TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI

  

DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR

KARYA ALBERTHIENE ENDAH

TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh

  

Felisianus Perik

NIM : 014114050

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERISITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

  

MOTTO

Siapkan akal budimu W aspadalah dan letakkanlah harapanmu Seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu. H iduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan Turuti hawa nafsu yang menguasai kamu Karena kamu telah mensucikan dirimu oleh Ketaatan kepada kebenaran,

D an kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan

ikhlas.

  (Surat Petrus, 1 : 13 - 17)

  

PERSEM BAH AN

Kupersembahkan karya ini teruntuk M amaku tercinta H eno Kornelia M isa Papaku tercinta H eno Falentinus

  Kakakku tersayang Edison F.X. M isa H eno Kakakku tersayang Relly D etroni M isa H eno Kakakku Remigius M uksim M isa H eno

Kakakku tersayang Anjel M isa H eno

  Kakakku tersayang I rnawati F.X. M isa H eno Kakakku tersayang Adi Patrik M isa H eno Adikku tercinta H ilarius Ariyanto M isa H eno Ponakanku tersayang

  I vo M isa H eno Arthur M isa H eno Fanera M uksim M isa H eno Kebahagiaan tersendiri dapat memberikan

  Kebahagiaan dan kasih sayangku U ntuk semua keluargaku tercinta D an untuk orang-orang yang kukasihi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 19 Juni 2008 Penulis

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Felisianus Perik Nomor Mahasiswa : 014114050

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR

KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Mei 2008 Yang menyatakan

  

ABSTRAK

Perik Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik

Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma

  Penelitan ini mengkaji tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik

  

Terakhir Karya Alberthiene Endah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

  ini adalah pendekatan psikologi sastra. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa antara psikologi dan sastra terdapat hubungan yang erat sehingga dapat digunakan untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi. Melalui psikologi sastra dapat diketahui tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mengakibatkan tokoh Arimbi mengalami tekanan batin.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahap. Pertama, menganalisis novel Detik Terakhir untuk mengetahui struktur intrinsiknya, kedua, mempergunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk memahami aspek psikologi yang berkaitan dengan tekanan batin Arimbi dalam novel Detik Terakhir.

  Tujuan pokok penelitian ini adalah memaparkan tekanan batin yang dialami oleh tokoh Arimbi dan tekanan batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia.

  Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri sangat dibutuhkan oleh tokoh Arimbi. Ketiga kebutuhan ini tidak didapatkan oleh Arimbi dari linkungan keluarganya.

  Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut menimbulkan perasaan–perasaan tertekan pada tokoh Arimbi,seperti rasa takut, rasa tidak percaya diri, dan rasa frustrasi yang menyebabkan tekanan batin pada tokoh Arimbi dan pada akhirnya Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Arimbi.

  

ABSTRACT

Perik. Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik

Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra Thesis S1. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University.

  This research examines psychological strain of Arimbi’s character in the novel of Detik Terakhir by Alberthiene Endah. The approach used in this research is literature psychological approach. It is based on an assumption that there is a strong relation between psychology and literature so it can be used to analyze Arimbi’s psychological strain. By literature psychological, it can be known that Arimbi’s psychological strain caused by not fulfilled basic needs makes Arimbi has psychological strain problem.

  The method used in this research is description method. By using this method, researcher divides it into two stages. First, by analyzing the novel of

  

Detik Terakhir to understand its intrinsic structure; second, by using the analysis

  result in first stages to understand psychological aspect related to the Arimbi’s psychological strain in the novel of Detik Terakhir.

  Main goal of this research is to explain psychological strain felt by Arimbi and psychological strain because basic needs as a human are not fulfilled. Based on the analysis result of literature psychological, it can be concluded that necessity of feeling safe, necessity of appreciation, and necessity of self-actualization are needed by Arimbi very much. Arimbi gets these necessities not from his family.

  Because of these not fulfilled basic needs, Arimbi feels suppressed. Feeling of afraid, no self-confidence, and frustration cause psychological strain to Arimbi’s character. Finally, Arimbi falls into narcotics and drugs that actually is not expected by him very much.

KATA PENGANTAR

  Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang telah berkarya pada diri penulis. Untuk itu penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas anugerah dan berkat-Nya. Tanpa campur tangan Tuhan skripsi ini tidak akan selesai pada waktu yang direncanakan.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan judul Tekanan Batin Tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine Endah ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat kebaikan serta keprihatinan hati dari banyak pihak. Kebaikkan dan keprihatinan itulah yang menjadikan semangat penulis untuk segera menyelesaikan studi. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.

  1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan dan arahan kepada penulis. Ditengah kesibukkannya beliau masih meluangkan waktu sehingga muncul motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan berusaha lebih baik lagi.

  2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua, terima kasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta nasihat, perhatian, kesabaran, serta kesediaan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Bapak Dr. I Praptomo Baryadi, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini yang sering bertanya ”bagaimana skripsinya?” dan “kapan pendadaran?” pertanyaan-pertanyaan tersebut telah memacu semangat untuk meyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. FX. Santoso, M.S., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, Ibu S.E.

  Peni Adji, S.S., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, terima kasih atas bimbinganya selama penulis menempuh studi di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

  5. Karyawan Fakultas Sastra Univerisitas Sanata Dharma.

  6. Karyawan UPT Perpustakaan Univeritas Sanata Dharma.

  7. Mamaku tersayang Heno Kornelia Misa dan Papaku Heno Falentinus terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya yang selalu mengiringi langkahku, I love you ... “selamanya Mama Papa Henoku adalah mutiara hatiku yang tak ternilaikan oleh apapun”.

  8. Teruntuk kakakku tersayang Edison FX. Heno, Relly Heno, Remigius Heno, Angela Matidis Heno, Irnawati FX Heno, Adi Heno, adikku Rio Heno, dan keponakkanku Ivo Heno, Fanera Heno, Arthur Heno “saudara adalah bagian hidupku yang tak akan tergantikan oleh apapun”.

  9. Buat adik-adikku yang tersayang, Noni Ngamal, Upi Ngamal, Iwan Ngamal, Tasya, Anjel, Paskual, kalian sudah besar, patuhi mama papa, rajinlah belajar, galilah ilmu sedalam mungkin biar masa depan kalian cerah.

  10. Teruntuk Papaku Karel, dan Mamaku Karel tercinta terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.

  11. Buat adikku Rio Heno, ingatlah pesan Mama Papa Heno jadilah anak yang baik dan sukses jangan nakal, raihlah cita-citamu sebisa mungkin, agar papa mama Heno bahagia, melihat adikku Rio Heno sukses.

  12. Buat seseorang yang selalu ada dihatiku, Aku selalu mencintaimu.

  13. Khusus sahabat kecilku adik Kisti Imoet terima kasih atas dukungan dan doanya, “kakak selalu merindukanmu”.

  14. Teruntuk kakakku yang baik, Sius Karel, Yos Karel, Nandus Karel Hiro Karel, Li Karel dan semua keluarga Ema Koe Karel terima kasih atas nasihatnya.

  15. Teruntuk semua keluarga besar Rentung dari Mama Henoku, dan keluarga besar Rego dari Papa Henoku terima kasih atas dukungannya.

  16. Keluarga kakakku Donatus Lagus, Pr, dan keluarga kakakku F. X. Agus Basuki, terima kasih atas perhatian, pengertian, dukungan doa dan semangat, terlebih karena kesediaan menerima saya sebagai bagian keluarga ini. You’re my second family.

  17. Kakakku John Ngamal dan kak Omy Ngamal terima kasih atas nasihat, dukungan dan doanya.

  18. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ti Ngamal, Kak Mar Ngamal, Kak Largus Ngamal.

  19. Adik-adikku tersayang Nayen Putriana, Arie Nayen, Aldo, Rinto, Klaus Reba Entok Bertolomeus, Anto, Indri, Candra “ayo, skripsinya cepat diselesaikan”.

  Akhirnya Feli dapat selesaikan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan perhatian dari adik-adikku tersayang.

  20. Sahabat seperjuanganku Sastra Indonesia ’01 khususnya Aji Yulianto, Andy Permana, Sherlly, Kingkin, Ernest, Novi, Ririn Tari, Keynas, Dwi, Sita, Yuni, Indah, Ompong Kristo Beo, Linda Wati terima kasih atas persahabatan selama ini dan semangat kerjasama, perhatian, pengertian dukungan dan keceriaan yang penuh makna. ”tidak akan Feli lupakan”.

  21. Wina momang daku Esy terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya selama ini.

  22. Ana Dominika terima kasih atas ketulusan sayang dan kasihmu.

  23. Terima kasih atas dukungan dari teman-teman dan saudaraku Fides, S.E., Rama Sakti, S.E., 1

  2 – Mh 4 dan Dila, Doni, Fred, Tian Woyo, Yanu, Heri,

  Petrus, Yulin, S.E., Eliys, Siti Suryanie Zein, Ivan, Nanang, S.S. Agus Wiwit, Sigit, S.S., Adi Cahyono, Eka, Vero, Ema Koe Fansi, Retno Manis, Niken, Wilma, Ameng, Ruth, S.S., Sovi, Karina Sitepu, Martina Mas, S.S., Menyun, Rosa, Erda, Eli, Fanie, Martha, Romi, Endang, Riki, Andi Jay, Elin, Anye, Onsi, Thomas, Retno, Yudha D.A., S. Pd, Pak Sutries, Mbak Pipiet.

  24. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ensi dan Kak Todi selama ini.

  25. Terima kasih untuk Ibu Harto, Mbak Hesty, Mas Farid, Dimas, Damar, dan Handi Harto atas dukungan dan doanya.

  26. Terima kasih untuk keponakanku Yeti Dahat, Elen Dahat, Rio Zaman, Ita Zaman yang telah mendukung dan mendoakan saya selama mengerjakan

27. Terima kasih untuk teman-teman kos grinjing atas dukungan dan bantuannya selama ini.

  Semoga kebaikkan hati pihak-pihak yang disebut di atas menjadi amal baik serta mendapat balasan dari Tuhan. Meskipun penulis sudah berusaha menyusun skripsi ini sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa penulis perlukan dari perbaikkan skripsi ini.

  Penulis Felisianus Perik

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hidup dengan berbagai macam cara, ada yang berhasil ada juga yang tidak berhasil. Jika seorang tidak mendapatkan yang diinginkannya maka dia akan stres, tertekan dan putus asa. Orang yang tabah dalam menjalankan hidup kemungkinan besar dia akan terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh tekanan batin (Daradjat, 1985 : 15).

  Ketidaktentraman hati, atau kurang sehatnya mental, sangat mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang, misalnya orang akan merasa tertekan, atau merasa gelisah dan berusaha mengatasi perasaan yang tidak enak itu dengan jalan mengungkapkannya keluar. Akan tetapi, tidak selamanya orang mendapat kesempatan untuk itu. Orang yang menghadapi kesukaran- kesukarannya dengan tidak wajar atau ia tidak sanggup menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dapat mengala mi gangguan jiwa (Daradjat, 1985 : 22).

  Tekanan batin (pressure) adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani dan seolah-olah dikejar untuk mencapai sesuatu atau berperilaku tertentu (Winkel, 1991 : 207).

  Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah ini cukup banyak mengungkapkan dan menyoroti permasalahan tekanan batin yang terjadi pada tokoh Arimbi. Permasalahan tekanan batin yang dialami oleh Arimbi adalah berawal dari Arimbi melihat kedua orang tuanya yang selalu saja bertengkar, setiap hari ayah Arimbi selalu memukul ibunya sampai berdarah, bahkan sampai pingsan. Arimbi juga merasa tertekan melihat perselingkuhan kedua orang tuanya dengan rekan kerja mereka di kantor.

  Novel Detik Terakhir ini juga menceritakan tentang kehidupan keluarga terpandang, kisah hidup Arimbi anak orang kaya dan memiliki orang tua yang punya nama besar. Orang tua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di dalam keluarga selalu saja sering saling menyakiti, Arimbi selalu saja menyaksikan pertengkaran dan perselingkuhan kedua orang tuanya yang menyebabkan Arimbi merasa tertekan batinnya dengan perbuatan orang tuanya.

  Pada akhirnya Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk lari dari rumah untuk mencari dunia baru yang membuat hidupnya bahagia. Dunia baru itu adalah narkoba. Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba dan menjadi pecandu narkoba. Arimbi melakukan ini bukan karena keinginannya, Arimbi terpaksa melakukannya karena Arimbi merasa tertekan melihat kedua orang tuanya yang setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Bagi Arimbi hidup di rumahnya seperti hidup di neraka yang setiap hari selalu saja menjerit meminta pertolongan.

  Salah satu karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengamatan sastrawan terhadap kehidupan di sekitarnya. Penciptaan novel dipengaruhi latar belakang pengarang, lingkungan, dan keperibadian pengarang itu sendiri. Novel mengandung cerita kehidupan seorang sewaktu ia mengalami krisis dalam jiwanya dan sebagainya (Sumardjo, 1984 : 4)

  Karya sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan ekspresi batin manusia. Tokoh-tokoh dalam novel adalah manusia yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi sangat berperan dalam penokohan (Sumardjo, 1984 : 8). Pada dasarnya psikologi dan sastra mempunyai kaitan erat antara manusia dengan masyarakatnya (Sumardjo, 1984 : 5).

  Psikologi dapat memberikan gambaran-ganbaran atau penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, terutama tentang masalah- masalah yang berhubungan dengan perasaan dalam sastra. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya sastra (Sumardjo, 1984 : 10).

  Dalam kaitan antara psikologi dan sastra, Hartoko dan Rahmanto mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra dari sudut pandang psikologi. Pendekatan ini diarahkan pada pengarang maupun pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1986 : 29).

  Sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, didukung oleh tokoh-tokoh cerita. Tokoh utama selalu menjadi tokoh sentral. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisah (Sudjiman, 1988 : 18). Arimbi dalam novel Detik Terakhir ini dapat dikatakan sebagai tokoh yang memegang peranan pemimpin karena Arimbi banyak terdapat dalam setiap bagian cerita novel Detik Terakhir.

  Peneliti memilih novel Detik Terakhir ini, sebagai bahan kajian dengan alasan pertama novel Detik Terakhir ini mempunyai kekhasan dalam hal penceritaan, pembaca dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari realita kehidupan zaman sekarang yaitu banyaknya anak-anak muda yang terjermus dalam dunia narkoba, disebabkan tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tua serta keluarga mereka; kedua novel ini memenangkan penghargaan Pertama Adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja; ketiga tema novel ini tentang narkoba sesuai dengan keadaan saat ini yang sedang digalangkan anti narkoba, sehingga menarik untuk mengetahui kehidupan para pengguna narkoba.

  Karya-karya Alberthiene Endah selalu sesuai dengan kehidupan modern. Contohnya saja novel Detik Terakhir ini dan juga novel ini pernah difilmkan denga n judul Jangan Beri Aku Narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah berhasil meraih 2 penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel Jangan Beri Aku

  

Narkoba terpilih sebagai juara Pertama Adikarya Award 2005 IKAPI (Endah,

2004 : www. Gramedia. com).

  Seorang mengalami tekanan perasaan atau tekanan batin yang sangat berat, apalagi tidak ditemukan jalan keluarnya, akan mengakibatkan seseorang mengalami gangguan jiwa atau bahkan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan seseorang tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya dengan jalan yang wajar atau bahkan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang dihadapinya (Daradjat, 1985 : 24).

  Dalam memahami karya sastra terutama novel, analisis intrinsik sangat diperlukan sabagai langkah awal. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang akan diteliti adalah tokoh dan latar dengan alasan kedua unsur ini sangat intensif mengungkapkan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi.

  Dari analisis struktur dilanjutkan analisis psikologi yang berhubungan dengan tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Abraham Maslow karena peneliti melihat adanya kesesuaian antara teori psikologi Abraham Maslow untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalahan hidup.

  Permasalahan tekanan batin tokoh banyak terdapat dalam novel Detik , maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan tersebut.

  Terakhir

  Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis sastra, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis segi kejiwaan yang berhubungan dengan tokoh Arimbi.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1.2.1 Bagaimanakah struktur penceritaan novel Detik terakhir karya Alberthiene Endah ?

  1.2.2 Bagaimanakah tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik

  Terakhir karya Alberthiene Endah ?

1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan masalah- masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah:

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah.

  1.3.2 Mendeskripsikan tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine Endah.

1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

  1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian tentang tekanan batin untuk dunia sastra.

  1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya tujuan sastra dari sudut pandang psikologi.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Struktural

  Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur sastra menyarankan pada penge rtian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mene ntukan, saling mempengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995 : 36)

  Permasalahan sebuah karya sastra khususnya novel, dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan (Nurgiyantoro,1995 : 37) Analisis intrinsik dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tokoh dan latar saja. Hal ini dikarenakan latar merupakan tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh (Nurgiyantoro, 1995 : 75).

1.5.2 Tokoh

  Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis atau tokoh lawan adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991 : 19). Tokoh antagonis juga dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995 : 179)

  Menurut Sudjiman (1988 : 17) berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di dalam cerita, tetapi kehadiranya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama. Hartoko dan Rahmanto (1986 : 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individual.

1.5.3 Latar Latar adalah tempat atau masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1983 : 10).

  Menurut Sayuti menjelaskan bahwa cerita berkisah tentang seseorang atau beberapa tokoh (1988 : 44). Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya cerita dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.

  Sebuah cerita dibangun dari unsur latar karena pelukisan latar dapat membantu pembaca dalam memahami jalannya cerita dan keberadaan tokoh dalam sebuah novel.

  Latar atau setting disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar memberi pijakan cerita secara kongkrit. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995 : 217). Pendeskripsian unsur latar semakin memperjelas maksud yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Latar memberi gambaran kepada pembaca mengenai tempat tokoh berada, waktu kejadian berlangsung, dan keadaan kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dapat dibagi menjadi tiga yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

  1.5.3.1 Latar Tempat

  Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, dan tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227).

  Pengangkatan suasana kedaerahan, suatu yang mencerminkan local

  

colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya

  sastra yang bersangkutan, tempat sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional. Namun, perlu ditegaskan sifat ketipikalan daerah tidak hanya ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan harus lebih didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya (Nurgiyantoro, 1995 : 229)

  1.5.3.2 Latar Sosial

  Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang komplek, ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995 : 234). Hudson via Sudjiman (1984 : 44) menjelaskan jika latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan unsur lainnya yang melatari peristiwa

1.5.4 Psikologi Sastra

  Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis novel

  

Detik Terakhir adalah psikologi sastra. Menurut Awang dalam Shalauddin (1991 :

  27) psikologi dan sastra memiliki banyak persamaan. Keduanya mempunyai fungsi dan cara yang sama dalam pelaksanaan tugas untuk memahami perihal manusia dan kehidupannya. Dalam pelaksanaan fungsinya, keduanya menggunakan tinjauan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama untuk penulisan atau penelitian.

1.5.4.1 Psikologi Abraham Maslow

  Teori Maslow mendasarkan diri pada pandangan bahwa seseorang itu pada hakikatnya baik dan bebas, kekuatan jahat dan merusak yang ada pada manusia merupakan hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan (Maslow via Koeswara, 1989 : 224). Studi objektif tentang tingkah laku manusia belumlah cukup, untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh maka segi-segi subjektifnya pun perlu dipertimbangkan termasuk perasaan, keinginan, harapan dan aspirasi-asprasi seseorang (Maslow via Goble, 1987 : 41).

  Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan, dan dikuasai oleh proses belajar kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble, 1987 : 70). Menurut Maslow (1987 : 70) kebutuhan dasar manusia tersusun dari lima tingkatan, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki- dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia menurut Maslow yang akan diuraikan yang berkaitan dengan tekanan batin tokoh Arimbi. Guna menjawab penyebab terjadinya tekanan batin tokoh Arimbi, akan digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Detik Terakhir.

  Ketiga kebutuhan dasar manusia yang dianggap mengandung sebab-sebab tekanan batin yang dialami oleh Arimbi dalam menghadapi hidupnya ialah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan aktualisasi diri ketiga kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.5.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman

  Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73).

  Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73).

  Kebutuhan akan rasa aman dan terlindung tentu dibutuhkan oleh semua orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram, manusia akan berkembang bila ia hidup aman dan jauh dari tekanan orang lain.

  1.5.4.3 Kebutuhan akan Penghargaan

  Menurut Maslow setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, kecukupan, ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan (Maslow via Goble, 1987 : 76). Penghargaan dari orang lain sangat berarti dalam kehidupan manusia. Dengan penghargaan itu manusia berarti dan diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan membuat manusia lebih percaya diri menghadapi hidup.

  1.5.4.4 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

  Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya, pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri. Menurut Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Maslow via Goble, 1987 : 77). Bila manusia dapat tumbuh sesuai keinginan dan cita-cita hidup nya maka hasrat untuk maju pun semakin besar. Dengan demikian apa yang dicita-citakan dapat terwujud dengan baik. Dari situ manusia bisa tumbuh dan berkembang sehingga ia mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara yang positif.

1.6 Tekanan Batin

  Semua manusia mendambakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam hidupnya. Dengan berbagai cara manusia berusaha untuk mendapatkan keinginannya itu. Namun, tidak sedikit orang yang gagal mendapatkan keinginannya itu. Kegagalan yang dialami seseorang seringkali mengakibatkan putus asa. Bahkan, bila rasa putus asa itu sangat berat, maka bisa saja seseorang itu tertekan batinnya. Kesehatan mental sangat ditentukan oleh ketenangan dan kebahagiaan batin seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuan menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat (Daradjat, 1985 : 16).

  Berhasil tidaknya seseorang mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam hidupnya, tergantung pada siap tidaknya seseorang menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Semakin seseorang itu siap dan tabah menghadapi kenyataan hidup dan segala permasalahannya, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk meraih impian- impian dalam hidupnya. Frustrasi (tekanan perasaan) ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal, yang menghalangi keinginannya. (Daradjat, 1985 : 24).

  Daradjat (1985 : 26-27) menjelaskan tekanan batin adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani seolah-olah dikejar-kejar untuk mencapai sesuatu atau berprilaku tertentu yang menyebabkan diri menjadi kecemasan.

  Heerdjan (1987 : 26-27) menjelaskan kegelisahan dan ketegangan yang dijumpai pada orang normal termasuk gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa dapat disebabkan dalam beberapa hal, yaitu di antaranya yang disebabkan sifat psikologi, seperti konflik jiwa, kurang perhatian dari orang tua, kekecewaan, frustrasi dan semua hal yang bertalian dengan gejolak jiwa seseorang.

  Jika seseorang mengalami tekanan batin yang sangat berat sehingga dia tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka seseorang itu akan menderita penyakit jiwa (Phychose). Apalagi bila tekanan itu sudah mencapai puncaknya dan tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu jenis penyakit jiwa adalah

  

schizoprenia yakni, penyakit jiwa yang disebabkan ketidakmampuan manusia

  menyeseuaikan diri sedemikian rupa sehingga menemui kegagalan dalam usahanya dalam menghadapai kesukaran hidup. Penyakit ini biasanya lama sekali perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau akhir tahun, baru ia menunjukkan gejala-gejala yang ringan, tetapi akhirnya seperti peristiwa tertentu tiba-tiba terlihat gejala hebat sekaligus (Daradjat, 1996 : 16).

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

  Analisis novel Detik Terakhir ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara psikologi dan sastra. Pendekatan dengan menggunakan teori psikologi dan sastra dilakukan dengan alasan bahwa kedua teori tersebut memiliki hubungan erat. Hubungan antara psikologi dan sastra keduanya merupakan ilmu yang mengkaji tentang perilaku dan aktivitas manusia.

  Dalam kajian yang menekan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologi yang tercermin dalam perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra tanpa memperhatikan aspek biografi pengarangnya. Penelaah dapat menganalisis psikologi tokoh melalui dialog dan perilakunya menggunakan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi tertentu. Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam bentuk kajian ini merupakan upaya mencari kesejajaran aspek-aspek psikologi dalam perwatakan tokoh-tokoh suatu karya sastra dengan pandangan tentang manusia menurut psikologi tertentu (Roekhan, 1987 : 148-149). Dalam penelitian ini pendekatan dari sudut psikologi terhadap sastra sebagai proses kreatif menggunakan teori psikoanalisis Abraham Maslow.

1.7.2 Metode

  Metode deskripsi adalah cara pemaparan atau penggambaran kata-kata secara jelas dan terinci (Moeliono, 1990 : 30). Metode ini digunakan untuk melaporkan yang telah dilakukan dalam suatu analisis dalam penelitian ini.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis tertentu, sedangkan kartu dan dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apa pun asalkan mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data (Sudaryanto, 1988 : 58). Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan dicatat dalam kartu data.

  Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu data serta diberi nomor kode tertentu yang ditulis pada bagian tengah atas. Kartu data sebaiknya disusun menurut abjad dari huruf pertama, sedangkan kode dari kartu data dapat memudahkan penyusunan itu (Koentjaraningrat, 1977 : 391).

1.9 Sumber Data

  1.9.1 Sumber Data Primer

  Judul buku : Detik Terakhir Pengarang : Alberthiene Endah Penerbit : PT. Gramedia Tahun Terbit : 2006 Tebal buku : 243 halaman Cetakan : ke-2

  1.9.2 Sumber Data Sekunder

  Dalam analisis ini peneliti menggunakan buku teori tentang kesehatan mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Teori ini sebagai acuan dalam menganalisis penyebab tekanan batin tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti juga menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow, dan buku-buku sastra lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

1.10 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : bab satu berisi pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua berisi analisis struktur novel, meliputi tokoh dan latar. Bab tiga berisi analisis tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi. Bab empat penutup, berisi kesimpulan dan saran.

BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL DETIK TERAKHIR Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah- istilah

  seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakkan, atau karakter dan karekterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.

  Istilah- istilah tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan atau dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walaupun memang ada diantaranya yang sinomim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada tehnik pengembangannya dalam sebuah cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: siapakah tokoh utama dalam novel itu? Atau ada berapa orang jumlah pelaku no vel itu atau siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu, dan sebagainya? (Nurgiyantoro, 1998: 165)

2.1 Tokoh

  Tokoh adalah rekaan individu yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1998: 178). Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991: 19). Selain itu tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1998: 179).

  Sudjiman (1991: 17) me nambahkan berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau tokoh protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Rahmanto dan Dick Hartoko (1986: 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individu.

  Dalam novel Detik Terakhir Arimbi adalah tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap peristiwa, tetapi Arimbi merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi permasalahan yang kompleks, sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini adalah, Mama, Papa, Ra jib, Vela, dan Dokter Goenawan. Semua tokoh tersebut berpengaruh langsung terhadap psikologi Arimbi sebagai tokoh utama.

2.1.1 Tokoh Utama

  Tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap peristwa, tetapi Arimbi juga merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi permasalahan. Tokoh utama dalam novel Detik

  

Terakhir terdiri dari dua jenis yaitu tokoh protagonis (Arimbi) dan antagonis

  (Mama) dan (Papa). Tokoh protagonis maupun antagonis ini diklasifikasikan sebagai tokoh utama.

2.1.1.1 Tokoh Utama Protagonis :Tokoh Arimbi

  Secara fisiologis Arimbi dilukiskan sebagai wanita yang cantik, hidung yang mancung, pipi bertulang tinggi, dagu yang lancip, bibir bagus, dan sepasang mata yang beralis tebal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

  (1) Bola matanya bergerak-gerak cepat, menunjukkan batinnya yang dipenuhi rasa gelisah, wajahnya sangat keras, nyaris menghilangkan raut cantik yang sebetulnya sangat kuat diperlihatkan detail wajahnya.

  Hidung yang mancung dan ramping, pipi bertulang tinggi dan agak tirus, dagu yang lancip, bibir yang bagus dan sepasang mata yang dipayungi alis tebal. Dia sangat cantik (hlm.16). Arimbi anak dari seorang pengusaha yang sangat terkenal dan memiliki nama baik di masyarakat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (2) Dia gadis yang luar biasa (hlm.11). (3)

  Dia pelanggan saya yang paling aneh. Kaya, cerdas, pemberani, nekat, dan benci narkoba, “katanya”. Dia menjadi pencadu dengan segala kesadarannya melihat narkoba sebagai alat untuk membangun keberanian, mendapatkan pencerahan (hlm.11). (4)

  Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba atas kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan kedua orang tuanya (hlm.11). (5)

  Orang tuanya sangat pouler. “pasangan Ruslan Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sanga t baik di mata khalayak” (hlm.12).

  Arimbi merasa putus asa dengan perbuatan orang tuanya ya ng membawanya ke panti rehabilitasi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

  (6) “Berkali-kali dia mengancam, jika tidak dikeluarkan secepatnya dia akan menggunakan narkoba dua kali lebih banyak dibandingkan saat mencandu dulu (hlm.12).

  (7) Dia dalam keadaan membenci narkoba, ketika orang tuanya untuk kesekian kali memberengus dan memasukkannya kembali kepanti.

  Ketika itu dia seharusnya telah mendapat kehidupan yang dia cinta. Tapi kini dia sampai pada titik putus asa (hlm.11). (8)

  Dia selalu mengatakan, kalan keluar terbaik untuk menyelamatkan hidupnya adalah mati (hlm.11). (9)

  “Menurut rencana, Arimbi akan dikirim ke Amerika, melewatkan perawatan rehabilitasi di klinik kejiwaan di sana hingga sembuh dan sekolah” (hlm.13). Arimbi selalu mengatakan kematian adalah hal yang terindah dalam hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (10)

  “Seperti tadi malam, saya mencoba bunuh diri. Saya sudah sembunyikan pisau dapur dalam saku jaket saya sejak makan malam.

  Tapi tanpa saya tahu, sejak semalam jaket itu diambil seseorang (hlm.19). (11) Dia sedang mengatakan sesuatu yang wajar, kematian (hlm19).

  Arimbi selalu menganggap dirinya adalah musuh dalam hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (12)

  Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidupnya adalah diri saya sendiri (hlm.23). (13)

  Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak saya sukai (hlm.23).

  Arimbi sangat membenci bila pagi hari tiba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (14)

  Saya benci sekolah. Saya benci diajar. Setiap pagi adalah siksaan (hlm.23).

  (15) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu

  (hlm.24). Arimbi sangat membenci ibunya, karena setiap kali dipukul ayahnya, ibunya tidak pernah melawan, Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (16)

  Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa (hlm.35). (17)

  Ibu saya tidak seberani itu. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan (hlm.35).

  Arimbi merasa benci terhadap sikap ayahnya yang kasar. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (18)

  Sia-sia saya menanamkan kejengkelan pada sikap kasar papa (hlm.35). (19)

  Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing (hlm.56).

  Arimbi gadis yang keras kepala. Dia berkeinginan untuk menjadi pengedar narkoba agar bisa membantu Vela, sebagai tema n lesbiannya Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

  (20) “Saya tidak main-main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh uang (hlm.166).

  Arimbi memiliki sifat emosional. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (21)

  “Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis, kalau tidak ada manusia-manusia brengsek penyebab keinginan itu muncul!” (hlm.118). (22)

  “Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di luar sana, orang tua saya, semua! Jika saya merupakan bagian dari itu semua, kenapa hanya saya yang disudutkan!” saya lebih emosi (hlm.118).

  (23) “Lantas apakah saya tidak cukup untuk dibereskan? Kenapa Mama menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!” saya menjerit-jerit emosi (hlm.193).

  Arimbi menjadi lesbian karena pergaulannya dengan narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (24)

  Saya tidak biasa menghitung waktu saya menelanjangi tubuh saya sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling, menusuk, meremas (hlm.72). (25)

  Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian.Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. (hlm.89)

  Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orang tuanya sering bertengkar. Hal ini terlihat dalam kutian berikut: (26)

  Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari (hlm.32). (27)