Tren Selfie Situs Situs sebagai Upaya Me

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan warisan budaya. Sudah

seharusnya masyarakat pewaris budaya untuk melestarikan. Akan tetapi pada
kenyataannya masyarakat Indonesia masa kini, terutama generasi muda terjangkit
xenosentrisme. Dampaknya adalah banyak kearifan budaya lokal yang tersimpan
dalam cagar-cagar budaya mulai terpinggirkan.
Era modern dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan
hubungan antar Negara. Menghilangnya sekat-sekat antar Negara membuat aliran
pertukaran budaya semakin mudah. Arus budaya yang tidak lagi dapat dibendung
berdampak pada masyarakat, terutama generasi muda terjangkit xenosentrisme.
Masyarakat menganggap kebudayaan dan tradisi luar negeri lebih bagus daripada
kearifan tradisi lokal.
Situs sejarah yang menjadi cagar budaya dengan multifungsi baik wisata
maupun edukasi, kini mulai tergeser oleh tempat-tempat wisata modern. Selain
menurunnya minat masyarakat terhadap situs sejarah, rusaknya bangunan fisik situs
juga perlu mendapat perhatian yang serius. Misalnya saja, Pendopo Agung, juga

petilasan-petilasan raja-raja Majapahit yang ada di daerah Panggih kecamatan
Trowulan terlihat kumuh dan tidak terawat. Tidak sedikit pula yang beralih fungsi
menjadi tempat mesum dan mencari nomor togel.
Usia situs yang kuna membutuhkan perawatan dengan teknik khusus serta
finansial yang cukup. Selama ini selain dana dari pemerintah, pemasukan dana dari
pengunjung merupakan sokongan dana yang vital. Apalagi tidak semua situs sejarah
mendapat dana dari pemerintah karena belum mendapat SK penetapan cagar budaya.
Apabila pendapatan pengelola situs menurun karena minat masyarakat menurun,
maka berakibat pada kurang intensifnya perawatan situs. Hal ini semakin diperparah
dengan ulah masyarakat yang kurang bertanggung jawab merusak bangunan situs
seperti mencorat-coret gapura candi, mengambil ornament situs dan mengotori
lingkungan situs.

1

Dari segi kronologis, Indonesia merupakan Negara yang memiliki situs-situs
bersejarah yang cukup lengkap. Mulai dari zaman praaksara, baik situs paleolitikum,
mesolitikum, neolitikum dan paleometalik, hingga zaman aksara, dari munculnya
peradaban hindhu-budha, islamisasi nusantara, masa kolonialisasi hingga
kemerdekaan. Mojokerto merupakan salah satu kota yang memiliki situs tersebut

dengan cukup lengkap. Situs-situs tersebut merupakan bukti artefaktual yang sangat
penting untuk mengungkap arah gerak sejarah Indonesia dan identitas bangsa.
Banyaknya situs-situs sejarah yang penting ini tentu mengharuskan masyarakat
sebagai pewaris budaya untuk melestarikannya. Selain untuk memperpanjang usia
situs, pelestarian situs perlu dikembangkan agar generasi yang akan datang masih
dapat mempelajari secara nyata, bukan hanya melalui lisan dan tulisan. Generasi
muda kelak diharapkan dapat mengambil pelajaran dari sejarah dan mempertahankan
tradisi-tradisi yang mencerminkan kearifan bangsa.
Upaya pelestarian harus dilakukan dari dua sisi, yakni perawatan situs secara
fisik dan perawatan situs secara non fisik. Perawatan situs secara fisik dimaksudkan
supaya fisik situs tidak rusak bahkan hilang, sedangkan perawatan secara non fisik
dimaksudkan untuk mengangkat popularitas sehingga banyak diminati masyarakat.
Salah satu upaya yang diharapkan dapat mengangkat minat masyarakat terhadap
pelestarian situs sejarah adalah dengan mempopulerkan tren selfie situs yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi situs-situs bersejarah di Mojokerto saat ini?
2. Apa sajakah pentingnya melestarikan situs bersejarah di Mojokerto?

3. Apa sajakah kendala dalam upaya melestarikan situs bersejarah?
4. Bagaimana upaya mempopulerkan tren selfie situs untuk meningkatkan minat
masyarakat terhadap pelestarian situs?

C.

Tujuan
1. Untuk memaparkan kondisi situs-situs bersejarah di Mojokerto saat ini.

2

2. Untuk menjelaskan apa sajakah pentingnya melestarikan situs-situs
bersejarah di Mojokerto.
3. Untuk memaparkan apa sajakah kendala dalam upaya melestarikan situs
bersejarah.
4. Untuk menjelaskan bagaimana upaya mempopulerkan tren selfie situs untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap pelestarian situs bersejarah.

BAB II
PEMBAHASAN


3

A.

Kondisi Situs-Situs Bersejarah di Mojokerto
Mojokerto merupakan nama salah satu daerah di Jawa Timur. Terletak di lereng

gunung Welirang, gunung Arjuna dan gunung Penanggungan di selatan serta
ditengahnya dialiri sungai Brantas. Berdasarkan topografi tersebut, tidak
mengherankan apabila Mojokerto mempunyai banyak situs bersejarah. Dimulai masa
prasejarah, masa kejayaan kerajaan Majapahit, masa islamisasi Jawa hingga masa
kolonialisme. Menurut Wulandari (2013:179), “ Mojokerto merupakan wilayah
Propinsi Jawa Timur yang mempunyai banyak peninggalan bersejarah.
Kedudukannya penting sehingga banyak arkeolog dari Belanda yang datang ke
daerah itu untuk melakukan penelitian tentang benda-benda arkeologi yang terdapat
disana.”.
1.

Situs Prasejarah Perning

Berdasarkan konsepsi lama, Soekmono membagi periodisasi prasejarah

Indonesia menjadi 2 zaman yakni, zaman batu meliputi paleolitikum, mesolitikum
dan neolitikum, serta zaman logam meliputi zaman tembaga, perunggu dan besi
(1990:22). Di Jawa tersebar beberapa situs prasejarah, salah satunya adalah situs
Perning yang terletak di desa Perning, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Situs
ini merupakan tempat ditemukannya fosil Homo modjokertensis (Pithecanthropus
modjokertensis). Fosil Homo modjokertensis yang ditemukan berupa atap tengkorak
anak-anak usia kisaran 5-7 tahun. Fosil tersebut ditemukan oleh R. Tjokrohandojo
yang bekerja sama dengan geolog asal Belanda, Johan Duyfjes.
Lokasi penemuan Homo modjokertensis ini ditetapkan oleh T. Jacob pada tahun
1976. Untuk menandai peristiwa penemuan fosil ini didirikan monumen berupa
sebuah tugu yang terbuat dari beton cor dilapisi marmer putih. Pada salah satu sisi
tugu tersebut terdapat empat baris tulisan “Pithecanthropus modjokertensis,
ditemukan oleh, R. Tjokrohandojo dan J. Duyfjes, Februari 1936.” (Widianto,
2011:69).

4

Situs Perning saat ini masih kurang dikenali oleh masyarakat luas. Jika

dibandingkan dengan situs Ngandong Pacitan dan situs Sangiran, situs Perning masih
kalah popularitasnya. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kunjungan ke situs
Perning, baik berasal dari akademisi maupun masyarakat sekitar. Hal ini semakin
diperparah dengan aktivitas penambangan galian yang ada di sekitar lokasi penemuan
fosil. Apabila kondisi ini dibiarkan, bukan mustahil kekayaan bukti parasejarah akan
musnah.
2.

Situs Peninggalan Kerajaan Majapahit
Masa Indonesia madya adalah masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha. Pada

masa ini Indonesia mulai masuk ke dalam masa sejarah ditandai dengan penemuan
prasasti Yupa. Salah satu Kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, bahkan
pengaruhnya hingga di seluruh Asia Tenggara, adalah Kerajaan Majapahit. Kerajaan
yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M ini berpusat di hutan Tarik
(sekarang sekitar Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto). Sebagai pusat
Kerajaan, Trowulan merupakan kotaraja yang mempunyai banyak peninggalan
bersejarah, baik berupa candi, petirtaan, maupun petilasan raja-raja Majapahit.
Berdasarkan letaknya, situs peninggalan kerajaan Majapahit setidaknya bisa
diklasifikasi menjadi dua yakni kompleks percandian di Kecamatan Trowulan, dan

kompleks percandian di sekitar lereng gunung Penanggungan, Kecamatan Pacet dan
Trawas. Dalam kompleks percandian bukan hanya terdapat peninggalan berupa candi
saja, melainkan kolam, petirtaan, pendopo dan juga petilasan. Kompleks percandian
di sekitar lereng gunung Penanggungan merupakan mahakarya dari abad ke 10 M,
yakni masa kerajaan Mataram Kuna yang diperintah dari Mpu Sindok hingga
Airlangga. Kerajaan Mataram Kuna yang semula berpusat di Jawa Tengah kemudian
terjadi eksodus besar-besaran kerabat raja dan penduduk ke Jawa Timur. Menurut
Soejono berdasarkan prasasti Pucangan, Raja Airlangga memindahkan pusat
kekuasaan ke daerah Ngimbang, sekarang di sebelah utara Jombang-Mojokerto
(2009:202).

5

Perbedaan antara kompleks percandian yang ada di Trowulan dan yang ada di
lereng gunung Penanggungan adalah bahan penyusun candi. Kompleks percandian
Trowulan karena rata-rata dibangun masa Majapahit maka bahan penyusun candi
adalah batu-bata merah. Sedangkan kompleks percandian yang ada di lereng gunung
Penanggungan adalah percandian langgam Jawa Tengah yang menggunakan batu
andesit, karena rata-rata dibangun masa Mataram Kuna.
Kompleks percandian di daerah Trowulan diantaranya adalah candi Gentong,

candi Brahu, petilasan Hayam Wuruk di Desa Panggih, petilasan Watu Ombo, kolam
Segaran, candi Tikus, candi Bajang Ratu, Pendopo Agung, candi Wringin Lawang,
candi Minak Jinggo, Makam Siti Inggil, candi Kedaton, serta situs umpak dan lantai
segi enam Sentonorejo. Segala informasi tentang Kerajaan Majapahit dipusatkan
dengan didirikannya museum Trowulan oleh Henry Maclaine Pont pada tahun 1987
atas persetujuan bupati Mojokerto saat itu, R.A.A. Kromodjojo Adinegoro.
Mayoritas candi-candi yang ada di Trowulan ramai dikunjungi masyarakat, baik
dari kalangan akademisi maupun umum. Keadaan lingkungan candi juga sudah
diperindah dengan dekorasi taman bunga yang rapi. Hanya saja salah satu candi yakni
candi Gentong terlihat sepi. Candi yang terletak hanya sekitar 75 meter dari candi
Brahu ini jarang sekali dikunjungi oleh masyarakat. Bentuk candi yang belum jelas
karena masih dalam proses perekonstruksian mengakibatkan sepinya pengunjung.
Lain halnya dengan petilasan Watu Ombo dan petilasan Hayam Wuruk yang
sangat jarang dikunjungi dan kalah populer dengan candi-candi lain di Trowulan.
Petilasan Watu Ombo merupakan petilasan Ratu Majapahit yang ke tiga yakni
Tribhuwana Wijayatunggadewi. Petilasan yang terletak di Desa Klinterjo, Kecamatan
Sooko ini berupa batu pipih dengan panjang 4 meter dan lebar 1,5 meter yang konon
merupakan tempat semedi dari sang ratu, selain itu juga terdapat sebuah yoni yang
berukuran cukup besar dimana ditengahnya terdapat sumber mata air (lihat gambar 1
dan 2). Petilasan Hayam Wuruk terletak di Desa Pangih, Kecamatan Trowulan

merupakan petilasan Raja Majapahit yang ke empat yakni Hayam Wuruk. Petilasan
ini berupa pendopo dan arca yang konon merupakan tempat belajar Hayam Wuruk

6

sewaktu kecil. Kedua petilasan ini terletak di tengah sawah masyarakat. Kurangnya
informasi serta letak petilasan yang terpencil mengakibatkan sepinya pengunjung.

Gambar 1 : petilasan Watu Ombo

Gambar 2 : lingga yoni

Sumber : www.swetadwipa.blogspot.co.id

Sumber : www.swetadwipa.blogspot.co.id/c2014/yoni-klinterjo.html

Dilihat dari nilai historis, gunung Penanggungan merupakan satu dari 9 gunung
suci di Jawa. Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur gunung Semeru
karena ada kemiripan di bagian puncaknya yakni berupa hamparan pasir dan batu
yang luas. Menurut kepercayaan Jawa kuna, gunung Penanggungan merupakan salah

satu bagian puncak Mahameru yang dipindahkan oleh dewata. Karena disakralkan,
gunung yang semula bernama gunung Pawitra ini disekujur lerengnya ditemui
berbagai peninggalan purbakala diantaranya petirtaan Jolotundo, candi Belahan,
candi Jedong, candi Bangkal, candi Gajah Mungkur, situs Kutogirang dan masih
banyak lagi.
Hampir kebanyakan situs-situs di lereng Penanggungan tidak dilalui jalur
pendakian, hal ini mengakibatkan sulit untuk menjangkau lokasi situs. Akan tetapi
apabila dibuat jalur pendakian maka dikhawatirkan terjadinya kegiatan vandalisme
atau perusakan situs oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan vandalisme
yang sering dilakukan adalah mencoret-coret batuan andesit situs. Kondisi semacam

7

ini seharusnya bukan diatasi dengan pembatasan akses ke situs, melainkan dengan
sosialisasi pentingnya melestarikan warisan cagar budaya.
3.

Situs Religi Bersejarah
Masyarakat Nusantara sebelum masuknya Hindu-Buddha bukan masyarakat


yang belum mengenal agama. Di Jawa sendiri sudah terdapat kepercayaan animisme
dan dinamisme yang endemik, yakni kepercayaan kejawen atau Sangkaparaningrum.
Masuknya pengaruh kepercayaan luar seperti Hindu, Buddha maupun Islam tidak
bisa menghapus kepercayaan dan tradisi lama, melainkan timbul akulturasi antara
kepercayaan luar yang masuk dan budaya lokal. Perkembangan agama di Mojokerto
sudah dimulai sejak kejayaan Hindu-Budha seperti Kerajaan Mataram Kuna,
Kerajaan Singhasari, terlebih pada masa Kerajaan Majapahit.
Empat abad setelah keruntuhan Majapahit pada abad ke XV, yakni sekitar abad
ke XIX candi-candi yang di duga merupakan tempat beribadatan ditemukan oleh para
arkeolog dari Belanda. Karena banyaknya tempat beribadatan kuno tersebut
dibangunlah Maha Vihara Mojopahit di Desa Bejijong, sekitar 2 kilometer dari lokasi
salah satu candi yakni Candi Brahu. Maha Vihara Majapahit memiliki luas
kesuluruhan 3 hektar, dan yang menarik adalah didepan vihara ini dibangun patung
budha tidur yang panjangnya 22,5 meter. Patung budha tidur ini diklaim patung
budha terbesar nomor tiga di dunia setelah patung budha di Thailand dan Vietnam
(lihat gambar 3). Vihara Mojopahit digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacaraupacara penting agama Budha seperti peringatan Asadha dan Waisak. Upacara yang
diselenggarakan di vihara ini kurang lebih diikuti oleh 5000 pengikut agama Budha di
seluruh Indonesia. Dapat dikatakan bahwa Maha Vihara Mojopahit merupakan salah
satu kiblat peribadatan umat Budha di Indonesia.

8

Gambar 3 : patung Budha tidur di Maha Vihara Majapahit
Sumber : www.chockysihombing.blogspot.com

Selain situs religi Budha, juga terdapat situs pemakaman muslim pada masa
Majapahit. Situs makam Troloyo yang terletak di Desa Sentonorejo, Kecamatan
Trowulan. Pemakaman Troloyo diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk (1334-1389 M). Hal ini dibuktikan dengan adanya nisan Syekh
Jamaluddin atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Syekh Jumadil Kubro
yang berangka 15 Muharram 797 H (1376 M). Dalam kompleks makam Troloyo juga
terdapat makam tokoh-tokoh penting pejabat Majapahit diantaranya Tumengung
Satim Singgo Moyo, Kenconowungu, Sunan Ngudung, dan beberapa patih serta
senopati.
Sangat disayangkan bahwa hampir semua nisan situs pemakaman kuno di Jawa
ditutup dengan kain mori putih. Hal ini menyebabkan pengunjung tidak bisa melihat
dan mempelajari nisannya, padahal ajaran-ajaran tokoh agama biasanya diabadikan
dalam nisannya. Selain itu, penutupan nisan dengan kain mori putih menimbulkan
kesan mistis sehingga disalah artikan oleh sebagian orang untuk hal-hal tertentu.
Kondisi seperti ini juga terjadi di situs makam Troloyo, bahkan banyak orang yang
mempercayai beberapa kuburan tokoh pejabat Majapahit untuk dimintai pesugihan,
pelet, dan aji-aji pemikat. Salah satu kuburan yang paling terkenal untuk urusan ajiaji pemikat adalah makam Tumenggung Satim Singgo Moyo. Masih melekatnya

9

tradisi animisme menyebabkan sulit untuk menetralkan kondisi mistis di makammakam kuno.
4.

Situs Peninggalan Kolonialisme Belanda
Sepanjang Jalan Majapahit, Jalan Ahmad Yani, Jalan Hayam Wuruk dan jalan-

jalan lain sekitar alun-alun Mojokerto, apabila kita memperhatikan dengan cermat
terdapat beberapa bangunan-bangunan kuno dengan arsitektur Eropa. Jalanan di
sekitar alun-alun pada masa pendudukan Belanda hingga sekarang merupakan pusat
perniagaan dan kantor-kantor pemerintahan. Terlepas dari terawat atau tidaknya
bagunan tua tersebut, setidaknya sudah bisa digambarkan bahwa pada masa
kolonialisme Belanda kemampuan arsitektur masyarakat sudah maju.
Bangunan tua yang terletak di Jalan Ahmad Yani adalah gedung Dinas
Pengairan Kota Mojokerto (lihat gambar 4) dan gedung bioskop Indra (lihat gambar
5). Bangunan tua Dinas Pengairan Kota Mojokerto merupakan peninggalan Belanda,
berdiri sejak tahun 1912. Saat ini gedung tua ini sudah tidak dipergunakan lagi,
namun kondisinya masih terawat dengan baik. Gedung bioskop Indra terletak di
sebelah selatan alun-alun Mojokerto. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1920.
Kondisi gedung saat ini dibiarkan kosong dan menjadi sarang burung wallet.

Gambar 4 : gedung Dinas Pengairan
Gambar 5 : gedung bioskop Indra masa kolonial
Kota Mojokerto
Sumber : http://birobangunan.blogspot.co.id/2013/05/bangunan-kuno-peninggalan-belandadi.html

10

B.

Pentingnya Pelestarian Situs Bersejarah
Sama halnya dengan kekayaan sumber daya alam, benda-benda purbakala

mempunyai nilai tersendiri sebagai kekayaan sumber budaya bangsa. Dilihat dari
sudut pandang ilmu pengetahuan dan budaya, benda-benda purbakala akan menjadi
sumber-sumber bagi masyarakat pewaris budaya untuk meneliti dan mengkaji
kehidupan masa lampau sehingga ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah akan
berkembang. Selain itu, situs-situs bersejarah juga mengandung pelajaran tentang
filosofi bangsa apabila kita mampu memaknainya.
Sikap xenosentrisme, yakni sikap yang menganggap kebudayaan asing lebih
baik dari kebudayaan sendiri. Masyarakat mengatas namakan modernitas,
menjadikan kebudayaan Barat, terutama Eropa sebagai kiblat kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan dan adat Indonesia yang khas budaya Timur seolah-olah tersisih. Budaya
baru seperti mode pakaian, cara dan sikap sosial dalam masyarakat, serta ideologiideologi baru perlahan menggerus rasa nasionalisme. Contoh kecil saja, banyak orang
merasa bangga bila mampu membeli produk luar negri dengan harga yang tinggi,
meskipun produk lokal juga tidak kalah kualitasnya. Banyak orang merasa bangga
dan berkeinginan untuk berwisata ke luar negeri padahal banyak lokasi-lokasi wisata
dalam negeri yang tidak kalah eksotis.
Kebudayaan asing dianggap lebih berkelas karena masyarakat kurang belajar
dari sejarah. Apabila menengok beberapa abad silam, Nusantara pernah memiliki
kerajaan adidaya yang bahkan kekuasaannya diakui di seluruh kawasan Asia
Tenggara. Kerajaan Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lau bagi
bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya. Pada masa kebangkitan nasional, para
penggerak nasionalisme Indonesia merujuk Majapahit sebagai contoh Negara yang
gemilang di masa lalu. Nama Pancasila sebagai landasan Negara Indonesia yang baru
akan merdeka diambil oleh Ir. Soekarno dari salah satu mahakarya sastra masa
Majapahit, yakni kitab Sutasoma karya Mpu Prapanca.
Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam
bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk pendopo di ibu kota Majapahit
dalam kitab Nagarakertagama telah menginspirasi berbagai bangunan keraton di Jawa

11

serta pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Mulyana, (1965,
38-39) mengungkapkan bahwa kebesaran Majapahit dan berbagai intrik politik yang
terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tiada henti bagi para seniman
selanjutnya untuk menuangkan kreasinya terutama di Indonesia.
Kejayaan Majapahit di masa lalu bukan hanya untuk dibangga-bangakan saja,
melainkan menjadi pelecut nasionalisme, menjadi penyemangat anak bangsa untuk
meraih prestasi, menjadi motivasi seluruh warga Negara untuk berpartisipasi aktif
dalam mengembalikan kejayaan Indonesia. Melalui pelestarian situs sejarah, rasa
nasionalisme bisa ditumbuhkan kembali serta menjadi tameng untuk ideologiideologi baru yang kurang sesuai dengan kearifan lokal. Oleh karena itu pengenalan
situs sejarah dirasa sangat vital dalam pembentukan karakter bangsa. Pelestarian situs
dimaksudkan agar masyarakat terutama generasi muda tidak hanya belajar sejarah
melalui dongeng saja, melainkan dengan data-data artefaktual yang nyata.
Selain aspek edukatif, pelestarian situs sejarah dapat dimaksimalkan sebagai
sarana pariwisata. Mojokerto merupakan daerah yang sangat kaya akan situs sejarah,
mulai dari kompleks percandian di Trowulan, kompleks percandian di lereng gunung
Penanggungan, situs religi bersejarah, hingga gedung-gedung tua peninggalan
Belanda di sekitar alun-alun kota. Pembenahan dan pengelolaan infrastruktur situs
akan menarik wisatawan baik lokal, nasional bahkan internasional. Meningkatnya
jumlah wisatawan sangat menguntungkan bagi industri lokal. Industri khas Mojokerto
seperti sandal dan sepatu kulit, kerajinan patung batu dan tembaga, serta jajanan khas
Mojokerto akan mendapat pasar baru untuk pemasaran produk.
C.

Kendala dalam Upaya Pelestarian Situs Bersejarah
Kendala utama dalam upaya pelestarian situs adalah kurangnya kesadaran

sejarah dari masyarakat, baik masyarakat sipil maupun pemerintah. Hal ini tercermin
dari sikap vandalisme atau perusakan situs. Kegiatan vandalisme ini sangat
bervariasi, misalnya saja contoh yang paling nyata adalah merusak situs dengan
mencorat-coret situs, menaiki situs yang kontruksinya sudah rapuh bahkan mencuri
ornamen situs.

12

Di pihak pemerintah, dibangunnya Pusat Informasi Majapahit (PIM) dan
Majapahit Park di Trowulan di tuding merusak situs. Tanggal 3 November 2008,
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meletakkan batu pertama
pembangunan Majapahit Park di tengah lapangan itu. Majapahit Park adalah proyek
ambisius pemerintah untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di
Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu, dengan tujuan menyelamatkan situs
dan benda- benda cagar budaya di dalamnya dari kerusakan dan menarik kedatangan
turis. Bangunan Trowulan Information Center (disebut juga Pusat Informasi
Majapahit), yang memakan lahan seluas 2.190 meter persegi dan dirancang oleh
arsitek Baskoro Tedjo itu adalah tahap pertama dari keseluruhan proyek senilai
Rp 25 miliar, yang direncanakan selesai dalam tiga tahun mendatang. Ironinya,
proyek pembangunan itu justru memakan korban situs itu sendiri, bahkan di tahap
yang paling awal. Tiang-tiang beton penyangga yang ditanam merusak situs-situs
yang masih terkubur didalam tanah.
Kurangnya kesadaran sejarah berakibat pada rasa tak acuh pada pelestarian situs
serta kurangnya rasa kepemilikan. Selain itu faktor dana juga menjadi kendala dalam
upaya pelestarian situs, terutama yang terletak di lokasi terpencil dan belum
mendapat SK dari pemerintah. Lokasi situs yang terpencil, kurangnya pengetahuan
masyarakat serta minimnya sokongan dana untuk pelestarian situs menjadi masalah
yang sangat krusial, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang reolusioner untuk
menarik kembali minat masyarakat.
D.

Upaya Mempopulerkan Tren Selfie Situs untuk Meningkatkan Minat
Masyarakat dalam Pelestarian Situs Sejarah
Semenjak perkembangan teknologi semakin pesat, masyarakat pun disuguhkan

dengan berbagai kemudahan dalam berkomunikasi. Komunikasi yang pada awalnya
berupa audio saja kemudian berkembang dengan visualisasi, bahkan kombinasi antara
audio-visual. Lebih jauh lagi awal abad ke 21 M mulai berkembang media sosial
seperti facebook, twitter, myspace hingga yang terbaru seperti BBM, instagram, path,
snapchat dan sebagainya.

13

Berbagai macam jenis media sosial menyediakan berbagai aplikasi seperti
unggah foto, video, unggah status serta berinteraksi melalui public coment maupun
privat chat. Dengan adanya aplikasi-aplikasi tersebut, lambat laun mempengaruhi
mode fashion serta kehidupan sehari-hari penggunanya. Sejalan dengan
perkembangan gadget dan media sosial, kemudian muncul fenomena baru dalam
masyarakat yakni selfie.
Selfie berasal dari bahasa Inggris Self yang artinya diri sendiri. Fenomena selfie
adalah fenomena populernya kegiatan memfoto diri sendiri dengan berbagai pose
untuk kemudian di unggah di media sosial. Pada perkembangannya kegiatan selfie ini
bukan lagi memfoto diri sendiri melainkan juga dengan orang lain. Singkatnya, selfie
merupakan bahasa kekinian dari berfoto-ria.
Aktivitas selfie ini telah menjadi suatu tren yang apabila dimanfaatkan dapat
menghasilkan keuntungan. Berawal dari setiap orang pasti ingin tampil menarik, baik
di dunia nyata maupun di dunia maya. Hal ini tentu membuka peluang pasar untuk
produk tertentu, misalnya pakaian, aksesoris, makanan bahkan untuk
mempromosikan suatu tempat wisata. Terbukti dengan merebaknya bisnis online
seperti yang memanfaatkan media sosial seperti facebook, BBM dan instagram.
Bukan hanya produk saja, tetapi tren selfie ini juga bisa mendongkrak sektor
pariwisata. Salah satu program televisi swasta yang mengusung tema pariwisita
dalam negeri adalah program yang mampu menjadi virus di masyarakat terutama di
dunia maya. Melalui jargon “My trip my adventure” banyak kalangan terutama anak
muda mulai menyukai kegiatan traveling ke tempat-tempat yang eksotis dalam
negeri. Mereka kemudian mengabadikan dalam sebuah foto yang di atur semenarik
mungkin dan mengunggahnya ke media sosial untuk mengundang perhatian publik.
Semakin banyak apresiasi melalui like atau love maka semakin tinggi kepuasan yang
didapat oleh si pengunggah.
Konsep seperti program televisi tersebut dapat dijadikan inspirasi dalam upaya
menarik minat masyarakat terutama generasi muda untuk melestarikan situs-situs
bersejarah. Apalagi kawasan situs merupakan tempat yang indah untuk dijadikan latar
selfie (lihat gambar 6, 7, 8, dan 9). Tren selfie situs dijadikan magnet untuk menarik

14

masyarakat agar mengunjungi situs-situs sejarah. Apabila banyak yang mengunjungi
situs maka dana yang masuk ke pengelola situs juga dapat digunakan untuk biaya
perawatan situs. Selain itu, tren selfie situs dapat dijadikan sarana pengenalan dan
menumbuhkan sikap kepemilikan terhadap situs sejarah. Media sosial kemudian
menjadi sarana publikasi selfie situs sehingga kegiatan selfie situs dengan jargon “My
culture my adventure” dapat dipublikasikan secara luas.

Gambar 6: situs candi Jedong
Sumber : akun instagram @asli_mojokerto

Gambar 7: situs candi Brahu

Gambar 8: situs candi Wringin Lawang
Sumber: akun instagram @mojokertohitz

Gambar 9: situs candi Tikus

Pemerintah dapat mendukung kegiatan mempopulerkan tren selfie situs dengan
mengadakan kegiatan lomba selfie situs dengan mekanisme tertentu. Pemerintah
melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dapat pula mendukung kegiatan

15

pelestarian situs dengan mengadakan pemilihan duta selfie situs atau duta fotografi
situs, misalnya dengan mekanisme seperti program Raka-Raki Jawa Timur. Dalam
acara ini Dinas Pariwisata dan Kebudayan bisa menggandeng pihak swasta, yakni
produsen produk-produk yang digandrungi masyarakat terutama generasi muda serta
komunitas-komunitas pecinta fotografi dan situs-situs sejarah, sehingga pengaruh tren
selfie situs bisa tersebar luas.
Tren selfie situs bukan hanya sekadar ajang fotografi saja, melainkan juga
sarana edukatif untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan etnosentrisme.
Meningkatnya rasa kecintaan terhadap budaya lokal diharapkan dapat meningkatkan
upaya peningkatan pelestarian situs bersejarah. Apabila rasa kecintaan terhadap
sejarah meningkat, maka tindakan vandalisme dapat diminimalisir. Kecintaan
terhadap sejarah merupakan titik balik revolusi mental untuk mengembalikan
kejayaan bangsa di masa lalu.

16

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan
1. Kondisi situs bersejarah di Mojokerto pada umumnya masih belum
berfungsi maksimal sebagai mana mestinya.
2. Alasan pentingnya situs bersejarah untuk dilestarikan adalah karena sebagai
sarana edukasi, pariwisata dan ekonomi masyarakat.
3. Kendala dalam upaya pelestarian situs sejarah meliputi kurangnya kesadaran
sejarah, menurunnya popularitas situs sejarah serta minimnya dana.
4. Dipopulerkannya tren selfie situs melalui event lomba selfie situs, pemilihan
duta selfie situs dan duta fotografi situs diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs sejarah.

B.

Saran
Populernya tren selfie situs diharapkan dapat meningkatkan kecintaan

masyarakat terhadap pelestarian situs bersejarah terutama di Mojokerto. Kegiatan
selfie situs bukan hanya sekadar kegiatan berfoto ria, melainkan sebagai sarana
meningkatkan rasa nasionalisme dan revolusi mental untuk membangun masyarakat
yang melek sejarah.

17

DAFTAR RUJUKAN
1. Mulyana, Slamet. 1965. Menuju Puncak Kebesaran Majapahit. Jakarta: Balai
Pustaka.
2. Soejono, R.P. 2010. Sejarah Nasional Indonesia edisi pemutakhiran (volume 2).
Jakarta: Balai Pustaka.
3. Soekmono, R. 1990. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia (volume 1).
Yogyakarta: Kanisius.
4. Widianto, Harry. 2011. Nafas Sangiran, Nafas Situs Hominid. Sragen: Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.
5. Wulandari, Ayu. 2013. Upaya Pelestarian dan Pemanfaatan Petirtaan Jalatunda :
AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya 1 (2).
(Online), (http://ejournal.unesa.ac.id/article/9380/38/article.pdf), diakses 27
Maret 2016.

18