RPI2JM Bidang PU Cipta Karya Tulungagung

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN BAB LINGKUNGAN

  IV Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah proses

  pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Skema pembangunan berkelanjutan: pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian "pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan.

Gambar 4.1 Skema Pembangunan Berkelanjutan Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis, yakni infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasaran kesehatan dan pendidikan.

  Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi dan sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Semakin besar alokasi dana untuk perbaikan infrastruktur, maka semakin besar penurunan angka pengangguran yang secara simultan akan mengurangi kemiskinan.

  Sesuai dengan amanah Undang – undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menggariskan bahwa pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lahan, keseimbangan, keserasian dan keterpaduan. Seiring dengan penggunaan ruang yang semakin padat, sedangkan ruang yang tersedia terbatas, maka diperlukan pengaturan pemanfaatan ruang sesuai penggunaannya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lainnya.

  Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten di selatan Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan letak geografis yang strategis guna mendukung perkembangan pembangunan Kabupaten Tulungagung sendiri maupun kabupaten sekitarnya. Dengan keadaan tersebut, Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi besar serta tantangan serta dan permasalahan tersebut, diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang terarah, terpadu, dan menyeluruh dengan memperhatikan 4 (empat) pilar pembangunan yaitu pilar ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang didukung oleh pilar aparatur dan birokrasi.

  Untuk mewujudkan pembangunan di Kabupaten Tulungagung yang berwawasan lingkungan, maka disusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Berdasarkan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa dalam mengupayakan perbaikan kualitas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka penyusunan RPJMD harus dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau Strategic Environmental Assessment (SEA). KLHS merupakan salah satu alat bantu yang berupaya memperbaiki kerangka pikir (framework of thinking) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.

  Kewajiban pelaksanaan KLHS oleh Pemerintah Daerah termuat didalam Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 15 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan KLHS kedalam penyusunan atau evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang wilayah beserta rinciannya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan jangka Menengah, baik di tingkat nasional, Provinsi, dan kabupaten; dan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup.

Tabel 4.1 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  4.1 Sosial

  1. Pencemaran menyebabkan berkembangnya Polusi atau pencemaran lingkungan adalah wabah penyakit masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

  Pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air, tanah dan udara baik yang dikategorikan sebagai pencemaran ringan, kronis muapun pencemaran akut. Bahan pencemaran lingkungan dibedakan lagi menjadi empat jenis yang terdiri atas bahan pencemaran kimiawi, biologi, fisik dan pencemaran suara. semua jenis pencemaran lingkungan tersebut memiliki kerugiannya masing-masing yang dapat merusak atau menurunkan kualitas dari lingkungan tersebut.

  Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Sedangkan proses tidak langsung adalah bereaksinya beberapa zat kimia di udara, air maupun tanah yang pada akhirnya menyebabkan pencemaran. Pencemar yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  Pencemaran yang paling rentan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari selain polusi udara adalah polusi akibat sampah. Dampak sampah bagi manusia dan lingkungan sangat besar baik sampah domestik maupun non domestik, kesemuanya sangat merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Sampah-sampah yang menumpuk merupakan salah satu sumber penyakit yang terbesar. Bakteri penyebab TBC dan penyakit berbahaya lainnya banyak bersarang di sampah- sampah tersebut. Apabila tidak ada penanganan yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, wabah penyakit akan timbul dan membahayakan mahluk hidup yang ada di lingkungan tersebut, tak terkecuali hewan dan tumbuhan.

  4.2 Ekonomi

  1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan Kerusakan lingkungan disebabkan oleh banyak lingkungan faktor, terutama ulah manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan itu sendiri. Manusia seharusnya bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan, tetapi mereka justru merusak lingkungan. Mereka cenderung mengambil kekayaan alam seenaknya sehingga menimbulkan kerusakan dan polusi. Setelah kekayaan alam digunakan, mereka tidak peduli terhadap kebutuhan generasi mendatang yang juga memiliki hak untuk menikmatinya. Kebutuhan seringkali mendorong manusia untuk mengambil sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mempedulikan dampaknya. Salah satu faktor utama penyebab rusaknya lingkungan adalah kemiskinan.

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  Banyak pakar mengemukakan pendapat bahwa kemiskinan adalah salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan di negeri ini. Kemiskinan bisa kita temui dengan mudah di kota-kota besar. Pedesaan juga rawan kemiskinan karena pertumbuhan ekonomi di desa tidaklah secepat kota. Selain itu, tidak ada minat untuk mengembangkan ekonomi perdesaan karena dinilai tidak bisa menghasilkan keuntungan besar. Lalu apa kaitannya dengan lingkungan hidup? Kemiskinan di kota besar mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan, tetapi penduduk miskin yang tinggal di desa cenderung merusak lingkungan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika mereka terdesak oleh kebutuhan ekonomi, mereka bisa merusak hutan atau lingkungan sekitar, atau mengambil kekayaan alam tanpa perhitungan. Penduduk miskin akan menebangi pohon untuk mencukupi kebutuhan hidup. Mereka memanfaatkan lahan marginal secara tidak proporsional. Jika tidak ada sumber penghasilan yang bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka terpaksa merampas kekayaan alam untuk memenuhinya. Hutan menjadi satu-satunya tempat yang bisa mereka manfaatkan untuk bertahan hidup.

  Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penduduk miskin cenderung dipengaruhi oleh pola pikir mereka. Karena mereka terhimpit oleh kemiskinan, pikiran mereka hanya terfokus pada makanan yang bisa mereka dapatkan untuk bertahan hidup hari ini. Pemikiran sempit inilah

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  yang mendorong mereka merusak lingkungan dan merampas kekayaannya tanpa memberikan waktu bagi alam untuk memperbarui sumber dayanya. Lingkungan hanya dipandang sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tidak ada rencana apapun untuk memanfaatkan kekayaan lingkungan seefektif mungkin. Selama lingkungan masih bisa memenuhi kebutuhan mereka, mereka tidak peduli terhadap kerusakan lingkungan.

  2. Perkembangan ekonomi lokal dari Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pembangunan infrastruktur permukiman aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan suatu daerah. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Untuk infrastruktur Pekerjaan Umum, pembangunan sejauh ini pada hakikatnya telah memberi landasan yang mendukung kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini tercermin dari pengembangan sumber daya air telah menjadi pendukung program ketahanan pangan, dan menjadi sumber air bagi penyediaan air minum dan air untuk berbagai keperluan lainnya seperti pembangkit listrik tenaga air dan pengendalian banjir yang kesemuanya mendukung pengembangan perkotaan, industri dan sektor jasa. Dibidang jalan, telah terbangun Aset Jalan yang telah menghubungkan berbagai pusat permukiman

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  dan pasar, sehingga memberi manfaat terutama meningkatnya mobilitas distribusi berbagai produk barang dan jasa. Sistem air bersih yang terbangun telah melayani sekian juta penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan, dan pembangunan prasarana lingkungan permukiman yang tersebar di kota besar dan sedang telah memberi manfaat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah, peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal, serta terbukanya kesempatan kerja

  4.3 Lingkungan

  1. Kecukupan air baku untuk air minum Sumber air baku yang dapat digunakan untuk kebutuhan air minum terdiri dari mata air, air permukaan (sungai, danau, waduk, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor) maupun air hujan. Dari segi kualitas air, kualitas mata air relatif jernih dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada umumnya, dengan demikian mata air lebih baik digunakan dibandingkan dengan air permukaan. Namun keberadaan mata air ini pada saat ini terus berkurang. Air tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah. Air hujan yang keberadaannya sangat tergantung musim, masih dapat digunakan sebagai sumber air baku dengan membangun tangki penampungan atau waduk dalam skala besar. Di wilayah pedesaan Tulungagung, kondisi air tanah masih bagus sehingga masyarakat cenderung memanfaatkan air tanah dari sumur sebagai sumber air baku.

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  Sedangkan masyarakat perkotaan menggunakan jasa PDAM.

  2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur Pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yang tidak berfungsi maksimal yaitu: tujuan pembangunan dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimal dengan dampak negatif terhadap lingkungan yang minimal.

  Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, selain mempunyai dampak positif ternyata pembangunan infrastruktur juga mempunyai dampak negatif. Pembangunan infrastruktur juga berdampak negatif bagi kelestarian alam, diantaranya dengan berkurangnya sumberdaya alam akibat ekploitasi berlebihan, pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur perekonomian yang identik dengan perusakan alam. Sehingga hal tersebut menimbulkan suatu pernyataan bahwa pembangunan infrastruktur selalu identik dengan perusakan alam. Infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal baik itu karena rusak atau terbengkalai karena tidak termanfaatkan dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Kita ambil saja contoh infrastruktur permukiman berupa saluran air limbah. Apabila saluran air limbah ini tidak

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  berfungsi maksimal karena rusak maka akan terjadi leakege atau kebocoran yang menyebabkan tercemarinya tanah dan air tanah oleh air limbah yang merembes ke dalam tanah.

  3. Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan Permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan yg berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha) dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah, jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar, sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diluar perundang-undangan yang berlaku. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah sosial tidak mudah untuk diatasi Permukiman kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dampak langsung dari adanya permukiman kumuh dalam hal keruangan yaitu adanya penurunan kualitas lingkungan fisik maupun sosial permukiman yang berakibat semakin rendahnya mutu lingkungan sebagai tempat tinggal. Dampak negatif dari pemukiman kumuh bagi lingkungan antara lain:

  • Pemborosan energi karena biasanya pada lingkungan tersebut masyarakat kurang mempunyai kesadaran yang lebih akan hal ini, dan sering mengunakan nya lampu filamen dan juga merangkai arus listerik secara asal yang menyebabkan pemborosan energi listrik.
  • Terjangkitnya penyakit menular karna kurang terkelolanya dengan baik masalah kebersihan.

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  • Penumpukan sampah dan limbah material rumah yang tidak bisa didaur ulang karna tidak menggunakan suistinable material.
  • Dapat merusaknya lapisan ozon karna hasil pembakaran sampah yang asal oleh masyarakat sekitar, karna tidak adanya pengelola sampah.
  • Wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor.

  4. Dampak perubahan iklim terhadap kawasan Berbagai hasil penelitian di bidang perubahan iklim permukiman dan upaya mitigasi dan adaptasi yang selama ini dilakukan mengindikasikan bahwa yang telah dilakukan perubahan iklim dan dampaknya sedang terjadi di

  Indonesia. Peristiwa-peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia, menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan lagi sebuah isu. Perubahan iklim adalah sebuah fakta yang harus dihadapi oleh masyarakat di bumi. Terjadinya perubahan iklim berkaitan erat dengan perilaku manusia sekaligus iklim itu sendiri.

  Dampak perubahan iklim di wilayah perkotaan yaitu: kota-kota memiliki suhu yang lebih hangat dan lebih sering mengalami siang dan malam yang panas di banyak wilayah; sedikit hari dan malam yang dingin; peningkatan frekuensi angin/ gelombang; peningkatan frekuensi kejadian hujan deras di beberapa wilayah; penambahan daerah yang terkena bencana kekeringan; peningkatan aktivitas badai tropis yang intens, dan peningkatan insiden kenaikan permukaan air laut tinggi ekstrim.

  Dampak perubahan iklim, di beberapa kota juga ditambah dengan masalah penyediaan sarana- prasarana dasar penghuninya. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kondisi ketersediaan air,

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3)

  infrastruktur fisik, transportasi, permintamaan dan penawaran barang dan jasa, penyediaan energi dan produksi industri. Dampak perubahan iklim akan mengganggu potensi ekonomi lokal. Beberapa penduduk dapat kehilangan aset dan mata pencaharian. Dampak perubahan iklim sangat dirasakan di wilayah pesisir atau yang memiliki elevasi rendah. Terdapat 13% dari penduduk perkotaan dunia tinggal di wilayah ini. Dampak perubahan iklim seringkali merugikan bagi kaum perempuan. Perempuan di beberapa wilayah memerlukan ijin dari suami mereka, bahkan untuk kebutuhan evakuasi. Anak-anak juga memiliki resiko terkena dampak merugikan dari perubahan iklim. Hal ini terkait dengan masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang mungkin terganggu oleh peristiwa cuaca buruk dan bahaya iklim. Kejadian seperti kenaikan suhu, gelombang panas, hujan deras, kekeringan dapat berpengaruh pada perkembangan organ, sistem saraf, pengalaman, perilaku dan karakteristik anak.

  Resiko bagi kaum perempuan dan anak-anak dapat meningkat oleh karena kondisi kemiskinan ekonomi. Kaum lanjut usia juga memiliki resiko yang lebih tinggi, dibandingkan dengan yang berusia kebih muda. Gelombang panas (misalnya di Chicago (1995) dan Eropa (2003)) menjadi contoh kematian kaum lanjut usia akibat perubahan iklim. Kaum lanjut usia juga terbatas dalam hal mobilitas, misalnya dalam menghadapi bahaya banjir. Kaum perempuan (anak maupun lanjut usia) menjadi kelompok yang paling rentan dampak

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3) perubahan iklim.

  Ada dua konsep utama yang diperkenalkan oleh regim modern untuk menghadapi dampak perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi.

  Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim adalah sebuah upaya yang dilakukan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Secara singkat, mitigasi berarti sebuah usaha yang dilakukan untuk mencegah, menahan dan atau memperlambat efek gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global di bumi. Berkebalikan dengan mitigasi, adaptasi lebih kepada upaya yang dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang telah terjadi dan dirasakan oleh manusia di bumi.

  Mitigasi perubahan iklim didefinisikan sebagai sebuah intervensi antropogenik untuk menurunkan tekanan antropogenik terhadap sistem iklim, termasuk didalamnya strategi untuk mengurangi sumber-sumber penghasil gas-gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan karbon. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan, seperti dari sisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi; yang semuanya dapat mendukung penurunan emisi yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Terdapat empat strategi utama penerapan mitigasi. Salah satunya adalah: Eliminasi, yaitu menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca. Tindakan ini memberikan penghematan biaya yang terbesar dan dapat

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3) langsung dirasakan. Contoh: Mematikan lampu saat tidak digunakan; mematikan A/C saat tidak ada orang didalam ruangan. Startegi lainnya yang dpat dilakukan dalam mengatasi damapak perubahan Iklim adalah: Pengurangan. Yaitu sebuah tindakan dapat dilakukan dengan mengganti peralatan lama dan/atau mengoptimalkan struktur yang sudah ada. Tindakan mitigasi seperti ini sangat efektif dan dapat integrasikan ke dalam bisnis sehari-hari dengan usaha minimum. Contoh: Memasukkan efisiensi energi ke dalam pengambilan keputusan investasi Hal lainnya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perubahan iklim adalah Subtitusi. Sekalipun langkah ini memiliki konsekswensi atau implikasi biaya investasi yang tinggi. namun, akan melahirkan dampak positif terhadap penurunan potensi emisi melalui subtitusi sangatlah tinggi. Contoh: Penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau pemanas.

  Mitigasi perubahan iklim dapat juga dilakukan dengan merubahn habbit dalam hidup kita sehari hari. Efisiensi energi dapat dilakukan melalui substitusi ataupun melalui penghematan. Penghematan energi seringkali turut menurunkan emisi penyebab perubahan iklim. Penggunaan energi secara efisien juga dapat menghemat biaya. Dalam menghadapi perubahan iklim, tidak ada satu solusi untuk semua dalam usaha efisiensi energi. Justru sebaliknya, solusi bisa berbeda-beda

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan No.

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3) tergantung dari kasus per kasus. Bagaimanapun juga, banyak tindakan efisiensi energi yang dapat diterapkan dengan biaya investasi rendah dan usaha minimum (tindakan tanpa/ rendah biaya). Efisiensi energi yang membutuhkan biaya lebih tinggi harus diimbangi dengan penghematan biaya energi yang dikeluarkan.

4.1 Analisis Sosial

  Ketika pada suatu daerah atau suatu komunitas terdengar akan terkena suatu proyek pembangunan fisik, katakanlah pembangunan waduk, pengaspalan jalan, perbaikan jembatan, atau konstruksi bangunan sekolah, ketika itu pula dalam masyarakat sebenarnya sudah terjadi kasak-kusuk. Mereka telah menggunjingkan pembangunan tersebut satu sama lain. Mereka telah mendiskusikan apa yang akan berubah bila pembangunan tersebut jadi terlaksana. Pada saat seperti itu, bila detail perencanaan pembangunan disusun tanpa kemudian menanyai aspirasi masyarakat tenyang proyek yang akan dilaksanakan tersebut, maka ketika itulah masyarakat mulai terpinggirkan oleh pembangunan. Akan timbul rasa termarginalisasi dan ketakberdayaan terhadap sebuah desain perubahan yang berhubungan langsung dengan hidup dan nasib mereka tetapi mereka tidak dilibatkan. Mereka seakan dialienasikan dari perubahan yang justru menjadikan mereka sebagai obyeknya.

  Bila masyarakat dihargai aspirasinya pada fase perencanaan pembangunan, atau fase sosialisasi sebuah rencana pembangunan, maka dalam masyarakat tersebut akan muncul apa yang disebut sebagai sense of identification, kepekaan didalam mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang mereka hadapi. Sebaliknya, bila sebuah pembangunan hadir begitu saja ditengah masyarakat, maka yang muncul adalah sense of alienation, rasa keterasingan dari pembangunan, kepekaan akan marginalitas atau peminggiran akibat pembangunan.

  Pada tahap perencanaan pembangunan infrastruktur ini, masyarakat yang akan terkena dampak harus dilibatkan tak terkecuali perempuan sebagai realisasi pengarusutamaan gender. Masyarakat harus diberi akses untuk membaca laporan dokumen lingkungan bila ada dan diberi kesempatan untuk menyampaikan komentar. Selain itu lembaga pengelola infrastruktur perlu mengundang laki-laki dan perempuan baik dalam sosialisasi hal teknis maupun manfaat program dengan proporsi seimbang mencapai 50% atau minimal perempuan 40%, melibatkan petugas laki-laki dan perempuan dari instansi terkait dalam proses sosialisasi, memilih waktu sosialisasi yang tepat agar laki-laki dan perempuan dapat sama-sama hadir jika perlu adakan pertemuan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, melakukan sosialisasi di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah di wilayah padat dan kumuh, menggunakan bahasa setempat yang mudah dipahami dengan penjelasan yang sederhana.

  Pada tahapan pelaksanaan pambangunan, dampak sosial budaya menjadi lebih beragam lagi. Ketika ganti rugi diberikan secara tidak pantas dan tidak adil, ketika itu protes sosial akan muncul. Tidak jarang, dampak penggusuran rumah tangga dari tempat tinggalnya, akan menyebabkan terjadinya gelombang pergolakan sosial, seperti yang misalnya terjadi pada sejumlah pembangunan waduk, lapangan golf, lokasi pemukiman ataupun lokasi industi. Manajemen pembangunan yang tidak becus akan memacu terjadinya tindakan resistensi dalam masyarakat. Sekali praktek pembangunan yang tidak becus demikian terjadi, sustainabilitas pembangunan secara sosial tidak terjamin. Proyek pembangunan yang dijalankan kemudian menjadi rawan aksi protes. Bahkan cukup banyak bukti menunjukkan bahwa pembangunan dengan penggusuran tanah yang tidak adil pada akhirnya berdampak jangka panjang dalam bentuk penyerobotan dan perusakan bangunan setelah rezim yang menggusur tersebut jatuh. Atau bisa juga, masyarakat menderita stres dalam kondisi ketakberdayaan bila rezim sang pemilik pembangunan tidak jatuh-jatuh.

  Dampak protes juga sering muncul ketika sebuah pembangunan tidak mengindahkan nilai budaya dan penghargaan religius-historis suatu masyarakat. Ketika seorang konglomerat-kapitalis Jakarta seenaknya ingin membangun sebuah resort mewah dikawasan yang diproteksi secara historis-religius-kultural masyarakat Bali, maka ketika itulah pergolakan muncul, protes sosial meledak. Ketika pembangunan sebuah kawasan industri tidak memamfaatkan tenaga kerja lokal, atau memamfaatkan tetapi dengan upah yang eksploitatif, ketika itulah protes masyarakat setempat terjadi. Ketidakterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan juga bisa menyebabkan tidak adanya rasa memiliki terhadap hasil pembangunan pada masyarakat. Pembangunan tidak melahirkan sense of integrity dalam masyarakat. Bahkan ketika petani dipaksa mengganti pupuk urea prill menjadi urea tablet secara paksa dan tidak rasional, ketika itulah aksi protes terjadi. Kita akan dapat menemukan sejumlah variasi dampak ekstrim dari pelaksanaan pembangunan.

  Pada tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur, masyarakat harus diajak berdiskusi untuk mengetahui situasi lapangan serta untuk menampung keluhan dan ide masyarakat. Apabila terdapat persoalan teknis dan non teknis di lapangan maka pengelola infrastruktur harus segera menyelesaikan persoalan. Selain itu, pengelola infrastruktur perlu memberikan informasi profil perusahaan kontraktor kepada masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dan kepada tokoh masyarakat, menghimbau kontraktor untuk menyampaikan informasi teknis dan atau mendampingi kontraktor di lapangan dalam melakukan ini, bersama kontraktor memberikan kesempatan kepada perempuan dan laki-laki untuk memantau proses pembangunan dan memerikan tanggapan mengenai permasalahan teknis selama konstruksi dan dampak sosialnya, serta memberitahu kepada perempuan dan laki-laki tentang jadwal perbaikan jalan dan fasilitas publik lainnya yang rusak karena pembangunan infrastruktur.

  Pembangunan akan memberi kesempatan, fasilitas dan peluang kepada masyarakat untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraannya. Ketika hasil-hasil pembangunan tersebut tidak terdistribusi relatif adil dan merata dalam masyarakat, maka ketika itulah dampak kesenjangan sosial-ekonomi akan terjadi. Pembangunan menyebabkan masyarakat terpolarisasi atas yang kaya dan yang miskin, pembangunan akan memacu kecemburuan sosial, pembangunan akan meledakkan konflik sosial. Sebuah bangunan kawasan industri, perkebunan besar, atau eksplorasi pertambangan yang hanya memberi kemamfaatan kepada segolongan masyarakat sebaliknya meminggirkan masyarakat lain, sangat rawan dengan dampak kecemburuan sosial dan potensi konflik. Apalagi bila pihak yang diuntungkan tersebut adalah kelompok pendatang pada sebuah komunitas lokal.

  Hasil pembangunan sering juga berdampak pada matinya budaya lokal. Ketika sebuah industri dibangun di tengah komunitas lokal, maka tunggulah, nilai dan norma budaya masyarakat lokal tersebut akan terpinggirkan, secara perlahan penganutnya akan mengikuti nilai dan norma budaya yang dikonstruksi oleh kompleks industri tersebut. Demikianlah, maka ketika sebuah pusat wisata pantai tidak terhindarkan harus menghadirkan prostitusi di dalam kawasannya, maka ketika itulah komunitas lokal tersebut juga mengenal prostitusi: sebagian menolaknya, sebagian menikmatinya. Pembangunan adalah sebuah ajaran tentang rasionalisme dan individualisme. Maka, ketika sebuah pusat ekonomi hadir di tengah masyarakat desa yang kaya akan gotong royong, terpola dalam aktifitas saling memberi dan menolong, dengan pusat ekonomi tersebut mereka akan berubah secara perlahan menjadi sangat rasional, komersial, dan individualistik. Jangan lagi menuntut dari mereka kegotong-royongan atau saling tolong, karena dalam hidup ini memang tidak ada yang gratis menurut rasionalisme dan individualisme.

  Dari berbagai ilustrasi diatas, dampak sosial budaya kegiatan pembangunan dapat diklasifikasi dalam beberapa kategori. Pertama, dampak yang sifatnya berhubungan langsung dengan perubahan struktur sosial seperti kesenjangan sosial, sehingga struktur sosial yang awalnya berpola stratifikasi oleh pembangunan berubah menjadi struktur polarisasi. Ini sangat lazim terjadi dalam praktek pembangunan kita, nilai tambah pembangunan hanya dinikmati oleh lapisan masyarakat tertentu saja, sebaliknya lapisan masyarakat lain justeru hanya sering menjadi korban. Kedua, dampak yang sifatnya berhubungan dengan perubahan pola interaksi/proses sosial dalam masyarakat. Ketika praktek pembebasan tanah tidak berlangsung dalam masyarakat, pola konflik dan konfrontasi tidak dikenal oleh masyarakat. Tetapi karena pembebasan tanah demi pembangunan tidak adil, masyarakat kemudian mengenali tindakan protes, pergolakan sosial dan pengrusakan. Pembangunan jadinya menstimulasi perilaku konflik dalam masyarakat. Ketiga, dampak yang berhubungan dengan kondisi psiklogis seseorang yang terkenai pembangunan. Tidak sedikit orang yang wilayah tinggalnya terkena kegiatan pembangunan menderita stres dan depresi karena ketidakberdayaan menolak dampak pengorbanan demi pembangunan. Penelitian Dr. Meutiah Hatta di Jakarta misalnya, menunjukkan bahwa hampir semua korban penggusuran demi pembangunan menderita stres ringan, stres berat, bahkan depresi. Juga, tidak sedikit orang sekitar Kedungombo, Jawa Tengah, menderita gangguan jiwa karena berada dipuncak ketakutan dituduh komunis akibat menolak meninggalkan rumah berhubung ganti rugi dari pihak pengelola proyek terlalu rendah. Keempat, dampak yang berhubungan dengan nilai dan norma budaya masyarakat. Nilai dan norma lokal sangat banyak yang terbongkar akibat terpaan industrialisasi. Semakin kuatnya komersialisme, individualisme, dan rasionalisme, menjadikan nilai tradisional-lokal seperti kegotong-royongan, kolektivisme, dan moralisme, tereduksi bahkan hilang dalam tatanam nilai dan norma masyarakat.

  Dampak sosial budaya kegiatan pembangunan bukanlah hal yang mudah diduga. Pertama, ini disebabkan karena ruang sosial-budaya itu sendiri bukanlah ruang yang hampa udara, bukanlah ruang yang statis. Ia memiliki isi dan ia sifatnya dinamis. Hal yang pada suatu saat dianggap melanggar norma dan nilai secara ekstrim suatu masyarakat, pada saat lain sudah bisa ditolerir oleh masyarakat bersangkutan. Begitu pula sebaliknya. Suatu dampak yang sebelumnya tidak dipersoalkan oleh masyarakat, pada saat lainnya justeru menjadi masalah signifikan. Terdapat relativitas waktu yang harus diperhatikan didalam menduga dampak. Kedua, reaksi masyarakat terhadap suatu proyek pembangunan, ia kadang berbeda dari suatu lokalitas ke lokalitas lainnya. Pada suatu daerah, prostitusi terang-terangan dibalik industri pariwisata sudah bisa diterima; pada daerah lainnya prostitusi tersembunyi bisa menimbukan protes radikal. Pada suatu daerah, polusi bau bisa diterima oleh masyarakat; pada daerah lain polusi bau memicu protes sosial. Terdapat relativitas lokasi yang harus diperhatikan dalam pendugaan dampak. Ketiga, untuk dampak yang sama, sering kali proyek berbeda akan terpresentasi secara berbeda pula. Untuk dampak penyerapan tenaga kerja misalnya, dampak penyerapan tenaga kerja sebuah industri manufaktur akan berbeda secara sosio-psiklogis dengan penyerapan oleh industri pemukiman. Tenaga kerja yang diserap oleh sebuah pabrik manufaktur akan merasa lebih tenteram dan terjamin masa depannya dibanding buruh yang diserap oleh sebuah industri pemukiman. Terdapat realitas proyek yang harus diperhatikandi dalam menduga dampak. Keempat, peranan agen demokrasi juga harus dilihat. Proyek yang jenisnya sama dan waktunya sama bisa saja berbeda dampak sosial budaya yang dihadapinya, ketika dalam masyarakat hadir agen demokrasi yang berbeda. Reaksi suatu masyarakat terhadap pencemaran yang tidak memiliki LSM dan tokoh gerakan protes akan berbeda dengan masyarakat yang didalamnya bekerja LSM atau advokator. Kelima, dampak sosial budaya bukanlah hal yang mudah dikuantifikasi. Dampak sosial-budaya sifatnya kualitatif dan subyektif. Ia tidak bisa dihitung dalam angka-angka. Karena itu, pendugaan dampak sosial yang mencoba membandingkannya dengan dampak ekonomi dan dampak lingkungan, sering kali kesulitan dalam mencari standar yang sederajat untuk membandingkan dampak.

  Setidaknya lima relativisme tersebut yang harus disadari lebih dahulu di dalam upaya menduga dampak sosial-budaya sebuah kegiatan pembangunan. Selanjutnya, dampak sosial-budaya dapat diduga dengan memperhatikan variabel- variabel yang berhubungan dengan karakteristik perencanaan, model pelaksanaan dan tingkat kemanfaatan dari suatu kegiatan pembangunan. Variasi-variasi pada tiga tahapan pembangunan ini yang selanjutnya mempengaruhi dampak sosial- budayanya.

4.2 Analisis Ekonomi

  Infrastruktur merupakan salah satu bidang profesi yang akhir – akhir ini mendapat sorotan luas di masyarakat, media masa dan bahkan lembaga keuangan internasional. Penyelenggaraan Infrastructure Summit awal tahun 2005, yang dihadiri wakil dari berbagai negara telah memperkenalkan berbagai reformasi kebijakan sebagai komitmen Pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur dengan melibatkan sektor swasta nasional dan internasional. Infrastruktur Pekerjaan Umum, mempunyai peran vital dalam mendukung ekonomi, sosial – budaya, kesatuan dan persatuan terutama sebagai katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumen akhir; merupakanmodal sosial masyarakat; memfasilitasi lebih terbukanya cakrawala masyarakat; dan mempertemukan budaya antar masyarakat; mengikat dan menghubungkan antar daerah; dan melalui dukungan Ketahanan Pangan memberikan rasa aman tercukupi kebutuhan dasarnya. Peran vital infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi telah dibuktikan oleh kesuksesan berbagai program ekonomi yang bertumpu pada infrastruktur, diantaranya program New Deal oleh Presiden Roosevelt, pada saat resesi di USA tahun 1933 yang dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur secara signifikan telah memberikan dampak positif meningkatkan ekonomi secara signifikan dan lebih 6 juta penduduk dapat bekerja kembali. Untuk Indonesia, peran vital infrastruktur dicerminkan pada target pembangunan ekonomi nasional Indonesia yang dilakukan Bappenas dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6 % pertahun diperlukan investasi untuk infrastruktur jalan, listrik, telepon dan air minum dalam 5 tahun (2005 – 2009) secara total Rp. 690 trilyun.

  Untuk infrastruktur Pekerjaan Umum, pembangunan sejauh ini pada hakikatnya telah memberi landasan yang mendukung kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini tercermin dari pengembangan sumber daya air telah menjadi pendukung program ketahanan pangan, dan menjadi sumber air bagi penyediaan air minum dan air untuk berbagai keperluan lainnya seperti pembangkit listrik tenaga air dan pengendalian banjir yang kesemuanya mendukung pengembangan perkotaan, industri dan sektor jasa. Dibidang jalan, telah terbangun Aset Jalan Nasional, Propinsi, Kabupaten, dan Kota serta Jalan Tol dengan panjang keseluruhan 346.000 km, yang telah menghubungkan berbagai pusat permukiman dan pasar, sehingga memberi manfaat terutama meningkatnya mobilitas distribusi berbagai produk barang dan jasa dalam ekonomi nasional. Sistem air bersih terbangun melayani 45 juta atau 40% penduduk perkotaan dan 7 juta atau 8% penduduk perdesaan, dan pembangunan prasarana lingkungan permukiman tersebar di kota besar dan sedang telah memberi manfaat meningkatnya derajat kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah, meningkatnya pertumbuhan ekonomi lokal, serta terbukanya kesempatan kerja

  Infrastruktur terbukti merupakan senjata yang ampuh dalam mendorong perekonomian karena infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi memungkinkan orang, barang dan jasa yang diangkut dari satu tempat ke tempat yang lain di seluruh penjuru dunia. Infrastruktur juga dapat dikonsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya dengan adanya pengurangan waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan air bersih, berangkat bekerja, menjual barang ke pasar dan sebagainya. Infrastruktur yang baik juga dapat meningkatkan produktivias dan mengurangi biaya produksi. Pembangunan infrastruktur baik berupa transportasi (jalan, rel KA, pelabuhan laut, pelabuhan udara), jaringan listrik dan komunikasi (telepon) serta instalasi dan jaringan air minum sangatlah penting dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di suatu wilayah. Prasarana imfrastruktur dibutuhkan tidak saja oleh rumah tanga namun juga oleh industri. Sehingga peningkatan prasarana infrastruktur diharapkan dapat mebawa kesejahteraan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Daerah dengan prasarana yang mencukupi mempunyai keuntungan yang lebih besar dalam usaha menarik investasi untuk masuk ke daerahnya serta akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan daerah yang memiliki prasarana yang minim. Dengan infrastruktur yang meningkat ddiharapkan mampu menekan laju kemiskinan.

  Mewujudkan kesejahteraan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada setiap lapisan. Dan salah satu langkah strategi utama untuk mewujudkan kesejahteraan yang dikedepankan oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung adalah menekan angka kemiskinan. Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Tulungagung menunjukkan hasil yang menggembirakan terlihat dari tren angka kemiskinan yang menunjukkan pernurunan sebagaimana data berikut:

Tabel 4.2 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Tulungagung Tahun 2011-2015

  Tahun Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

  Tingkat Kemiskinan (%)

  9.90

  9.37

  9.03 8.75 8.65*

  • *) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

  Berdasarkan data tersebut tingkat kemiskinan di Kabupaten Tulungagung pada dua tahun terakhir menunjukkan penurunan. Hal ini dipengaruhi keberhasilan dan meningkatnya program-program dari pemerintah, pemerintah daerah yang berpihak kepada masyarakat miskin, salah satunya adalah Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP). Selain itu program-program yang mendukung antara lain: Program Keluarga Harapan (PKH), Penerima Bantuan Iuran (PBI), Jamkesda, , Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM), Pengembangan Ekonomi Berbasis Kawasan dan Pengembangan Pasar Desa, Pengembangan Usaha Ekonomi Desa, Pembentukan Koperasi Wanita (KOPWAN) serta Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera (JALIN MATRA).

4.3 Analisis Lingkungan

  Setiap proses pembangunan tentu akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan (Tjahyadi dalam Supriyanta, 2002). Pembangunan yang semakin meningkat akan mendesak sumber daya dan ruang. Akibatnya dalam penggunaan ruang dan lahan untuk kegiatan pembangunan banyak menimbulkan berbagai masalah seperti:

  1. Menurunnya mutu lingkungan hidup karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan daya dukung alam atau pemanfaatan yang berlebihan dan bahkan merusak, baik dalam jangka pendek maupun panjang,

  2. Banyak kawasan yang seharusnya berfungsi lindung dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang mengganggu fungsi lindung tersebut,

  3. Adanya benturan kepentingan dalam penggunaan lahan, karena beberapa pihak sama-sama merasa lebih berhak menggunakan kawasan tersebut,

  4. Adanya perkembangan kota dan permukiman baru yang tak terkendali telah menimbulkan permasalahan di kawasan itu maupun kawasan lain.

  Walaupun pembangunan diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah, namun pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif terhadap perobahan rona lingkungan. Pencemaran dan pengrusakan lingkungan adalah dua resiko yang tidak dapat dihindari dalam rangka menjalankan pembangunan. Wardhana (2001), menyatakan bahwa proses pembangunan dan industrialisasi yang dilaksanakan, secara meluas telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pencemaran lingkungan, polusi udara, kerusakan hutan, pencemaran air, bencana alam dan lain-lain merupakan efek samping dari hasil pembangunan tersebut.

  KLHS adalah sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan berkelanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam penentuan KRP, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing – masing KRP. KLHS bisa menentukan substansi KRP, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari KRP, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi – fungsi diatas.

  Penerapan KLHS dalam RPJMD juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau isntrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayahadministrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (sering juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-region”).

  Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat isntrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapakan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam KRP terkait dengan pertambanagan mineral di Kabupaten Tulungagung, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah – langkah prosedural maupun teknik dan metodologinya.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Sepanjang tahun 2007-2012 tercatat isu-isu utama lingkungan hidup yang terjadi di Kabupaten Tulungagung berupa bencana alam maupun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kejadian alam maupun akibat ulah manusia seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, bertambahnya luas lahan kritis, dan perusakan hutan. Adapun permasalahan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Penurunan debit mata air dan waduk telaga