T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Dengan Pendekatan Pembinaan Kolaborativ Di Gugus Permata Biru Kecamatan Wedung Kabupaten Demak T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan ketrampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pendidikan dasar (wajar 9 tahun).
Kegiatan pembelajaran adalah suatu kondisi
yang dengan sengaja diciptakan untuk menciptakan
suatu kondisi belajar mengajar pada peserta didik di
kelas, dalam kegiatan ini sangat diperlukan peran
guru
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan,
mengingat begitu pentingnya kegiatan pembelajaran
maka
guru
perlu
merancang
sebaik
mungkin,
sehingga materi yang diberikan bermanfaat bagi
siswa. Perencanaan atau rancangan ini merupakan
proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam
hal ini adalah pembelajaran siswa.
Dalam
perencanaan
pembelajaran
harus
disesuaikan dengan target pendidikan yang telah
1
ditentukan. Guru sebagai subyek dalam perencanaan
dituntut untuk dapat menyusun berbagai program
pengajaran sebagai pendekatan dan metode yang
akan digunakan.
Dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat
Tenaga
disebutkan
bahwa
(instruction
design)
analisis
kebutuhan
pengembangan
Kependidikan
:
tahun
Perencanaan
adalah
dan
sistem
pembelajaran
keseluruhan
tujuan
2004
proses
belajar
penyampaiannya
serta
untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar,
termasuk
di
dalamnya
pembelajaran dan kegiatan
pengembangan
paket
mengevaluasi program
dan hasil belajar.
Kegiatan
pembelajaran
di
sekolah
harus
mengacu pada kurikulum yang sudah ditentukan
oleh
Pemerintah
yang
tertuang
dalam
Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi. Kurikulum yang
dilaksanakan sekarang adalah Kurikulum Tingkat
Satuan
2
Pendidikan
(KTSP)
yang
merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) yang
lebih operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan /sekolah.
Prinsip
ini
memberdayakan
diimplementasikan
daerah
dan
sekolah
untuk
dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta
menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
aspirasi mereka, keberagaman dalam pelaksanaan
ditandai dengan keberagaman silabus yang akan
dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai
dengan karakteristik sekolahnya. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran
dan
indikator
pencapaian
kompetensi
untuk
penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Dalam
dalam
implementasinya
rencana
silabus
pelaksanaan
dijabarkan
pembelajaran,
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji
dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan
masukan
hasil
evaluasi
belajar,
evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan
evaluasi rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut,seperti pembuatan rencana
3
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran
dan pengembangan sistem penilaian.
Pembelajaran
dan
pengembangannya
sepenuhnya menjadi tugas dan kreatifitas dari guru
yang mengajar di kelas, karena itu guru dituntut
memiliki
kreativitas
yang
tinggi
karena
dengan
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sekolah diberi keleluasaan untuk
membuat
strategi pembelajaran sendiri dalam menyampaikan
mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah
ditentukan kepada siswa disesuaikan dengan situasi
dan kondisi di sekolah masing-masing. Untuk itu
masing-masing
sekolah
berusaha
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan sebaikbaiknya tanpa mengurangi esensi dan substansi dari
kurikulum yang ada.
Di dalam pembelajaran ada 3 komponen yang
harus dikembangkan dan saling keterkaitan yaitu
guru, siswa dan proses pembelajaran. Dari pihak
guru adalah guru harus terlebih dahulu membuat
perencanaan pembelajaran yang matang mulai dari
membuat program tahunan, program semester, dan
program harian yang berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di samping harus menguasai
materi
4
yang
akan
diajarkan,
metode-metode
mengajar dan bisa menguasai kelas serta membuat
alat evaluasi. Dari pihak siswa kesiapan menerima
pelajaran, kedisiplinan dan kesungguhan, sedang
proses pembelajaran adalah ada sinergi antara guru,
murid, metode dan model pembelajaran yang tepat
dari materi kompetensi yang akan diajarkan.
Untuk mencapai hal tersebut guru harus
mengembangkan
silabus
dan
mengembangkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena
setiap
kali
pertemuan
harus
sudah
disiapkan
terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), hal ini
menuntut kesiapan guru secara
maksimal. Dengan demikian kompetensi yang ingin
dicapai dalam perencanaan bisa tercapai dengan
baik. Dengan adanya perubahan kurikulum buku
paket yang dibuat pemerintah dan sudah dikirim ke
sekolah-sekolah
kompetensi
kadang
yang
ada
tidak
pada
urut
dengan
kurikulum,sehingga
dibutuhkan kecermatan dan ketrampilan
guru
untuk meramu materi kompetensi yang ingin dicapai
dari berbagai buku sumber atau sumber lain yang
relevan.
Berdasarkan
supervisi
eksplorasi
hasil
akademik
di
Gugus
dan
pemantauan
hasil
Permata
dari
Biru
melalui
penelitian
Kecamatan
5
Wedung Kabupaten Demak masih ditemukan guru
yang mengajar belum mengkaji ulang pengembangan
silabus dan pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk kompetensi yang akan
diajarkan,
sehingga
dalam
pelaksanakan
proses
pembelajaran tidak terencana dengan baik, karena
itu bisa saja terjadi materi yang berulang-ulang
diberikan pada siswa, sedangkan
lain
tidak
sehingga
tersampaikan
siswa-siswapun
kompetensi yang
secara
menilai
keseluruhan,
bahwa
guru
mengajar kurang menguasai materi, karena ada
beberapa siswa yang membawa buku lain yang
sesuai dengan kurikulum yang ada, karena itu
mereka tahu kalau guru mengajar tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya disampaikan
pada siswa.
Ada
sebagian
pembelajaran
guru
lengkap,
memiliki
tetapi
rencana
dengan
cara
memfotocopy dari sekolah lain yang situasi dan
kondisinya
berbeda,
baik
guru,
siswa
maupun
sarana dan prasarananya, karena yang membuat
orang lain pemikiran dan ide-idenya juga bisa saja
berbeda, sehingga rencana pembelajaran yang telah
ada tidak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
6
Sebagai dampak dari belum
disusunnya
rencana pembelajaran, maka metode dan model
pembelajaran
yang
akan
digunakan
pun
tidak
terencana dengan baik,dan metode yang paling
mudah
tanpa
adanya
persiapan
khusus
yaitu
digunakannya metode ceramah, yang mengakibatkan
siswa menjadi pasif, kurang antusias, mengantuk,
ngobrol sendiri dan ada pula yang mengerjakan mata
pelajaran lain. Sedangkan bagi yang memfotocopy
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
sekolah lain sebagian besar tidak bisa diterapkan,
karena memang situasi dan kondisinya berbeda.
Padahal dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah diberi otorita
penuh untuk melaksanakan kurikulum disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing,
tanpa merubah substansi dan esensi dari kurikulum
yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan
pendekatan
individual
dan
klasikal.
Pendekatan
individual dengan cara diajak tukar pikiran tentang
masalah yang dihadapi baik pihak sekolah maupun
dari
pihak
siswa,
sedang
pendekatan
klasikal
dilakukan hampir dalam setiap kesempatan rapat
7
ataupun sejenisnya selalu dihimbau untuk tertib
administrasi,
serta
dengan
memberikan
contoh
administrasi pembelajaran yang harus dipersiapkan
oleh
guru
sebelum
mengajar,
memberi
contoh
mengajar dan membuat analisis hasil evaluasi dan
butir soal.
Pembinaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara Kolaborativ dengan alasan
cara ini paling tepat, karena adanya interaksi antara
guru dan Pengawas Sekolah mempunyai kedaulatan
yang seimbang, masing-masing memiliki kewajiban.
Pengawas
Sekolah
sebagai
pembina,
memiliki
kewajiban untuk melaksanakan Pembinaan terhadap
guru
dalam
hal
ini
membina
perencanaan
pembelajaran, sedangkan guru memiliki tanggung
jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran
sebagai
salah
satu
dari
pemenuhan
standar
kompetensi guru yaitu kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik, dengan demikian masingmasing
melaksanakan
kewajiban
tanpa
ada
keterpaksaan dalam melaksanakannya.
Untuk tidak menyinggung dan memojokkan
salah satu guru, sebagai langkah awal semua guru
dimohon
untuk
mengisi
angket
yang
telah
disediakan, yang berisi tentang administrasi apa saja
8
yang telah dibuat oleh guru dalam pembelajaran,
sehingga diperoleh data bahwa semua guru belum
menyusun
silabus
sendiri,
tetapi
memfotocopy
silabus yang sudah ada dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP), untuk penyusunan RPP belum
semua dibuat hanya beberapa saja, tetapi sebagian
besar sudah memiliki RPP dengan cara memfotocopy
dari sekolah lain yang situasi, kondisi serta sarana
dan prasarananya berbeda dengan sekolah lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Dalam rumusan permasalahan yang yang
harus segera mendapatkan pemecahan, yaitu:
1. Apakah
supervisi
pendekatan
akademik
pembinaan
meningkatkan
dengan
kolaborativ
kemampuan
guru
dapat
dalam
menyusun pengembangan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran?
2. Bagaimanakah
supervise
cara
akademik
Pengawas
menerapkan
dengan
pendekatan
pembinaan kolaborativ untuk membina guru
agar
semua
guru
membuat
perencanaan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan diajarkan?
9
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini, peneliti mentargetkan
tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Melalui
supervise
pendekatan
guru
akademik
pembinaan
menyusun
dengan
kolaborativ,
Rencana
para
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar.
2. Guru mengetahui cara dan langkah-langkah
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
pelaksanaan
pembelajaran
sehingga
dalam
betul-betul
dijadikan panduan dan disesuaikan dengan
situasi
dan
kondisi
serta
sarana
dan
prasarana yang ada disekolah.
b. Manfaat Hasil Penelitian
Dari penenelitian ini dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak:
1. Bagi Guru
Guru mengetahui secara jelas apa yang akan
diajarkan serta dapat menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi sekolah.
Pelaksanaan
pembelajaran,
Evaluasi
dan
tindak lanjut dapat terkontrol dengan baik.
10
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala
sekolah
supervisi
mampu
akademik
melaksanakan
secara
teratur
dan
terprogram.
3. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
disekolah untuk semua mata pelajaran.
Manfaat Teoritis:
Penelitian
menambah
ilmu
ini
diharapkan
pengetahuan
bagi
dapat
dunia
pendidikan.
11
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan ketrampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pendidikan dasar (wajar 9 tahun).
Kegiatan pembelajaran adalah suatu kondisi
yang dengan sengaja diciptakan untuk menciptakan
suatu kondisi belajar mengajar pada peserta didik di
kelas, dalam kegiatan ini sangat diperlukan peran
guru
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan,
mengingat begitu pentingnya kegiatan pembelajaran
maka
guru
perlu
merancang
sebaik
mungkin,
sehingga materi yang diberikan bermanfaat bagi
siswa. Perencanaan atau rancangan ini merupakan
proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam
hal ini adalah pembelajaran siswa.
Dalam
perencanaan
pembelajaran
harus
disesuaikan dengan target pendidikan yang telah
1
ditentukan. Guru sebagai subyek dalam perencanaan
dituntut untuk dapat menyusun berbagai program
pengajaran sebagai pendekatan dan metode yang
akan digunakan.
Dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat
Tenaga
disebutkan
bahwa
(instruction
design)
analisis
kebutuhan
pengembangan
Kependidikan
:
tahun
Perencanaan
adalah
dan
sistem
pembelajaran
keseluruhan
tujuan
2004
proses
belajar
penyampaiannya
serta
untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar,
termasuk
di
dalamnya
pembelajaran dan kegiatan
pengembangan
paket
mengevaluasi program
dan hasil belajar.
Kegiatan
pembelajaran
di
sekolah
harus
mengacu pada kurikulum yang sudah ditentukan
oleh
Pemerintah
yang
tertuang
dalam
Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi. Kurikulum yang
dilaksanakan sekarang adalah Kurikulum Tingkat
Satuan
2
Pendidikan
(KTSP)
yang
merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) yang
lebih operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan /sekolah.
Prinsip
ini
memberdayakan
diimplementasikan
daerah
dan
sekolah
untuk
dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta
menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
aspirasi mereka, keberagaman dalam pelaksanaan
ditandai dengan keberagaman silabus yang akan
dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai
dengan karakteristik sekolahnya. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran
dan
indikator
pencapaian
kompetensi
untuk
penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Dalam
dalam
implementasinya
rencana
silabus
pelaksanaan
dijabarkan
pembelajaran,
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji
dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan
masukan
hasil
evaluasi
belajar,
evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan
evaluasi rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut,seperti pembuatan rencana
3
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran
dan pengembangan sistem penilaian.
Pembelajaran
dan
pengembangannya
sepenuhnya menjadi tugas dan kreatifitas dari guru
yang mengajar di kelas, karena itu guru dituntut
memiliki
kreativitas
yang
tinggi
karena
dengan
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sekolah diberi keleluasaan untuk
membuat
strategi pembelajaran sendiri dalam menyampaikan
mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah
ditentukan kepada siswa disesuaikan dengan situasi
dan kondisi di sekolah masing-masing. Untuk itu
masing-masing
sekolah
berusaha
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan sebaikbaiknya tanpa mengurangi esensi dan substansi dari
kurikulum yang ada.
Di dalam pembelajaran ada 3 komponen yang
harus dikembangkan dan saling keterkaitan yaitu
guru, siswa dan proses pembelajaran. Dari pihak
guru adalah guru harus terlebih dahulu membuat
perencanaan pembelajaran yang matang mulai dari
membuat program tahunan, program semester, dan
program harian yang berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di samping harus menguasai
materi
4
yang
akan
diajarkan,
metode-metode
mengajar dan bisa menguasai kelas serta membuat
alat evaluasi. Dari pihak siswa kesiapan menerima
pelajaran, kedisiplinan dan kesungguhan, sedang
proses pembelajaran adalah ada sinergi antara guru,
murid, metode dan model pembelajaran yang tepat
dari materi kompetensi yang akan diajarkan.
Untuk mencapai hal tersebut guru harus
mengembangkan
silabus
dan
mengembangkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena
setiap
kali
pertemuan
harus
sudah
disiapkan
terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), hal ini
menuntut kesiapan guru secara
maksimal. Dengan demikian kompetensi yang ingin
dicapai dalam perencanaan bisa tercapai dengan
baik. Dengan adanya perubahan kurikulum buku
paket yang dibuat pemerintah dan sudah dikirim ke
sekolah-sekolah
kompetensi
kadang
yang
ada
tidak
pada
urut
dengan
kurikulum,sehingga
dibutuhkan kecermatan dan ketrampilan
guru
untuk meramu materi kompetensi yang ingin dicapai
dari berbagai buku sumber atau sumber lain yang
relevan.
Berdasarkan
supervisi
eksplorasi
hasil
akademik
di
Gugus
dan
pemantauan
hasil
Permata
dari
Biru
melalui
penelitian
Kecamatan
5
Wedung Kabupaten Demak masih ditemukan guru
yang mengajar belum mengkaji ulang pengembangan
silabus dan pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk kompetensi yang akan
diajarkan,
sehingga
dalam
pelaksanakan
proses
pembelajaran tidak terencana dengan baik, karena
itu bisa saja terjadi materi yang berulang-ulang
diberikan pada siswa, sedangkan
lain
tidak
sehingga
tersampaikan
siswa-siswapun
kompetensi yang
secara
menilai
keseluruhan,
bahwa
guru
mengajar kurang menguasai materi, karena ada
beberapa siswa yang membawa buku lain yang
sesuai dengan kurikulum yang ada, karena itu
mereka tahu kalau guru mengajar tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya disampaikan
pada siswa.
Ada
sebagian
pembelajaran
guru
lengkap,
memiliki
tetapi
rencana
dengan
cara
memfotocopy dari sekolah lain yang situasi dan
kondisinya
berbeda,
baik
guru,
siswa
maupun
sarana dan prasarananya, karena yang membuat
orang lain pemikiran dan ide-idenya juga bisa saja
berbeda, sehingga rencana pembelajaran yang telah
ada tidak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
6
Sebagai dampak dari belum
disusunnya
rencana pembelajaran, maka metode dan model
pembelajaran
yang
akan
digunakan
pun
tidak
terencana dengan baik,dan metode yang paling
mudah
tanpa
adanya
persiapan
khusus
yaitu
digunakannya metode ceramah, yang mengakibatkan
siswa menjadi pasif, kurang antusias, mengantuk,
ngobrol sendiri dan ada pula yang mengerjakan mata
pelajaran lain. Sedangkan bagi yang memfotocopy
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
sekolah lain sebagian besar tidak bisa diterapkan,
karena memang situasi dan kondisinya berbeda.
Padahal dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah diberi otorita
penuh untuk melaksanakan kurikulum disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing,
tanpa merubah substansi dan esensi dari kurikulum
yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan
pendekatan
individual
dan
klasikal.
Pendekatan
individual dengan cara diajak tukar pikiran tentang
masalah yang dihadapi baik pihak sekolah maupun
dari
pihak
siswa,
sedang
pendekatan
klasikal
dilakukan hampir dalam setiap kesempatan rapat
7
ataupun sejenisnya selalu dihimbau untuk tertib
administrasi,
serta
dengan
memberikan
contoh
administrasi pembelajaran yang harus dipersiapkan
oleh
guru
sebelum
mengajar,
memberi
contoh
mengajar dan membuat analisis hasil evaluasi dan
butir soal.
Pembinaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara Kolaborativ dengan alasan
cara ini paling tepat, karena adanya interaksi antara
guru dan Pengawas Sekolah mempunyai kedaulatan
yang seimbang, masing-masing memiliki kewajiban.
Pengawas
Sekolah
sebagai
pembina,
memiliki
kewajiban untuk melaksanakan Pembinaan terhadap
guru
dalam
hal
ini
membina
perencanaan
pembelajaran, sedangkan guru memiliki tanggung
jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran
sebagai
salah
satu
dari
pemenuhan
standar
kompetensi guru yaitu kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik, dengan demikian masingmasing
melaksanakan
kewajiban
tanpa
ada
keterpaksaan dalam melaksanakannya.
Untuk tidak menyinggung dan memojokkan
salah satu guru, sebagai langkah awal semua guru
dimohon
untuk
mengisi
angket
yang
telah
disediakan, yang berisi tentang administrasi apa saja
8
yang telah dibuat oleh guru dalam pembelajaran,
sehingga diperoleh data bahwa semua guru belum
menyusun
silabus
sendiri,
tetapi
memfotocopy
silabus yang sudah ada dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP), untuk penyusunan RPP belum
semua dibuat hanya beberapa saja, tetapi sebagian
besar sudah memiliki RPP dengan cara memfotocopy
dari sekolah lain yang situasi, kondisi serta sarana
dan prasarananya berbeda dengan sekolah lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Dalam rumusan permasalahan yang yang
harus segera mendapatkan pemecahan, yaitu:
1. Apakah
supervisi
pendekatan
akademik
pembinaan
meningkatkan
dengan
kolaborativ
kemampuan
guru
dapat
dalam
menyusun pengembangan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran?
2. Bagaimanakah
supervise
cara
akademik
Pengawas
menerapkan
dengan
pendekatan
pembinaan kolaborativ untuk membina guru
agar
semua
guru
membuat
perencanaan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan diajarkan?
9
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini, peneliti mentargetkan
tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Melalui
supervise
pendekatan
guru
akademik
pembinaan
menyusun
dengan
kolaborativ,
Rencana
para
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar.
2. Guru mengetahui cara dan langkah-langkah
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
pelaksanaan
pembelajaran
sehingga
dalam
betul-betul
dijadikan panduan dan disesuaikan dengan
situasi
dan
kondisi
serta
sarana
dan
prasarana yang ada disekolah.
b. Manfaat Hasil Penelitian
Dari penenelitian ini dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak:
1. Bagi Guru
Guru mengetahui secara jelas apa yang akan
diajarkan serta dapat menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi sekolah.
Pelaksanaan
pembelajaran,
Evaluasi
dan
tindak lanjut dapat terkontrol dengan baik.
10
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala
sekolah
supervisi
mampu
akademik
melaksanakan
secara
teratur
dan
terprogram.
3. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
disekolah untuk semua mata pelajaran.
Manfaat Teoritis:
Penelitian
menambah
ilmu
ini
diharapkan
pengetahuan
bagi
dapat
dunia
pendidikan.
11