Di Bumi ada Gravitasi Sehingga Kita Mena

Di Bumi ada Gravitasi Sehingga Kita
Menapak di Tanah, Apakah di Luar Angkasa
Juga Ada Gravitasi?
theofilushobba22 / Juni 20, 2014
Bumi memiliki gaya gravitasi — suatu gaya tak terlihat yang seakan-akan menarik segala
sesuatu menuju pusat Bumi. Gaya ini sangat berarti bagi kelangsungan hidup di Bumi.
Bayangkan Bumi tanpa gravitasi… Semua benda melayang tak tentu arah. Pikirkan betapa
susahynya hidup di dunia tanpa gravitasi.
Tapi mungkin ada terbesit pertanyaan, mengapa astronot bisa melayang di luar angkasa? Apakah
gravitasi Bumi tidak cukup kuat untuk membuat astronot-astronot tersebut “jatuh” menapak
kembali ke bawah? Orang biasa kalau tanpa pikir panjang akan langsung bilang,”Mereka
melayang karena tidak ada gravitasi.” Tapi itu sebetulnya salah.
Sebetulnya, fenomena melayang tersebut terjadi karena perpaduan berbagai macam gaya tarik
menarik yang terjadi sehingga resultan gayanya nol (ingat Fisika tentang gaya di SMP). Resultan
gaya nol inilah yang memberikan efek seakan-akan tidak ada gaya gravitasi sehingga astronot
melayang di luar angkasa. Secara simpel, gabungan antara gaya gravitasi (gaya tarik ke bawah)
dan gaya sentrifugal (gaya ke luar) adalah nol sehingga seakan-akan tidak ada gaya yang bekerja
terhadap tubuh para astronot itu. Keren kan?
Berarti di luar angkasa gaya gravitasi Bumi tetap bekerja? Jawabannya ya! Kita lihat yang simpel
aja, ISS (International Space Station) bisa mengorbit Bumi, Bulan bisa mengorbit Bumi karena
efek dari gaya gravitasi Bumi. Coba kalau gaya itu tidak bekerja, mungkin ISS dan Bulan akan

pergi “berkelana” ke luar angkasa tanpa arah dan tujuan.
Bahkan hebatnya, kerjasama antara gaya gravitasi Bumi dan Bulan menciptakan sebuah
fenomena yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu adalah “terkuncinya” posisi
Bulan sehingga sisi yang sama yang terus terlihat dari Bumi dan sisi yang lainnya tidak pernah
terlihat dari Bumi. Fenomena ini terjadi karena lamanya rotasi dan revolusi Bulan sama, yaitu
sekitar 29 hari.
Gaya gravitasi juga ada di tata surya yang sangat luas ini. Gaya ini digunakan oleh Matahari
untuk tetap menjaga semua anggota tata surya tetap pada orbitnya. Padahal tata surya luasnya
LUAS banget. Bayangkan betapa hebatnya gaya gravitasi itu!
Jadi bagaimana? Kita hidup dikelilingi gaya gravitasi, just accept it… Karena di mana-mana, ada
gaya gravitasi, dari yang paling kecil sampai yang paling besar… ^^
sumber gambar: gambar google

TEMPO.CO, Hollywood - Sejumlah astronot mengaku banyak hal di film Gravity
yang tidak sesuai kenyataan. Semenjak dirilis, film Gravity langsung menuai banyak
pujian dari kritikus Hollywood yang menilai film itu terasa nyata. Namun, para
astronot NASA rupanya tak memiliki pendapat yang sama.
Beberapa astronot mengkritik beberapa adegan di film Gravity yang menurut
mereka mustahil terjadi di dunia nyata. Bahkan ada beberapa adegan yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi di luar angkasa.

Berikut lima fakta tersebut:
1. Serangan Puing-puing Satelit Tidak Mungkin Menabrak Stasiun Luar
Angkasa
Di Gravity, dikisahkan Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dan Matt Kowalsky (George
Clooney) tengah menjalani misinya saat ditabrak puing-puing satelit Rusia yang
meledak. Namun faktanya, menurut astronot NASA Michael A. Interbartolo III, hal itu
tak mungkin terjadi. Astronot yang memiliki pengalaman menjalani misi luar
angkasa selama 11 tahun ini menjelaskan secara ilmiah bahwa pesawat luar
angkasa tak mungkin ditabrak puing-puing lalu meluncur ke arah yang sama.
"Saat aku melihatnya, pesawat itu ada pada level sayap (Z), sayap kanan ke dalam
vektor kecepatan orbital (arah perjalanan X). Nose di Y," katanya. "Lagipula kenapa
jet kontrol reaksi Forward and Aft tidak menembak untuk meredam jalannya puingpuing? Padahal kalau kulihat pesawat mereka masih utuh saat hal itu terjadi."
2. Bertemu Lagi Setelah Terpisah Tak Semudah di Film
Dalam film tersebut Matt diceritakan berhasil menemukan Ryan hingga kemudian
mereka mencari cara untuk menyelamatkan diri bersama. Namun, faktanya, hal itu
tak mungkin terjadi di luar angkasa. Jika sudah terpisah, sangat kecil
kemungkinannya dua astronot bertemu kembali, apalagi dalam waktu yang singkat.
"Sandra bisa bertemu kembali dengan Geroge setelah melayang-layang di luar
angkasa tanpa kendaraan apapun. Itu tak mungkin terjadi," ungkapnya. "Kecuali
kalau orbit mereka secara ajaib bertemu di waktu yang sama dan mereka kebetulan

di dekat stasiun luar angkasa."
3. Peralatan Matt Kowalsky Sudah Kuno
Matt Kowalsky diceritakan bisa terbang ke mana pun dengan jet yang
membantunya bergerak dengan leluasa. Ahli NASA, Tony Rice, mengungkapkan jet
bernama MMU itu memang ada, tapi sudah tak digunakan sejak 1984.
"Kau bisa melihat MMU saat ini digantung di Air and Space Museum dan Kennedy
Space Center Visitor Complex," ujar Tony. "MMU hanya bisa membuat astronot
sedikit bergerak di sekitar pesawat, bukan menjelajahi luar angkasa seperti yang

dikisahkan dalam film itu. Selain itu, jelas sekali hal itu tak mungkin dilakukan
sekarang (karena sudah kuno)."
4. Kemampuan Karakter Sandra Bullock Dinilai Tak Masuk Akal
Menurut para ahli, tak mungkin seseorang yang belum terlatih bisa menerbangkan
Soyuz milik Rusia, apalagi Shenzhou milik China. Selain itu, di film, Dr. Ryan Stone
diceritakan selalu gagal saat latihan. "Secara mengejutkan ia bisa menjalankan dua
pesawat luar angkasa dengan baik padahal dia hanya menerima latihan ringan
Soyuz dan tak pernah berlatih dengan Shenzhou," tulis Jeffrey Kluger dari majalah
Time.
5. Hubble, ISS, dan Stasiun Luar Angkasa Cina Tak Berdekatan.
Di film, Dr. Ryan Stone hanya butuh pergi dari satu stasiun ke stasiun lainnya untuk

bisa selamat dan kembali ke Bumi. Kenyataannya, stasiun-stasiun tersebut
sebenarnya terletak sangat berjauhan.
"Hubble dan stasiun luar angkasa ISS berada di orbit yang berbeda," ujar Dennis
Overbye. "Melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan
banyak energi yang bahkan pesawat luar angkasa dengan bahan bakar utuh tak
akan bisa mencapainya.
Sementara itu, sutradara Alfonso Cuaron menjawab kritikan-kritikan para ahli
tersebut dengan santai. Menurutnya, Gravity bukanlah film dokumenter dan murni
fiksi. "Ini memang bukan film dokumenter. Ini hanya sepotong film fiksi," Cuaron
menegaskan

Sinopsis dan alur cerita
Insinyur biomedis Dr. Ryan Stone menjalani misi antariksa pertamanya ditemani astronot veteran
Matt Kowalski yang memimpin ekspedisi terakhirnya. Saat sedang jalan-jalan di angkasa,
Mission Control di Houston memperingatkan Stone dan Kowalski bahwa serpihan hasil uji antisatelit Rusia beterbangan menabrak satelit-satelit lain, sehingga menciptakan kehancuran
berantai yang menghasilkan badai sampah besar yang bergerak ke arah mereka. Serpihan
tersebut merusak wahana antariksa Explorer, menghancurkan sebagian besar wahananya, dan
membuat mereka berdua terjebak di luar angkasa dengan suplai udara yang terbatas. Satelit yang
menjembatani komunikasi antara kedua astronot dan Mission Control ikut hancur.
Stone lepas kendali setelah terpisah dari lengan palka kargo Explorer. Kowalski menyelamatkan

Stone dengan ransel pendorong yang terpasang di baju astronotnya. Sambil terikat satu sama
lain, mereka kembali ke Explorer dan melihat kerusakannya terlalu masif dan seluruh awak di
sana tewas. Mereka memutuskan memakai ransel pendorong ke Stasiun Luar Angkasa
Internasional (ISS) yang letaknya dekat di orbit. Kowalski memperkirakan mereka punya waktu
luang 90 menit sebelum badai sampah menyelesaikan orbitnya dan menghantam mereka.

Dalam perjalanan ke ISS, kedua astronot membicarakan kehidupan Stone di Bumi dan kematian
putrinya dalam kecelakaan di halaman sekolah. Saat mereka mendekati ISS, mereka melihat
awak ISS telah dievakuasi menggunakan salah satu modul Soyuz dan wahana lainnya rusak
akibat badai sampah. Tanpa udara dan listrik, mereka berusaha berpegangan pada benda apapun
di ISS sambil menabraknya. Sebuah panel surya memutus tali yang mengikat mereka berdua.
Pada saat-saat terakhir, kaki Stone terbelit tali parasut yang terhubung dengan Soyuz dan ia
mampu memegang tali penghubung baju Kowalski. Massa Kowalski mempertegang tali parasut
yang membelit kaki Stone. Menyadari bahwa ISS yang rusak ini tergeser terus dari orbitnya dan
molekul udaranya menciptakan drag besar bagi kedua astronot ini, Kowalski mengorbankan
dirinya supaya Stone bisa selamat. Ketika Kowalski terbang jauh, ia memberitahu Stone melalui
radio bahwa kerusakan Soyuz membuatnya tidak mungkin turun ke Bumi dengan selamat, ia bisa
menggunakannya untuk terbang ke Tiangong yang diduga memiliki modul lain yang bisa
diterbangkan ke Bumi.
Ketika Stone berusaha memisahkan Soyuz dari stasiun, ia menyadari kabel parasutnya masih

terikat dengan ISS. Ia berjalan ke luar untuk membebaskan kapsulnya dan berhasil tepat sebelum
badai serpihan kembali dan menghancurkan stasiun luar angkasa. Stone meluruskan jalur
terbangnya ke Tiangong dan melihat bahwa tangki bahan bakarnya kosong. Karena merasa
terjebak, Stone menyerah. Alih-alih menunggu keracunan karbon dioksida, ia berusaha bunuh
diri secara perlahan dengan melakukan dekompresi kabin supaya mengalami hipoksia tanpa
perlu kesakitan. Saat ia mulai kehilangan kesadaran akibat menipisnya oksigen, Stone melihat
Kowalski di luar kapsul. Kowalski memasuki kapsul dan memberitahunya untuk memakai roket
pemulangan kapsul untuk bergerak ke Tiangong. Ia lalu menghilang layaknya halusinasi. Stone
mengembalikan level oksigennya dan mengikuti sarannya untuk terbang ke stasiun luar angkasa
Cina.
Menyadari akan meleset beberapa meter dari stasiun, Stone pun membuka palka Soyuz ketika
kapsulnya masih bertekanan dan ia terlempar jauh. Ia terbang ke Tiangong menggunakan tabung
racun api sebagai pendorong alternatifnya, kemudian masuk kapsul Shenzhou ketika Tiangong
mulai terbakar di lapisan atmosfer teratas karena tergeser dari orbit stabilnya akibat badai
serpihan satelit. Ketika ia turun ke Bumi, Stone menangkap suara Mission Control melalui radio.
Mereka melacak kapsulnya dan mengirimkan tim penyeamat.
Shenzhou jatuh di sebuah danau di wilayah tak berpenghuni. Saat kapsulnya tenggelam, Stone
harus melepaskan baju astronotnya dan berenang ke tepian. Sisa-sisa Tiangong dan serpihan
satelit lainnya tampak terbakar di atmosfer. Stone mencapai tepi danau dan berjalan tertatih-tatih
sambil menyesuaikan diri dengan gravitasi Bumi