Sosiologi Pedesaan Sosiologi Pedesaan Sosiologi Pedesaan

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN
Dosen Pengampu: Dr. Siti Azizah S.Pt, M.Sos, M.Commun

Disusun oleh: kelompok IV
1. Ilham Rizky Hidayatulloh

( 145050100111158/2014 )

2. Renaldi Pitono

( 145050100111133/2014 )

3. Salnan Irba Novaela Samur

( 145050100111140/2014 )

4. Dewi Wulandari

( 145050100111143/2014 )

5. Samsul Hidayat


( 145050100111145/2014 )

6. Ritdatama Nur Muhammad

( 145050100111146/2014 )

7. Karllie Mangundap

( 145050100111147/2014 )

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I

Interaksi Sosial
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan


|1

1.1
Bentuk Kontak Sosial
Antar orang-perorangan, kontak sosial ini terjadi melalui sosialisasi
(socialization), yaitu suatu proses, di mana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi
anggota. Dari wawancara yang kami lakukan di perumahan Graha Cendana pada
salah satu warga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi sosial antar
orang perorangngan dikarenakan warga setempat yang memiliki status bukan
warga tetap dan kebanyakan penghuninya adalah Mahasiswa yang kos.
Antar orang-perorangan dengan suatu kelompok, kontak sosial ini terjadi
apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan
norma-norma masyarakat. Dari wawancara yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa di perumahan Graha Dinana interaksi sosial antar orang perorangan dengan
kelompok sering terjadi apabila suatu individu atau salah satu warga melakukan
kesalahan atas peraturan yang telah di sepakati warga perumahan seperti jam
malam, apabila seseorang mahasiswa pulang terlalu larut akan mendapat teguran
dari warga setempat.
Antar kelompok dengan kelompok lainnya dapat terjadi apabila dua partai

politik mengadakan suatu kerja sama. Pada perumaha Graha Cendana tidak
adanya suatu komunitas atau kelompok yang terbentuk karena alasan warga
setempat yang kebanyakan berstatus bukan warga tetap dan kebanyakan
mahasiswa yang bertempat tinggal di perumahan Graha Cendana.
1.2
Media dan Metode Komunikasi
Kontak Sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu,
antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Dari hasil wawancara pada
warga perumahan Graha Cendana dapat disimpulkan sering terjadinya kontak
sosial secara langsung antar warga perumahan dengan warga lain tapi dilakukan
tidak terlalu sering dikarenakan warga setempat bukan warga tetap dan
kebanyakan orang luar kota, serta kebanyakan warga perumahan tersebut
merupakan Mahasiswa yang tidak sering berada di tempat.
1.3
Jenis-jenis Proses Asosiatif
Kerjasama timbul apabila orang yang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut. Pada wawancara kami yang kami lakukan disebutkan bahwa
di perumahan Graha Cendana sering terjadi kerja sama seperti, merayakan acara

17 Agustus, Tasyakuran, Idul Fitri, dan Kumpul rapat. Untuk kerja bakti
Perumahan Graha Cendana sering membayar satpam untuk membersihkan daerah
sekitar perumahan. Dan menurut sumber “Dulu pernah terjadi suatu pencurian
sepeda motor, gagal karena ada seorang pemilik kendaraan yang berteriak dengan
adanya teriakan tersebut semua warga perumahan mengejar untuk menangkap
pencuri motor tersebut dan tertangkap”.

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|2

1.4

Jenis-jenis proses Disosiatif

Proses Disosiatif sama halnya kerja sama, dapat ditemukan pada setiap
masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
system sosial masyarakat bersangkutan. Pada perumahan Graha Cendana tidak
pernah terjadi Persaingan dan Kontravensi karena warga yang tinggal di
perumahan tersebut berstatus bukan warga tetap dan kebanyakan warga luar kota.


BAB II
2.1

Kolompok-kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat
Jenis-jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial menurut Sherif adalah suatu kesatuan sosial
yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosoal yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara
individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan normanorma tertentu, yang khas bagi kesatua sosial tersebut.
Kelompok sosial memiliki tipe-tipe yang diklasifikiasikan
dari beberapa sudut atau dasar berbagai kriteria ukuran. Seperti
diukur dari kepentingan dan wilayah, kerumunan, atau derajat
seseorang. Namun ada sistematika kelompok-kelompok terpenting
dalam struktur sosial.
Minggu (7/12) kelompok kami melakukan obeservasi di
daerah Perumaha Graha Cendana yang terletak di Jalan Simpang
Sunan Kalijaga. Kami menemukan bahwa warga yang tinggal di
daerah tersebut memiliki banyak kelompok sosial yang memiliki
fungsi yang hampir serupa. Menurut Wiwib (29) warga Jalan

Simpang Sunan Kalijaga A7 menyebutkan kelompok sosial yang
terbentuk di daerah perumahan tersebut diantaranya adalah PKK,
Karang Taruna dan Pengajian Mingguan.
Hal ini kami kelompokan lagi dan kelompok sosial tersebut
masuk tipe umum, kesatuaan atas dasar kepentingan yang serupa,
dengan organisasi tetap, kepentingan khusus, kesatuan atas dasar
kepentingan yang serupa, tanpa organisasi. Di daerah tersebut juga
terdapat kelompok primer yaitu kelompok sosial yang sederhana
seperti keluarga, adapun kelompok sekunder yaitu kelompok sosial
yang berdasarkan pengenalan pribadi seperti hubungan dalam
organisasi.

2.2

Proses Terbentuknya Kelompok
Menurut salah satu warga Perumahan Graha Cendana, Erna,
Proses pembentukan kelompok sosial muncul ketika warga
pendatang baru mulai mencoba berinteraksi satu dengan lain di
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan


|3

tempat itu. Kemudian mereka menyadari untuk membentuk
kelompok sosial untuk menjalin suatu hubungan persaudaraan
antar tetangga.
Mulanya kelompok sosial tersebut hanya memiliki sedikit
anggota. Karena banyaknya pendatang baru, Kelompok sosial
tersebut mulai memiliki banyak anggota dan terus berjalan hingga
saat ini.
2.3

Tujuan, Fungsi, dan Anggota Kelompok
Kelompok sosial itu terbentuk untuk memperat tali
persaudaraan antar warganya atau menyambung tali silahturahmi
antar tetangga setempat. Ada pun fungsinya yaitu untuk saling
berbagi Informasi yang penting, mempercepat adaptasi bagi
sasama warga pendatang, dan untuk menghindari konflik yang
mungkin akan terjadi di daerah tersebut.
Menurut Wiwib (29) Kelompok tersebut hanya
beranggotakan warga-warga tetap yang tinggal saja. Karena

mayoritas warga di daerah tersebut bukanlah warga tetap,
kebanyakan adalah warga kos yang berasal dari luar daerah
Malang.

2.4

Perbandingan dengan Kelompok Serupa
Pertemuan kelompok-kelompok yang ada di daerah tersebut
frekuensinya lebih sedikit dari pada daerah pedesaan. Hal ini
dikarenakan penduduk kebanyakan warga pendatang atau migrasi
dari daerah lain. Bahkan dari mereka yang adalah warga tetap
masih ada yang tak datang dalam pertemuan kelompok sosial
tersebut.
Kesadaran untuk menciptakan kebersamaan yang erat masih
belum terlaksana. Hal ini diduga karena kebanyakan warganya
adalah pendatang baru, sehingga masih dalam masa adaptasi di
lingkungan tersebut. Apalagi dari begitu banyak masyarakat yang
tinggal di kawasan tersebut adalah mahasiswa yang menyewa kos
di rumah-rumah sekitar sana sehingga tiap tahun akan berganti
seiring berjalannya ajaran baru universitas.


2.5

Proses Migrasi dalam Masyarakat
“Di satu jalan ini warganya kebanyakan anak kos, yang
warga tetap paling Cuma 3 rumah disini.” Ujar Wiwib (23) yang
kami wawancara beberapa minggu yang lalu. Beliau juga
menuturkan tiap tahun pasti ada warga baru di lingkungan tersebut
karena migrasi anak-anak kos atau keluarga baru yang membangun
rumah di lingkup daerah itu. Hal ini jelas terjadi karena lingkungan
daerah yang dia tempati masih ada banyak lahan kosong yang
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|4

digunakan untuk menjual belikan tanah membangun rumah atau
tempat lainnya.
Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Erna bila tempat yang
beliau tinggali masih tergolong daerah baru yang masih memiliki
banyak lahan kosong, dan orang-orang yang tinggal di daerah

tersebut adalah orang-orang luar Malang.

BAB III
3.1

Kebudayaan dan Masyarakat
Pola Perilaku yang Memengaruhi Kepribadian Individu

Perilaku masyarakat secara tidak langsung dapat mempengaruhi kepribadian
individu anggota masyarakat. Masyarakat pedesaan dengan perkotaan berbeda
dalam hal kehidupan sosialnya. Dalam komplek perumahan biasanya kebanyakan
masyarakatnya tidak saling mengenal satu sama lain dengan berbagai alasan. Hal
ini menyebabkan mereka cenderung tidak peduli terhadap sekitarnya dan
cenderung bersifat individualisme. Narasumber juga mengatakan “saya tidak
mengenal semua yang tinggal disini, paling saya Cuma kenal sama orang yang
disamping dan didepan rumah saya itupun jarang ngobrol. Biasanya saya sering
ngobrol sama ibu pemilik kos-an di depan ini. Di kos depan ini mungkin tidak
diberlakukan jam malam atau ada namun dilanggar saya juga tidak tahu. Karena
ibu kosnya tidak pernah menitipkan anak kosnya kepada saya. Jadi meskipun
mereka pulang malam ya saya biarkan saja. Urusan mereka sendiri dan ibu

kosnya”. Antara warga satu dengan warga yang lain cenderung tidak mau ikut
campur dan tidak peduli terhadap sekitarnya. Dan anggapan bahwa orang yang
tinggal perumahan itu memang cenderung individualis itu memang benar adanya.
Karena perilaku satu orang akan berpengaruh terhadap kepribadian orang
disekitarnya.

3.2

Pola Perilaku yang Memengaruhi Kebudayaan Umum

Perilaku masyarakat akan mempengaruhi kebudayaan umum masyarakat.
bahkan suatu perilaku masyarakat dapat membentuk suatu kebudayaan baru. Sifat
individualis yang dimiliki oleh masyarakat perumahan merupakan salah satu
perilaku yang mempengaruhi kebudayaan umum masyarkat. Karena perilaku
seseorang yang kemudian diikuti oleh orang lainnya yang kemudian menjadi
kebudayaan suatu masyarakat. Namun, ada narasumber yang mengatakan seperti
ini “Ada anak kost yang didatangi temannya pada jam 12 malam dan membuat
kegaduhan, yang ternyata anak tersebut sedang berulang tahun. Nah, akhirnya
anak kost yang sebelah juga ikut ikutan seperti itu. sebenarnya saya sendiri
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|5

merasa risih dan kesal akan hal tersebut. Namun, karena terlalu sering terjadi
seperti itu maka warga menjadi terbiasa dan menganggapnya wajar. Karena
kebanyakan yang tinggal disini adalah anak kost. Maka hal seperti itu seperti
sudah menjadi kebiasaan di lingkungan ini”. Menurut kami hal itu termasuk
perilaku masyarakat yang mempengaruhi kebudayaan masyarakat umum
meskipun sebenarnya hanya kalangan mahasiswa kos yang melakukannya. Karena
perumahan tersebut kebanyakan yang tinggal adalah mahasiswa maka kebiasaan
tersebut dianggap kebudayaan umum karena banyak yang melakukannya.

3.3

Keunikan Kebudayaan/Norma setempat

Norma merupakan suatu aturan atau kaidah yang diterapkan dalam suaru
masyarakat. Berdasarkan kekuatan pengikatnya, norma juga dapat dikenal dengan
cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat-istiadat. Untuk cara dan adat istiadat tidak
ditemukan dalam masyarakat ini. Kebiasaan menghormati yang lebih tua
meamang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat. Misalnya saling menyapa
atau mengucapkan permisi meskipun mereka tidak saling mengenal. Sedangkan
aturan yang berlaku ditempat ini ialah tidak diizinkan masuk atau keluar
perumahan apabila lebih dari pukul 9 malam. Dan apabila lebih dari jam yang
telah ditentukan tetap diperbolehkan masuk atau keluar namun melewati gerbang
belakang. Meskipun rata rata yang tinggal adalah mahasiswa yang terkadang
pulang malam namun mereka masih mematuhi aturan yang ada. Dan hanya
segelintir orang yang melanggar karena alasan tertentu.

3.4

Gerak Kebudayaan yang Comformity dan Deviation

Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara
mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviation adalah
penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Di lingkungan
ini diberlakukan aturan yaitu penutupan gerbang utama pada pukul 9 malam,
namun tidak ada sanski untuk pelanggaran. Hanya saja warga diharuskan
melewati gerbang belakang yang berada dibelakang perumahan apabila memang
lebih dari jam yang telah ditentukan. Dalam penerapannya juga cukup berhasil
karena warga disana patuh tergadap aturan yang telah dibuat. Dan apabila ada
pelanggaran itupun hanya minoritas saja. Warga yang akan keluar atau masuk
perumahan lebih dari jam yang telah ditentukan maka diwajibkan melapor kepada
satpam terlebih dahulu agar dibukakan gerbang untuk keluar atau masuk. Menurut
beberapa narasumber, biasanya yang melanggar adalah kebanyakan mahasiswa.
Karena mungkin mereka pulang malam karena mengerjakan tugas atau yang
lainnya. “kalo masyarakat asli sini jarang yang melanggar, biasanya mahasiswa
yang sampe jam 11pun kadang masih menerima tamu. Alasannya ya karena

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|6

ngerjakan tugas gitu. Pernah sampek disamperin satpam ya dibilangi kalo ini
sudah malam kok belum pulang. Karena status mereka sebagai tamu disini”.
Meskipun begitu, lebih banyak yang mematuhi dibandingkan dengan yang
melanggar. Confirmity lebih menonjol dibandingkan dengan deviation.

BAB IV

Lembaga Kemasyarakatan

“Lembaga Kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam masyarakat.”
(Soekantao. 2012:172).
Dalam hubungan antar manusia di masyarakat, diperlukan norma-norma
yang mengatur agar tercipta suasana sekitar sesuai dengan yang diharapkan. Pada
mulanya norma-norma yang timbul berasal dari ketidak sadaran. Namun lamakelamaan menjadi suatu kebiasaan, dan akan dianggap tidak sesuai jika seseorang
melanggarnya. Norma-norma yang timbul di dalam masyarakat memiliki
kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut digolongkan menjadi
4, yaitu berdasarkan cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores),
dan adat istiadat (custom).
4.1

Usage, folkways, mores, dan custom yang ada di dalam
masyarakat setempat

4.1.1 Cara (Usage)
Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan/tindakan hubungan
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan juga sebaliknya.
Perbuatan yang tidak sesuai biasanya menimbulkan hukuman. Namun hukumanya
tidak terlalu berat dibandingkan dengan kekuatan mengikat yang lain. Hukuman
yang timbul biasanya hanya berupa celaan dari pihak yang dihubunginya.
(Soekanto. 2012:174). Tidak terkecuali dengan masyarakat di perumahan Graha
Cendana, jln. Simpang Kalijaga. Pada perumahan yang mayoritas dihuni oleh
anak kos ini, hanya sedikit hubungan individu dengan masyarakat yang
mencerminkan kekuatan mengikat usage, selain sibuk dengan aktivitas masingmasing mungkin juga penghuni yang setiap bulanya berganti-ganti menjadi
kendala untuk terciptanya kontak sosial. “Disini yang tinggal mayoritas anak kos,
jadi ya jarang ada kontak social. Jangankan ngobrol-ngobrol, kadang kalo ketemu
di gang aja gak tau dianya tinggal dirumah sebelah mana.” (Ratih. 2014). Namun

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|7

dengan keadaan seperti ini tidak menimbulkan berbagai macam celaan, hampir
seluruh warga dapat memaklumi dan memahami seutuhnya.
Selain itu, kekuatan mengikat berdasarkan cara (usage) juga dijumpai pada
antar sesama penduduk tetap. “Kalau sesama penduduk lama kita ya saling sapa
kalo ketemu, malah udah jadi kebiasaan.” (Ulya. 2014). Pada konteks ini jika
seseorang tidak menyapa saat bertemu akan timbul prasangka-prasangka buruk,
walaupun tidak sampai menimbulkan celaan.
4.1.2

Kebiasaan (folkways)

Kekuatan mengikat yang selanjutnya yaitu kebiasaan (folkways). Folkways
memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar dibandingkan cara (usage).
Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan
dapat diterima oleh masyarakat. (Soekanto. 2012:175). “Dulu sempat ada suara
rame-rame pas malam sekitar jam 12an. Saya kaget kok ada rame-rame sih jam
segini, apalagi saya juga punya anak kecil. Setelah itu, pagi hari saya tanya pak
satpam, ternyata ada teman yang dateng buat ngerayain ulang tahun. Saya yang
awalnya risih menjadi toleran. Ya kita maklumin saja namanya anak muda, asal
jangan sampai teralu larut malam. Dan kejadian itu berulang-ulang sampai
sekarang (Ulya. 2014). Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
perayaan ulang tahun pada jam 12 malam yang awalnya membuat gaduh,
kemudian dapat diterima oleh warga sekitar.
4.1.3

Tata Kelakuan (Mores)

Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata
kelakuan juga merupakan alat yang memerintah sekaligus melarang seseorang.
(Soekanto. 2012:175).
Tata kelakuan ini dapat dijumpai pada sistem keamanan di Perumahan
Graha Cendana. Perumahan Graha Cendana menerapkan sistem tutup portal saat
pukul 9 malam.
Kalau malam hari portalnya ditutup. Ya sekitar jam 9an. Tapi ada satu
gerbang lagi, lewat belakang. Ditutup ini tujuanya biar aman, jadi satpam lebih
bisa focus menjaga 1 gerbang saja. Kalaupun ada yang ingin lewat gerbang utama
saat malam hari, bisa mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada pak satpam jika ada
keperluan. Nanti itu pasti akan dibukakan. (Ulya. 2014).
Hal ini membuktikan bahwa tata kelakuan memanglah sesuatu yang
memerintah sekaligus melarang masyarakatnya untuk pulang dan pergi dibawah
jam 9 malam.

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|8

Kebanyakan penghuni perumahan ini yaitu anak-anak kos. Untuk peratranperaturanya sendiri biasanya sudah dibuat atau ditentukan oelh pemilik tempat
kos.
4.1.4

Adat Istiadat (Custom)

“Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan dikenakan sanksi
yang berat.” (Soekanto. 2012:176). Hal ini menunjukkan kekuatan mengikat adat
istiadat sangatlah kuat.
Dapat dijumpai sesuatu yang menjadi adat istiadat di kawasan perumahan
graha cendana yaitu menghadiri syukuran anak. Bagi masyarakat yang tidak
menghadiri dianggap sangat tidak menghargai kebahagiaan sesamanya. “Kalau
ada rumah yang baru lahiran biasanya kita sebagai tetangga hadir menjenguk
dan memberi selamat. (Agung. 2014).
Saat perayaan hari raya umat Islam juga timbul adat istiadat berupa acara
berkumpul di masjid yang wajib dihadiri oleh seluruh anggota masyarakat
setempat.
Pas perayaan Idul Fitri pasti ada selebaran undangan buat warga, itu
biasanya semua anggota masyarakatnya ikut hadir di masjid untuk berkumpul
dan silaturahmi. Acara ini rutin diadakan setiap tahunya. Ada juga peringatan
mauled Nabi. (Ratih. 2014).
Dapat ditarik kesimpulan sesuatu yang telah menjadi adat akan tetap
dilaksanakan walaupun sela waktunya hingga berbulan-bulan (setahun sekali),
tidak serutin sesuatu yang telah menjadi kebiasan.

4.2

Perwujudan pengendalian yang preventif dan represif di
masyarakat setempat

Setiap sesuatu yang dilakukan tentu memerlukan suatu yang dapat
mengendalikanPengendalian social terutam bertujuan untuk terciptanya suatu
keserasian. Dalam hal ini perwujudan suatu pengendalian dibagi menjadi 2, yaitu
preventif dan represif.
4.2.1 Preventif
Upaya Preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan. Biasanya dilakukan sosialisasi ataupun pengarahan
secara langsung. “Disini ada pengarahan langsung dari satpam kepada setiap
anggota setempat. Seperti portal tutup setiap jam 9 malam. Informasi itu langsung
disampaikan oleh satpam kepada seluruh anggota masyarakat setempat.” (Ulya.
2014).

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|9

4.2.2 Represif
Upaya Represif yaitu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan nilainilai yang terlanjur melenceng atau tidak sesuai.
Yang biasanya bertugas memberikan teguran biasanya sih satpam.
Biasanya satpam mendapat laporan dari warga jika ada sesuatu yang tidak
sesuai. Trus satpamnya yang memberikan teguran. Pokoknya yang banyak
bertugas untuk keamanan setempat itu satpam. Warga Cuma sebagai pengawas.
Apalagi disini penghuni tetapnya hanya berjumlah 3 rumah saja. (Ulya. 2014).
Seluruh warga memberikan wewenang kepada satpam sebagai pengawas.
Namun warga tidak semerta merta melepas tanggung jawab begitu saja, sering
juga seluruh warga berperan aktif dalam penyelesaian masalah. Sebagian besar
penduduk di daerah tersebut sudah memiliki solidsritas yang tinggi, seperti
dicontohkan “Pernah terjadi tindak pencurian sekitar setahun lalu, saya kaget saat
melihat hampir seluruh yang bermukim disini ikut mengejar sang pencuri yan
akhirnya ketangkep.” (Ulya. 2014). Ilustrasi tersebut cukup menggambarkan
betapa tigginya sikap solidaritas antar sesamanya.

4.3

Berbagai macam lembaga kemasyarakatan dalam masyarakat
setempat

“Lembaga Kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan polapola perilaku yang memiliki tujuan yang sama.” (Soekanto. 2012). Beberapa
lembaga kemasyarakatan yang dijumpai di perumahan Graha Cendana, yaitu
ta’mir masjid, pengajian akhir pekan, belajar mengaji untuk anak-anak,
kepanitiaan 17 agustus, satpam, kepanitiaan RT, penjahat.
Dari beberpa lembaga yang ada pada masyarakat setempat dapat dibedakan
beberap lembaga melalui beberapa aspek. Lembaga yang sengaja dibentuk yaitu
ta’mir masjid, pengajian akhir pekan, kepanitiaan 17 Agustus, satpam dan
Kepanitiaan RT.
Ta’mir sengaja dibentuk untuk merawat dan menjaga masjid. Pengajian
akhir pekan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan rohani warga setempat.
Kepanitiaan 17 Agustus bertujuan untuk mengawasi jalanya acara yang akan
diselenggarakan dalam memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Satpam
bertujuan menjaga kestabilan dan keamanan. Kepanitiaan RT bertugas
mengayomi warga setempat.
Ada yang termasuk dalam lembaga yang dapat diterima masyarakat, yaitu
Belajar Mengaji untuk anak-anak. Lembaga ini dapat diterima karena dianggap
memberikan pengaruh baik bagi warga setempat.

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|10

Yang terakhir termasuk dalam lembaga yang ditolak masyarakat, yaitu
hadirnya kemlompok penjahat (pencuri). Untuk kronologisnya sesuai dengan
yang telah kita sampaikan dimuka. Lembaga ini ditolak karena dianggap
merugikan warga setempat.

BAB V
5.1

Lapisan Masyarakat
Hal yang Mendasari Terjadinya Pelapisan Masyarakat

Lapisan masyarakat (social stratification) merupakan pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas kelas secara bertingkat (hierarkis).
Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Di dalam
masyarakat pasti ada suatu lapisan yang penerapannya disengaja maupun tidak
sengaja bahkan yang nampak maupun tidak nampak. Berdasarkan pernyataan
narasumber laki laki yang mengatakan bahwa di daerah yang kami datangi tidak
ada lapisan yang khusus karena penghuninya kebanyakan memiliki derajat yang
sama dari segi pendidikan mereka tergolong orang orang yang pendidikannya
sudah tinggi dan memiliki pekerjaan yang mapan pula. Meskipun jenis pekerjaan
mereka tidak sama satu dengan yang lain. Akan tetapi, saat ditanyakan kepada
responden perempuan mereka mengatakan bahwa didaerah tersebut ada perbedaan
yaitu berdasarkan kekayaan. Karena sekalipun pada acara acara besar, mereka
yang tingkat kekayaannya lebih akan berkumpul dalam satu tempat. Mayoritas
warga disana bekerja sebagai PNS, Pengusaha serta Pejabat pemerintahan serta
Mahasiswa. Jadi pada saat mereka berkumpul maka mereka berkumpul
berdasarkan tingkat kekayaan maupun jabatan mereka. Salah satu narasumber
mengatakan “pada saat ada acara besar maupun perkumpulan ibu ibu PKK, saya
biasanya menolak untuk ikut karena yang datang pasti orang orang yang kaya
kaya. Dan pada saat berkumpul juga yang dibicarakan tentang kekayaan mereka
atau tentang trend busana dan barang barang branded. Terkadang kami merasa
minder bila berkumpul dengan mereka”.

5.2

Sistem Pelapisan Masyarakat

Sistem lapisan masyarakat terbagi menjadi dua yaitu lapisan masyarakat
yang bersifat tertutup dan terbuka. Sistem lapisan masyarakat terbuka yaitu
lapisan masyarakat yang memungkinkan masyarakatnya untuk pindah dari satu
lapisan kelapisan yang lain. Sedangkan lapisan masyarakat tertutup membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Sistem
lapisan yang seperti ini biasanya hanya bisa didapatkan berdasarkan kelahiran.
Dalam lingkungan masyarakat yang kami datangi, dapat disimpulkan bahwa
mereka menganut sistem lapisan terbuka karena mereka menerapkan lapisan

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|11

berdasarkan kekayaan seseorang. Sehingga memungkinkan adanya perpindahan
dari satu lapisan ke lapisan yang lain. karena sewaktu waktu yang kelas menangah
akan ada diposisi yang tinggi dan yang posisi tinggi bisa saja turun lapisannya.
Karena lapisan masyarakatnya berdasarkan materi, yang bisa berubah sewaktu
waktu.

5.3

Berbagai Jenis dan Kasus Gerak Social

Kasus gerak sosial ada dua macam yaitu gerak horizontal dan vertikal.
Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial satu ke lainnya yang sederajat. Sedangkan
gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai arahnya
maka terdapat dua jenis gerak sosial vertikal, yaitu naik (social climbing) dan
turun (social sinking). Gerak sosial horizontal banyak terjadi dalam masyarakat
yang kami kunjungi karena bedasarkan pernyataan narasumber yang menyatakan
bahwa “di perumahan ini, kebanyakan orang pendatang. Saya juga tidak terlalu
kenal dengan tetangga disini karena mereka yang jarang dirumah. Saya hanya
kenal dengan beberapa orang saja disini, dan kalaupun kenal ya dapet setahun
aja mereka sudah pindah. Jadi disini jarang ada yang menetap. Kebanyakan
hanya tinggal setahun disini kemudian mereka pindah dan biasanya rumah
mereka di kontrakkan”. Jadi gerak sosial horizontal yang ditandai dengan
peralihan individu dari suatu kelompok sosial satu ke lainnya yang sederajat.
Sedangkan gerak sosial vertikal yang terjadi adalah gerak vertikal naik karena ada
golongan masyarakat yang ada dilapisan menengah kemudian berada di lapisan
atas karena jumlah kekayaan mereka. Sedangkan gerak vertikal turun jarang
terjadi, kalaupun terjadi tidak banyak orang yang mengetahuinya.

BAB VI
6.1

Kekuasaan Wewenang dan Kepemimpinan
Jenis Kekuasaan dan Wewenang dalam Masyarakat
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang
lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Karena
kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, dan
dapat dilakukan dalam setiap kita berinteraksi Kekuasaan
melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan ketua
RW mempunyai kekuasaan atas ketua RT, jika ketua RW dapat
menyebabkan ketua RT melakukan sesuatu di mana ketua RT tidak
ada pilihan kecuali melakukannya. Apabila terdapat individu atau
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|12

kelompok yang terisolasi tidak dapat melakukan kekuasaan, karena
kekuasaan harus mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh
individu atau kelompok lainnya. Kekuasaan melibatkan kekuatan
dan paksaan, Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki
oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi.
Unsur yang ada di dalam wewenang
1. Seseorang mempunyai wewenang karena posisi yang diduduki, bukan
karena karakteristik pribadinya.
2. Wewenang tersebut diterima oleh bawahan karena memiliki hak yang
sesungguhnya.
3. Wewenang berlaku dari atas ke bawah sesuai dengan struktur hierarki
organisasi.

6.2

Upaya dalam Mencapai Kepemimpinan dan Cara
Mempertahankannya

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau
leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikutpengikutnya). Kemudian seseorang yang telah mendapatkan jabatannya atau
menjadi pemimpin, sebisa munglkin orang tersebut untuk mempertahankannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah kami lakukan kepada salah seorang
narasumber yang menyatakan bahwa “cara yang dilakukan untuk mencapai
kepemimpinan misalnya dalam pemilihan kepala desa, yaitu dengan cara
pemiliahan, tetapi sebelum melakukan pemilihan terlebih dahulu masyarakat
disini melakukan musyawarah yang dihadiri oleh warga dari beberapa RT yang
mendiskusikan masalah siapa yang akan menjadi calon kades didesa tersebut,
biasanya disini sekelompok orang sudah mempunyai calon mereka masingmasing jarang ada orang yang langsung menunjuk dirinya untuk menjadi calon.
Setelah ditentukan bakal calon kades tersebut barulah ditentukan bagaimana
proses pemilihannya misalkan hanya ada satu calon maka tidak perlu dilakukan
pemungutan suara secara otomatis langsung ditunjuk orang tersebut sebagai
kepala desa yang terpilih.Kemudian cara yang mereka gunakan untuk
mempertahankan jabatan mereka yaitu dengan cara berperan aktif dalam
masyarakat tersebut, misalkan dengan kegiatan gotong royong, tetapi disini
jarang dilakukan kegiatan gotong royong karena sebagian besar warga disini
adalah orang pendatang atau tidak tetap dan merekapun sangat sibuk dan jarang
dirumah, selain kegiatan gotong royong adapun kegiatan menyambut hari-hari
besar misalkan 17 agustus, dll. Dengan begitu pemimpin tersebut menunjukkan
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|13

kinerjanya sebagai pemimpin kepada warganya. Jika warga yang dipimpinnya
melihat pemimpin mereka kejanya bagus maka pemimpin tersebut tidak akan
diganti tetapi akan dipertahankan.

6.3

Bentuk Lapisan Kekuasaan dalam Masyarakat

Tipe yang digunakan di perumahan Graha Dinana tipe Demokratis,
menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang bersifat
mobil sekali. Di perumahan ini kelahiran tidak menentukan seseorang
mendapatkan kedudukan sebagai peminpin. Yang terpenting adalah kemampuan
dan kadang-kandang juga faktor keberuntungan. Disini bentuk lapisannya terdiri
dari RW dan RT.

BAB VII
7.1

Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan Besar dan Kecil dalam Masyarakat

7.1.1 Perubahan Sosial Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau besar bagi
masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya, tidak akan membawa pengaruh
apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Perubahan social kecil yang terdapat dalam masyarakat tersebut menurut
narasumber yang telah diwawancarai adalah adanya perubahan mode pakaian
yang lebih modern atau biasa yang disebut gaya pakaian yang modis. Pada
lingkungan yang dikunjungi mayoritas penduduknya adalah mahasiswa yang
memiliki ketertarikan lebih tinggi dengan gaya pakaian masa kini atau modis.
7.1.2 Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar adalah suatu proses industrialisai yang berlangsung
pada masyarakat agraris, misalnya, merupakan perubahan yang membawa
pengaruh besar pada masyarakat. Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan
akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan
kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan seterusnya.
Perubahan social besar yang terjadi di dalam masyarakat adalah adanya
perubahan system perubahan mata pencaharian dan kepadatan penduduk. Terlihat
sawah-sawah di sekitar perumahan mulai menyempit karena didirikan rumah atau
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|14

wilayah persawahan sudah dijual untuk area perumahan. Banyaknya universitasuniversitas yang ada di sekitarnya menjadi penyebab membludaknya jumlah
penduduk yang ada. Jumlah pemukiman tidak sebanding dengan pendudukpenduduk pendatang dari luar kota dan memaksa untuk membangun area
pemukiman yang awalnya menjadi area persawahan. Hal ini dapat berdampak
pada jumlah pemukiman dan penduduknya menjadi sangat padat. Dampak lainnya
adalah dapat merubah system mata pencaharian masyarakat sekitarnya yang
semula bekerja menjadi petani. Karena sedikitnya lahan sawah atau tidak
tersedianya lahan cukup luas, maka banyak petani yang mencari pekerjaan lain.
Perubahan system mata pencaharian ini juga didukung oleh penduduk di
perumahan tersebut yang mayoritas adalah pegawai dan juga mahasiswa yang
memiliki status sosial lebih tinggi.

7.2

Perubahan Terencana dan Tidak Terencana dalam Masyarakat

7.2.1 Perubahan Sosial Terencana
Perubahan yang dikehendaki atau rencanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of changememimpin
masyarakat dalam mengubah sistem sosial. dalam melaksanakan,agent of
change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan
perubahan. Bahkan mungkin meyiapkan pula perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki
atau yang direncanakan selalu berada dibawah pengendalian serta
pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara mempengaruhi masyarakat
dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan
rekayasa sosial (social engineering) atau seringpula dinamakan perencanaan
sosial (social planning).
Perubahan terencana yang terjadi di masyarakat menurut narasumber adalah
terjadinya perubahan system gotong royong atau kerjabakti untuk membersihkan
lingkungan. Karena kesibukan masyarakatnya, kegiatan kerjabakti yang
seharusnya dikerjakan oleh semua masyarakat sekitarnya menjadi pekerjaan pihak
keamanan atau satpam. Semua warga mengadakan perjanjian dan mengumpulkan
dana kebersihan atau kerjabakti untuk membayar satpam yang membersihkan
lingkungan tersebut.
7.2.2 Perubahan Sosial Tidak Terencana
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan,
merupakan perubahan –perubahan yang terjadi tanpa dikehendak, berlangsung
diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang
tidak dikehendaki berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang
dikehendaki, maka perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|15

demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan
demikian keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halanganhalangan masyarakat itu sendiri. Atau dengan perkataan lain, perubahan yang
dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Atau, dengan cara
membentukyang baru. seringkali terjadi bahwa perubahan yang tidak
dikehendaki dan kedua proses tersebut saling pengaruh-mempengaruhi.
Perubahan tidak terencana yang terjadi di masyarakat menurut narasumber
adalah karena kesibukan warganya dapat mengakibatkan suatu acara yang
awalnya direncanakan menjadi tidak terlaksana atau sepi dikarenakan warganya
banyak yang tidak hadir. Hal ini disebabkan karena kepenting mendadak atau
kepentingan pekerjaan yang mengharuskan warganya untuk tetap bekerja
sehingga tidak dapat menghadiri acara tersebut. Tentunya hal ini tidak
direncanakan sebelumnya akan tetapi hal ini akan memberikan dampak yang
besar di dalam masyarakat tersebut dan juga bisa menimbulkan perselisihan antara
masyarakatnya karena dianggap tidak menghargai pihak yang yang mengadakan
acara tersebut.

7.3

Efek Perubahan Tersebut dalam Masyarakat

Menurut pendapat dari J.L Gillin dan J.P Gillin, perubahan sosial adalah
suatu variasi dari cara hidup yang diterima, akibat adanya perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, kompoisisi penduduk, ideologi, maupun karena
difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.(J.L Gillin dan J.P Gillin).
Perubahan sosial tentunya mempunya dampak atau efek yang terjadi di
masyarakat. Dampak tersebut bisa berdampak positif dan negative, dampak
perubahan yang terjadi di masyarakat menurut narasumber yang telah
diwawancarai adalah :
7.3.1 Dampak Positif
Dampak positif berarti memiliki pengaruh yang berguna bagi
masyarakatnya.

Terciptanya tenaga kerja yang professional

Teciptanya pemikiran-pemikiran yang lebih modern dan dapat pula
menciptakan inovasi-inovasi baru di dalam masyarakat.

Dapat memudahkan pekerjaan manusia
7.3.2 Dampak Negatif
Dampak negative berarti memiliki pengaruh yang dapat merugikan bagi
masyarakatnya.

Kurangnya interaksi sosial dapat mengakibatkan warga kurang
mengenal dengan tetangganya.

Dapat menghilangkan kebudayaan asli daerah karena terjadi
perubahan sosial.

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|16

7.4

Faktor Pendorong dan Penghambat yang Terjadi dalam
Masyarakat

Perubahan social yang terjadi di masyarakat dapat disebabkan oleh faktorfaktor pendorong maupun penghambat.
7.4.1 Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Faktor pendorong adalah keadaan atau peristiwa yang ikut memicu
terjadinya sesuatu hal dan bertujuan untuk menjadikannya menjadi lebih maju
atau lebih banyak dari sebelumnya.
Factor pendorong yang dapat ditemukan di masyarakat adalah :

Modernisasi dan globalisasi :
Pengaruh modernisasi dan globalisasi memang sulit untuk dihindarkan dari
masyarakat. Pengaruh ini semakin besar dan mulai membudaya di dalam
masyarakat. Sebagai contoh adalah menurut warga sekitar yang telah
diwawancarai, sudah jarang lagi ditemui anak-anak kecil bermain di luar rumah
yang bermain dengan teman sebayanya untuk bermain permainan tradisional.
Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain di dalam rumah
dengan bermain gadget canggih yang diberikan dari orangtuanya. Hal ini tentunya
akan berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak tersebut. Dari segi sosial
mereka akan mejadi manusia yang individualism karena sejak kecil kurang
berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, dan masih banyak lagi dampak
lainnya.

7.4.2 Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Faktor penghambat adalah keadaan atau peristiwa yang dapat menghambat
berkembangnya suatu hal dan akan berakibat terjadinya

Kesibukan
Di zaman yang semakin modern ini banyak masyarakat yang memiliki
segudang kesibuan atau pekerjaan. Kebutuhan yang semakin banyak menjadi
penyebab utama. Menurut salah satu warga yang telah diwawancarai, mayoritas
warga adalah pegawai dan mahasiswa yang cukup sibuk. Mayoritas mereka
berangkat pagi, pulang sore, lalu istirahat dan menghabiskan waktu dengan
keluarganya. Akibatnya sangat sedikit sekali interaksi sosial yang terjadi di
masyarakat tersebut. Interaksi sosial banyak terjadi saat liburan atau hari-hari
besar seperti Hari Raya Idul Fitri, perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, dan
hari besar lainnya. Kurangnnya interaksi dengan warga sekitar dapat
mengakibatkan perubahan sosial sulit terjadi.

7.5

Jenis Pembangunan dalam Masyarakat Setempat

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|17

Menurut Mohammad Ali, pembangunan adalah segala upaya yang
dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia.
Pembangunan yang terjadi di dalam masyarakat menurut narasumber adalah
pembangunan sarana keamanan. Pos-pos keamanan atau pos satpam dibangun di
di depan pintu masuk depan dan belakang lingkungan perumahan tersebut. Karena
lingkungan perumahan biasanya dijaga satpam atau pihak keamanan yang
bertugas menjaga pintu masuk perumahan. Selain pembangunan bidang
keamanan, ada juga pembangunan pada bidang agama. Pembangunan masjid
untuk sarana peribatan warga muslim yang tinggal di lingkungan tersebut. Semua
pembangunan ditujukan oleh masyarakat sekitar untuk mencapai kenyamanan.

BAB VIII

Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi

Dalam suatu kelompok masyarakat yang kami datangi di Daerah siguragura, Perumahan Graha Cendana, Malang, kami telah menerima beberapa
informasi tentang masalah-masalah yang terjadi dalam lingkup kehidupan mereka.
Kami melakukan observasi tersebut dengan menanyakan beberapa pertanyaan
yang kemungkinan akan menimbulkan suatu pengetahuan dan wawasan tersendiri
bagi kami. Dengan senang hati narasumber yang kami datangi sangat antusias
dalam membantu kami untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ingin kami
ketahui mengenai masalah sosial yang terjadi. Inilah beberapa pertanyaan yang
kami berikan dan jawaban yang sudah kami terima.

8.1

Masalah Sosial Latent dan Manifest dalam Masyarakat
Setempat

Masalah merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang
immoral, berlawanan dengan hokum dan bersifat merusak. (Soekanto. 2012)
Dalam kehidupan di Desa saya juga banyak sekali memiliki permasalahanpermasalahan dalam lingkup Desa maupun dalam lingkup per RT. Seperti halnya
didalam kompleks Sigura-gura yang kami datangipun juga memiliki
permasalahan-permasalahan yang timbul.
Masalah yang terjadi di perumahan Graha Cendana, pernah terjadi
penculikan motor anak kos yang tinggal di perumahan Siguraa-gura. Pada saat itu
juga warga kompleks melakukan pengejaran untuk menangkap pencurinya, tetapi
hanya satu yang tertangkap dan penculik yang satunya berhasil melarikan diri.
Akhirnya penculik yang tertangkap itu dibawa oleh satpam kompleks
kekepolisian. Semenjak kejadian tersebut satpam di kompleks tersebut melakukan
penjagaan ketat, supaya tidak terjadi untuk yang kedua kalinya. (Ulya. 2014)

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|18

8.2

Tindakan Preventif dan Kuratif Menghadapi Masalah Sosial

Tindakan Preventif adalah merupakan suatu pengendalian sosial yang
dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum terjadi. Sedangkan untuk
tindakan Kuratif adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi
penyimpangan sosial. (Soekanto. 2012).
Untuk menanganinya ataupun untuk mencegahnya saat ini satpam sudah
melakukan keliling-keliling kompleks untuk setiap jamnya. Dan dari masingmasing rumah juga menjaga dan mengontrol baik-baik kondisi rumah, karena
kalau hanya satpam saja yang berkeliling dan menjaga kurang efektif untuk
kenyamanan. Jadi setiap rumah tangga dan anak-anak kos yang ada di kompleks
juga mawas diri dalam menjaga rumahnya. Karena dalam perumahan ini memiliki
pintu masuk lebih dari 2. Jadi sangat banyak kemungkinan orang asing yang
berniat jahat untuk melakukan tindakan pencurian. Tapi sebisa mungkin kita
berusaha untuk menjaga supaya tidak akan terjadi pencurian lagi untuk yang
keduakalinya. Hingga saat ini pun puji syukur kompleks ini masih terjaga
keamanannya. (Ulya. 2014)

8.3

Kasus Sisorganisasi, Reorganisasi, dan Transformasi dalam
Masyarakat Setempat

Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kelompok. Untuk Reorganisasi adalah proses
pembentukan norma/nilai baru agar terbentuk keserasian dalam tubuh organisasi
yang telah mengalami perubahan. Sedangkan untuk Transformasi adalah
Perubahan-perubahan dan proses perkembangan yang terjadi dalam suatu
masyarakat. (Soekanto. 2012)
Perumahan Sigura-gura saat ini memiliki kumpulan organisasi yang cukup
baik, mereka sangat memiliki solidaritas yang cukup baik antara satu orang
dengan orang lain. Dalam artian satu rumah dengan rumah lainnya, warga dalam
kompleks ini juga banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam kompleks
mereka. Seperti halnya para Ibu-Ibu mengikuti kegiatan PKK, tetapi dalam
kumpulan PKK tersebut ada juga Ibu-Ibu yang memiliki sifat untuk
mempertahankan jabatannya atau mempertahankan image dirinya. Dulu di
kompleks Sigura-gura memiliki sistem pos kamling, tetapi kini pos kamling sudah
tidak dilakukan lagi, karena para Bapak-Bapak yang ada disana sudah memiliki
kesibukan tersendiri. Sedangkan di kompleks itu juga sekarang banyak ditinggali
oleh anak-anak perantauan atau biasa disebut dengan anak-anak kos. Jadi sistem
pos kamling yang dulunya ada sekarang sudah tidak ada, dan warga kompleks
akhirnya melakukan rembukan atau pertemuan seperti halnya melakukan rapat
kecil-kecilan untuk membahas penyewaan seorang satpam. Ternyata dengan ide
Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|19

yang akan menyewa satpam untuk menjaga kompleks mereka, banyak yang setuju
dengan ide tersebut jadi akhirnya mereka menyewa satpam. Perubahan-perubahan
yang terjadi mugkin saat ini masih belum ada, karena sekarang dalam kontak
sosial mereka jarang bertemu untuk satu rumah dengan rumah yang lain. Masih
ada yang berkontak sosial tetapi hanya satu,dua orang saja yang melakukan
kontak sosial. Karena kebanyakan warga di kompleks ini memiliki pekerjaan yang
cukup menyita waktu dan tak kalah sibuknya, disana juga banyak anak-anak kos
yang keluar pagi dan pulangnya malam. Jadi sangat kurang sekali dalam kontak
sosial di lingkup kompleks Sigura-gura saat ini. Dan untuk perkembangannya
masih belum terjadi perkembangan apa-apa, hanya saja terjadi sebuah
perkembangan banyak rumah yang berdiri dan disewakan untuk tempat kos. Jadi
untuk kompleks Sigura-gura ini kurang penduduk tetapnya, karena mereka hanya
membangyun rumah dan disewakan untuk kos-kosan. Dalam satu kompleks
perumahan tersebut hanya 2 atau 3 orang saja yang memiliki KTP tetap, atau
menjadi penduduk tetap. (Wiwib. 2014) .

Saran
Dari beberapa informasi yang kami dapat terdapat beberapa kesamaan
informasi yang disampaikan secara tersirat. Informasi tersebut yaitu jika tidak ada
yang memulai untuk berkomunikasi, maka tidak akan tercipta suatu hubungan
social. Kita menyadari memang hanya tersedia sedikit waktu untuk bersosialisasi
dengan sekitar. Namun, sebagai penduduk lama di kawasan perumahan,
hendaknya lebih bisa merangkul para pendatang baru. Apalagi para pendatang
berusia sekitar belasan tahun, yang masih merasa malu untuk memulai sesuatu,
khususnya memulai pembicaraan.Dari terciptanya komunikasi antar penghuni
perumahan, diharapkan mampu mempererat silaturahmi dan penghuni sekitar
rumah pun akan senantiasa membantu jika terdapat kesulitan-kesulitan.

Daftar Pustaka
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|20

Lampiran Foto

(Salnan bersama Wiwib)

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|21

(Ratih, Dewi dan Ilham)

(Ulya, Dewi dan Karlie)

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|22

(Agung dan Samsul)

(Agung Tama dan Salnan)

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|23

(Salnan, Dewi, Ilham dan Reinaldi)

Sosiologi Pedesaan – Fakultas Peternakan

|24