ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR
“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN 2015”
TRI ENDAR SUSIANTO.SEI.,M.Ak
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASIM
SUKABUMI
[email protected]
Abstrak
Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Hasil analisa rasio lancar (likuiditas), diperoleh nilai 2,967. Artinya
setiap Rp. 1 kewajiban jangka pendek dijamin pembayarannya
dengan Rp. 2,967 aset lancar. Ini berarti keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 dikatakan aman atau
likuid.
2. Hasil analisa rasio solvabilitas, diperoleh nilai 32,893. Ini berarti
untuk setiap Rp. 1 utang, dijamin dengan Rp. 32,893. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan kementerian koordinator
bidang perekonomian tahun 2015 sangat solvable.
3. Hasil analisa rasio efektivitas pendapatan tidak dapat dihitung atau
ditentukan. Karena kementerian koordinator bidang perekonomian
tahun 2015 tidak menetapkan estimasi pendapatan.
4. Hasil analisa rasio efesiensi belanja, diperoleh nilai 0,7063 atau
70,63%. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327
tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan, nilai
70,63% termasuk ke dalam kriteria efisien. Ini berarti bahwa belanja
kegiatan kementerian koordinator bidang perekonomian tahun 2015
dikatakan efisien.
5. Hasil analisa pertumbuhan pendapatan, diperoleh nilai -0,221. Ini
berarti bahwa kinerja kementerian koordinator bidang perekonomian
tahun 2015 mengalami pertumbuhan pendapatan negatif. Hal ini
menunjukan adanya penurunan pendapatan dari tahun sebelumnya.
6. Hasil analisa pertumbuhan belanja, nilai yang diperoleh adalah 0,137.
Ini berarti kinerja kementerian koordinator bidang ekonomi tahun
2015 mengalami pertumbuhan belanja. Kondisi ini biasanya dikaitkan
dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang,
dan penyesuaian sektor makro ekonomi.
Secara umum, kinerja keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015 dapat
dikatakan baik, yang perlu diperhatikan adalah pendapatan yang mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Hal tersebut harus diperhatikan agar pemerintah khususnya Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan pada tahun berikutnya.
Kata kunci :
Abstract
Keyword :
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini, dunia teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet berkembang
sangat pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya gadget yang kita pakai sehari-hari dapat mengakses
internet di manapun dan kapanpun. Dengan adanya internet, para penggunanya dapat dengan
mudah mendapatkan informasi yang bermanfaat, cepat, dan juga akurat.
Internet pula menjadi alat komunikasi yang penting, tidak terkecuali bagi perusahaan.
Sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan internet sebagai media pelaporan keuangan.
Penggunaan internet sebagai media pelaporan keuangan ini disebut dengan Internet Financial
Reporting (IFR). IFR merupakan revolusi dari sistem informasi akuntansi karena internet
memungkinkan pengungkapan informasi dengan biaya lebih murah dan dapat diakses oleh
semua stakeholders tanpa kecuali.
Selain perusahaan, penggunaan internet sebagai media pelaporan keuangan telah
dimanfaatkan oleh instansi pemerintah. Hal tersebut dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara agar terwujudnya tata
kelola yang baik (good governance).
Semakin mudahnya masyarakat mendapatkan informasi keuangan pemerintah dan semakin
kritisnya masyarakat dalam menilai kinerja pemerintah, membuat setiap organisasi pemerintah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar lebih berorientasi pada terciptanya good
public dan good governance1.
Menurut Jumingan (2006:239) pengukuran kinerja keuangan memiliki dua tujuan yaitu
pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan
dan untuk mengetahui kemampuan dalam mendayagunakan semua aset. Pengukuran kinerja
keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah dalam melakukan pengelolaan
keuangannya.
Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi
meliputi kemampuan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara efisien, efektif, dan
ekonomis. Efisien berarti penggunaan dana masyarakat tersebut harus menghasilkan output yang
maksimal, efektif berarti penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan
1 Adelstin Tamasoleng, Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Jurnal Riset dan Manajemen Vol.3, No.1, 2015: 97110, hlm. 97.
kepentingan publik, dan ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada tingkat harga yang paling murah2.
Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah, kementerian, atau lembaga maka perlu
dilakukan suatu analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah dalam pengelolaannya. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis
Rasio Keuangan. Ada beberapa cara untuk menghitung kinerja keuangan pemerintah diantaranya
adalah menghitung Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Efektivitas, Rasio Efesiensi,
Pertumbuhan Pendapatan, dan Pertumbuhan Belanja.
Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk menganalisa laporan keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian dengan mengambil judul
B. TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Laporan Keuangan Pemerintah
1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan menurut Munawir (2007:2) adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat bantu berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Menurut Kasmir (2008:7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Dalam konteks pemerintahan, yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode3. Sedangkan
laporan keuangan pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Entitas pelaporan yang dimaksud adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan
laporan atas pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri
dari4:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
2 Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 182
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 1.
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
1.2 Peranan Pelaporan Keuangan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan transaksi selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatan terhadap perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan wajib melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang telah dicapai pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
b. Manajemen
Membantu mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode
pelaporan.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat.
d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan
untuk membiayai pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan
datang akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
e. Evaluasi kerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
1.3 Tujuan Pelaporan Keuangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akutabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
1.4 Komponen-Konponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan
finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
Neraca;
Laporan Operasional;
Laporan Arus Kas;
Laporan Perubahan Equitas;
Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
pembendaharaan umum;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum
Negara
dan
entitas
pelaporan
yang
menyusun
laporan
keuangan
konsolidasiannya.
Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah.
2.
KINERJA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, menyebutkan bahwa kinerja adalah keluaran atau
hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.
Jumingan (2006:239) mejelaskan bahwa kinerja keuangan adalah gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan mengandung
beberapa tujuan, yaitu5:
a. Mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama kondisi likuidasi,
kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun
sebelumnya.
b. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki
dalam menghasilkan profit secara efisien.
Berdasarkan tujuan yang dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja
keuangan sangat penting dalam menilai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dan
pendayagunaan aset yang dimiliki. Pengukuran kinerja keuangan juga mampu mengetahui
kekuatan dan kelemahan kinerja suatu instansi, serta mengevaluasi kinerja keuangan dan
menetapkan tujuan untuk kinerja masa mendatang6.
3. ANALISA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
3.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan Dalam melakukan analisis, setiap pengguna
laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang
5 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 239.
6 Bahrun Assidiqi, Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012, Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta, hlm.9.
tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar
dapat memperoleh informasi yang diinginkan untuk mendukung keputusan-keputusan yang
diambilnya.
3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan peraturan
b.
c.
d.
e.
perundang-undangan;
Mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah;
Mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi;
Mengetahui kondisi keuangan;
Mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya.
3.3 Rasio-Rasio dalam Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data laporan
keuangan. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal.
Ediningsih (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen
laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu.
Ada beberapa jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
bersumber dari Laporan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015
antara lain:
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi atau membayar
kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Likuiditas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih7.
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya atau untuk melihat kemampuan pemerintah untuk mendanai
kebutuhan. Walau pemerintah sudah menyusun anggaran kas, tetapi analisis likuiditas
7 S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 31
akan lebih bermanfaat bagi manajemen dibandingkan jika hanya mendasarkan pada
anggaran kas (Mahmudi, 2006).
Analisis likuiditas dapat dilihat dari rasio lancar. Rasio lancar merupakan ukuran
standar untuk menilai kesehatan keuangan organisasi. Rasio lancar menggambarkan
apakah pemerintah memiliki aset yang mencukupi untuk melunasi utangnya.
b. Rasio Solvabilitas
Kasmir (2008) mendefinisikan bahwa rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Rasio solvabilitas digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah dalam memenuhi
seluruh kewajiban yang dimiliki pemerintah, baik kewajiban jangka panjang ataupun
jangka pendek.
c. Rasio Efektivitas Pendapatan Negara
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah dalam merealisasikan
pendapatan negara selain pendapatan hibah dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil.
Rasio efektivitas berkaitan dengan keberhasilan suatu kegiatan operasi atau
program pemerintah. Suatu kegiatan dinilai efektif apabila kegiatan atau program
tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap pelayanan kepada masyarakat yang
merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektivitas memberi
gambaran tentang kontribusi pendapatan negara (pendapatan pajak dan pendapatan
negara bukan pajak) selain hibah terhadap jumlah total pendapatan pemerintah pusat
(Mahmudi, 2006).
d. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran
yang dilakukan oleh pemerintah. Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi belanja
bersifat absolut, artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio efisiensi
belanja (Mahmudi, 2006).
Tingkat efisiensi kegiatan pemerintah dapat mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah dengan menunjukkan apakah pemerintah telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan efektif dan efisien. Jika tingkat efisiensi rendah, berarti belanja
negara semakin kecil sehingga kinerja pemerintah semakin membaik.
e. Pertumbuhan Pendapatan
Analisis pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja
anggarannya mengalami per-tumbuhan pendapatan secara positif atau negatif
(Mahmudi, 2006).
Jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara negatif
maka menunjukkan adanya penurunan kinerja pendapatan. Sebaliknya, jika kinerja
anggarannya mengalami pertumbuhan secara positif maka menunjukkan adanya
peningkatan kinerja pendapatan.
f. Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan
belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya pertumbuhan belanja memiliki
kecenderungan untuk naik. Kenaikan belanja tersebut biasanya dikaitkan dengan
penyesuaian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang, dan penyesuaian faktor makro
ekonomi (Mahmudi, 2006).
C. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Deskriptif.
Metode analisis Deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data data
yang tersedia dan di olah sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan
hubungan antara fenomena yang diteliti.
D. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
1. Analisa Rasio Likuiditas
Rasio lancar (likuiditas) merupakan ukuran standar untuk menilai kesehatan keuangan
organisasi. Nilai standar rasio lancar dianggap aman adalah 2:1 dan nilai minimalnya adalah 1:1.
Jika nilai rasio lancar kurang dari 1:1 maka keuangan organisasi tidak lancar (Mahmudi, 2006).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar menurut Mahsun (2009) dalam
Mirza (2012) adalah:
Rasio lancar =
aset lancar
utang lancar
Berdasarkan data yang didapatkan di dalam laporan keuangan kementerian koordinator
bidang perkonomian maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Rasio lancar =
aset lancar
2.623.352.952
=
= 2,967
utang lancar 884.258.285
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai 2,967. Artinya setiap Rp. 1 kewajiban jangka
pendek dijamin pembayarannya dengan Rp. 2,967 aset lancar. Ini berarti keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 dikatakan aman atau likuid karena berada diatas
nilai standar rasio lancar.
2. Analisa Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan perbandingan antara jumlah aset terhadap jumlah kewajiban.
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan pemerintah untuk membayar seluruh kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang. Mahmudi (2006) menyatakan bahwa nilai nominal rasio
solvabilitas dianggap aman adalah 1:1.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio solvabilitas adalah:
Rasio solvabilitas =
total aset
total utang
Data yang diperoleh dari laporan keuangan kementerian koordinator bidang perekonomian
untuk menghitung rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
Rasio solvabilitas =
total aset
29.085.693.234
=
= 32,893
total utang 884.258.285
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai 32,893. Ini berarti untuk setiap Rp. 1 utang,
dijamin dengan Rp. 32,893. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 sangat solvable.
3. Analisa Rasio Efektivitas Pendapatan Negara
Rasio efektivitas pendapatan dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan
pendapatan pajak dan penerimaan negara bukan pajak dengan anggaran yang ditetapkan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung efektivitas pendapatan negara yaitu:
Efektivitas pendapatan =
Realisasi pendapatan pajak + PNBP
Anggaran pendapatan
Kriteria tingkat efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327
tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan
Kriteria Efektivitas
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Persentase Efektivitas (%)
>100
>90 – 100
>80 – 90
>60 – 80
100
>90 – 100
>80 – 90
>60 – 80
KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN 2015”
TRI ENDAR SUSIANTO.SEI.,M.Ak
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASIM
SUKABUMI
[email protected]
Abstrak
Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Hasil analisa rasio lancar (likuiditas), diperoleh nilai 2,967. Artinya
setiap Rp. 1 kewajiban jangka pendek dijamin pembayarannya
dengan Rp. 2,967 aset lancar. Ini berarti keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 dikatakan aman atau
likuid.
2. Hasil analisa rasio solvabilitas, diperoleh nilai 32,893. Ini berarti
untuk setiap Rp. 1 utang, dijamin dengan Rp. 32,893. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan kementerian koordinator
bidang perekonomian tahun 2015 sangat solvable.
3. Hasil analisa rasio efektivitas pendapatan tidak dapat dihitung atau
ditentukan. Karena kementerian koordinator bidang perekonomian
tahun 2015 tidak menetapkan estimasi pendapatan.
4. Hasil analisa rasio efesiensi belanja, diperoleh nilai 0,7063 atau
70,63%. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327
tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan, nilai
70,63% termasuk ke dalam kriteria efisien. Ini berarti bahwa belanja
kegiatan kementerian koordinator bidang perekonomian tahun 2015
dikatakan efisien.
5. Hasil analisa pertumbuhan pendapatan, diperoleh nilai -0,221. Ini
berarti bahwa kinerja kementerian koordinator bidang perekonomian
tahun 2015 mengalami pertumbuhan pendapatan negatif. Hal ini
menunjukan adanya penurunan pendapatan dari tahun sebelumnya.
6. Hasil analisa pertumbuhan belanja, nilai yang diperoleh adalah 0,137.
Ini berarti kinerja kementerian koordinator bidang ekonomi tahun
2015 mengalami pertumbuhan belanja. Kondisi ini biasanya dikaitkan
dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang,
dan penyesuaian sektor makro ekonomi.
Secara umum, kinerja keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015 dapat
dikatakan baik, yang perlu diperhatikan adalah pendapatan yang mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Hal tersebut harus diperhatikan agar pemerintah khususnya Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan pada tahun berikutnya.
Kata kunci :
Abstract
Keyword :
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini, dunia teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet berkembang
sangat pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya gadget yang kita pakai sehari-hari dapat mengakses
internet di manapun dan kapanpun. Dengan adanya internet, para penggunanya dapat dengan
mudah mendapatkan informasi yang bermanfaat, cepat, dan juga akurat.
Internet pula menjadi alat komunikasi yang penting, tidak terkecuali bagi perusahaan.
Sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan internet sebagai media pelaporan keuangan.
Penggunaan internet sebagai media pelaporan keuangan ini disebut dengan Internet Financial
Reporting (IFR). IFR merupakan revolusi dari sistem informasi akuntansi karena internet
memungkinkan pengungkapan informasi dengan biaya lebih murah dan dapat diakses oleh
semua stakeholders tanpa kecuali.
Selain perusahaan, penggunaan internet sebagai media pelaporan keuangan telah
dimanfaatkan oleh instansi pemerintah. Hal tersebut dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara agar terwujudnya tata
kelola yang baik (good governance).
Semakin mudahnya masyarakat mendapatkan informasi keuangan pemerintah dan semakin
kritisnya masyarakat dalam menilai kinerja pemerintah, membuat setiap organisasi pemerintah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar lebih berorientasi pada terciptanya good
public dan good governance1.
Menurut Jumingan (2006:239) pengukuran kinerja keuangan memiliki dua tujuan yaitu
pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan
dan untuk mengetahui kemampuan dalam mendayagunakan semua aset. Pengukuran kinerja
keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah dalam melakukan pengelolaan
keuangannya.
Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi
meliputi kemampuan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara efisien, efektif, dan
ekonomis. Efisien berarti penggunaan dana masyarakat tersebut harus menghasilkan output yang
maksimal, efektif berarti penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan
1 Adelstin Tamasoleng, Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Jurnal Riset dan Manajemen Vol.3, No.1, 2015: 97110, hlm. 97.
kepentingan publik, dan ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada tingkat harga yang paling murah2.
Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah, kementerian, atau lembaga maka perlu
dilakukan suatu analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah dalam pengelolaannya. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis
Rasio Keuangan. Ada beberapa cara untuk menghitung kinerja keuangan pemerintah diantaranya
adalah menghitung Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Efektivitas, Rasio Efesiensi,
Pertumbuhan Pendapatan, dan Pertumbuhan Belanja.
Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk menganalisa laporan keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian dengan mengambil judul
B. TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Laporan Keuangan Pemerintah
1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan menurut Munawir (2007:2) adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat bantu berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Menurut Kasmir (2008:7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Dalam konteks pemerintahan, yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode3. Sedangkan
laporan keuangan pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Entitas pelaporan yang dimaksud adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan
laporan atas pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri
dari4:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
2 Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 182
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 1.
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
1.2 Peranan Pelaporan Keuangan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan transaksi selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatan terhadap perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan wajib melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang telah dicapai pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
b. Manajemen
Membantu mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode
pelaporan.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat.
d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan
untuk membiayai pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan
datang akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
e. Evaluasi kerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
1.3 Tujuan Pelaporan Keuangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akutabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
1.4 Komponen-Konponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan
finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
Neraca;
Laporan Operasional;
Laporan Arus Kas;
Laporan Perubahan Equitas;
Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
pembendaharaan umum;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum
Negara
dan
entitas
pelaporan
yang
menyusun
laporan
keuangan
konsolidasiannya.
Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah.
2.
KINERJA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, menyebutkan bahwa kinerja adalah keluaran atau
hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.
Jumingan (2006:239) mejelaskan bahwa kinerja keuangan adalah gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan mengandung
beberapa tujuan, yaitu5:
a. Mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama kondisi likuidasi,
kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun
sebelumnya.
b. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki
dalam menghasilkan profit secara efisien.
Berdasarkan tujuan yang dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja
keuangan sangat penting dalam menilai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dan
pendayagunaan aset yang dimiliki. Pengukuran kinerja keuangan juga mampu mengetahui
kekuatan dan kelemahan kinerja suatu instansi, serta mengevaluasi kinerja keuangan dan
menetapkan tujuan untuk kinerja masa mendatang6.
3. ANALISA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
3.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan Dalam melakukan analisis, setiap pengguna
laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang
5 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 239.
6 Bahrun Assidiqi, Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012, Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta, hlm.9.
tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar
dapat memperoleh informasi yang diinginkan untuk mendukung keputusan-keputusan yang
diambilnya.
3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan peraturan
b.
c.
d.
e.
perundang-undangan;
Mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah;
Mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi;
Mengetahui kondisi keuangan;
Mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya.
3.3 Rasio-Rasio dalam Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data laporan
keuangan. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal.
Ediningsih (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen
laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu.
Ada beberapa jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
bersumber dari Laporan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015
antara lain:
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi atau membayar
kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Likuiditas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih7.
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya atau untuk melihat kemampuan pemerintah untuk mendanai
kebutuhan. Walau pemerintah sudah menyusun anggaran kas, tetapi analisis likuiditas
7 S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 31
akan lebih bermanfaat bagi manajemen dibandingkan jika hanya mendasarkan pada
anggaran kas (Mahmudi, 2006).
Analisis likuiditas dapat dilihat dari rasio lancar. Rasio lancar merupakan ukuran
standar untuk menilai kesehatan keuangan organisasi. Rasio lancar menggambarkan
apakah pemerintah memiliki aset yang mencukupi untuk melunasi utangnya.
b. Rasio Solvabilitas
Kasmir (2008) mendefinisikan bahwa rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Rasio solvabilitas digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah dalam memenuhi
seluruh kewajiban yang dimiliki pemerintah, baik kewajiban jangka panjang ataupun
jangka pendek.
c. Rasio Efektivitas Pendapatan Negara
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah dalam merealisasikan
pendapatan negara selain pendapatan hibah dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil.
Rasio efektivitas berkaitan dengan keberhasilan suatu kegiatan operasi atau
program pemerintah. Suatu kegiatan dinilai efektif apabila kegiatan atau program
tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap pelayanan kepada masyarakat yang
merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektivitas memberi
gambaran tentang kontribusi pendapatan negara (pendapatan pajak dan pendapatan
negara bukan pajak) selain hibah terhadap jumlah total pendapatan pemerintah pusat
(Mahmudi, 2006).
d. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran
yang dilakukan oleh pemerintah. Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi belanja
bersifat absolut, artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio efisiensi
belanja (Mahmudi, 2006).
Tingkat efisiensi kegiatan pemerintah dapat mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah dengan menunjukkan apakah pemerintah telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan efektif dan efisien. Jika tingkat efisiensi rendah, berarti belanja
negara semakin kecil sehingga kinerja pemerintah semakin membaik.
e. Pertumbuhan Pendapatan
Analisis pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja
anggarannya mengalami per-tumbuhan pendapatan secara positif atau negatif
(Mahmudi, 2006).
Jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara negatif
maka menunjukkan adanya penurunan kinerja pendapatan. Sebaliknya, jika kinerja
anggarannya mengalami pertumbuhan secara positif maka menunjukkan adanya
peningkatan kinerja pendapatan.
f. Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan
belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya pertumbuhan belanja memiliki
kecenderungan untuk naik. Kenaikan belanja tersebut biasanya dikaitkan dengan
penyesuaian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang, dan penyesuaian faktor makro
ekonomi (Mahmudi, 2006).
C. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Deskriptif.
Metode analisis Deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data data
yang tersedia dan di olah sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan
hubungan antara fenomena yang diteliti.
D. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
1. Analisa Rasio Likuiditas
Rasio lancar (likuiditas) merupakan ukuran standar untuk menilai kesehatan keuangan
organisasi. Nilai standar rasio lancar dianggap aman adalah 2:1 dan nilai minimalnya adalah 1:1.
Jika nilai rasio lancar kurang dari 1:1 maka keuangan organisasi tidak lancar (Mahmudi, 2006).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar menurut Mahsun (2009) dalam
Mirza (2012) adalah:
Rasio lancar =
aset lancar
utang lancar
Berdasarkan data yang didapatkan di dalam laporan keuangan kementerian koordinator
bidang perkonomian maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Rasio lancar =
aset lancar
2.623.352.952
=
= 2,967
utang lancar 884.258.285
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai 2,967. Artinya setiap Rp. 1 kewajiban jangka
pendek dijamin pembayarannya dengan Rp. 2,967 aset lancar. Ini berarti keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 dikatakan aman atau likuid karena berada diatas
nilai standar rasio lancar.
2. Analisa Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan perbandingan antara jumlah aset terhadap jumlah kewajiban.
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan pemerintah untuk membayar seluruh kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang. Mahmudi (2006) menyatakan bahwa nilai nominal rasio
solvabilitas dianggap aman adalah 1:1.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio solvabilitas adalah:
Rasio solvabilitas =
total aset
total utang
Data yang diperoleh dari laporan keuangan kementerian koordinator bidang perekonomian
untuk menghitung rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
Rasio solvabilitas =
total aset
29.085.693.234
=
= 32,893
total utang 884.258.285
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai 32,893. Ini berarti untuk setiap Rp. 1 utang,
dijamin dengan Rp. 32,893. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan kementerian
koordinator bidang perekonomian tahun 2015 sangat solvable.
3. Analisa Rasio Efektivitas Pendapatan Negara
Rasio efektivitas pendapatan dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan
pendapatan pajak dan penerimaan negara bukan pajak dengan anggaran yang ditetapkan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung efektivitas pendapatan negara yaitu:
Efektivitas pendapatan =
Realisasi pendapatan pajak + PNBP
Anggaran pendapatan
Kriteria tingkat efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327
tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan
Kriteria Efektivitas
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Persentase Efektivitas (%)
>100
>90 – 100
>80 – 90
>60 – 80
100
>90 – 100
>80 – 90
>60 – 80