Praktek Lapang Di Bumi Massenrempulu.doc

Praktek Lapang Di Bumi Massenrempulu’
Berikut adalah sedikit ulasan dari berbagai sumber terpercaya mengenai sejarah dan lokasi
tempat praktek lapang mahasiswa Fakultas Peternkan Universitas Hasanuddin yang mengambil
mata kuliah manajemen ternak potong tahun 2016 Okay, Let’s Check this Out !”.

Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang
memiliki luas wilayah 1.786,01 km² ( 4,29% dari luas Wilayah Sulawesi Selatan) dan
berpenduduk sebanyak ±190.579 jiwa. Kabupaten Enrekang terletak antara 3º 14’36” LS dan
119º40’53” BT. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang
dengan jalan darat sepanjang 235 Km.
Batas-batas daerah Kabupaten Enrekang, sebagai berikut :
Sebelah Utara adalah Kabupaten Tana Toraja
Sebelah Selatan adalah Kabupaten Sidenreng Rappang
Sebelah Barat adalah Kabupaten Pinrang
Sebelah Timur adalah Kabupaten Luwu dan Sidenreng Rappang.
Kabupaten Enrekang dengan ibukota Enrekang terletak ± 235 Km sebelah utara Makassar.
Terletak pada koordinat antara 3o 14’ 36” sampai 03o 50’ 00” Lintang Selatan dan 119o 40’ 53”
sampai 120o 06’ 33” Bujur Timur.Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah timur dengan Kabupaten Luwu dan Sidrap, sebelah
selatan dengan Kabupaten Sidrap dan sebelah barat dengan Kabupaten Pinrang.
Kabupaten ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan,

pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 – 3.293 m dari permukaan laut serta tidak
mempunyai wilayah pantai. Secara umum wilayah Kabupaten Enrekang didominasi oleh bukitbukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan

yang datar hanya 15,04%. Terdapat dua gunung yang berada diwilayah Enrekang, yaitu Gunung
Latimojong yang berada di perbatasan Enrekang, Sidrap dan Luwu memiliki tinggi 3.305 meter
dan Gunung Rante Mario berada di wilayah Enrekang dan Luwu dengan ketinggian 3.470 meter.
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan tersendiri.
Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu’), berada di antara
kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja. Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten
Enrekang, secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di
Massenrempulu’. 3 bahasa tersebut adalah Bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri
dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla’, Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko,
Curio, dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Enrekang dituturkan oleh
penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana, dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja.
Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin.
Sejarah Terbentuknya Kabupaten Enrekang
Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU' yang artinya meminggir gunung atau
menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau
PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam
pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan

nama “ENREKANG“ versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang
adalah daerah pegunungan sudah mendekati kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang
terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ± 85% dari
seluruh luas wilayah sekitar 1.786.01 Km².
Menurut sejarah, pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang
bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG dengan sebuah
federasi yang menggabungkan 7 kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi “PITUE
MASSENREMPULU“, yaitu:
1. Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan
2. Kerajaan Kassa yang dipimpin oleh Arung Kassa'
3. Kerajaan Batulappa' yang dipimpin oleh Arung Batulappa'
4. Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu Batu, Malua, Alla'.
Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla'
oleh Arung Alla'
5. Kerajaan Maiwa yang dipimpin oleh Arung Maiwa
6. Kerajaan Letta' yang dipimpin oleh Arung Letta'
7. Kerajaan Baringin (Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin
Pitu (7) Massenrempulu' ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV M. Tetapi sekitar pada abad ke
XVII M, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi Lima Massenrempulu' karena Kerajaan
Baringin dan Kerajaan Letta' tidak bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu'.

Akibat dari politik Devide et Impera, Pemerintah Belanda lalu memecah daerah ini dengan

adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verkaling), dimana Kerajaan
Kassa dan kerajaan Batu Lappa' dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk
tetap pada keadaan Lima Massenrempulu' tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya
yang dipecah.
1) Beberapa bentuk pemerintahan di wilayah Massenrempulu' pada masa itu, yakni:
Kerajaan-kerajaan di Massenrempulu' pada Zaman penjajahan Belanda secara administrasi
Belanda berubah menjadi Landshcap. Tiap Landschap dipimpin oleh seorang Arung
(Zelftbesteur) dan dibantu oleh Sulewatang dan Pabbicara /Arung Lili, tetapi kebijaksanaan
tetap ditangan Belanda sebagai Kontroleur. Federasi Lima Massenrempulu' kemudian
menjadi: Buntu Batu, Malua, Alla'(Tallu Batu Papan/Duri), Enrekang (Endekan) dan Maiwa.
Pada tahun 1912 sampai dengan 1941 berubah lagi menjadi Onder Afdeling Enrekang yang
dikepalai oleh seorang Kontroleur (Tuan Petoro).
2) Pada zaman pendudukan Jepang (1941“1945), Onder Afdeling Enrekang berubah nama
menjadi Kanrikan. Pemerintahan dikepalai oleh seorang Bunkem Kanrikan.
3) Dalam zaman NICA (NIT, 1946“27 Desember 1949), kawasan Massenrempulu' kembali
menjadi Onder Afdeling Enrekang.
4) Kemudian sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960, Kawasan Massenrempulu' berubah
menjadi Kewedanaan Enrekang dengan pucuk pimpinan pemerintahan disebut Kepala

Pemerintahan Negeri Enrekang (KPN Enrekang) yang meliputi 5 (lima) SWAPRAJA, yakni:
1. “SWAPRAJA ENREKANG
2. SWAPRAJA ALLA
3. SWAPRAJA BUNTU BATU
4. SWAPRAJA MALUA
5. SWAPRAJA MAIWA
Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah yang tak dapat dilupakan bahwa dalam perjuangan
atau pembentukan Kewadanaan Enrekang (5 SWAPRAJA) menjadi DASWATI II / DAERAH
SWANTARA TINGKAT II ENREKANG atau KABUPATEN MASSENREMPULU'. (Perlu di
ingat bahwa yang disetujui kelak dengan nama Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena
latar belakang historisnya). Adapun pernyataan resolusi tesebut antara lain:“Pernyataan
Partai/Ormas Massenrempulu' di Enrekang pada tanggal 27 Agustus 1956.
Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada tanggal 18 Nopember
1956 yang diketuai oleh almarhum Drs. H.M. RISA“Resolusi HIKMA di Parepare pada tanggal
29 Nopember 1956“Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL/ORMAS MASSENREMPULU) di
Kalosi pada tanggal 14 Desember 1956.

Daftar tokoh-tokoh masyarakat
Di antara tokoh-tokoh / sesepuh MASSENREMPULU yang mempelopori terbentuknya
Kabupaten Enrekang antara lain:

Drs. H.M. RISA
Drs. H.M. THALA
H. ANDI SANTO
ANDI PALISURI
H.M. YASIN
ANDI MARAINTANG
ANDI BASO NUR RASYID
ANDI TAMBONE
BOMPENG RILANGI
ANRI ENRENG
ABDUL RAHMAN, BA
Pembagian wilayah administrative berdasarkan PP No. 34 Tahun 1962 dan Undang-Undang NIT
Nomor 44 Tahun 1960 Sulawesi terpecah dan sebagai pecahannya meliputi Administrasi
Parepare yang lebih dikenal dengan nama Kabupaten Parepare lama, dimana kewedanaan
Kabupaten Enrekang adalah merupakan salah satu daerah di antara 5 (lima) Kewedanaan
lainnya. Selanjutnya dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 74 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi) atau daerah
Swatantra Tingkat II (DASWATI II), maka Kabupaten Parepare lama terpecah menjadi 5 (lima)
DASWATI II, yaitu:
1) DASWATI II ENREKANG

2) DASWATI II SIDENRENG RAPPANG
3) .DASWATI II BARRU
4) .DASWATI II PINRANG
5) DASWATI II PARE PARE
Kelima gabungan dearah tersebut dari dulu dikenal dengan nama Afelling Parepare.
Dengan terbentuknya DASWATI II Enrekang berdasarkan Undang-Undang Nomor: 29 Tahun
1959 tentang Pemerintahan Daerah, maka sebagai tindak lanjutnya pada tanggal 19 Februari
1960, H. ANDI BABBA MANGOPO dilantik sebagai Bupati yang pertama dan ditetapkan
sebagai hari terbentuknya DASWATI II Enrekang atau Kabupaten Enrekang.
Sehubungan dengan ditetapkannya Perda Nomor: 4, 5, 6 dan 7 tahun 2002 pada tanggal 20
Agustus 2002 tentang pembentukan 4 (empat) Kecamatan Definitif dan Perda Nomor 5 dan 6
Tahun 2006 tentang pembentukan 2 kecamatan sehingga pada saat ini di Kabupaten Enrekang
telah memiliki 12 (dua belas) kecamatan yang defenitif, yaitu:

1. Kecamatan Enrekang, ibukotanya Enrekang
2. Kecamatan Maiwa, ibukotanya Maroangin (Lokasi Praktek Lapang )
3. Kecamatan Anggeraja, ibukotanya Cakke
4. Kecamatan Baraka, ibukotanya Baraka
5. Kecamatan Alla, ibukotanya Belajen
6. Kecamatan Curio, ibukotanya Curio

7. Kecamatan Bungin, ibukotanya Bungin
8. Kecamatan Malua, ibukotanya Malua
9. Kecamatan Cendana, ibukotanya Cendana
10. Kecamatan Buntu Batu, ibukotanya Pasui, hasil pemekaran dari Kecamatan Baraka,
diresmikan pada tanggal 19 Januari 2007.
11. Kecamatan Masalle, ibukotanya Lo“ko, hasil pemekaran dari Kecamatan Alla
12. Kecamatan Baroko, ibukotanya Baroko, hasil pemekaran dari Kecamatan Alla
Selanjutnya dari 12 (dua belas) kecamatan defenitif terdapat 112 (seratus dua belas)
desa/kelurahan, yaitu 17 kelurahan dan 95 desa. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Enrekang
pada tahun 2008 berjumlah sekitar 186.810 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 93.939 jiwa dan
perempuan sebanyak 92.871 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 43.062.
Lokasi Praktek Lapang Manajemen Ternak Potong
Kecamatan Maiwa adalah daerah yang menambah deretan daftar praktek lapang mahasiswa
Fakultas Peternakan Universitas hasanuddin, dimana daerah ini terdapat MBC atau biasa dikenel
dengan sebutan Maiwa Breeding Center. MBC adalah salah satu program Pemberdayaan
Peternak yang telah diresmikan oleh Rektor Universitas Hasanuddin Prof.Dr.Dwia Aries Tina
Pulubuhu, M.A. MBC juga merupakan tindak lanjut harapan Presiden Joko Widodo agar
Universitas Hasanuddin dapat mengembangkan program Nawacita melalui pemberdayaan
ekonomi kerakyatan melalui program pemberdayaan peternak. Bagaimanakah kisah seru
mahasiswa di daerah ini ? mari simak kisahnya.

rrrrrrrrrrrrushhSirtsirtsirtrrrhttt……….(Suara Hujan)
“Kumpul-kumpul kakak asisten mau mengabsen!!!”. Suara cempreng dari salah satu mahasiswa
terdengar ditengah kerumunan.
“Faisal Asbar”
“Hadir kak!”
“Riska,”
Hadir kak!
“Evy Hasrianti”

“Hadir kak!”
“Silahkan ke bus 1!, selanjutnya…Rika Rahim”
Kurang lebih 30 menit asisten mengabsen peserta praktek lapang , mahasiswa mulai berisik
seperti di pasar ikan yang ramainya minta ampun, di samping itu nama ku pun tak kunjung
disebut, tiba-tiba…
“Woi!!!, bisa Diam tidak !!! (salah satu asisten mulai naik pitam alias marah)
“Huffff….,Wajar saja disaat seperti ini emotional orang-orang bisa naik turun, saat ini hujan
turun tapi suhu tubuh malah panas, efek suara yang begitu berisik dikeluarkan oleh tubuh orangorang ini yang mengandung molekul dan ion-ion panas bisa jadi penyebabnya utamanya ”.
Gumamku dalam hati.
“Ok, semua sudah di bus, sekarang kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, berdoa di
mulai! (salah satu asisten yang di damping oleh tim panitia mengarahkan peserta untuk berdoa)

Bus yang aku tumpangi mulai bergerak meninggalkan Fakultas tercinta (Fakultas Peternakan)
menuju lokasi praktek lapang. Perjalanan menuju lokasi diiringi hujan deras,
“seperti ini Makassar di guyur hujan?, bisik orang yang berada persis disampingku, yang sedari
tadi hanya diam membisu.
Para pengendara motor yang nampak dari kejauhan sepertinya panik luntang lanting bukan main,
mencari tempat berteduh karena takut kebasahan, begitu juga pengendara yang lain.
Saat tiba di toko Kota Maros (salah satu toko yang menjadi tempat terfaforit dan tempat
persinggahan setiap praktek lapang kedaerah-daerah tertentu) semua mahasiswa berhamburan
turun, kecuali mereka yang enggan turun karena takut basah karena hujan belum reda.
Terlihat jelas antusia mahasiswa yang turun dari bus mengambil antrian panjang hanya untuk bis
membeli camilan (makanan ringan untuk mengganjal lapar), ada juga yang bergegas mengambil
air wudu karena sebentar lagi muadzin-muadzin di masjid akan memanggil untuk bersegera
sholat Magrib.
Mahasiswa muslim, terlihat dibalik tirai bambu sedang mengerjakan sholat magrib secara
berjamaah lalu bergantian dengan yang lain entah itu perempuan maupun laki-laki namun begitu
tertib, tempat ibadah yang disediakan toko tidak selapang mushallah An-Nahl yang ada di
fakultas itulah yang menyebabkan mereka bergantian.
Semua kegiatan mahasiswa yang bersangkutan di toko telah selesai dan semuanya bersegera naik
ke bus untuk melanjutkan perjalanan.


Pukul 00.30 WITA (berdasarkan android) bus tiba di Bumi Massenrempulu’ yaitu di Desa Maiwa
Kabupaten Enrekang, daerah yang terkenal dengan 1001 gunung dengan makanan khas tiada
duanya “Danke” orang-orang menyebutnya.
Semua mahasiswa arahkan oleh asisten untuk turun dari bus menuju tempat peristirahatan selama
berada di Desa ini.
“Turun,Turun,Turun!!!!!! (Suara asisten yang mengarahkan)
Terlihat wajah-wajah imut begitu pilu dari mahasiswa mahasiswi, yang sepertinya baru bangun
dari tidur yang begitu panjang (seperti kisah putri tidur yang telah makan apel beracun ), adapula
yang bergaya pendekar yang berusaha mengumpulkan puing-puing nyawanya, dan adapula yang
berlagak sok kuat dengan mata melotot namun menguap seolah menghirup semua udara
disekelilingnya.
Pembagian kelompok dan tempat tinggal telah usai, kini mereka siap-siap untuk tidur dan
berharap mentari pagi sedikit lama untuk muncul di bumi Massenrempulu’ (padahal waktu
android menunjukkan pukul 02.00)
Jam tanganku menunjukkan pukul 03.15 dinihari, aku bersegera bangkit dari tempat tidurku
menuju kamar kecil untuk mengambil air wudu dan saat itu teman satu poskoku masih dalam
keadaan terjaga.
Setelah mengambil air wudu aku membangunkan teman-teman untuk mengambil air wudhu pula
dan sholat subuh berjamaah. Saat itu ada yang bangun dan ada yang tidak, dengan alasasan
masih dalam keadaan M (menstruasi) ada yang menunda-nunda dan ada yang tidur bak Batu

karang dilautan tenang.
Setelah sholat subuh berjamaah, semuanya bergegas untuk mengantri di kamar mandi disamping
itu ada yang bersiap-siap menyiapkan pakaian terbaiknya pada saat di lapangan nanti.
Setelah bersiap-siap selama kurang lebih 1 jam, kami akhirnya berangkat menuju ke lokasi
MBC. Dan setiba di lokasi kami diberi arahan oleh pengelolah MBC.
“ada yang tidak dipahami???? (sang pemateri bertanya pada audien/mahasiswa)
“tidak adaaaaaaaaaa!!!” (jawaban yang lantang dari arah audiens)
Kegiatan selanjutnya setelah mendapatkan materi yaitu kegiatan Vaksinasi Ternak dalam hal ini
menyuntikan vitamin pada ternak, dalam dunia Peternakan biasa dikenal dengan sebutan “Injeksi
Vitamin” (keren kan namanya).
Kegiatan selanjutnya yaitu penanaman Hijauan dalam hal ini penanaman stek dari rumput Gajah.
Hingga sore harinya semua mahasiswa diarahkan untuk berkumpul karena sebentar lagi hujan
akan turun.

Seluruh rangkain kegiatan hari itu telah usai dari kegiatan penerimaan materi, injeksi vitamin,
penanaman hijauan, pembuatan laporan dan semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan
matriks acara tim panitia dan asisten.
Karena semua agenda kegiatan telah selesai maka rencan pulang ke Makassar dipercepat padahal
seharusnya peserta praktek lapang berada di maiwa selama kurang lebih 3 hari.
“Daripada waktu kita habis terbuang di sini, lebih baik kita pulang ke rumah masing-masing dan
mengerjakan hal-hal yang lebih urgen, Ok.. Sepakat?”, ( Lagi-lagi asisten Menawarkan
kebaikan)
“Sepakaaaaaaaaaaattt….yeaaaaaaaaahhhhhhh….uwwwwhhhhhhhh”.( suara sumbang mereka
menutup agenda kegiatan sore itu)
“whatttt, jam 10 malam kita pulang?”, (sahut mahasiswa dari dalam kamar)
“iya, biar bisa tiba di Makassar jam 07 pagi!”. (salah satu tim panitia menjelaskan)
Angin malam yang menusuk-nusuk hingga lapisan kulit epidermis tak terelakkan. Kesepakatan
tim asisten dan panitia untuk berangkat jam 10 malam benar-benar terjadi.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 WITA, dan bus telah tiba di Kota Makassar menandakan
praktek lapang di bumi Massenrempulu’ telah usai. Kini banyak cerita yang dapat dituliskan
dalam ADVENTURE NOTE namun belum sempat di ceritakan dalam tulisan ini.

-SEKIAN-

Perjalanan Menuju Enrekang Diiringi Hujan Deras

Kegiatan Vaksinasi (Injeksi Vitamin) Pada Sapi Bali

Foto Bareng Sebelum Kegiatan Menanan Rumput

Kondisi MBC saat Mendung

Mahasiswa yang Berfoto dengan Populasi Sapi milik MBC