PERANAN KONGREGASI BRUDER MARIA TAK BERNODA (M.T.B.) DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT ANTARA TAHUN 1921 – 2001

  PERANAN KONGREGASI BRUDER MARIA TAK BERNODA (M.T.B.) DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT ANTARA TAHUN 1921 – 2001  

  SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh:

  Kondidus Lajim

  NIM: 071314015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERANAN KONGREGASI BRUDER MARIA TAK BERNODA (M.T.B.) DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT ANTARA TAHUN 1921 – 2001  

  SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh:

  Kondidus Lajim

  NIM: 071314015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN MOTTO

  ♣ “Saya menemukan bahwa bila kita benar-benar mencintai dan menerima serta mengakui diri kita apa adanya, maka semua dalam kehidupan ini akan berhasil”. (Louise Hay)

  ♣ “ Hidup adalah serangkaian pelajaran yang harus dijalani agar bisa dipahami”. (Helen Keller)

HALAMA AN PERSEM MBAHAN

  Skrips si ini saya pe ersembahkan n kepada: Kongr regasi Brude er-Bruder M Maria Tak Be ernoda (M.T T.B.) yang t telah membe eri kesem mpatan dan d dukungan kep pada penulis s Para bruder yan g berkarya dalam bid dang pendid dikan di baw wah naunga an Yayas san Pendidik kan Sekolah Bruder (YP SB)

   

  ABSTRAK

PERANAN KONGREGASI BRUDER MARIA TAK BERNODA (M.T.B.)

DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT

ANTARA TAHUN 1921-2001

  Kondidius Lajim Universitas Sanata Dharma

  2011 Penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan latar belakang kedatangan

  Bruder Maria Tak Benoda (M.T.B.) di Kalimantan Barat, (2) mendeskripsikan peranan Bruder Maria Tak Bernoda dalam pendidikan di Kalimantan Barat antara tahun 1921-2001, (3) mendeskripsikan dampak dari peranan Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) di Kalimantan Barat antara tahun 1921-2001.

  Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu; heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial, kultural dan religius. Data-data diperoleh dari sumber tertulis melalui studi pustaka, arsip-arsip kongregasi, dokumen kongregasi dan yayasan yang relevan dengan permasalahan serta sumber lisan diperoleh dengan wawancara.

  Kongregasi Bruder M.T.B. didirikan oleh Mgr. Johanes van Hooydonk di sebuah kota kecil di Huijbergen Belanda pada tanggal 25 September 1854. Sejak awal didirikan kongregasi ini untuk melayani Allah melalui sesama yang miskin, lemah, menderita dan kurang diperhatikan dengan meneladani Santa Maria, Santo Fransiskus serta Mgr. Johanes van Hooydonk, Simpliciter Et Confindenter (Kesederhanaan dan Kepercayaan). Karya pelayanan para bruder sejak awal terfokus pada pendampingan anak-anak panti asuhan dan sekolah-sekolah. Pada tahun 1920, Mgr. Pasificus Bos, O.F.M. Cap., mengirim surat kepada pimpinan Bruder M.T.B. untuk meminta kesediaan para bruder berkarya di Kalimantan Barat. Pada tangga 11 Maret 1921 lima orang bruder datang ke Kalimantan Barat khususnya di Singkawang menangani HCS.

  Periode 1921-2001 menunjukan bahwa karya pendidikan Bruder M.T.B. mengalami peningkatan. Meski karya di Nyarumkop harus ditutup pada tahun 1982, namun upaya untuk memberi pelayanan pada masyarakat Kalimantan Barat terus ditingkatkan. Upaya itu berupa pembukaan beberapa komunitas di pedalaman, dengan menyelenggarakan pendidikan, asrama, pendampingan kelompok tani dan pastoral.

  Peranan para bruder lebih dapat dirasakan oleh masyarakat di pedalaman, dan dampaknya ialah masyarakat dapat merasakan pendidikan misi sehingga melahirkan

  

ABSTRACT

THE ROLE OF CONGREGATION OF VIRGIN MARY BROTHER ON

EDUCATION IN WEST KALIMANTAN IN 1921-2001

  Kondidius Lajim Sanata Dharma University

  2011 This research aims to: (1) describe the background of Virgin Mary Brothers’ arrival at West Kalimantan; (2) describe the role of Virgin Mary Brother in education in West Kalimantan in 1921-2001, and (3) describe the impact of Virgin Mary Brothers’ role in West Kalimantan in 1921-2001.

  This research uses a history method, which consists of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The approaches are social, cultural, and religious approaches. The data were achieved from written sources through literary work, congregation’s files, congregation and foundation’s documents that were relevant with the problems, and oral sources from interview.

  The M.T.B. Brothers’ Congregation was founded by Mgr. Johanes van

  th

  Hooydonk in a small town at Huijbergen, Dutch on September 25 1854. Since it has been founded, this congregation aims to serve God through people who are poor, weak, suffered, and less considered by following the life of Mother Mary, Saint Fransiscus, and Mgr. Johanes van Hooydonk, Simpliciter Et Confindenter (Confidence and Simplicity). Since the beginning, the brothers’ service has focused on the children assistance in orphanages and schools. In 1920, Mgr. Pasificus Bos, O.F.M. Cap. sent a letter to head of M.T.B. Brother to ask for brothers’ willingness to work in West Kalimantan. On March 11, 1921, five brothers came to West Kalimantan, mainly Singkawang, to handle HCS.

  The period of 1921-2001 showed that education works of M.T.B. Brothers has increased. Although the work in Nyarumkop had to be closed in 1982, the effort to give service to people of West Kalimantan kept increasing. That effort included opening some communities to inland, to carry out education, dormitory, assistance of farmer group, and apostolate. Then, the impact was the people who could experience the mission education which bore influential people in society, especially in West Kalimantan.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan cintaNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana pada Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak. Drs. B. Musidi, M.Pd., sebagai pembimbing I yang dengan sabar dan setia membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

  5. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah mendampingi dan mengarahkan hingga skripsi ini selesai.

  6. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M., selaku pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh tugas belajar di Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  8. Bruder Gabriel, M.T.B., Propinsial Bruder M.T.B. Indonesia yang telah mendukung dan memberi semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Bruder Bram, M.T.B., Br. Ewald Merk, M.T.B., Br. Berardus Duwin, M.T.B., yang telah rela diwawancarai untuk mendapatkan data-data dalam penelitian skripsi ini.

  10. Para Bruder Komunitas Kotabaru, Novisiat, Pontianak dan Singkawang yang telah memberi dukungan dalam skripsi ini hingga selesai.

  11. Staf perpustakaan Propinsialat M.T.B. Pontianak dan staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan dalam peminjaman buku-buku yang diperlukan.

  12. Orangtua, adik-adik, dan sanak saudara penulis yang selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis sehingga penulis tetap bersemangat menjalankan perutusan studi terlebih dalam menyelesaikan skripsi ini

  13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2007 ( Henni, Dessi, Suryo, Damas, Nita, Nelson, Budi, Andrie, Jaka, Dian, Rudi, Lusia, Dika, Windi, Vianni, Vida, Vina, Theo, Ita, Wawa, Kristina, Fanni ) dan 2006 ( Paulina, Dwiastuti, Merita, Sr. Desi, O.S.A., Desna, Natalia ) yang memberi dukungan dan perhatian baik secara langsung maupun tidak langsung.

  14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kongregasi khususnya dalam bidang karya pendidikan YAYASAN PENDIDIKAN SEKOLAH BRUDER (YPSB).

  Yogyakarta, 11 Juli 2011 Penulis

  Kondidus Lajim

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT .............................................................................................. ..... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

  1 A. Latar Belakang ...........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ......................................................................

  8 C. Tujuan Penulisan ........................................................................

  8 D. Manfaat Penulisan ......................................................................

  9 E. Tinjauan Pustaka .........................................................................

  9 F. Landasan Teori ...........................................................................

  11 G. Metode dan Pendekatan ..............................................................

  19 H. Sistematika Penulisan .................................................................

  22 BAB II LATAR BELAKANG KARYA KONGREGASI BRUDER

  MARIA TAK BERNODA (M.T.B.) DI KALIMANTAN BARAT 24

  A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) .....................................................

  23 B. Spritualitas Kongregasi Bruder M.T.B. .....................................

  30 C. Kondisi Daerah dan Pendidikan Di Kalimantan Barat Sebelum Tahun 1921 .................................................................

  35 1. Kondisi Daerah Kalimantan Barat Sebelum 1921 ...............

  35

  Sebelum Tahun 1921 ..........................................................

  57 C. Peranan Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda M.T.B. Dalam Bidang Pendidikan Tahun 1921-2001 .........................

  98 B. Melahirkan Kader-kader Muda Katolik .................................. 100

  92 A. Sekolah Misi Sebagai Tempat Persemaian Iman Katolik .......

  MARIA TAK BERNODA (M.T.B.) DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT ANTARA TAHUN 1921-2001.....

  89 BAB IV DAMPAK DARI PERANAN BRUDER

  86 6. Putussibau 1997 ................................................................

  82 5. Sekadau 1993 ....................................................................

  79 4. Jemongko, Kuala Dua 1982 .............................................

  68 3. Nyarumkop 1948 ..............................................................

  58 2. Pontianak 1924 .................................................................

  57 1. Singkawang 1921 .............................................................

  56 2. Budaya Masyarakat Setempat ..........................................

  38 D. Kedatangan Kongregasi Bruder M.T.B. Di Kalimantan Barat

  56 1. Tenaga Pendidik ...............................................................

  55 B. Faktor Yang Menghambat Karya Bidang Pendidikan ............

  4. Harapan Masyarakat Pada Pendidikan Yang Dikelola Bruder M.T.B. ..................................................................

  55

  53 3. Bergabungnya Pemuda Pribumi menjadi Bruder M.T.B.

  52 2. Pendidikan Di Indonesia ..................................................

  1. Pendidikan Merupakan Karya Tradisional Kongregasi Bruder M.T.B. ...............................................

  52

  49 A. Faktor-faktor Pendukung Karya Pendidikan Para Bruder M.T.B. ..................................................................

  DALAM PENDIDIKAN DI KALIMANTAN BARAT ANTARA TAHUN 1921-2001 ......................................................

  43 BAB III PERANAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (M.T.B.)

  C. Menghasilkan Para Religius Katolik ....................................... 103

  Kehidupan Bangsa ................................................................... 106

  E. Beasiswa Bagi Siswa Yang Kurang Mampu ............................ 112

  F. Meningkatkan Kesejahteraan Guru Dan Pegawai Yayasan .... 115

  

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 121

GLOSSARY ................................................................................................... 124

DAFTAR INFORMAN ................................................................................ 125

LAMPIRAN TABEL ..................................................................................... 126

LAMPIRAN GAMBAR ................................................................................ 133

LAMPIRAN SILABUS ................................................................................. 137

LAMPIRAN RPP ........................................................................................... 141

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di setiap negara masalah pendidikan merupakan hal mendasar yang mutlak

  harus dilaksanakan. Penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik merupakan wujud partisipasi masyarakat Katolik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab XIII, pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa “ Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

  Dalam pengajaran setiap warga negara Indonesia diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ikut serta dalam mengupayakan pemenuhan

  1 kebutuhan masyarakat dan mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

  Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk menghasilkan manusia yang mampu mandiri secara intelektual.

  Pendidikan menjadi hal yang serius ditanggapi oleh Gereja Katolik di Indonesia hingga saat ini. Wujud dari perhatian Gereja itu tampak dengan adanya sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan-yayasan Katolik baik itu oleh para religius maupun oleh kaum awam. Sumbangan Gereja diharapkan mampu mencapai kebahagiaan dan perkembangan peserta didik baik secara rohani maupun jasmani.

  Sejak awal mula didirikan, penyelengaraan pendidikan dan pengajaran menjadi tugas kongregasi, tradisi ini tetap merupakan milik yang berharga dan harus

                                                               menjadi dasar perkembangan selanjutnya dengan memanfaatkan pengetahuan dan

  2 pengalaman yang telah diperoleh.

  Mgr. Pacificus Bos, O.F.M.Cap., adalah seorang yang sangat peduli akan masalah pendidikan di wilayah keuskupannya. Sejak menjadi misionaris tahun 1905 di Pesisir barat pulau Kalimantan dan tahun 1918 ia diangkat menjadi Vikaris Apostolis pertama dari Kalimantan (-bagian Hindia Belanda). Daerah pesisir dihuni oleh orang-orang Cina yang merupakan emigran dari Cina dan daerah pedalaman dihuni oleh suku-suku Dayak. Di daerah pesisir (Singkawang) telah didirikan sekolah dan asrama yang pengelolaannya dipercayakan kepada Kongregasi Suster S.F.I.C. bagi yang putri sedangkan untuk yang putra kurang diperhatikan karena pastor pembinanya sibuk dengan pastoral ke luar Singkawang. Melihat kenyataan tersebut Mgr. Bos merasa prihatin, karena itu pada tahun 1920, dia mengirim surat kepada pemimpin umum Bruder M.T.B. di Huijbergen. Inti dari surat itu adalah meminta kesediaan para Bruder M.T.B. untuk membantu mengelola karya misi di Kalimantan.

  Untuk menjawab bersedia atau tidak, Pemimpin Umum Br. Silvester beserta dewannya memerlukan waktu karena wilayah misi tersebut sangat jauh dan terisolir. Namun permintaan Mgr. Bos akhirnya diterima dengan berbagai pertimbangan yang intinya sudah saatnya untuk berkarya di daerah misi.

  Pertimbangan itu pula dijiwai oleh semangat misi di mana tahun 1919 Paus Benediktus XV menulis ensiklik “Maksimum Illud” bahwa karya misi bukan hanya “kristenisasi” sebagaimana anggapan yang berkembang hingga saat itu. Karya misi bertujuan membangun kesejahteraan jemaat setempat, oleh karena itu dalam pos

  3 misi hendaknya terdiri Gereja, pastoran, sekolah dan klinik .

  Bulan September 1920, Br. Silvester dalam edarannya menyatakan bahwa setiap bruder yang berminat untuk diutus ke daerah misi bebas mencantumkan namanya dalam daftar calon misionaris. Ternyata minat para bruder untuk menjadi misionaris cukup banyak, namun tidak semuanya diberangkatkan ke daerah misi.

  Lima orang bruder yang dipilih adalah Br. Canisius van de Ven, Br. Seraphinus van Tilborg, Br. Maternus Browers, Br. Longinus van Spreeuwel dan Br. Leo Geers.

  Sekolah pertama yang ditangani adalah sekolah dasar St. Dionysius yang didirikan oleh Pastor Jesuit tahun1894, namun tahun 1905 diserahkan kepada Pastor Kapusin. Oleh Pastor Kapusin sekolah itu dikembangkan menjadi Holland Chinese

School (HCS). Tanggal 11 Maret 1921 para Bruder M.T.B. mulai berkarya di HCS.

  Gedung HCS terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk tempat tidur anak asrama sedangkan lantai bawahnya digunakan untuk sekolah. Jumlah siswa HCS adalah 150, sedangkan yang tinggal di asrama berjumlah 70 anak.

  Mulai saat itu juga Bruder Canisius menjadi kepala sekolah HCS, Bruder Martenus, Bruder Leo dan Bruder Longinus mengajar di HCS. Bruder Longinus juga menjadi pendamping asrama dan pelatih orkes harmoni. Mengenai biaya hidup anak-anak asrama ada perjanjian antara Pastor paroki dan Bruder M.T.B. yaitu 50% ditanggung oleh Paroki dan 50% menjadi tanggungjawab Bruder M.T.B. Beberapa saat sekolah mendapat subsidi dari pemerintah dan gaji para bruder cukup besar,

                                                               sehingga dapat meringankan biaya hidup anak asrama. Datangnya para Bruder M.T.B. di Singkawang diharapkan mampu memberi perubahan dalam pendidikan baik mengenai pengetahuan, keterampilan maupun tingkah laku anak-anak didik terlebih bagi mereka yang bersekolah di HCS dan yang tinggal di asrama yang secara langsung dikelola oleh Bruder M.T.B.

  Dengan melihat perkembangan HCS di Singkawang yang mulai berkembang, maka tahun 1924 dibuka komunitas baru di Pontianak dengan karya awal mengelola HCS St. Michael dan asrama. Alasan pemilihan Pontianak sebagai komunitas kedua karena pusat pemerintahan daerah dan vikariat Apostolik berada di Pontianak sehingga memudahkan akses dengan komunitas induk di Belanda. Selain itu juga dibuka Sekolah Dagang (Handelsschool) di Pontianak.

  Jika di Singkawang dan Pontianak yang menjadi sasaran pelayanan para Bruder M.T.B. adalah anak-anak Tionghoa, maka mulai tahun 1946 para bruder masuk ke wilayah pedalaman Singkawang yaitu di Nyarumkop dengan mengelola OVVO (Opleiding Voor Volks Onderwijjzer) yang kemudian menjadi SGB (Sekolah Guru Bawah), mengelola SMP, menjadi pembina pramuka dan mengelola asrama. Kebanyakan murid yang di Nyarumkop adalah anak-anak suku Dayak dari pedalaman Kalimantan Barat seperti Sanggau, Sintang, Sekadau, Putussibau dan Ketapang.

  Hingga tahun 1952 di Pontianak belum ada SMA, sekolah menengah yang ada hanya sekolah empat tahun (Vierjarige Middelbare School) milik pemerintah Belanda. Tahun 1937 para bruder telah mengelola Sekolah Dagang (Handelsschool) tahun (MULO School). Adapun sekolah setingkat SMA yang didirikan oleh para Pastor C.D.D. tidak bisa mengikuti program pemerintah sehingga siswanya tidak dapat menempuh ujian negara. Para lulusan sekolah dagang yang ingin melanjutkan ke SMA terpaksa harus pergi ke pulau Jawa. Pulau Jawa menjadi pilihan karena di Kalimantan Barat belum ada SMA dan di Jawa tersedia SMA yang berkualitas, sedangkan biaya untuk sekolah cukup tinggi termasuk persaingannya cukup ketat. Melihat situasi yang demikian beberapa orang tua murid dan Bruder M.T.B. timbul keinginan untuk mendirikan sebuah SMA yang dapat menyelenggarakan ujian negara. Atas ijin Gubernur dan Kepala Kantor Pendidikan dan Kebudayaan, bulan Agustus 1952 dibukalah SMA pertama. Tempat yang digunakan adalah ruang kelas SD Bruder, yang menjadi kepala sekolahnya adalah

4 Bruder Libertus, M.T.B.

  Setelah di Nyarumkop tahun 1948 panggilan untuk berkarya di pedalaman berikutnya adalah berkarya di Sanggau tahun 1968, dengan mengelola sekolah dan asrama, kemudian Jemongko, Kuala Dua tahun 1983 juga mengelola sekolah dan asrama. Panggilan untuk mengabdi di pedalaman Kalimantan Barat semakin kuat hal ini didorong oleh semangat pendiri yang bermotokan “kesederhanaan dan kepercayaan”. Motto untuk memberi pelayanan untuk daerah pedalaman ini diwujudkan dengan dibukanya komunitas Sekadau tahun 1994. Di Sekadau Bruder M.T.B. mengelola asrama dan menjadi guru di SMA dan SPP (Sekolah Pertanian Pembangunan). Empat tahun kemudian yaitu tahun 1998 Bruder M.T.B. membuka komunitas di bagian hulu sungai Kapuas yaitu di Putussibau. Di Putussibau para bruder mengelola TK, SD, SMP, SMA dan Asrama.

  Sejak awal kedatangan di Singkawang para Bruder M.T.B. telah dipercaya untuk mengelola karya bidang pendidikan khususnya sekolah dan asrama.

  Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup manusia. Melalui pendidikan manusia mampu memaknai dan memahami nilai-nilai moral kehidupan, budayanya, pengetahuannya akan bertambah dan kepribadiannya akan terbentuk. Secara khusus pendidikan yang dikelola oleh Bruder M.T.B. diharapkan tidak hanya memberi tekanan dari pengetahuan saja tetapi yang terpenting adalah nilai-nilai untuk bersikap sehingga mampu memberi keseimbangan antara pengetahuan dan tingkah laku untuk menjadi seorang pribadi yang utuh.

  Ada ungkapan yang mengatakan “Non scholae sed vitae discimus” yang bearti kita belajar bukan demi sekolah tetapi demi hidup. Belajar bukan hanya sekedar menyiapkan diri menghadapi masa depan, tetapi bagaimana mengembangkan kemampuan diri menghadapi kehidupan. Pengetahuan, keterampilan, perkembangan sikap, dan kemauan membangun serta mempertahankan kehendak tidaklah cukup hanya sebatas teori tanpa disertai landasan hidup yang kuat. Nilai-nilai Kristiani yang ditanamkan dalam setiap anak didik diharapkan mampu membentuk mereka menjadi manusia yang mampu menyeimbangkan antara pengetahuan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari- hari.

  Pada tahun 1967 dibentuk YAYASAN PENDIDIKAN SEKOLAH BRUDER (YPSB) dengan tujuan untuk mengamankan kelangsungan karya pendidikan dan untuk menyamakan visi-misi sekolah-sekolah yang dikelola oleh Bruder M.T.B. Diharapkan dengan adanya YPSB yang bergerak dalam bidang pendidikan mampu memberi kesaksian hidup kepada masyarakat melalui para guru, karyawan, dan anak didiknya. Kesaksian hidup para Bruder M.T.B. juga memberi peranan penting dalam pelayanan mereka terlebih dalam menghidupi semangat

  

kepercayaan dan kesederhanaan”. YPSB sendiri mengelola Play Group, Taman

  Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Pendidikan non formal berupa Lembaga Pelatihan Kerja (kursus) dan asrama SD hingga SMA.

  Penulis yang notabene adalah anggota dari Kongregasi Bruder M.T.B., ikut terlibat dan merasa bertanggung jawab atas kelangsungan karya kongregasi dalam karya pendidikan baik mengenai kuantitas maupun kulitasnya. Untuk mewujudkan kedekatan emosional dan tanggungjawab tersebut penulis ingin menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam bentuk skripsi dengan judul: Peranan Kongregasi

  

Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) Dalam Pendidikan Di Kalimantan Barat

Antara Tahun 1921 – 2001.

  Penulis memfokuskan perhatian pada peranan kongregasi dalam bidang pendidikan di Kalimantan Barat dengan alasan bahwa karya kongregasi lebih banyak di Kalimantan Barat. Selain itu belum ada yang menulis peranan kongregasi dalam bidang pendidikan. Diharapkan kongregasi dapat mengetahui

  Rentang waktu yang dipilih penulis antara tahun 1921 – 2001 dengan alasan bahwa tahun 1921 Kongregasi Bruder M.T.B. mulai berkarya di Kalimantan Barat. Tahun 2001 adalah tahun genap 80 tahun Kongregasi Bruder M.T.B. berkarya di Indonesia khususnya di Kalimantan Barat. Dalam kurun waktu tersebut terdapat perubahan yang begitu signifikan dalam karya pendidikan dan dampaknya bagi masyarakat Kalimantan Barat.

B. Rumusan Masalah

  Beradasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apa latar belakang Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) berkarya di Kalimantan Barat?

  2. Bagaimana Peranan Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) dalam Pendidikan di Kalimantan Barat antara tahun 1921-2001?

  3. Apa dampak dari Peranan Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) dalam Pendidikan di Kalimantan Barat antara tahun 1921-2001? C.

   Tujuan Penulisan

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk:

  1. Mendeskripsikan Latar Belakang Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) berkarya di Kalimantan Barat.

  2. Mendeskripsikan Peranan Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) dalam

  3. Mendeskripsikan dampak dari Peranan Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.) dalam Pendidikan di Kalimantan Barat antara tahun 1921- 2001.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

  Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan khususnya, karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya bidang studi sejarah.

  2. Bagi Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.)

  • Menjadi dokumentasi sejarah karya bidang pendidikan Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda.
  • Menambah data administrasi Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) yang mengelola dunia pendidikan 1921-2001.

  3. Bagi Peneliti

  Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis karena akan menambah pengetahuan baru sebagai aplikasi dari teori yang diperoleh selama di bangku kuliah.

E. Tinjauan Pustaka

  Sumber sejarah dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu sumber yang disampaikan oleh saksi mata, dokumen, ataupun secara tak tertulis (artefact dan informan). Dokumen dapat otobiografi. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang disampaikan oleh bukan pelaku dapat berupa buku-buku, analisis berita di surat kabar, biografi, dan

  5 lain-lain yang ditulis oleh orang yang tidak mengalami secara langsung .

  Sumber-sumber yang membahas tentang peran pendidikan Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda sangat terbatas. Maka penulis menggunakan dokumen berupa arsip-arsip dan juga menggunakan sumber lisan dengan jalan wawancara.

  Wawancara dilakukan dengan para Bruder M.T.B. yang terlibat langsung dalam karya pendidikan juga dengan para alumni yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang dikelola oleh Bruder M.T.B. Buku-buku yang digunakan antara lain:

  Huijbergen Dan Ujung-ujung Dunia, Bruder-bruder M.T.B. 1854-2004

(terjemahan) , ditulis oleh Rob Wolf tahun 2004. Buku ini memuat tentang sejarah

  Bruder M.T.B. yang dimulai dari Huijbergen hingga menyebar ke Indonesia, Brasil dan Afrika.

  Anggaran Dasar dan Konstitusi Bruder M.T.B. , diterbitkan oleh

  Kongregasi Bruder M.T.B. tahun 1999. Buku ini terdiri dari dua bagian yaitu, pertama Anggaran Dasar dan cara Hidup Saudara–saudari Ordo ketiga Regular Santo Fransiskus, yang menjadi patokan dalam hidup dan karya para saudara- saudari ordo ketiga Santo Fransiskus. Bagian kedua adalah konstitusi Bruder M.T.B. yang menguraikan tentang tata cara hidup membiara dan sebagai inspirasi dalam pelayanan serta pengembangan karya kongregasi.

  Buku kenangan 70 tahun M.T.B. di Indonesia 1921-1991 , terbit tahun

  1994. Dalam buku ini diuraikan perjalanan Kongregasi Bruder M.T.B. di Indonesia

                                                               selama 70 tahun dalam bentuk kronik dan foto-foto. Karya di Hindia Belanda dimulai dari pesisir Pulau Borneo yaitu di Singkawang, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa (Cina).

  Buku kenangan 75 tahun Bruder M.T.B. di Indonesia 1921-1996, terbit

  tahun 1996. Buku ini berupa kronik dan foto-foto masa lalu yang menguraikan perjalanan karya dan refleksi selama 75 Bruder M.T.B. di Indonesia hingga tahun 1996.

  Bruder-Bruder dan Karya Mereka: Sejarah lima Kongregasi Bruder dan

kegiatan mereka di bidang pendidikan Katolik 1840-1970. Buku ini ditulis Joos

  P.A.van Vugt. Dikisahkan tentang lima kongregasi Bruder (F.I.C., M.T.B., C.S.A., B.H.K. dan C.M.M.) yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak Katolik ketika awal hingga usaha mereka memperluas karyanya di wilayah misi.

  Kumpulan Arsip/album Kongregasi Bruder M.T.B. tahun 1921-2001 . Arsip

  ini berupa berita kongregasi dan kronik-kronik komunitas Bruder M.T.B. Dalam arsip ini menguraikan karya misi dan kehidupan para Bruder M.T.B. di Indonesia.

  Sumber lain yang akan digunakan penulis adalah Sejarah Gereja Katolik

  

Indonesia Jilid 3a , oleh KWI 1974 dan dicetak oleh Penerbit Arnoldus Ende-

  Flores. Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942 Jilid 2; Pertumbuhan yang

  

spektakuler dari Minoritas yang percaya diri 1903-1942 , yang ditulis oleh Karel

  Steenbrink, diterbitkan oleh Penerbit Ledalero, Maumere, 2006. Ensiklopedi

  

Gereja oleh Adolof Heuken S.J., diterbitkan oleh Cipta Loka Caraka. Gereja

Katolik Indonesia Memandang Ke Depan, Hasil Refleksi Bersama oleh M.

  Purwatma, Situasi Gereja Indonesia Pasca-Vatican II Oleh Marccel Beding Dalam

  Buku Gereja Indonesia Pasca Vatican II. R. Hardawiryana, S.J., 2000.

F. Landasan Teori

  Untuk dapat masuk pada pokok permasalahan, maka penulis perlu menjelaskan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: konsep peranan, kongregasi, pendidikan, Bruder-bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.). Penjelasan mengenai konsep ini dianggap perlu untuk landasan berfikir dan sebagai pembatasan masalah guna menghindari salah penafsiran.

1. Peranan

  Peranan berasal dari kata peran. Peranan adalah bagian dari tugas utama

  6

  yang harus dilaksanakan . Gereja Katolik memilih karya pendidikan sebagai mediasi perwujudan imannya. Lembaga pendidikan Katolik diharapkan menjadi kekuatan yang mampu menggerakkan perubahan dalam diri. Oleh karena itu, di samping mengusahakan keunggulan akademik dan kegiatan kurikuler lainnya, lembaga pendidikan Katolik diharapkan berperan dalam perubahan sosial dan menjadi tempat yang baik bagi munculnya pelaku-pelaku perubahan sosial. Pelaku perubahan ini akan mampu memberi warna dalam masyarakatnya, sehingga perubahan yang diharapkan akan berdaya guna.

  Kongregasi Bruder M.T.B. sebagai lembaga Gereja ikut berperan dalam pengembangan pendidikan. Lembaga Pendidikan Katolik memiliki kekhasan dalam menyelenggaraan karya kerasulan pendidikan. Kekhasan sekolah Katolik adalah mengusahakan cita-cita budaya dan perkembangan kaum muda secara alamiah

                                                               sama seperti sekolah lain adalah usahanya mewujudkan suasana kekeluargaan di sekolah yang dijiwai oleh semangat kebebasan dan cinta kasih injili.

  Pendidikan yang dikelola oleh lembaga Katolik diharapkan mampu menanamkan penghargaan terhadap martabat manusia, sikap demokrat, kesadaran akan tanggungjawab dan kesetiakawanan sosial. Letak perbedaan sekolah Katolik dengan lembaga sekolah lain adalah dimensi religiusnya. Dimensi religius itu terdapat dalam kehidupan kaum muda peserta didik, iklim sekolah, kehidupan dan karya sekolah serta seluruh proses pendidikan. Karya pendidikan merupakan bagian integral karya misioner Gereja, demikianlah tampak peran khas para bruder dalam pendidikan. Kehadiran dan keterlibatan Bruder M.T.B. dalam bidang pendidikan amat penting. Peran penting ini bertujuan untuk membebaskan kaum kecil dan tersisih dari kebodohan serta kemiskinan. Dengan kata lain sekolah yang dikelola oleh lembaga Gereja hendaknya mampu menjadi agen perubahan, pencerdasan, dan pembebasan.

2. Kongregasi

  Menurut A. Heuken Kongregasi adalah perserikatan keagamaan yang diakui oleh paus atau uskup, yang anggota-anggotanya hidup sesuai dengan aturannya dan mengikrarkan tiga kaul sederhana baik bersifat tetap maupun

  7 sementara .

  Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Kongregasi adalah perkumpulan para biarawan, biarawati, atau rohaniwan, rohaniwati Katolik dari satu kesatuan

                                                              

  8

  khusus . Tarekat, ordo atau kongregasi, adalah kelompok komunitas sosial khusus dalam Gereja Katolik. Anggota-anggotanya terdiri dari kaum religius yang mengikrarkan kaul: kemiskinan, selibat, dan ketaatan. Mereka hidup dalam komunitas sosial sesuai dengan tata-cara dan konstitusi masing-masing kongregasi,

  9

  yang telah disetujui oleh otoritas Gereja Katolik . Sasaran yang ingin dicapai maupun cara-cara untuk mencapainya dari masing-masing kongregasi, dinyatakan dalam peraturan dan konstitusi masing-masing kongregasi yang bersangkutan. Kongregasi Bruder M.T.B. adalah perkumpulan para biarawan Katolik dalam satu kesatuan khusus dan memiliki cita-cita yang sama yaitu mengikuti Yesus Kristus.

  3. Pendidikan

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan,

  10

  cara mendidik . Pendidikan adalah usaha yang secara sadar dilakukan dengan tujuan mewariskan kepada generasi-generasi yang baru semua pengalaman

  11 peradaban yang dikembangkan oleh generasi-generasi yang dahulu .

  Kegiatan mendidik merupakan suatu kegiatan terpadu bagi sekelompok manusia seutuhnya bersama orang lain. Keterpaduan antara orang muda sebagai pelaku utama, subsider adalah orang tua, kemudian guru atau pelaku-pelaku lainnya. Kegiatan mendidik sendiri menyangkut beberapa relasi antara manusia

                                                              

  8 Anton Moeliono, op. cit., hlm.455.  

  9

  http://www.GerejaKatolik.net/info/tarekat.htm  

  10 Anton Moeliono, op. cit., hlm. 204.   dengan sesamanya, manusia dengan dunia dan manusia dengan Tuhan. Adanya relasi yang baik maka akan menghasilkan tujuan akhir yang baik pula, di mana seseorang akan menjadi pribadi yang bertanggungjawab, baik dengan sesamanya, lingkungannya maupun dengan Tuhannya.

  Pendidikan mempunyai makna yang amat penting dalam kehidupan manusia dan pengaruhnya makin besar terhadap perubahan sosial. Pendidikan yang dikembangkan sekolah Katolik adalah mengusahakan tujuan-tujuan budaya dan pendidikan manusiawi angkatan muda dengan tugas khasnya yaitu menciptakan

  12 lingkungan paguyuban sekolah yang dijiwai kebebasan dan cinta kasih injili .

  Karya pendidikan yang dilakukan oleh Gereja Katolik adalah pilihan yang diambil atas dasar inspirasi iman, sebagai mediasi demi terjadinya transformasi yang membebaskan menuju tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil, dan

  13 bermartabat .

  Berbagai tantangan di masyarakat sebagai akibat globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi makin terasa dampaknya dan telah menggeser nilai-nilai yang akhirnya menimbulkan berbagai masalah baru. Masalah baru itu antara lain terjadinya ketidakadilan, kekerasan, kemerosotan moral, ketidakjujuran dan persaingan yang mengakibatkan perpecahan. Melihat realitas dunia dewasa ini dalam pendidikan mutlak untuk menyelenggarakan pendidikan nilai-nilai kristiani dalam keluarga dan sekolah. Selain itu angkatan muda juga perlu dibekali wawasan kebangsaan, kemampuan untuk bergaul dan bekerjasama dengan berbagai

                                                              

12 J. Riberu, Dokumen Konsili Vatikan II: Tonggak Sejarah Pedoman Arah

  (terjemahan) , Jakarta, Obor, 1983, hlm. 226   kelompok yang ada di masyarakat, keahlian dan profesionalisme dalam bidang- bidang yang dianggap strategis di masa yang mendatang.

  Paradigma pendidikan Katolik diartikan sebagai kerangka berfikir yang dijadikan dasar, alasan, acuan dan titik tolak dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah Katolik. Iman Kristiani menjadi dasar terselenggaranya sekolah Katolik. Iman Katolik mengandaikan dua dasar dimensi dasar yaitu kesaksian dan pelayanan yang saling bertimbal balik. Ciri khas Kristiani sekolah Katolik tidak terletak pada pada hal-hal yang formal lahiriah saja, melainkan menyangkut hal-hal yang lebih dalam dan bersifat batiniah (nurani). Hal yang bersifat batiniah itu menyangkut kesadaran dan keyakinan rohani yang sungguh-sungguh hidup dan berfungsi secara optimal dalam praktek hidup sehari-hari. Ciri utama iman Kristiani terletak pada kasih, kebenaran, keadilan dan pengharapan. Ciri-ciri itu tercermin dalam seluruh kegiatan yang dilakukan oleh yayasan, kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, siswa, karyawan sekolah dan orang tua siswa.

4. Bruder-bruder Maria Tak Bernoda (M.T.B.)

  Bruder adalah anggota dari kongregasi atau ordo pria, tetapi bukan imam

  14

  dan tidak mempersiapkan diri untuk menjadi imam . Menjadi bruder adalah panggilan khusus, sama seperti para suster, para bruder mengamalkan hidup kristiani sekonsekuen mungkin (menjadikan Kristus sebagai pusat eksistensinya) dengan demikian memberi teladan kenabian baik dengan hidup maupun berkarya menurut kharisma masing-masing lembaga. Kerasulan para bruder pertama-tama

                                                               terletak pada kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan harus mereka

  15 kembangkan dengan doa dan tobat .

  Tugas para bruder dalam kongregasi adalah menangani pendidikan umum, katekese dan pastoral, menangani proyek-proyek pembangunan untuk karya sosial dan ada juga kongregasi bruder yang bergerak dalam bidang kesehatan. Dalam tarekat-tarekat yang diperuntukan bagi karya-karya kerasulan, kegiatan kerasulan itu sendiri termasuk hakikatnya. Karena itu seluruh hidup para anggota tarekat hendaknya diresapi oleh semangat kerasulan, dan seluruh kegiatan kerasulan dijiwai semangat religius. Kegiatan kerasulan hendaknya selalu mengalir dari kesatuan mesra dengan Allah dan meneguhkan serta memupuknya.

  Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak-anak terlantar di wilayah keuskupannya, Mgr. Johanes van Hooydonk mendirikan sebuah panti asuhan guna menampung anak-anak yatim piatu akibat perang. Untuk mengasuh anak panti ini Mgr. van Hooydonk pada tahun 1854 mendirikan sebuah kongregasi di Huybergen.

  Nama kongregasi itu ialah Kongregasi Bruder-bruder Kristiani Santa Maria Perawan Tersuci dan Bunda Allah Yang Dikandung Tanpa Noda Asal, di bawah Perlindungan Santo Fransiskus Assisi. Anggota pertama ada tiga orang dan mereka didampingi oleh Rektor A. Nellen. Sejak awal perhatian difokuskan pada pembinaan dan pendidikan kaum muda yaitu mengurus panti asuhan dan mengajar di sekolah. Semangat yang menjadi pedoman dalam Kongregasi Bruder M.T.B. adalah motto dari Mgr. van Hooydonk sendiri yaitu “Simpliciter et Confidenter”

                                                              

  “kesederhanaan dan kepercayaan”, yang dengan kepekaan hati menanggapi situasi zaman.

  Melalui keutamaan Santa perawan Maria dan Santo Fransiskus Asisi, Kongregasi Bruder M.T.B. berupaya mewujudkan kemuliaan Allah, khususnya dalam pembinaan kaum muda dan mengutamakan mereka yang miskin dan lemah.

  Santa Perawan dan Bunda Allah yang dikandung tanpa noda asal adalah pelindung kongregasi. Bruder M.T.B. hendak meneladani Santa perawan Maria yang menyebut dirinya Hamba Tuhan dalam penghayatan ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Sebagai ordo ketiga regular, Kongregasi Bruder M.T.B. mengikuti Yesus dengan berpegang teguh pada teladan Santo Fransiskus Assisi dengan berusaha mewujudkan nilai-nilai pertobatan, kemiskinan, kedinaan dan kontemplasi

  16 dalam hidup dan karya mereka .

  Dengan teori yang ada maka penulis menggambarkan kerangka teoritik dalam skripsi ini yang merupakan landasan dalam penulisan.

  Karya misi Gereja Katolik Peranan Sekolah Misi Katolik menjadi favorit