapat diperoleh dengan mempelajari berbagai sumber pustaka dan dokumen yang diperoleh dari objek penelitian yang memiliki relevansi dengan sasaran penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(35)

1. Teknik Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan penyaluran kredit kepada pengusaha dan melakukan perhitungan bagi hasil. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pada Bank Muamalat Cabang Medan.

2. Teknik Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan pembiayaan tersebut.

3. Teknik Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan meneliti bahan-bahan tulisan dari perusahaan yang bersangkutan.

4. Teknik kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan meneliti bahan-bahan literatur atau kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian sebagai landasan teoritis dalam melengkapi analisis data.

3.3 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dan yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis komparasi. Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan antara konsep baku yang berlaku dengan pelaksanaan pembiayaan. Diamati langsung teknik pelaksanaan penyaluran pembiayaan mudharabah muqayyadah Bank Muamalat Indonesia kepada nasabah dan menggali berbagai informasi yang berhubungan dengan penyaluran pembiayaan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kemurnian Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan prinsip-prinsip perbankan syariah.


(36)

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Definisi

1. Bank Syariah adalah salah satu lembaga keuangan perbankan yang menyediakan fasilitas pembiayaan baik berupa musyarakah, mudharabah maupun murabahah kepada nasabah.

2. Nasabah adalah pihak-pihak baik perorangan, kelompok atau organisasi yang mempercayakan sebagaian transaksi keuangan mereka lepada lembaga perbankan, khususnya Bank Muamalat Indonesia.

3. Prosedural pembiayaan adalah segala proses/alur pembiayaan yang berlaku pada Bank Muamalat Indonesia mulai dari pengajuan proposal usaha sampai dilakukannya monitoring dan penyelesaian utang dan pengembalian agunan. 4. Pedoman penyaluran pembiayaan adalah ketetapan baku yang dianut Bank

Muamalat Indonesia dalam menjalankan aktivitas pembiayaan terutama pembiayaan mudharabah muqayyadah.

5. Implementasi adalah pelaksanaan atas sebuah prosedur berdasarkan pedoman kinerja yang berlaku dalam sebuah perusahaan.

6. Ketimpangan adalah perbedaan yang terjadi antara konsep baku yang ada dengan pelaksanaan di lapangan.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan pada 12 April – 20 Mei 2010 2. Data yang dianalisis merupakan data sekunder.


(37)

4.1 Profil Bank Muamalat Indonesia

Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia

Ide mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) tercetus dalam sebuah lokakarya MUI bertema "Masalah Bunga Bank dan Perbankan" yang diadakan pada pertengahan Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Peserta lokakarya sepakat menugaskan Komite Pengembangan Ekonomi umat membentuk sebuah bank yang kegiatannya berpedoman pada Syariah Islam. keputusan ini dikukuhkan dalam Munas MUI akhir Agustus 1990 di Jakarta. Tim yang terbentuk, yang kemudian dikenal sebagai Tim Perbankan MUI, diketuai Dr. H.M. Amin Aziz

Bank Islam yang terbentuk disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI). "Muamalat" dalam istilah fiqih berarti hukum yang mengatur hubungan antarmanusia. Nama alternatif lain yang muncul pada masa pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam. Namun mengingat pengalaman pemakaian kata 'syariat islam' pada Piagam Jakarta, akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan adalah Bank Muamalat Islam Indonesia. Presiden Soeharto kemudian menyetujui nama terkahir dengan menghilangkan kata "Islam".

Akhirnya terbentuklah sebuah bank syariah PT. Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991, yang saat ini berkantor pusat di Gedung Arthaloka Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Jakarta 10220. Memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim


(38)

se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat


(39)

Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat Indonesia kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Muamalat ke era pertumbuhan tahun 2004 dan seterusnya.

Tanjung Balai merupakan wilayah Pemerintahan Kota yang cukup maju di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2003, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Keterangan (SK) Panitia Pendirian Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai yang bertempat di Jl. Jamin Ginting Km.1 Desa Bunga Tanjung Kec. Datuk Bandar Kota Tanjung Balai Sumatera Utara. Selama lebih kurang dua tahun sejak


(40)

dikeluarkannya Surat Keputusan (SK), para personil senantiasa bekerja keras untuk memajukan kinerja Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai. Hingga pada akhir April 2010, Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai telah membuka kantor kas di Kisaran yang bertempat di Jl. Imam Bonjol (Depan Masjid Raya Kisaran).

Saat ini Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai memiliki 27 personil yang menggerakkan roda aktivitasnya. Dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip syariah yang tertanam dalam setiap kinerja dari para staf dan karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai, serta dibarengi dengan pemberian pelayanan yang baik kepada para nasabah, maka sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah khususnya Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai dapat lebih ditingkatkan lagi.

4.2 Visi dab Misi Bisnis Bank Muamalat Indonesia

Visi

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

Misi

Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan

pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder.


(41)

4.3 Strategi Bank Muamalat Indonesia

a. Ditunjang oleh inovasi Shar-E, Bank Muamalat Indonesia mengembangkan strategi WAR, yaitu singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote, yang .memungkinkan Bank Muamalat menjangkau pelosok-pelosok Indonesia yang sebelumnya tidak terlayani oleh perbankan syariah.

b. Menggulirkan program Service Transformation and Revitalization dengan mengembangkan standard kualitas layanan Bank Muamalat yang disebut dengan FAST Service Program.

c. Meningkatkan pendapatan melalui ekspansi usaha secara selektif dan prudent dengan penekanan pada program kemitraan melalui pemanfaatan jaringan lembaga keuangan syariah dan lembaga koperasi sebagai intermediasinya.

d. Meningkatkan kualitas profesionalisme sumber daya insani dengan melakukan berbagai pelatihan manajerial maupun aktivitas dalam bentuk tim yang ditujukan untuk kru-kru yang terkait dengan operasional bank.

e. Mengembangkan teknologi informasi dan teknologi pelayanan kepada nasabah.

4.4 Keunggulan Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia memiliki 7 keunggulan yaitu :

1. Murni syariah dalam kepemilikan. Dan merupakan bank akar rumput (grass rooted bank) yang dimiliki lebih dari 800.000 pemegang saham perorangan,


(42)

Islamic Development Bank (IDB), dengan jaringan kepemilikan masyarakat muslim internasional.

2. Aman: Sebagai inspirator dan satu-satunya bank syariah yang mampu melewati krisis, Bank Muamalat Indonesia menjadi jaminan sebagai mitra yang Aman, mengingat bank ini merupakan bank public (public company), serta merupakan bank yang dijamin pemerintah. Bank Muamalat telah menjadi inspirator bagi tumbuhnya industri Perbankan Syariah di Indonesia. 3. Nyaman: anti riba, anti bunga bank (interest) dan nyaman pelayanannya,

mengingat sebagai inovator mampu mengembangkan akses, melalui : a) 8.888 ATM

b) 18.000 Merchant Debit c) 3.063 SOPP Pos Indonesia

d) Shar-E, sebagai akses mudah investasi syariah, yang memungkinkan para penganut fatwa bahwa bunga bank adalah riba dan haram hukumnya. Dengan shar-E, para nasabah memiliki kemudahan akses dan layanan bank syariah tanpa harus datang ke kantor bank syariah hingga akhir 2008 rekening shar-E mencapai 1,980,070.

4. Jaringan Kantor Layanan hingga akhir 2008 : 52 Cabang, 14 Capem, 99 Kantor Kas, 47 Gerai Muamalat dan 21 Unit Pelayanan Syariah.

5. Menguntungkan dengan Bagi Hasil yang Kompetitif, dari hasil usaha dan investasi yang halal dan bernilai ibadah.

6. Kinerja dan Reputasi Positif, terbukti dari berbagai penghargaan nasional maupun internasional, antara lain: bank sangat bagus secara terus menerus dari Intobank, Penghargaan KLIFF Award sebagai "The Most Outstanding


(43)

Performance by Islamic Bank" dan Penghargaan dari Superbrands sebagai bank yang memiliki strong brand di Indonesia.

7. Kataliasator bagi lahir dan tumbuhnya industri ekonomi Islami beserta lembaga penunjangnya, termasuk mendukung pertumbuhan pasar modal syariah, skim usaha gadai syariah, ijarah dan multi finance, serta skim investasi syariah lain sebagai solusi nyata ekonomi masyarakat.

8. Terus tumbuh mengembangkan pelayanan terbaik, sesuai misinya untuk menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholders.

4.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki unit-unit organisasi untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Dengan adanya garis wewenang dan tanggung jawab pada struktur organisasi, dapat diketahui kepada siapa seorang pegawai bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya.

Struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan masing-masing pegawai. Tujuan struktur organisasi adalah untuk mendapatkan sistem kerja sama yang baik dan berguna bagi perusahaan. Agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan sebaik-baiknya maka dalam pelaksanaannya harus ada koordinasi di antara pegawai, yaitu kontak


(44)

dan keselarasan di antara karyawan dan kegiatan-kegiatanya sehingga semua berlangsung secara tertib dan seirama ke arah tercapainya tujuan organisasi.

Berdasarkan struktur organisasinya PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai menganut struktur organisasi garis. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Branch Manager. Setiap kepala bidang bertanggungjawab langsung kepada Branch Manager. Adapun tentang (i) Rapat Umum Pemegang Saham, (ii) Dewan Pengawas Syariah, (iii) Dewan Komisaris dan (iv) Dewan Direksi tidak berhubungan langsung dalam struktur organisasi. Keempat komponen tersebut merupakan bagian dari pusat struktur organisasi untuk Bank Muamalat Indonesia secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan tugas dan tanggung jawab dari struktur organisasi yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai.


(45)

Gambar 4. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesai Cabang Tanjung Balai

OPERATION OFFICER

BRANCH MANAGER

RESIDENT AUDIT

ACCOUNT MANAGER

ACCOUNT MANAGER

ACCOUNT MANAGER

CUSTOMER SERVICE

TELLER BACK OFFICE FINANCING

SUPPORT FINANCE RISK


(46)

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Merupakan kedudukan tertinggi dalam sebuah perusahaan yang berfungsi untuk mengangkat dan memberhentikan direksi dan dewan komisaris serta menetapkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan direksi.

b. Dewan Pengawas Syariah

Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan bidang hukum syariah, khususnya produk-produk bank berdasarkan konsep syariah agar tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan yang bertentangan dengan hukum syariah yang berlaku.

c. Dewan Komisaris

Mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan secara rutin bulanan laporan perkembangan cash dan teller, bidang personalia dan pelayanan customer.

d. Dewan Direksi

Mempunyai tugas pokok sebagai penanggung jawab PT. Bank Muamalat Indonesia secara keseluruhan dalam tingkat top manajemen.

e. Branch Manager

Memimpin dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan manajemen umum di kantor cabang Tanjung Balai serta menguapayakan operasional kantor cabang Tanjung Balai dan unit-unit dibawahnya berjalan dengan


(47)

lancar. Selain itu juga menjadi wakil perseroan dalam menyandang fungsi sosial dan resmi di wilayah kerjanya.

f. Marketing

Melakukan kegiatan pembiayaan/financing dan pendanaan/funding yang bersifat Korporate maupun Individual yang meliputi : solisitasi, proses evaluasi dan persetujuan pembiayaan, memberikan informasi pembiayaan dan dana pihak ketiga, monitoring kuantitas dan kualitas pembiayaan, maupun monitoring posisi Dana pihak ketiga, guna memastikan tercapainya target pembiayaan dan pendanaan yang telah ditetapkan, sesuai dengan target market yang selaras dengan rencana dan strategi perusahaan.

g. Operasional

Bertanggung jawab terhadap kelancaran rutinitas operasional (pelaksanaan nilai-nilai Muamalat, kedisiplinan kru, layanan / service, sarana /prasarana). Mengelola seluruh aktivitas administrasi dan operasional yang meliputi pengelolaan produk dan jasa transaksi operasi, pengadministrasian, pendokumentasian dan pembukuan pembiayaan, pengadaan dan pengolaan aktiva tetap, inventaris dan supplier serta pengendalian biaya operasional perusahaan guna menjamin dapat berjalan secara efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan dan nilai budaya kerja perusahaan.

Operasional membawahi tiga wilayah kerja, yaitu : 1) Jasa Nasabah (Customer Service)


(48)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengadministrasian dokumen-dokumen nasabah, menyangkut tabungan, deposito dan simpanan amanah. Di antara dokumen yang penting adalah pembukaan & penutupan rekening, klaim nasabah, dan memberikan informasi produk kepada nasabah.

2) Accounting/Pelaporan

Mempunyai tugas pokok melaksanakan catatan pembukuan secara lengkap menyangkut data payroll, rekrutmen, seleksi dan memperbaharui data karyawan.

3) Teller

Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan transaksi tunai dan non tunai dari nasabah, untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah dan aman bagi nasabah.

4.6 Aktivitas PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu: menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Untuk bank syariah, pada dasarnya ketiga fungsi tersebut dapat dilakukan, demikian juga dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai.

Beberapa aktivitas yang sampai saat ini masih dijalankan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai adalah :


(49)

a. Wadiah (Titipan)

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada produk giro, deposito mapun tabungan.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip bagi hasil dibagi dua, yaitu:

• Musyarakah. Adalah transaksi yang dilandasi dengan adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

• Mudharabah. Adalah bentuk kerja sama antara 2 (dua) atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus secara tunai, dapat berupa uang tunai atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Jika modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama Hasil pengelolaan diperhitungkan dengan 2 (dua) cara: 1)


(50)

revenue sharing, yang berasal dari pendapatan proyek, dan 2) profit sharing, dari keuntungan proyek. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.

b. Prinsip Jual Beli

Prinsip jual beli yang diaplikasikan dalam perbankan syariah pada umumnya adalah murabahah yaitu jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Prinsip ini diaplikasikan dalam pembiayaan. Jenis lain dalam prinsip jual beli ini adalah ishtisna yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan penjual dimana pembayaran dapat dilakukan dimuka, secara cicilan atau ditangguhkan sampai batas waktu yang disepakati.

c. Prinsip Sewa (Ijarah)

Dalam perbankan syariah dikenal dengan Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang merupakan perpaduan antara akad jual beli dengan akad sewa menyewa dimana pihak penyewa dapat memiliki barang yang disewanya pada akhir masa sewanya.

d. Akad-akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaku pembiayaan, diperlukan akad pelengkap. Meski tak ditujukan mencari keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk


(51)

melaksanakan akad ini. Besar pengganti biaya sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.

• Rahn (Gadai)

Untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: a) Milik nasabah sendiri, b) Jelas ukuran, sifat dan nilainya, ditentukan berdasar nilai riil pasar, c) Dapat dikuasai, tapi tak boleh dimanfaatkan oleh bank.

• Wakalah (Perwakilan)

Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate, yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Prinsip ini diaplikasikan dalam bentuk pembukuan L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.

• Kafalah (Bank Garansi)

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Bank sebagai penanggung dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn (gadai), serta Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank diperkenankan mendapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.


(52)

• Hiwalah (Alih Utang)

Fasilitas ini lazim untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksi. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.

• Qardh (Pinjaman)

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam bank syariah antara lain pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberi pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Pinjaman dilunasi sebelum berangkat haji. Juga berlaku pada pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah


(53)

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Konsep Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia

Pengertian mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia yaitu akad kerjasama antara pemilik modal khusus atau nasabah dengan Bank Muamalat Indonesia, modal tersebut akan dikelola bank untuk diinvestasikan dalam proyek yang telah ditentukan oleh pemilik modal. Pembagian bagi hasil keuntungan dilakukan sesuai nisbah yang disepakati bersama.

Tujuan produk pembiayaan mudharabah muqayyadah dapat diterapkan untuk investasi jangka pendek dan menengah dalam bentuk investasi khusus kepada proyek tertentu yang dilakukan oleh bank dengan dana dari nasabah dalam rekening investasi khusus.

Berfungsi sebagai intermediary dalam penyaluran dana dari dan kepada masyarakat, maka atas dasar itulah dilakukan sebuah kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berusaha bagi para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sejak awal berdirinya, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai telah melakukan aktivitas perbankan yang berkaitan dengan pembiayaan. Salah satu pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan mudharabah muqayyadah.

Aktivitas pembiayaan mudharabah muqayyadah UMKM pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai dimulai pada November 2003 sampai dengan Maret 2007. Sedangkan untuk tahun berikutnya adalah pelunasan. Dan


(54)

selanjutnya selalu dilakukan strategi kemitraan dalam menyalurkan pembiayaannya kepada masyarakat melalui lembaga/instansi baik pemerintah maupun swasta.

Akad yang digunakan dalam pembiayaan mudharabah muqayadah ini adalah akad murabahah. Yaitu akad pembiayaan dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati sebelumnya.

Meskipun bertindak sebagai lembaga keuangan yang berbasis syariah, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai tetaplah merupakan sarana bisnis perbankan dalam perekonomian Indonesia. Hal ini yang menyebabkan adanya unsur mencari keuntungan (Profit) dalam setiap aktivitas perbankan yang dilakukan, tidak terkecuali dalam aktivitas pembiayaan.

Prosedur Pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat. Yang dimaksud dengan proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik serta menghasilkan nilai tambah sebagaimana yang diharapkan atau bahkan lebih. Pada bank syariah, proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi baik yang sehat tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.

Dalam praktiknya, pembiayaan selalu disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak peminjam. Tujuan diberlakukannya persyaratan ini bukan untuk menyulitkan debitur dalam memperoleh dana pinjaman, tetapi untuk


(55)

menjamin kepercayaan bahwa proses pembiayaan tersebut telah dilakukan sebagaimana mestinya dan memberikan keyakinan bahwa dana yang dipinjamkan dapat dikembalikan oleh mudharib tersebut.

Adapun persyaratan pengajuan pembiayaan yang ditujukn untuk kegiatan usaha adalah sebagai berikut :

1. Surat permohonan yang di dalamnya tercantum : a. Tujuan penggunaan pembiayaan

b. Jumlah dana yang dibutuhkan c. Jangka waktu pembiayaan

2. Identitas usaha meliputi NPWP (untuk pembiayaan ≥ 100.000.000), SIUP dan TDP.

3. Laporan keuangan/laba rugi usaha min 3 bulan terakhir 4. Fotocopy rekening bank (di bank manapun)

5. Rekening listrik, air dan telepon 3 bulan terakhir 6. Jaminan berupa SHM dan BPKB

7. Identitas pemohon dengan menyertakan fotocopy : a. KTP (Suami/istri)

b. Akte nikah/cerai c. Kartu keluarga

8. Setiap pegawai yang mengajukan pembiayaan wajib menyerahkan :

a. Kwitansi pembelian barang maksimal dua bulan setelah pencairan dana


(56)

b. Bukti/surat pernyataan dari sekolah/rumah sakit sebelum pencairan dana (apabila pembiayaan digunakan untuk biaya sekolah atau pengobatan).


(57)

Flowchart Prosedur Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah

PERMOHONAN - Tujuan Penggunaan - Jumlah Pengajuan - Jangka Waktu

SOLISITASI :

- Penetapan Target Market - Penetapan Sektor Bisnis - Penetapan Risiko

- Penetapan Nasabah yang dibiayai DITOLAK SELESAI DIPERTIMBANGKAN PEMENUHAN PERSYARATAN

1. INDIVIDUAL (PNS, BUMN, SWASTA) a.Legalitas Pemohon (F.C KTP

suami/istri, KK, AkteNikah/Cerai) b.Surat Kuasa Potong Gaji

c.Surat Pernyataan Bendahara Gaji d.Data Keuangan (Slip Gaji, F.C Rek.

Bank)

e.Data Jaminan (SK I, Terakhir, Taspen, Karpeg)

f.Diatas 25 Juta menyerahkan Fixed Asset. 2. INDIVIDUAL (USAHA/WIRAUSAHA)

a.Legalitas pemohon

b.Legalitas Usaha (SIUP,TDP,NPWP,HO) c.Data Keuangan (Neraca/Laba Rugi, Cash

Flow, Bukti Pembelian/Penjualan, rekening bank)

d.Data Jaminan (SHM, BPKB) 3. KOPERASI

a.Legalitas Koperasi/BMT (Badan Hukum, Akte Pendirian/Perubahan, NPWP, SIUP, TDP, HO)

b.Legalitas Pengurus (KTP Pengurus dan Pengawas, SK Pengangkatan Pengurus) c.Data Keuangan (RAT 2 Tahun terakhir

Neraca/Laba Rugi 2 tahun terakhir, Rek Koran)

d.Surat Keterangan Domisili e.Daftar Nominatif

f.Untuk KPN :

- Surat Rekomendasi Kepala Dinas - Surat Kuasa Potong Gaji ke Bendahara

- Surat Pernyataan Bendahara Gaji ANALISIS


(58)

ANALISIS

HUKUM : Berkas Berupa : 1.Individual (KTP

Suami/Istri, NPWP) 2.Koperasi/BMT (Badan

Hukum, Legalitas, KTP Pengurus)

Diserahkan ke bagian legal untuk dilakukan : 1.B.I Checking

2.Analisa Yuridis

PEMBIAYAAN :

1. Memorandum Pembiayaan (MP) 2. Usulan Pembiayaan (UP)

3. Form Pemeringkatan Nasabah 4. Form Keputusan Komite 5. Analisa Cash Flow 6. Jadwal Angsuran 7. Hasil B.I Checking 8. Hasil Taksasi

JAMINAN : 1. Form Taksasi 2. SHM/BPKB Diserahkan ke Support Pembiayaan untuk

dilakukan Taksasi Jaminan

SEKRETARIS KOMITE PEMBIAYAAN

Untuk pengecekan kelengkapan berkas pembiayaan

FRS/FRO AREA/FRO PUSAT

Untuk dilakukan Assesmen atas Risiko Pembiayaan 1. Direkomendasikan

2. Direkomendasi dengan persyaratan 3. Ditolak

Pengajuan < Rp. 250 juta

KOMITE PEMBIAYAAN

Seluruh Persyaratan Pembiayaan di presentasikan kepada Komite Pembiayaan minimal 3 orang komite dengan 1 komite pemegang limit

DITOLAK

Surat Penolakan


(59)

OFFERING LETTER/PERSETUJUAN PEMBIAYAAN Ditandatangani oleh pejabat berwenang (OO, BM) dan Nasabah yang bersangkutan beserta suami/istri

PENGIKATAN

Koordinasi dengan Notaris melalui Legal pembiayaan Kelengkapan Berkas untuk Pengikatan :

1. SPRP, TTUN, SURAT SANGGUP, KUASA DEBET 2. Akad Pembiayaan

3. Pengikatan Jaminan 4. Jadwal Angsuran

DROPING/PENCAIRAN 1. AM

a.Pendaftaran Data Pemohon di T2KR (Dengan Otorize BM/OO) b.Memo Droping Pembiayaan

Seluruh berkas pembiayaan beserta memo droping diserahkan ke Support Pembiayaan

2. SUPPORT

Pendaftaran Data Aspek Pemohon/Perusahaan dan Penilaian. Permohonan Pembiayaan/Data Jaminan (Dengan Otorize BM/OO)

3. Operational Pembiayaan

Pendaftaran fasilitas pembiayaan dan pencairan ke rekening nasabah (Dengan Otorize BM/OO)

4. Admin Pembiayaan

Menyimpan file pembiayaan dan menjamin keberadaan file s/d pembiayaan lunas

MONITORING

1. Monitoring aktif (mengunjungi nasabah secara regular dan memberikan Call Report kepada Supervisor AM 2. Monitoring Pasif (monitoring pembayaran kewajiban nasabah kepada Bank di setiap jatuh tempo tanggal angsur

BERMASALAH

PENYEHATAN/PENYELESAIAN

1. Reschedule, Reconditioning, Restructure

LUNAS LANCAR


(60)

Implementasi ProsedurPembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai

Prosedur pembiayaan adalah serangkaian proses yang harus dilalui calon mudharib untuk mendapatkan dana pinjaman pada lembaga keuangan yang bersangkutan. Sebagaimana prosedur yang ada pada lembaga keuangan perbankan, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai juga menetapkan dan memiliki proses yang harus dipenuhi. Adapun beberapa proses tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Nasabah yang selanjutnya disebut sebagai mudharib mengajukan usulan pembiayaan dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan mudharabah muqayadah kepada officer bank. Permohonan pembiayaan dapat juga dilakukan secara lisan terlebih dahulu, untuk ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis jika menurut officer layak dibiayai. Inisiatif pengajuan pembiayaan tidak mesti datang dari nasabah, tetapi juga dapat muncul dari officer bank. Dalam formulir tersebut, terdapat nama, alamat, kode pos, telepon, KTP/SIM dan melampirkan proposal yang membuat gambaran umum usaha, rencana/prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, jangka waktu pengembalian dana dan jaminan.

2. Dengan mengacu pada keterangan yang ditulis pada permohonan pembiayaan mudharabah muqayadah, customer service memeriksa identitas mudharib dan proposal


(61)

3. Atas proposal tersebut, Account Officer atau marketing menganalisis kelayakan proposal yang diajukan calon mudharib mengenai usaha yang dijalankan, historis usaha baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.

4. Bagian support pembiayaan dan legal akan menganalisis badan hukum usaha dari segi yuridis, kelengkapan atau perizinan, keabsahan proyek dan bank Indonesia checking. Juga menyangkut nilai hasil taksasi jaminan, analisis cashflow. Hasil pemeriksaan (checking) bagian administrasi pembiayaan akan disampaikan kepada account officer. Selanjutnya bersamaan dengan analisis tersebut, Account officer melakukan presentase kepada komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan.

5. Dari komite pembiayaan, bila usaha yang dijalankan dianggap tidak layak, dan tidak memenuhi kriteria untuk dibiayai, maka proposal beserta seluruh dokumen harus dikembalikan dan account officer menyampaikan penolakan tersebut kepada nasabah. Bila komite menganggap proposal tersebut layak untuk dibiayai maka komite akan memberikan persetujuan khususnya menyangkut :

a) Jangka waktu pembiayaan

b) Jumlah nominal yang dapat dibiayai

c) Bagi hasil yang disepakati antara mudharib dan shahibul maal d) Jasa pengelolaan untuk bank

e) Kewajiban mudharib f) Kewajiban shahibul maal g) Pengikatan jaminan, dan


(62)

6. Berdasarkan persetujuan komite pembiayaan, account officer akan mengirimkan Surat Persetujuan kepada mudharib yang menyatakan bahwa proyek ini feasible, dan bank bersedia membantu mudharib untuk memberikan modal/dana.

7. Terjadi persetujuan antara Bank (Shahibul maal) dan nasabah (mudharib) maka akad pembiayaan mudharabah muqayadah telah terjadi.

8. Kesepakatan pembiayaan itu dituangkan dalam memorandum pembiayaan yang berisikan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh mudharib dan ditandatangani oleh Account officer.

9. Setelah calon mudharib resmi menjadi mudharib Bank Muamalat Indonesia maka dana pembiayaan mudharabah muqayyadah dapat segera dicairkan dan dipergunakan oleh mudharib.

10.Tidak sampai di sini, kegiatan yang selanjutnya dilakukan oleh shahibul maal adalah melakukan monitoring terhadap penggunaan dana pinjaman tersebut. Sampai kemudian dapat diketahui apakah pembiayaan tersebut masuk dalam kategori pembiayaan bermasalah atau tidak.

Beberapa Ketentuan dalam Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah

1. Shahibul maal akan menanggung kerugian yang timbul dari pembiayaan secara proporsional yang dititipkan kepada mudharib, kecuali disebabkan karena mudharib melanggar akad perjanjian. Shahibul maal akan menerima dan mengakui kerugian tersebut setelah menerima, menilai kembali dan menyampaikan hasil penilaiannya secara tertulis kepada mudharib. Shahibul


(1)

BANK MUAMALAT CABANG TANJUNG BALAI HAL.10 NAMA NASABAH

Koperasi Karyawan PT. Socfin Indonesia Aek Loba

NO. UP.

72/UP/03/TBL/X/2005

TGL. UP. 07/10/05 MEMORANDUM PEMBIAYAAN

Jaminan yang diberikan cukup mengcover dari pembiayaan yang diberikan. 5. Condition

Pengembangan koperasi merupakan salah satu fokus pengembangan usaha dan peningkatan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat adanya keseriusan pemerintah dalam pengembangan usaha koperasi yakni dengan banyaknya program-program pemerintah yang mendukung pengembangan koperasi seperti KUD, KUT, KKPA, P2KER dll.

Dengan demikian rekomendasi yang dapat disampaikan atas pengajuan pembiayaan Koperasi Karyawan PT. Socfin Indonesia Kebun aek Loba adalah sebagai berikut :

FASILITAS PEMBIAYAAN AL – MUDHARABAH ( BARU ) Plafond : Rp. 1.000.000.000,-

Penggunaan : Pembelian barang-barang kebutuhan anggota

Jangka waktu : 42 bulan (Termasuk masa Tenggang Penarikan 6 bulan) Objek Bagi hasil : margin jual beli dari koperasi kepada anggota dari fasilitas BMI Nisbah bagi hasil : - BMI = 83 %

- Kopkar PPIPB = 17 % Biaya adm. : Rp. 25.000.000,-

Media Penarikan : SPRP dan TTUN

Pengikatan : Notariil

JAMINAN

Cessie tagihan gaji dari Kopkar kepada anggota koperasi, yang dilampiri dengan surat persetujuan dan kuasa pendebetan dari anggota koperasi kepada Bagian Keuangan PT. Socfin Indonesia kebun Aek Loba.

PERSYARATAN :

1. Semua biaya yang timbul atas pengikatan pembiayaan ini menjadi beban Koperasi dan harus dibayar dimuka.

2. Aktifitas keuangan koperasi sehubungan dengan fasilitas ini diupayakan melalui BMI 3. Koperasi bertanggung jawab atas penyaluran dana simpan pinjam yang berasal dari BMI

4. Koperasi wajib memintakan surat pernyataan dari Manager atau yang berwenang dan juga ditandatangani oleh Kabag Keuangan perihal persetujuan dan rekomendasi kepada Koperasi untuk mengelola pembiayaan dari BMI dan bertanggungjawab secara moral atas kelancaran pembayaran termasuk bila terjadi wan prestasi serta perihal persetujuan untuk melakukan pemotongan gaji anggota/karyawan yang mengambil pembiayaan dari BMI sejumlah kewajiban. 5. Anggota yang berhak mendapat pembiayaan adalah anggota yang sedang tidak menikmati

fasilitas pembiayaan dari pihak lain atau untuk tujuan take over.

6. Anggota yang berhak menerima pembiayaan adalah anggota yang telah menjadi karyawan PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, dan usia anggota pada saat jatuh tempo pembiayaan tidak melebihi usia pensiun ybs, dengan kemampuan pembayaran angsuran 35% x Take home pay yang dihitung dari gaji dan penghasilan tambahan diluar gaji tetap (Cash Ratio 35%).


(2)

BANK MUAMALAT CABANG TANJUNG BALAI HAL.11 NAMA NASABAH

Koperasi Karyawan PT. Socfin Indonesia Aek Loba

NO. UP.

72/UP/03/TBL/X/2005

TGL. UP. 07/10/05 MEMORANDUM PEMBIAYAAN

7. Setiap anggota Koperasi yang mendapatkan pembiayaan wajib menandatangani Akad Perjanjian Jual Beli antara Koperasi dengan anggota diatas materai beserta lampiran RAB (Rencana Anggaran Biaya) sekaligus sebagai Surat Kuasa Pendebetan Gaji sebesarangsuran sampai dengan pembiayaan lunas.

8. Terhadap anggota penerima pembiayaan dari BMI Melalui Koperasi yang meninggal dunia, mutasi atau berhenti, maka kewajiban selanjutnya menjadi tanggung jawab Koperasi sepenuhnya yang bersumber dari pesangon/JHT, Jamsostek, hak-hak yang diterima / akan diterima atau asuransi jiwa.

9. Setiap anggota penerima fasilitas pembiayaan wajib menandatangani cessie tagihan gaji, pesangon/JHT/Jamsostek/Hak-hak yang akan diterima diatas materai.

10. Kepada anggota yang menerima fasilitas pembiayaan harus dicover asuransi jiwa melalui PT. Asuransi MAA dengan bankers clause BMI dan beban atas premi merupakan tanggungan yang bersangkutan.

11. Setiap anggota penerima fasilitas pembiayaan wajib membuka rekening SHAR-E di BMI dengan 12. Dalam pencairan dana harus disertai dengan daftar nominatif berisi nama, jumlah permohonan

dan rencana penggunaan dana

13. Pembiayaan diatas Rp. 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) diwajibkan menyertakan jaminan berupa fixed asset yang di maintenance oleh Koperasi dan selanjutnya koperasi menyampaikan daftar jaminan tersebut ke BMI.

14. Pencairan dana dipotong sebesar satu kali angsuran yang kemudian akan diblokir di rekening Koperasi yang ada di BMI sebagai dana cadangan angsuran.

15. Jika terdapat anggota yang akan melunasi pembiayaan kepada Koperasi, maka pelunasan tersebut harus digunakan untuk pelunasan pembiayaan di BMI.

16. Jatuh tempo pembiayaan Koperasi kepada anggota sama dengan tanggal jatuh tempo pembiayaan BMI kepada Koperasi.

17. Selama masa pembiayaan Koperasi tidak diperkenankan menerima pembiayaan dari Bank lain tanpa persetujuan tertulis dari BMI.

18. Setiap saat pejabat BMI berhak untuk memeriksa dan meneliti laporan keuangan koperasi berkenaan dengan pembiayaan yang diberikan kepada koperasi.

19. Selama masa pembiayaan jika terjadi perubahan atau pergantian pengurus, Koperasi wajib menyampaikan laporan secara tertulis susunan pengurus yang baru kepada pihak BMI dan sepakat untuk mengikuti perjanjian pembiayaan dengan BMI sebagaimana telah disepakati dengan pengurus sebelumnya.

Demikian memorandum ini kami sampaikan kepada Komite Pembiayaan BMI Indonesia sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan lebih lanjut. Atas perhatian, saran dan petunjuk lebih lanjut kami mengucapkan terima kasih.

Tg.Balai, 07 Oktober 2005 Wassalamu’alaikum Wr.wb.

Dedek Afyatni Nst Account Manager


(3)

LAMPIRAN 2

SURAT PERMOHONAN REALISASI PEMBIAYAAN

Tanggal :

Kepada : PT. BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA,Tbk.(“BANK MUAMALAT”) CABANG Tanjung Balai

Dari : Kopkar Maju Lestari, (“MUDHARIB”)

Perihal : Akta Perjanjian Pembiayaan Al-Mudharabah, tanggal 11 Julli 2003

No. 14 (“Perjanjian”) antara BANK MUAMALAT dan MUDHARIB Dengan hormat,

Sesuai dengan ketentuan pasal 1.2 Perjanjian, bersama ini MUDHARIB mengajukan permohonan agar BANK MUAMALAT membayarkan kepada MUDHARIB, uang sejumlah

Rp. 1.000.000.000,- ( Satu Milyar Rupiah )

ke rekening No. pada BANK MUAMALAT. Dengan ini MUDHARIB menyatakan bahwa :

1. Akan mengelola dana tersebut dengan baik dan benar seperti yang telah disepakati bersama antara BANK MUAMALAT dan MUDHARIB.

2. Membebaskan BANK MUAMALAT dari segala tuntutan pihak ketiga manapun yang dirugikan baik langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan penggunaan dana tersebut.

3. MUDHARIB tetap bertanggung jawab untuk mengembalikan dana tersebut di atas kepada BANK MUAMALAT, dalam hal kegiatan usaha MUDHARIB batal/gagal akibat kelalaian MUDHARIB sebagaimana diatur pada Pasal 7 Perjanjian atau disebabkan karena pelanggaran atas syarat-syarat Perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Perjanjian. Dengan ini NASABAH menerangkan dan menjamin kepada BANK MUAMALAT bahwa pada saat surat permohonan ini ditanda tangani :

a. MUDHARIB tidak melakukan Cidera Janji sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7 Perjanjian; b. Segala dan setiap pernyataan-pernyataan dan janji MUDHARIB sebagaimana dijelaskan

dalam Pasal 6 Perjanjian tetap benar dan tidak berubah; dan

c. Semua pra-syarat pengambilan pembiayaan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 4 Perjanjian telah dipenuhi oleh MUDHARIB .

Hormat kami,

KOPKAR MAJU LESTARI PT .SOCFINDO PENGURUS

Ketua Sekretaris Bendahara


(4)

……….

1/ 3

LAMPIRAN 3

No. 318/OL/03/BMI-TBL/X/2005 Tg.Balai, 14 Oktober 2005 M 10 Ramadhan 1426 H Kepada Yth :

Pengurus KOPKAR Maju Lestari PT Socfin Indonesia Kebun Aek Loba Asahan

Perihal : Persetujuan Fasilitas Pembiayaan Al-Mudharabah

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Teriring salam sejahtera semoga Bapak/Ibu dalam menjalankan tugas dan aktivitas sehari-hari senantiasa mendapat bimbingan, petunjuk dan keridhoan Allah SWT. Amin.

Menidaklanjuti hasil pertemuan pada bulan September 2005 yang lalu, perihal pengajuan fasilitas pembiayaan yang telah diajukan , bersama ini kami sampaikan bahwa pada prinsipnya Bank Muamalat dapat menyetujui permohonan tersebut dengan ketentuan - ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :

FASILITAS PEMBIAYAAN AL – MUDHARABAH ( Baru )

Plafond : Rp. 1.000.000.000,- (Satu milyar rupiah)

Kegunaan : Modal Kerja Unit Simpan Pinjam untuk kebutuhan anggota Jangka Waktu : 42 bulan ( termasuk tenggang penarikan )

Nisbah Bagi Hasil : BMI = 83 % Koperasi = 17 %

Objek Bagihasil : Margin jual beli dari koperasi kepada anggota dari fasilitas BMI Biaya Administrasi : Rp 25.000.000,-

Media Penarikan : SPRP dan TTUN Pengikatan : Notariel

JAMINAN

Cessie Tagihan Gaji dari Kopkar MaJu Lestari PT Socfin Indonesia Kebun Aek Loba kepada anggota Koperasi yang dilampiri dengan surat persetujuan dan kuasa pendebetan dari anggota koperasi kepada Bagian Keuangan PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba


(5)

……….

2/ 3

Nomor : 318 /OL/03/BMI-TBL/X/2005 Tanggal : 14 Oktober 2005

PERSYARATAN

1. Semua biaya yang timbul atas pengikatan pembiayaan ini menjadi beban Koperasi dan harus dibayar dimuka.

2. Aktifitas keuangan koperasi sehubungan dengan fasilitas ini wajib melalui BMI

3. Koperasi bertanggung jawab atas penyaluran dana simpan pinjam yang berasal dari BMI

4. Koperasi wajib memintakan surat pernyataan dari Manager atau yang berwenang dan juga ditandatangani oleh Kabag Keuangan perihal persetujuan dan rekomendasi kepada Koperasi untuk mengelola pembiayaan dari BMI dan bertanggung jawab secara moral atas kelancaran pembayaran termasuk bila terjadi wan prestasi serta perihal persetujuan untuk melakukan pemotongan gaji anggota/karyawan yang mengambil pembiayaan dari BMI sejumlah kewajiban.

5. Anggota yang berhak mendapat pembiayaan adalah anggota yang sedang tidak menikmati fasilitas pembiayaan dari pihak lain atau untuk tujuan take over.

6. Anggota yang berhak menerima pembiayaan adalah anggota yang telah menjadi karyawan PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, dan usia anggota pada saat jatuh tempo pembiayaan tidak melebihi usia pensiun ybs, dengan kemampuan pembayaran angsuran 35% x Take home pay yang dihitung dari gaji dan penghasilan tambahan diluar gaji tetap (Cash Ratio 35%).

7. Setiap anggota Koperasi yang mendapatkan pembiayaan wajib menandatangani Akad Perjanjian Jual Beli antara Koperasi dengan anggota diatas materai beserta lampiran RAB (Rencana Anggaran Biaya) sekaligus sebagai Surat Kuasa Pendebetan Gaji sebesarangsuran sampai dengan pembiayaan lunas.

8. Terhadap anggota penerima pembiayaan dari BMI Melalui Koperasi yang meninggal dunia, mutasi atau berhenti, maka kewajiban selanjutnya menjadi tanggung jawab Koperasi sepenuhnya yang bersumber dari pesangon/JHT, Jamsostek, hak-hak yang diterima / akan diterima atau asuransi jiwa.

9. Setiap anggota penerima fasilitas pembiayaan wajib menandatangani cessie tagihan gaji, pesangon/JHT/Jamsostek/Hak-hak yang akan diterima diatas materai.

10. Kepada anggota yang menerima fasilitas pembiayaan harus dicover asuransi jiwa melalui PT. Asuransi MAA dengan bankers clause BMI dan beban atas premi merupakan tanggungan yang bersangkutan.

11. Setiap anggota penerima fasilitas pembiayaan wajib membuka rekening SHAR-E di BMI dengan 12. Dalam pencairan dana harus disertai dengan daftar nominatif berisi nama, jumlah permohonan

dan rencana penggunaan dana

13. Pembiayaan diatas Rp. 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) diwajibkan menyertakan jaminan berupa fixed asset yang di maintenance oleh Koperasi dan selanjutnya koperasi menyampaikan daftar jaminan tersebut ke BMI.

14. Pencairan dana dipotong sebesar satu kali angsuran yang kemudian akan diblokir di rekening Koperasi yang ada di BMI sebagai dana cadangan angsuran.

15. Jika terdapat anggota yang akan melunasi pembiayaan kepada Koperasi, maka pelunasan tersebut harus digunakan untuk pelunasan pembiayaan di BMI.

16. Jatuh tempo pembiayaan Koperasi kepada anggota sama dengan tanggal jatuh tempo pembiayaan BMI kepada Koperasi.

17. Selama masa pembiayaan Koperasi tidak diperkenankan menerima pembiayaan dari Bank lain tanpa persetujuan tertulis dari BMI.

18. Setiap saat pejabat BMI berhak untuk memeriksa dan meneliti laporan keuangan koperasi berkenaan dengan pembiayaan yang diberikan kepada koperasi.

19. Selama masa pembiayaan jika terjadi perubahan atau pergantian pengurus, Koperasi wajib menyampaikan laporan secara tertulis susunan pengurus yang baru kepada pihak BMI dan


(6)

……….

3/ 3 sepakat untuk mengikuti perjanjian pembiayaan dengan BMI sebagaimana telah disepakati dengan pengurus sebelumnya

Nomor : 318 /OL/03/BMI-TBL/X/20 Tanggal : 14 Oktober 2005

20. Selama masa pembiayaan Koperasi tidak diperkenankan menerima pembiayaan dari Bank lain tanpa persetujuan tertulis dari BMI.

21. Atas persetujuan pembiayaan ini, nasabah dilarang memberikan imbalan/hadiah/apapun bentuknya kepada karyawan/ti dan pejabat Bank Muamalat di setiap tingkatan.

Surat Persetujuan Prinsip ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pembiayaan yang akan dan telah dibuat sebelumnya antara PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Tanjung Balai dengan Koperasi Karyawan Maju Lestari (KOPKAR MAJU LESTARI) PT Socfin Indonesia serta satu sama lainnya terkait, dan akan dituangkan secara rinci dalam perjanjian pembiayaan dari notaris antara pihak Kopkar Maju Lestari dengan PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk.

Sebagai persetujuan mohon kiranya salinan surat ini ditandatangani di atas materai Rp. 6000,- berikut stempel perusahaan dan dikembalikan ke PT Bank Syariah Muamalat,Tbk Cabang Tanjung Balai, Jl. Letjen Jamin Ginting Km.1.

Demikianlah hal ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

PT. BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA, Tbk Cabang Tanjung Balai

Mandala Tri Wahono Nurridha

Branch Manager Marketing Officer

Mengetahui dan Menyetujui

Seluruh Ketentuan dan Persyaratan Tersebut diatas PENGURUS KOPKAR MAJU LESTARI PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA

Ketua Sekretaris Bendahara

Materai 6000


Dokumen yang terkait

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil Di PT BPR Tridana Percut Medan

0 32 88

Analisis Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Negara Indonesia Syariah (Persero), Tbk Cabang Medan

3 60 44

Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah Kepada Koperasi Studi Pada Bank Muamalat Cabang Medan

0 43 128

Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) (Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam)

1 62 141

Pengaruh penyaluran pembiayaan sektor UMKM ( Usaha mikro, kecil,dan menengah ) terhadap tingkat rasio non performing financing ( NPF) Bank Syariah: Studi kasus pada bank muamalat indonesia

0 3 164

Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BMT El-Syifa Ciganjur

14 101 151

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSINYA PADA BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK. CABANG SURABAYA) - Perbanas Institutional Repository

0 0 22