Judul skripsi : Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al Abaa’ Lil Abnaa’ - Test Repository

  

KONSEP ETIKA MENUNTUT ILMU MENURUT

SYEKH MUHAMMAD SYAKIR

DALAM KITAB WASHAYA AL-

  ABAA’ LIL ABNAA’ SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Oleh:

SAYYIDATUT TASLIYAH NIM. 111 13 175 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

MOTTO

  “ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduannya maka wajib baginya memiliki ilmu” (HR. Tirmidzi).

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi ini kepada:

  1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak Sholihudin dan Ibu Siti mahmudah yang selalu memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar menjadi orang yang bermanfaat.

  2. Kakak-kakakku tercinta Mas Topik, Mas Miftah, Mas Rofiq, Mas Fatkur dan Mbak Sayyidatul „Aini Ulfah.

  3. Sahabat-sahabat terbaikku, Asri Nariswari, Riza Fatmawati, Arifatul Fitriyah, Durotun Nasikah,dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semangatnya yang membuat saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita mencapai kesuksesan bersama. Amin.

  4. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, mahasiswa PAI 2013.

  5. Teman-teman PPL Tahun 2016 di SMK Muhammadiyah Salatiga serta teman-teman KKN 2017 di DusunKalangan, Kec. Klego, Kab. Boyolali yang telah banyak membantu dan bersedia bertukar pikiran serta motivasinya.

KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum wr.wb

  Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw, yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam sekaligus juga sebagai dosen pembimbing akademik.

  4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi.

  5. Kepada seluruh dosen Tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di FTIK IAIN Salatiga.

  

ABSTRAK

  Tasliyah, Sayyidatut. 2017. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh

  Muhammad Syakirdalam Kitab Washaya Al- Abaa’ Lil Abnaa.Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.

  Kata Kunci: Konsep, Etika, Menuntut Ilmu, Syekh Muhammad Syakir

  Penelitian ini menggunakan kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’

  karena kitab ini sangat cocok bagi peserta didik tingkat MI dan Mts. Karena kitab ini menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan bertujuan untuk mengetahui konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’. Adapun

  rumusan masalahnya antara lain: 1. Bagaimana konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’.

  2. Bagaimana relevansi konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa‟ Lil Abnaa‟ dengan pendidikan akhlak di MI dan Mts?. Penelitian ini merupakan penelitian library research yaitu penelitian dengan obyek kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’. Pengumpulan data

  dilakukan dengan analsiis data dengan metode analisis content dan metode induktif.

  Adapun hasil penelitian ini antara lain: 1. Konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’

  adalah peserta didik belajar dengan sungguh-sungguh dan memiliki semangat tinggi, manajemen waktu yang bermanfaat, membaca dan memahami pelajaran, melaksanakan diskusi dengan benar, melakukan belajar secara bertahap, taat pada aturan yang berlaku, menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, lebih memuliakan pendidik daripada orang tua, memiliki akhlak yang terpuji, mencari ridha pendidik. 2. Konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’ memiliki relevansi terhadap pendidikan akhlak di MI dan Mts. Hal itu dapat dilihat dari kurikulum 2013 dan tujuan pembelajaran serta proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Yang mana sama-sama mengendepankan akhlak dan sikap yang terpuji berdasarkan ajaran agma Islam. Oleh karena itu, kitab

  Washaya Al- Abaa’ Lil Abnaa’ dapat diajdikan sebagai salah satu pedoman

  dalam pelaksanaan menuntut ilmu.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ............................................................................... .. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... . ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... . v

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRISI..........................................................vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... . xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 D. Kajian Penelitian yang Relevan………………………………….6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8 F. MetodePenelitian………………………………………………... 8 G. Penegasan Istilah ......................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan ................................................................ 13

  BAB II BIOGRAFI SYEKH MUHAMMAD SYAKIR A. Riwayat Hidup Syekh Muhammad Syakir….............………......17 B. Karya-karya Syekh Muhammad Syakir ...................................... 20 BAB III PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD SYAKIR A. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir

  dalam KitabWashaya Al- Abaa‟ Lil Abnaa‟ ................................. 23 1.

  Belajar sungguh-sungguh dan semangat yang tinggi ........ 23 2. Manajemen Waktu ............................................................. 24 3. Membaca dan Memahami Pelajaran.................................. 24 4. Menciptakan Situasi dan Kondisi yang Kondusif ............. 26 5. Taat pada aturan……..……………………..…………....27 6. Lebih Memuliakan Pendidik ............................................. 28 7. Berakhlak Terpuji ............................................................. 29

  BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Etika Menuntut Ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir ....... 33 B. Relevansi Konsep Menuntut Ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir

  dalam kitab Washaya Al-

  Abaa” Lil Abnaa dalam Pendidikan Islam di

  Indonesia ............................................................................................... 53

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ ...... 61 B. Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  Lamp. 1 : Lembar Konsultasi Skripsi Lamp. 2 : Surat Penunjukan Pembimbing Lamp. 3 : Daftar Nilai SKK Lamp. 4 : Biografi Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan

  peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Mansur, 2004:57). Atau dengan kata lain pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penentuan dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia (Mansur, 2001:1).

  Pendidikan Nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Permendiknas no 22, 2007: 1).

  Tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya manusia yang baik, yang memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan guna melaksanakan tugas pengabdian kepada Allah dalam rangka melaksanakan sebagai realisasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT (Wahyudi, 2006:62).

  Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh kesejahteraan dunia maupun akhirat , maka mencari ilmu hukumnya wajib.

  Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karenannya banyak orang yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah SAW. Maka semua yang ada dibumi mendo‟akannya. Karena mencari ilmu itu pekerjaan yang memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka nabi pernah bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu, akan mendapatkan pertolongan dari Allah, karena Allah suka menolong orang yang mau bersusah payah dalam menjalankan kewajiban agama (Juwariyah, 2010:141).

  Setiap orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang diperlukannya saat itu, kapan saja. Oleh karena setiap orang Islam mengetahui rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya salat, supaya dapat melaksanakan kewajiban solat dengan sempurna (Aljufri, 2009:5).

  Di dalam proses pembelajaran menurut Muliawan (2014:20) didalamnya ada unsur-unsur pendidikan yaitu Pendidik (Guru) merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap proses pembinaan moral pendidik. Kedudukan pendidik terutama pendidik agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja. Karena pada dasarnya tugas pendidik pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak remaja (Peserta didik) yang berkepribadian muslim (Jalaluddin, 2001:19). Pendidik sebagai pendidik profesional, sebab secara implisif ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua (Daradjat, 2011:37).

  Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah sama dengan teori barat yaitu anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993:177) Sedang menurut H. Arifin menyebut “peserta didik” dengan manusia didik sebagai mahluk yang sedang dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju arah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996:144). Sedang menurut Jumali, 2004:35 peserta didik ialah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik dari segi fisik maupun dari segi mental psikologi.

  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU RI No 20 Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, 2003:7 ).

  Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi pembelajaran sangat bergantung pada cara pendidik menggunakan metode pembelajaran. Berkaitan dengan pendidikan akhlak, ada beberapa metode yang bisa digunakan (Zuhriyah, 2011:65).

  Salah satu sistem yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan adalah intitusi atau kelembagaan. Tanpa adanya tempat, kegiatan belajar tidak mungkin bisa dilakukan (Nata, 1997: 112).

  Ahklak yang baik adalah buah imam yang mendalam dan perkembangan relegius yang benar. Dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah SWT, rasa takut, bersandar, meminta ampun pada Allah, maka kita akan memiliki potensi menerima keutamaan dan kemuliaan akhlak (Fatbrani, 1996:10) serta akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al-Ghazali, 1994:46).

  Pendidikan akhlak mempunyai tujuan yaitu untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih. Bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan.Dari tujuan tersbut dapat diambil sebuah manfaat yaitu pendidikan akhlak mempunyai panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk (Nata, 2002:14).

  Dengan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim dari lahir sampai meninggal. Tapi dapat di zaman yang modern ini. Dapat dijumpai dimana-mana banyak problema yang timbul didalam pendidikan menuntut ilmu. Baik dari pendidik yang tidak profesional, berkepribadian tidak baik, tidak menguasai materi dengan baik, semaunya sendiri dan kurang memperhatikan kewajibannya sebagai pendidik. Sedangkan peserta didik banyak yang melanggar aturan yang berlaku, berkepribadian tidak baik, tidak menghormati ilmu, pendidik, teman dan pergaulan bebas serta semangat belajar peserta didik yang rendah.

  Penulis mengambil pemikiran Syekh Muhammad syakir dari kitab

  Washaya Al- Abaa’ Lil Abna’ dalam bab menuntut ilmu dikarenakan kitab

  ini mengulas tentang konsep-konsep menuntut ilmu dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh peserta didik khususnya para peserta didik tingkat MI dan Mts. Sehingga dengan mempelajarinya peserta peserta didik dapat menjadi pedoman dan mengamalkannya di dalam menuntut ilmu.

  Syekh Muhammad Syakir adalah seorang ulama yang hidup pada masa Mesir di bawah kekuasaan Usmaniah Turki. Beliau lahir dalam mahdzab Hanafi. Semasa hidup beliau dikenal ahli dalam bidang ilmu mantik, ilmu hadis dan ilmu akhlak, serta beliau juga seorang tokoh pendidikan, berjasa besar dalam dunia pendidikan. Lewat kitabnya belajar Washaya Al-

  Abaa’

Lil Abna’ memberi gambaran tentang nasehat pendidik kepada peserta

  didik, wasiat bertakwa kepada Allah SWT, hak dan kewajiban terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang tua, etika menuntut ilmu, akhlak yang baik dan buruk serta tasawuf dan disini penulis terfokus untuk meneliti tentang etika menuntut ilmu.

  Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan oleh penulis diatas. Maka dalam hal ini penulis ingin meneliti dan mengetahui lebih dalam dengan mengangkat judul skripsi “Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al- Abaa’ Lil Abna’”.

B. Rumusan Masalah

  Dengan banyaknya permasalahan yang muncul, maka penulis dengan penelitian ini mefokuskan pada beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad

  Syakir dalam Kitab Washoya Al-

  Abaa’lil Abnaa’? 2.

  Bagaimana relevansi konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ dengan

  pendidikan akidah-akhlak di MI dan Mts? C.

   Tujuan Penelitian

  Ada beberapa tujuan yang dapat diambil oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya:

  1. Untuk mengetetahui konsep menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab WashayaAl- Abaa’lil Abnaa’.

  2. Untuk mengetahui relevansi konsep menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ dengan pendidikan akidah akhlak di MI dan Mts.

D. Kajian Pustaka yang Relevan

  Dalam penulisan penelitian ini, terlebih dahulu penulis menelaah beberapa skripsi yang berkaitan dengan apa yang akan penulis tuangkan dalam penelitian ini. Adapun penelitian atau skripsi-skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran umum tentang sasaran yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini, dan menghindari kesamaan pembahasan dengan skripsi sebelumnya.

  1. Skripsi dari Nur Afidatul Lailiyah, Alumni IAIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan PAI tahun 2013, yang berjudul “ Konsep Pendidikan Moral Perspektif Kitab Washoya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir Al-Iskandari.

  Dalam skripsinya pengarang mengungkapkan pengertian moral, macam-macamnya serta tujuannya, metode dan model pendidikan moral, biografi, karya-karya Syekh Muhammad Syakir dan gambaran isi kitab. Menitik beratkan pada pendidikan moral pada penddidikan moral perspektif kitab Washoya Al- Abaa’lil Abnaa’.

  2. Skripsi dari Muhammad Irsyadi, Alumni IAIN Salatiga, Fakultas Tarbiyah PAI tahun 2013, yang berjudul Pendidikan Kepribadian

  Anak dalam Kitab Washoya Al- Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir. Dalam skripsinya pengarang mengungkapkan

  tentang konsep pendidikan, metode pembelajaran, pilar-pilar kepribadian, ilmu, akhlak kepada guru, ilmu, diri sendiri, teman dan lingkungan. Menitik beratkan kepada pendidikan anak meliputi ilmu, akhlak dan amal bakti.

3. Skripsi dari Amin Zamroni, Alumni Unissula Semarang, Fakultas

  Ilmu Tarbiyah tahun 2014, yang berjudul Pemikiran Syekh

  Muhammad Syakir Tentang Pendidikan Akhlak Anak (Analisis Kitab Washoya Al- Abaa’lil Abnaa’). Pengarang mengungkapkan tentang

  akhlak serta macam-macamnya, pemikiran serta biografi Syekh Muhammad Syakir. Menitik beratkan pada pendidikan akhlak anak.

  Dari 3 skripsi diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam pendidikan anak harus di dasari dengan pendidikan moral, akhlak dan kepribadian yang baik dengan analisis kitab Washoya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir.

  Berdasarkan kajian pustaka diatas, belum ada yang membahas tentang konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam

  Kitab Washoya Al- Abaa’lil Abnaa’.

E. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan khasanah keilmuan terhadap pendidikan Islam di Indonesia yang terkait denganKonsep Menuntut Ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’lil Abnaa’

2. Manfaat Praktik

  Penelitian ini berupaya untuk mengkaji ulang Konsep Menuntut Ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam Kitab

  Washoya Al- Abaa’lil Abnaa’ untuk mewujudkan akhlak peserta

  didik dalam menuntut ilmu dengan senantiasa memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT belajar yang sungguh- sungguh juga menghormati ilmu, pendidk dan teman-temannya. Serta diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi bagi masyarakat khususnya bagi pendidk dan peserta didik dalam menuntut ilmu. Agar dipermudah dalam menuntut ilmu dan berkah ilmunya.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Penelitian dalam skripsi ini termasuk jenis penelitian kepustakaan atau disebut dengan Libraby Research yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya buku, Koran, majalah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir.

2. Sumber data

  Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder. a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini, yaitu Kitab Washoya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data informasi yang dipeoleh dari sumber-sumber lain selain data primer, yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tema penelitian yang dilakukan. Diantaranya buku-buku literatur, internet, artikel, dan sumber data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti terjemah syarah kitab Washoya Al-

  Abaa’ lil Abnaa’. Untuk memudahkan penulis dalam

  menerjemahkan kitab aslinya. Dalam penulisan ini tentu tidak lepas akan adanya beberapa referensi yang berkorelasi dengan judul untuk membantu menjelaskan, menjabarkan dan memperkuat pendapat yang dikemukakan Syekh MuhammadSyakir.

3. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif. Dengan demikian pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu menghimpun data dengan cara menggunakan bahan-bahan tertulis, seperti dari buku, kitab, jurnal, surat kabar, ataupun artikel yang berkaitan dengan judul.

  a.

  Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:

  1) Metode Analisis Content atau isi. Metode ini merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi (Muhadjir, 1992:76). Menurut (Bungin, 2001:172-173) analisis ini adalah teknik penelitian yang membuat inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan berdasarkan pertimbangan yang dibuat sebelumnya atau pertimbangan umum; simpulan) yang dapat ditiru (Replicabel), dan shahih data dengan memperhatikan konteksya.

  2) Metode Induktif merupakan cara berfikir dengan berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik menjadi pemecahan yang bersifat umum (Hadi, 1981:42).

  3) Metode Kontekstual

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia konteks berarti apa yang ada di depan dan di belakang (KKBI, 2005:521). Metode kontekstual adalah metode yang digunakan untuk mencari, mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih konkret (terkait dengan kehidupan nyata). Metode ini akan membantu penulis untuk mengaitkan antara isi yang ada di dalam kitab Washaya Al-

  Aba’ Lil Abnaa’

  dengan pendidikan akidah akhlak di MI dan Mts situasi dan mendorong penulis untuk membuat hubungan antara isi yang ada dalam kitab Washaya

  Al- Aba’ Lil Abnaa’ dengan penerapannya dalam

  pendidikan akidah akhlak di MI dan Mts.

G. Penegasan Istilah 1.

  Konsep Konsep adalah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Pengertian disini ruang lingkup tentang suatu nilai terhadap pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:558).

  Konsep juga berasal dari kata latin Concipere yang berarti mencakup, mengambil, menangkap.Dari kata concipere muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan. Konsep ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan istilah pengertian yakni makna yang terkandung oleh sesuatu (Bakri, 1986:2).

  Jadi konsep disini adalah suatu rancangan tentang konsep menuntut ilmu dari pemikiran Syeh Muhammad Syakir dan penulis juga membahas tentang bagaimana rancangan konsep menuntut ilmu menurut Syehk Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’lil Abnaa’.

  2. Etika Secara bahasa, berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak, kesusilaan, atau adat. Dalam Encyclopedia britanica dijelaskan bahawa etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti karakter dan studi yang sistematis tentang pengertian dan hakikat nilai baik dan buruk, salah dan benar, seharusnya dan tidak sepantasnya, serta prinsip umum yang membenarkan kita melakukan atau menggunakan sesuatu. Dalam bahasa belanda ethica berarti ilmu moral atau etika; ethisch berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan moral; sedangkan etiquette adalah tata tertib dalam pergaulan (Depag, 2009:6).

  Sedangkan secara istilah etika adalah cabang aksiologi yang secara prinsipil membicarakan masalah predikat-predikat nilai “benar” (right) dan “salah” (wrong) dalam pengertian susila (moral) dan tindak susila (immoral) (Halimi, 2008:12).

  Jadi etika adalah akhlak atau perbuatan manusia baik maupun buruk didalam bersosialisasi dengan sesama maupun dengan lingkungan.

  3. Menuntut Iilmu Menuntut Ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tinggkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan (Masan, 1994:142-143).

  . Menuntut ilmu merupakan salah satu wujud dari ibadah yang didasari iman kepada Allah. Seperti sabda Nabi Muhammad saw “barangsiapa berjalan disuatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga serta sabda Nabi muhammad saw ” Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki- laki maupun perempuan dari lahir sampai liang lahat”.

  Jadi menuntut ilmu itu kewajiban setiap muslim laki-laki dan perempuan. Tidak dibedakan antara kedunya. Dengan demikian yang diharapkan dari menuntut ilmu adalah perubahan dari segala aspek yang kurang baik ke yang lebih baik lagi agar selamat dan bahagia di dunia dan akherat.

4. Syekh Muhammad Syakir

  Syekh Muhammad Syakir lahir di Jurja pada pertengahan syawal tahun 1282 H. Ayahnya bernama Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris (Bruinessen, 1995:160). Beliau lahir dalam mazhab Hanafi, dalam wasiatnya hak-hak teman, beliau menjadikan iman Hanafi sebagai contoh, yakni saat imam Hanafi ditanya tentang keberhasilannya dalam memperoleh ilmu pengetahuan, beliau menjawab”saya tidak pernah malas mengajarkan ilmu pengetahuan pada orang lain dan terus berusaha menuntut ilmu”. Selain itu, memang sebagian warga Mesir adalah pengikut Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki mendominasi Mesir bagian atas, sedangkan Syiah mendominasi mesir bagian bawah (Abdulah, 2002:173).

  Beliau akhli dalam bidang akhlak, ilmu mantik dan ilmu hadist. Semasa hidupnya beliau menghafal Al-Qur

  ‟an dan belajar dasar- dasar studi di Jurna. Kemudian beliau bepergian untuk menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar. Pada saat belajar di sana beliau belajar dengan pendidik besar pada masa itu. Pada tahun 1307 H beliau dipercayai untuk memberikan fatwa dan menduduki jabatan sebagai ketua mahkama Mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan tinggal disana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Beliau adalah seorang tokoh pembaharu di Universitas Al-Azhar. (Abdullah, 2002:172).

5. Kitab Washaya Al-Abaa’lil Abnaa’

  Kitab Washaya Al-

  Abaa’lil Abnaa’ adalah kitab yang berisi

  wasiat tentang akhlak atau adab didalam proses pendidikan yang diberikan oleh pendik kepada peserta didik. Dalam mengungkapkan nasehat-nasehatnya tentang akhlak Syekh Muhammad Syakir menempatkan dirinya sebagai guru sedang menasehati muridnya.

  Dimana hubungan pendidik dan peserta didik di diibaratkan sebagaimana orang tua dan anak kandung. Bisa dikatakan begitu karena orang tua kandung pasti mengharapkan kebaikan pada anaknya, maka dari seorang guru yang baik adalah guru yang mengharapkan kebaikan pada anak didiknya, menyayangi sebagaimana anak kandungnya sendiri, salah satunya lewat

  mau’idhoh hasanah, teladan yang baik dan mendo‟akan kebaikan anaknya.

  Kitab ini selesai dikarang oleh Syekh Muhammad Syakir pada bulan Dzul Qo‟dah pada Tahun 1326 H atau 1907 M (Muhammad Syakir, tt:47). Kitab ini sangat familiar dalam kurikulum non formal seperti madrasah diniyah dan pesantren. Namun tidak familiar dalam kurikulum pendidikan formal. Biasanya kitab ini dikaji pada santri yang baru awal masuk pesantren sebagai bekal dalam menuntut ilmu.

H. Sistematika Penulisan

  Pada bagian ini penulis akan menjabarkan secara global dari penulisan penelitian yang berkaitan dengan Konsep Menuntut Ilmu menurut Syeh Syakir Adapun sistimatika penulisan atau urutan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I: Pada bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencangkup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penelitian.

  BAB II: Berisi tentang biografi, pada bab ini penulis akan meaparkan tentang: Riwayat hidup Syekh Muhammad Syakir dan hasil karya dari Syekh Muhammad Syakir kita.

  BAB III: Berisi tentang diskripsi pemikiran dari Syekh Muhammad Syakir tentang konsep etika menuntut ilmu dalam kitab Washaya Al- Abaa’ Lil Abnaa’. BAB IV:Pada bab ini berisi tentang pembahasan, pada bab ini menjelaskan tentang konsep-konsep pendidikan Syekh Muhammad Syakir yang terdapat dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’dan relevansi konsep etika menuntut ilmu

  dalam kitab Washoya Al-

  Abaa’ lil Abnaa’ dengan pendidikan akidah-akhlak di MI dan Mts.

  BAB V :Penutup, Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran

BAB II BIOGRAFI SYEKH MUHAMMAD SYAKIR A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir Muhammad Syekh Syakir lahir di Jurja, pada pertengahan syawal

  tahun 1282 H. Ayahnya bernama Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris ( Bruinessen, 1995:160). Beliau adalah Abdul Qadir.Beliau lahir dikairo Mesir pada tanggal 29 Jumadil Akhir 1309 H. (sekitar abad ke-19 M), pada hari jum‟at ketika fajar menyingsing. Beliau masih keturunan shahabat Rasulullah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu

  „anhu. sy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir bin Muhammad bin Ahmad bin Abdil Qadir. Beliau lahir dalam mazhab Hanafi, dalam wasiatnya pada bab hak-hak teman, beliau menjadikan iman Hanafi sebagai contoh, yakni saat imam Hanafi ditanya tentang keberhasilannya dalam memperoleh ilmu pengetahuan, beliau menjawab ”saya tidak pernah malas mengajarkan ilmu pengetahuan pada orang lain dan terus berusaha menuntut ilmu”. Selain itu, memang sebagian warga Mesir adalah pengikut Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki mendominasi Mesir bagian atas, sedangkan Syiah mendominasi Mesir bagian bawah (Abdulah, 2002:173).

  Syekh Muhammad Syakir mulai jadi seorang penunut ilmu sejak usiannya belumlah meguncapai sepuluh tahun. Ayah beliaulah yang menjadi guru utama beliau. Beliau belajar berbagai cabang ilmu, ketika ayahnya yang sebelumnya adalah kepala hakim di Sudan pindah ke Iskandariyah, Syekh Muhammad Syakir juga turur serta. Beliaupun kemudian tumbuh terbimbing di lingkungan ulama.Di antara ulama tersebut adalah Asy-Syaikh Abdussalam Al-Faqi, dimana beliau belajar syair dan sastra Arab dari beliau. Waktu itu usia beliau belumlah samapai 20 tahun, akan tetapi beliau telah bersemangat untuk mempelajari ilmu hadits. Ketika ayahnya diangkat menjadi wakil rector Universitas Al-azar, Syaikh Muhammad Syakir juga ikut belajar di Universitas tersebut. Di sana beliau belajar dari beberapa orang ulama, diantaranya: Asy Syaikh Ahmad Ays-Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al- Qasimi. Menurut Asy-Syaikh Muhammad Hamid Syekh Muhammad Syakir memiliki kesabaran yang begitu tinggi. Hafalannya pun kuat tidak tertandingi, beliau juga memiliki kemammpuan tinggi dalam memahami hadits dan bagus mengungkapkannya dengan akal dan nash. Beliau juga dalam pandangan ilmunya serta taqlid kepada seorang pun (https:/ /

  

ahlulhadits.Wordpress.Com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,akses 18

april 2017, 09.30 WIB).

  Semasa hidupnya beliau menghafal Al- Qur‟an dan belajar dasar- dasar studi di Jurna. Kemudian beliau bepergian untuk menuntut ilmu di

  Universitas Al-Azhar. Pada saat belajar di sana beliau belajar dengan guru- guru besar pada masa itu. Pada tahun 1307 H beliau dipercayai untuk memberikan fatwa dan menduduki jabatan sebagai ketua mahkama mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan tinggal disana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Beliau adalah seorang tokoh pembaharu di Universitas Al-Azhar.

  (Abdullah, 2002:172).

  Syekh Muhammad Syakir adalah orang pertama yang menduduki jabatan ini dan orang pertama yang menetapkan hukum-hukum hakim yang syar‟i di Sudan di atas asas yang paling terpercaya dan paling kuat. (Zainuddin, Ahli Hadis, sumber http) pada tahun 1322 H, beliau di tunjuk sebagai ulama Iskandariyyah sampai membuahkan hasil dan memunculkan bagi kaum muslimin, orang-orang yang menunjukkan umat supaya dapat mengembalikan kejayaan Islam di seantero dunia, selain itu beliau juga sebagai wakil para guru Al-Azhar, sampai beliau menebarkan benih-benih yang baik ketika itu, beliau menggunakan kesempatan dengan mendirikan

  

Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H. kemudian beliau berusaha

  untuk menjadi anggota organisasi tersebut sebagai pilihannya dari segi pemerintahan Mesir (Abdullah,2002: 173).

  Dengan itulah beliau meninggalkan jabatannya, serta enggan untuk kembali pada satu bagian pun dan jabatan-jabatan tersebut. Beliau tidak lagi berhasrat setelah itu kepada sesuatu yang memikat dirinya, bahkan beliau lebih mengutamakan untuk hidup dalam keadaan pikiran, amalan hati, dan ilmu yang bebas lepas. Di samping itu, beliau memiliki pemikiran yang benar pada tulisannya, dan ucapan-ucapan yang membakar, senantiasa ada yang menentang itu yang mengumandangkannya pada pikiran-pikiran sebagian besar orang-orang yang bersikeras terhadap perkara-perkara

  

Ijtimaiyyah . Dan termasuk karakteristik beliau yaitu bahwa beliau

  mengokohkan pemikirannya. Beliau merupakan seorang tokoh pemberani bukan pengecut, tidak menghindar dari seorangpun, dan tidak merasa takut kecuali kepada Allah Ta‟ala, Pada akhir hayatnya, beliau terbaring di rumahnya karena sakit, dan selalu berada di ranjangnya tatkala lumpuh menimpannya. Beliau merasakan sakitnya dengan sabar dan penuh berharap atas ampunan-Nya, terhadap ridho Tuhan-Nya dan terhadap dirinya, dengan penuh keyakinan bahwa dirinya benar-benar telah menegakkan apa yang diwajibkan bagi dirinya berdasarkan agamannya dan umatnya, menunggunpanggilan umatnya, menunggu panggilan Robbnya kepada hambaNya yang shaleh.

  Beliau rahimahullah wafat pada tahun 1358 H yang bertepatan pada 1939 M. Semoga Allah Ta‟ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan semoga juga terlimpah bagi anak beliau yaitu Al-

  „Allamah Syaikh Ahmad Muhammad Syakir Abil Asybal sorang muhaddits besar yang wafat pada taun 1958 M. Beliau telah menulis suatu risalah tentang perjalanan hidup ayahnya yang diberi nama “Muhammad Syakir” seorang tokoh dan para tokoh zaman (Abdullah, 2002: 173)

B. Karya-karya Syekh Muhammad Syakir

  Syekh Muhammad Syakir telah banyak memberikan kontribusi yang besar bagi dunia Islam. Diantara karya-karyanya yaitu:

1. Dalam bidang akhlak adalah Washaya al- abaa’ lil abnaa.

  2. Dalam bidang ilmu Mantik beliau berhasil menulis kitab Min al- Himayah ala Sayyadah .

  3. Dalam bidang ilmu Hadist kitab al-Idah li al Matan Isauji adalah karyanya

  

akses pada 11 April 2017, 21.27 WIB).

  Dalam bidang ilmu Mantik beliau berhasil menulis kitab Min al- himayah ala sayyadah.

  Dalam bidang ilmu hadist perhatian Syekh Muhammad Syakir terhadap sunnah Nabi amat besar. dimana dalam hal ini telah terlihat dalam kitab-kitab Syekh Muhammad Syakir yang berisi tahqiq/teliti dan perhatiannya terhadap kitab-kitab hadits. Dalam bidang hadits ini karya Syekh Muhammad Syakir meliputi: 1.

   Kitab al-idah Li al Matan Isauji 2.

  Syarh Musnad Imam Ahmaad (selesi samapi beliau wafat) 3. Tahqiq terhadap Al-Ihkam karya Ibnu Hazm 4. Tahqiqi terhadap Alfiyatul Hadits Karya As-Syuyuti 5. Takhrij terhadap Tafsir At-Thabrani bersama sudara beliau

  Muhmud Syakir 6. Tahqiq terhadap kitab Al-Kharaj karya Yahya bin Adam 7. Tahqiq terhadap kitab Ar-Raudathun Nadhiyah karya Shiddiq hasan Khan

8. Ta’lid dan Tahqiq terhadap Al-Muhalla Karya Ibnu Hazm 9.

  Tahqiq Syarh Aidah Thahawiyah 10.

  Syarh Sunnah At-Tirmidz (belum selesai sampai beliau wafat)

11. Umdatut Tafsir ringkasan Tafsir Ibnu katsir (belum selesai sampai beliau wafat).

  12. Syarh Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (bar beliau wafat) padau mencapai pesertiganya beliau wafat tahun 1946 M.) Syekh Muhammad Syakir termasuk imam dalam ilmu hadits. Karena telah banyak memberikan kontribusi di dalam bidang ilmu hadits. Pengakuan ini akan semakin kuat dari kalangan para penuntut ilmu hadits Nabi.

  Serta dalam bidang ilmu Akhlak karya Syekh Muhammad Syakir dalamkitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’ yang didalmnya

  membahas tentang nasehat-nasehat guru kepada muridnya dalam hal taqwa kepada Allah, adab menuntut ilmu dan bersosialisai dengan sesama, hubungan dengan Allah swt dan hungan dengan lingkuangan ada (https:/ / ahlulhadits.Wordpress.Com/2007/09/26/syaikh-ahmad-

  syakir/ ,akses 18 april 2017, 09.30 WIB).

  Karena keberadaan penulis yang tidak memungkinkan menelusuri sampai negara asal atau tempat dimana beliau pernah berkiprah, dan juga tidak banyaknya para pendahulu yang menelusuri sejarah Muhammad Syekh Syakir dan tidak memungkinkannya menemui Para ahli waris yang sangat sulit untuk ditelusuri, akhirnya penulis menfokuskan pada informasi yang telah dihimpun untuk memperjelas tentang karya-karya Syekh Muhammad Syakir.

BAB III PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD SYAKIR A. Pemikiran Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Syakir dalam Kitab Washaya Al- Abaa’ Lil Abnaa’ Dalam bukunya Syekh Muhammad Syakir telah memberikan

  pemahaman tentang bagaimana menuntut ilmu, adab-adab yang ada didalam menuntut ilmu tersebut. Setelah penulis membaca dan memahami konsep menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir. Penulis menemukan ide atau gagasan tentang konsep menuntut ilmu yang terdapat dalam kitab washaya Al- Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir.

  Konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al-

  Abaa’ Lil Abnaa’ yaitu sebagai berikut: 1.

  Belajar yang sungguh-sungguh dan semangat yang tinggi Peserta didik harus belajar yang sungguh-sungguh, semangat dan memanfaatkan waktu yang baik. Adapun yang terkutip dalam kitab ini yaitu:

  َهِزْلَٚ ٍََٝع ْص يَنُب اَي

  ِشْحاَٚ ,ٍطبَشَٔ َٚ ٍّذِجِث ٍُِِْعٌْا ِتٍََط ٍََٝع ًِْجْلَا : .

  بَُ٘ذْ١ِفَزْغَر ٍخٌََأْغَِّث ِْٗ١ِف ُعَفَْٕر َلا ٌءَْٟش ُِِْٕٗ َتَْ٘زَ٠ َْْا

“Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat.

  

Janganlah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak

mendatangkan manfaat bag imu”.

  Jadi dalam menuntut ilmu peserta didik harus ikhtiar belajar yang sungguh- sungguh dan semangat tinggi dan iringi dengan berdo‟a. Agar dipermudah dalam menuntut ilmu serta ilmunya berkah dan manfaat di dunia akherat.

  2. Manajemen Waktu Peserta didik sebagai penuntut ilmu harus pandai-pandai untuk manajemen waktu dengan baik. Mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat seperti: ibadah, membaca buku pelajaran atau buku yang positif lainya misalnya: biografi, sejarah, novel. Di samping itu peserta didik tidak menunda-nunda pekerjaan dan tidak mengisi waktu dengan banyakbermain yang hanya sia-sia yang tidak mendatangkan kemanfaatan. Bermain boleh tapi sewajarnya saja untuk refesing.

  Di dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menyelaskan

  بَُ٘ذْ١ِفَزْغر ٍخٌََأْغَِّث ِْٗ١ِف ُعَفَْٕر َلا ٌءَْٟش ُِِْٕٗ َتْ٘ذَ٠ َْْا َه ِزْلَٛىٍََع ْصِشْحاَٚ

  “Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak

  mendatangkan manfaat bagimu.”

  Jadi peserta didik harus bisa menggunakan waktu sebaik-baiknya mengisi dengan hal-hal yang positif yang mendatangkan kemanfaatan

  3. Membaca dan Memahami Pelajaran Peserta didik di manapun berada baik di sekolah, rumah, perpustakaan maupun tempat lainnya. Peserta didik dapat membaca dan memahami materi pelajaran. Seperti yang terkutip dalam kitab tersebut adalah:

  َِِٓ بَِٙعبَِّزْعِأ ًَْجَل ًحَذَّ١َج ًخَعٌَبَطُِ َهْ١ٍََع َحَسَّشَمٌُّْا َهَعُْٚسُد ْعٌِبَط َِِٓ ٍخٌََأْغَِ ِٟف ُشَِْلأا َهْ١ٍََع ًََىْشَأ اَرِاَٚ ,ِطْسَّذٌا ِظٍِْجَِ ِٝف ِربَزْعُلأا

  بَِٙضْشَع ِِْٓ ْفِىَْٕزْغَر َلََف ِيِءبَغٌَّا َُٗعَِ َنِشَزْشَزٌِ َهِٔاَْٛخِأ ِذَحَأ ٍَٝع

بًَّْٙف ٌَُْٝٚ ْلاا َُِْٙف ًَْجَل َٜشْخُا ٌَِٝا ٍخٌََأْغَِ ِِْٓ ًِْمَزَْٕر َلاَٚ ،بََِِّْٙٙ ِٝف