T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Guru merupakan salah satu faktor penting
dalam
peningkatan
mutu
pendidikan.
Mutu
pendidikan berkaitan erat dengan kualitas belajarmengajar di kelas. Setiap guru perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi
merupakan suatu keharusan. Menurut Peraturan
Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala
BKN Nomor: 03/V/PB/2010 Tahun 2010, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai atau mengevaluasi peserta didik.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa tugas guru
sangatlah
berat.
desentralisasi
Lebih-lebih
pendidikan
masyarakat
diikutsertakan
pendidikan,
dan
lain-lain
setelah
kepada
dalam
tugas
diterapkan
daerah-daerah,
usaha-usaha
guru
semakin
banyak dan luas (Purwanto: 2010).
Sejalan dengan pengembangan guru sebagai
tenaga
profesional
dituntut
memiliki
berbagai
persyaratan. Manurut UU No.14 Tahun 2005 Bab III
Pasal 7 Ayat (1) guru harus memiliki prinsip
profesionalitas, yaitu:
(a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme; (b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak
mulia; (c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d)
1
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; (e) Memiliki tanggungjawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; (h) Memiliki jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
(i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Berdasarkan
uraian
di
atas
penulis
menyimpulkan betapa beratnya tugas guru, maka
penting
bagi
guru
untuk
terus
mendapatkan
supervisi untuk meningkatkan profesionalnya.
Purwanto (2010) menjelaskan supervisi bukan
hanya mengawasi apakah guru menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan,
tetapi juga berusaha bersama-sama guru bagaimana
cara-cara
memperbaiki
proses
belajar-mengajar.
Dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap
sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan
sebagai
patner
bekerja
pendapat-pendapat,
yang
perlu
dan
didengar
yang
memiliki
ide-ide,
pengalaman-pengalaman
dan
dihargai
serta
diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan
pendidikan. Pernyataan Purwanto tersebut didukung
oleh Prasojo (2011) bahwa supervisi yang baik adalah
supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu
berinisiatif
bebas
dan
berpikir,
melatih
mengembangkan
diri
untuk
keikutsertaan
2
dalam
pembuatan
keputusan
terkait
kebijakan
pembelajaran.
Dalam
lingkup
sekolah,
kepala
sekolah
merupakan pihak yang paling bertanggungjawab
melakukan supervisi. Pernyataan tersebut sejalan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Menteri No.13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah atau
Madrasah. Seorang kepala sekolah harus memiliki 5
(lima) dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi
paedagogik, kepribadian, sosial, kewirausahaan, dan
supervisi.
Dimensi
kompetensi
supervisi
yang
dimaksud adalah kepala sekolah harus mampu: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru,
(2)
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat,
dan
(3)
wajib
menindaklanjuti
hasil
supervisi
tersebut.
Dijelaskan oleh Purwanto (2010), supervisi
bukan hanya mengawasi apakah guru menjalankan
tugas sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan,
tetapi juga berusaha bersama-sama guru, bagaimana
cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar.
Jadi, dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak
dianggap sebagai pelaksana pasif melainkan sebagai
partner bekerja yang memiliki ide-ide, pedapatpendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu
didengar dan dihargai serta diikut sertakan dalam
usaha-usaha perbaikan pendidikan.
3
Pernyataan Purwanto tersebut didukung oleh
Prasojo (2011), bahwa supervisi yang baik adalaah
supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu
bebas
berpikir,
melatih
diri
untuk
berinisiatif dan megembangkan keikutsertaan dalam
pembuatan keputusan terkait dengan kebijakaan
pembelajaran.
Menurut penulis, supervisi merupakan suatu
proses pembimbingan dari kepala sekolah selaku
atasan
kepada
guru
yang
langsung menangani
pelaksanaan proses belajar-mengajar kepada siswa,
untuk menciptakan suasana belajar-mengajar yang
efektif sehingga prestasi belajar semakin meningkat.
Supervisi
mempunyai
berbeda
tujuan
dengan
inspeksi.
Inspeksi
untuk
memeriksa
sampai
seberapa jauh rencana telah dilaksanakan dan
apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan
supervisi
yang
telah
bertujuan
ditetapkan,
untuk
sedangkan
menemukan
dan
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan guru
dalam memberikan pelayanan kepada siswa.
Pengawasan atau supervisi merupakan dua
istilah terjemahan salah satu fungsi manajemen,
yaitu fungsi controlling. Terdapat dua pandangan
yang berbeda terhadap makna kedua istilah ini. Di
satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua istilah
ini sama makna dan pendekatannya. Pendapat yang
lain mengatakan istilah pengawasan lebih bersifat
otoriter atau direktif, sedangkan istilah supervisi
lebih bersifat demokratis (Masaong: 2013).
4
Penulis berpendapat bahwa pengawasan dan
supervisi merupakan salah satu fungsi manajemen
organisasi sekolah dimana kepala sekolah sebagai
supervisor
harus
bisa
mengontrol
semua
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pengawasan
yang dilakukan oleh kepala sekolah bersifat fleksibel
sesuai kebutuhan sekolah. Selain itu, supervisi dapat
diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing,
memfasilitasi, memotivasi, serta menilai guru dalam
pelaksanaan
pembelajaran
dan
pengembangan
profesinya secara efektif.
Supervisi yang dibahas dalam penelitian ini
adalah supervisi akademik dimana salah satu tugas
kepala sekolah intinya sebagai pembina guru dalam
meningkatkan
mutu
proses
pembelajaran.
Oleh
sebab itu, sasaran supervisi akademik adalah proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mulai
dari
penyusunan
silabus
dan
RPP,
pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
menilai
penelitian
proses
dan
tindakan
hasil
pembelajaran
kelas.
Untuk
serta
dapat
melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman: 2007).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa kepala sekolah sebagai supervisor perlu
memahami dengan jelas fungsi, tujuan, dan prinsipprinsip supervisi yang akan dilaksanakan karena
supervisi merupakan suatu kaidah pedoman kepala
5
sekolah dalam melaksanakan penilaian kinerja guru.
Kepala sekolah harus menggunakan pendekatan
profesional
yang
objektif
dalam
melaksanakan
supervisi
sehingga
kepala
sekolah
mengetahui
bantuan
perbaikan
yang
seharusnya
diberikan
kepada guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar
di kelas.
Menurut
mengacu
pada
Pidarta
(2009)
kegiatan
supervisi
memperbaiki
selalu
proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak
bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, yaitu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk dapat
melaksanakan
supervisi
dengan
baik
harus
dibiasakan sikap saling memberi dan menerima
antara
kepala
sekolah
dengan
guru.
Menurut
penulis, pelaksanaan supervisi sebaiknya didahului
adanya kesepakatan antara kepala sekolah dengan
harapan terciptanya suasana yang menyenangkan
dan kondusif.
Penelitian
pendahuluan
yang
dilaksanakan
oleh penulis di SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten
Demak pada tahun 2012/2013 penulis mencatat
bahwa
pengelolaan
supervisi
akademik
yang
dilakukan oleh kepala sekolah belum memperhatikan
kriteria pengelolaan supervisi yang baik. Akibatnya
supervisi belum dapat meningkatkan kinerja guru.
Supervisi yang baik seharusnya melalui 3 (tiga)
tahap,
yaitu:
(a)
perencanaan
supervisi;
(b)
pelaksanaan supervisi; dan (c) tindak lanjutnya.
6
Pada tahun 2013/2014 di SMP Negeri 1
Kebonagung
terjadi
pergantian
jabatan
kepala
sekolah. Apakah kepala sekolah yang baru sudah
melaksanakan pengelolaan supervisi dengan baik
dan apakah supervisi yang dilaksanakan dapat
meningkatkan kinerja guru yang harapannya dapat
meningkatkan kualitas peserta didiknya?
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di
atas penulis ingin meneliti dalam tesis ini dengan
judul: ”PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI
SMP
NEGERI
1
KEBONAGUNG
KABUPATEN
DEMAK”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
c. Bagaimanakah tindak lanjut supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan:
a. Mendeskripsikan perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
7
c. Mendeskripsikan
akademik
tindak
kepala
lanjut
sekolah
di
supervisi
SMP
Negeri
1
Kebonagung.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
penelitian
ini
mencakup
manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan
tentang supervisi akademik kepala sekolah untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
yang
mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan.
1.4.2
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat:
a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan evaluasi
dalam pengelolaan supervisi akademik yang
mengarah
pada
peningkatan
kualitas
pendidikan.
b. Bagi guru, diharapkan dapat memotivasi guru
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
c. Bagi Dinas Pendidikan (Pengawas), diharapkan
dapat memberikan bantuan dalam program
supervisi
akademik
di
sekolah
dengan
memfasilitasi program tindak lanjut kegiatan
pembinaan yang lebih efektif.
8
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Guru merupakan salah satu faktor penting
dalam
peningkatan
mutu
pendidikan.
Mutu
pendidikan berkaitan erat dengan kualitas belajarmengajar di kelas. Setiap guru perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi
merupakan suatu keharusan. Menurut Peraturan
Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala
BKN Nomor: 03/V/PB/2010 Tahun 2010, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai atau mengevaluasi peserta didik.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa tugas guru
sangatlah
berat.
desentralisasi
Lebih-lebih
pendidikan
masyarakat
diikutsertakan
pendidikan,
dan
lain-lain
setelah
kepada
dalam
tugas
diterapkan
daerah-daerah,
usaha-usaha
guru
semakin
banyak dan luas (Purwanto: 2010).
Sejalan dengan pengembangan guru sebagai
tenaga
profesional
dituntut
memiliki
berbagai
persyaratan. Manurut UU No.14 Tahun 2005 Bab III
Pasal 7 Ayat (1) guru harus memiliki prinsip
profesionalitas, yaitu:
(a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme; (b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak
mulia; (c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d)
1
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; (e) Memiliki tanggungjawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; (h) Memiliki jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
(i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Berdasarkan
uraian
di
atas
penulis
menyimpulkan betapa beratnya tugas guru, maka
penting
bagi
guru
untuk
terus
mendapatkan
supervisi untuk meningkatkan profesionalnya.
Purwanto (2010) menjelaskan supervisi bukan
hanya mengawasi apakah guru menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan,
tetapi juga berusaha bersama-sama guru bagaimana
cara-cara
memperbaiki
proses
belajar-mengajar.
Dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap
sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan
sebagai
patner
bekerja
pendapat-pendapat,
yang
perlu
dan
didengar
yang
memiliki
ide-ide,
pengalaman-pengalaman
dan
dihargai
serta
diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan
pendidikan. Pernyataan Purwanto tersebut didukung
oleh Prasojo (2011) bahwa supervisi yang baik adalah
supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu
berinisiatif
bebas
dan
berpikir,
melatih
mengembangkan
diri
untuk
keikutsertaan
2
dalam
pembuatan
keputusan
terkait
kebijakan
pembelajaran.
Dalam
lingkup
sekolah,
kepala
sekolah
merupakan pihak yang paling bertanggungjawab
melakukan supervisi. Pernyataan tersebut sejalan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Menteri No.13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah atau
Madrasah. Seorang kepala sekolah harus memiliki 5
(lima) dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi
paedagogik, kepribadian, sosial, kewirausahaan, dan
supervisi.
Dimensi
kompetensi
supervisi
yang
dimaksud adalah kepala sekolah harus mampu: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru,
(2)
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat,
dan
(3)
wajib
menindaklanjuti
hasil
supervisi
tersebut.
Dijelaskan oleh Purwanto (2010), supervisi
bukan hanya mengawasi apakah guru menjalankan
tugas sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan,
tetapi juga berusaha bersama-sama guru, bagaimana
cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar.
Jadi, dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak
dianggap sebagai pelaksana pasif melainkan sebagai
partner bekerja yang memiliki ide-ide, pedapatpendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu
didengar dan dihargai serta diikut sertakan dalam
usaha-usaha perbaikan pendidikan.
3
Pernyataan Purwanto tersebut didukung oleh
Prasojo (2011), bahwa supervisi yang baik adalaah
supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu
bebas
berpikir,
melatih
diri
untuk
berinisiatif dan megembangkan keikutsertaan dalam
pembuatan keputusan terkait dengan kebijakaan
pembelajaran.
Menurut penulis, supervisi merupakan suatu
proses pembimbingan dari kepala sekolah selaku
atasan
kepada
guru
yang
langsung menangani
pelaksanaan proses belajar-mengajar kepada siswa,
untuk menciptakan suasana belajar-mengajar yang
efektif sehingga prestasi belajar semakin meningkat.
Supervisi
mempunyai
berbeda
tujuan
dengan
inspeksi.
Inspeksi
untuk
memeriksa
sampai
seberapa jauh rencana telah dilaksanakan dan
apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan
supervisi
yang
telah
bertujuan
ditetapkan,
untuk
sedangkan
menemukan
dan
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan guru
dalam memberikan pelayanan kepada siswa.
Pengawasan atau supervisi merupakan dua
istilah terjemahan salah satu fungsi manajemen,
yaitu fungsi controlling. Terdapat dua pandangan
yang berbeda terhadap makna kedua istilah ini. Di
satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua istilah
ini sama makna dan pendekatannya. Pendapat yang
lain mengatakan istilah pengawasan lebih bersifat
otoriter atau direktif, sedangkan istilah supervisi
lebih bersifat demokratis (Masaong: 2013).
4
Penulis berpendapat bahwa pengawasan dan
supervisi merupakan salah satu fungsi manajemen
organisasi sekolah dimana kepala sekolah sebagai
supervisor
harus
bisa
mengontrol
semua
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pengawasan
yang dilakukan oleh kepala sekolah bersifat fleksibel
sesuai kebutuhan sekolah. Selain itu, supervisi dapat
diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing,
memfasilitasi, memotivasi, serta menilai guru dalam
pelaksanaan
pembelajaran
dan
pengembangan
profesinya secara efektif.
Supervisi yang dibahas dalam penelitian ini
adalah supervisi akademik dimana salah satu tugas
kepala sekolah intinya sebagai pembina guru dalam
meningkatkan
mutu
proses
pembelajaran.
Oleh
sebab itu, sasaran supervisi akademik adalah proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mulai
dari
penyusunan
silabus
dan
RPP,
pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
menilai
penelitian
proses
dan
tindakan
hasil
pembelajaran
kelas.
Untuk
serta
dapat
melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman: 2007).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa kepala sekolah sebagai supervisor perlu
memahami dengan jelas fungsi, tujuan, dan prinsipprinsip supervisi yang akan dilaksanakan karena
supervisi merupakan suatu kaidah pedoman kepala
5
sekolah dalam melaksanakan penilaian kinerja guru.
Kepala sekolah harus menggunakan pendekatan
profesional
yang
objektif
dalam
melaksanakan
supervisi
sehingga
kepala
sekolah
mengetahui
bantuan
perbaikan
yang
seharusnya
diberikan
kepada guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar
di kelas.
Menurut
mengacu
pada
Pidarta
(2009)
kegiatan
supervisi
memperbaiki
selalu
proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak
bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, yaitu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk dapat
melaksanakan
supervisi
dengan
baik
harus
dibiasakan sikap saling memberi dan menerima
antara
kepala
sekolah
dengan
guru.
Menurut
penulis, pelaksanaan supervisi sebaiknya didahului
adanya kesepakatan antara kepala sekolah dengan
harapan terciptanya suasana yang menyenangkan
dan kondusif.
Penelitian
pendahuluan
yang
dilaksanakan
oleh penulis di SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten
Demak pada tahun 2012/2013 penulis mencatat
bahwa
pengelolaan
supervisi
akademik
yang
dilakukan oleh kepala sekolah belum memperhatikan
kriteria pengelolaan supervisi yang baik. Akibatnya
supervisi belum dapat meningkatkan kinerja guru.
Supervisi yang baik seharusnya melalui 3 (tiga)
tahap,
yaitu:
(a)
perencanaan
supervisi;
(b)
pelaksanaan supervisi; dan (c) tindak lanjutnya.
6
Pada tahun 2013/2014 di SMP Negeri 1
Kebonagung
terjadi
pergantian
jabatan
kepala
sekolah. Apakah kepala sekolah yang baru sudah
melaksanakan pengelolaan supervisi dengan baik
dan apakah supervisi yang dilaksanakan dapat
meningkatkan kinerja guru yang harapannya dapat
meningkatkan kualitas peserta didiknya?
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di
atas penulis ingin meneliti dalam tesis ini dengan
judul: ”PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI
SMP
NEGERI
1
KEBONAGUNG
KABUPATEN
DEMAK”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
c. Bagaimanakah tindak lanjut supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan:
a. Mendeskripsikan perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
7
c. Mendeskripsikan
akademik
tindak
kepala
lanjut
sekolah
di
supervisi
SMP
Negeri
1
Kebonagung.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
penelitian
ini
mencakup
manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan
tentang supervisi akademik kepala sekolah untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
yang
mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan.
1.4.2
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat:
a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan evaluasi
dalam pengelolaan supervisi akademik yang
mengarah
pada
peningkatan
kualitas
pendidikan.
b. Bagi guru, diharapkan dapat memotivasi guru
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
c. Bagi Dinas Pendidikan (Pengawas), diharapkan
dapat memberikan bantuan dalam program
supervisi
akademik
di
sekolah
dengan
memfasilitasi program tindak lanjut kegiatan
pembinaan yang lebih efektif.
8