Ekonomi islam pada masa daulah bani umay

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian ekonomi Islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru
muncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah
muncul sejak Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw yang kemudian
dilanjutkan pada masa kepemimpinan kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam
mulai memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan
perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin
muncullah daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah.
Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami kemajuan yang sangat
pesat saat kepemimpinan bani Umayyah dan Abbasiyah. Sehigga peradaban
Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia saat itu. Para sejarawan
menyebut saat itu dengan “The Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan
pemerintahan, sains dan teknolgi Termasuk di bidang Ekonomi.
Berangkat dari uraian tersebut di atas, yang menyatakan bahwa pada
masa Umayyah dan Abbasiyah mengalami kemajuan di beberapa bidang
peradaban, maka di makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah
Umayyah dan Abbasiyah yang menitik beratkan pada pemikiran-pemikiran
ekonominya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa dan Bagaimana Daulah Umayyah dan Abbasiyah ?
2. Bagaimana Praktek dan Pemikiran Ekonomi pada masa Daulah Umayyah
dan Abbasiyah?

1

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah adalah:
1.

Untuk mengetahui sekilas mengenai Bani Umayyah dan Abbasiyah.

2. Untuk mengetahui praktek dan pemikiran ekonomi pada masa Bani
Umayyah dan Abbasiyah.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis lakukan dalam pembuatan makalah ini
adalah dengan menggunakan kajian pustaka, yaitu mengambil bahan - bahan

kajian dari beberapa literatur – literatur, serta sumber dari internet yang
dianggap cocok dan mempunyai kaitan dengan praktek dan Pemikiran Ekonomi
Masa Umayyah Umayyah Abbasiyah.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Daulah Umayah dan Abbasiyah
1. Daulah Umayyah
Sejarah berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama
Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang
dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah.

Bani

Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak
menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi
Muhammad berserta beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar
percaya


terhadap

kerasulan

dan

kepemimpinan

yang

menyerbu masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki tahun ke
40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan ummat
Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin
Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah khalifah terbunuh, kaum
muslimin diwilayah Iraq mengangkat al-Hasan putra tertua Ali
sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah sebagi
gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya
sebagai Khalifah.1
Namun karena


Hasan

ternyata

lemah

sementara

Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali
menyerahkan pemerintahannya kepada mu’awiyyah bin abi
sufyan.Mu'awiyah sebagai pendiri dinasti Umayyah adalah
putra Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy yang menjadi
musuh

Nabi

Muhammad

saw.


Mu'awiyah

dan

keluarga

1 http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/sejarah-dinastiumayyah.html, Rabu, 01 Mei 2013

3

keturunan Bani Umayyah memeluk Islam pada saat terjadi
penaklukan kota Makkah. Nabi pernah mengangkatnya sebagai
sekretaris pribadi dan Nabi berkenan menikahi saudaranya
yang perempuan yang bernama Umi Habibah. Karier politik
Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar
Ibn Khattab. Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada
peperangan Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di
sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya,
tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria oleh

khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur
Syria, giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam
sampai perbatasan wilayah kekuasaan Bizantine.Pada masa
pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat
konflik

dengan

khalifah

Ali

untuk

mempertahankan

kedudukannya sebagai gubernur Syria.Sejak saat itu Mu'awiyah
mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan
dinasti


Umayyah.

Setelah

menurunkan

Hasan

Ibn

Ali,

Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan
menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan
bersejarah selama masa kekuasaannya.2
Daulat Bani Umayyah yang berdiri sejak tahun 660
Masehi sampai dengan tahun 750 Masehi (lebih kurang 90
tahun)

yang


dipimpin

14

orang

Khalifat

dan

5

orang

diantaranya merupakan Khalifah yang memiliki kelebihan
tersendiri.
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah
oleh 14 orang khalifah. Namun diantara khalifah-khalifah tersebut, yang paling
menonjol adalah : Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid

bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah.html, Sabtu 05 november 2012

4

Masa kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada tahun
132 H. Ini terjadi setelah Marwan bin Muhammad mengalami
kekalahan dalam Perang Zab, melawan pasukan yang dipimpin
Abu Abbas as-Saffah dari Bani Abbasiyah. Sejak saat itu
kekhilafahan beralih ke Bani Abbasiyah.

2. Daulah Abbasiyah
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak

kekacauan

bernegara,

terjadi


dalam

berbagai

bidang

kekeliruan-kekeliruan

dan

kehidupan
kesalahan-

kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar
negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran
terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan
yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang
menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya
terjadi banyak kerusuhan.

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan
kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720
M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada
berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan
Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak
mencari jalan bebas.
Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas
menjalankan

kampanye

untuk

mengembalikan

kekuasaan

pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada
masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini
semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-

5

Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan
kemudian dilantik sebagai khalifah.
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang
sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut
dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah
Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar
Al-Mansur

dan

meletakkan

dasar-dasar

pemerintahan

Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang
sebagai system politik.
Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia
yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah
sosial dan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang
memakai

gelar

”Imam”,

pemimpin

masyarakat

muslim

bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan.
Abbasiyah

mencontoh

tradisi

Umayyah

di

dalam

mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti
Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibangun
menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap
sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan
ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah berlangsung selama
kurang lebih 783 tahun. Khalifah pertamanya adalah Abu
Abbas as-Saffah dan yang terakhir adalah al-Mutawakkil
‘Alallah. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah dapat dibagi
menjadi dua periode, yaitu periode Kekhilafahan Abbasiyah
yang berpusat di Irak dan yang berpusat di Mesir.
Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi

6

Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah alSuffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Kekuasaannya

berlangsung

dalam

rentang

waktu

yang

panjang, dari tahun 132-565 H (750-1258 M). Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai

dengan

perubahan

politik,

sosial

dan

budaya.

Berdasarkan pola pemerintahan, para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga
periode, yaitu:3
1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M). Kekuasaan
pada periode ini berada di tangan para khalifah.
2. Periode kedua (232 H/847 M – 590 H/1194 M). Pada periode
ini kekuasaan hilang dari tangan para khalifah berpindah
kepada kaum Turki (232-234 H), golongan Bani Buwaim
(334-447 H), dan golongan Bani Saljuq (447-590 H).
3. Periode ketiga (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), pada
periode ini kekuasaan berada kembali di tangan para
khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-kawasan
sekitarnya.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah
mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan
politik

dan

masyarakat

agama

sekaligus.

mencapai

tingkat

Di

sisi

tertinggi.

lain

kemakmuran

Periode

ini

juga

berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode ini
berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai menurun dalam
bidang

politik

meskipun

filsafat

dan

ilmu

pengetahuan

berkembang.
3Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam : Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia,
1988), h. 2

7

B. Kegiatan Perekonomian dan Pekiran Ekonomi Pada
Masa Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah
1. Perekonomian Pada Masa Kekhalifahan Bani
Umayyah
Pada masa pra-Islam, uang Romawi dan Persia digunakan
di Hijaz, di samping beberapa uang perak Himyar yang
bergambar burung hantu Attic. Umar, Muawiyah, dan para
khalifah terdahulu lainya merasa cukup dengan mata uang
asing yang beredar, dan mungkin pada beberapa kasus,
terdapat kutipan ayat Al Quran tetentu pada koin-koin itu.
Sejumlah uang emas dan perak pernah dicetak sebelumnya
pada masa Abd Al Malik, tetapi cetakan itu hanyalah tiruan dari
mata uang Bizantium dan Persia. Pada tahun 695, Abd Al Malik
mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya
orang Arab.4
Di samping
arabisasi

membuat

administrasi

uang

keeajaan,

Islam,
Abd

dan
Al

melakukan
Malik

juga

mengembangkan sistem layanan pos, dengan menggunakan
kuda antara Damaskus dan ibukota provinsi lainya. Layanan itu
dirancang, terutama untuk memenuhi kebutuhan transportasi
para pejabat pemerintahan dan persoalan surat-menyurat
mereka. Semua kepala pos bertugas untuk mencatat dan
mengirimkan kepada khalifah semua peristiwa penting yang
terjadi di wilayah mereka masing-masing.
Dalam kaitanya dengan perubahan mata uang, kita perlu
memperhatikan pembaruan sistem keuangan dan administrasi
yang terjadi pada masa ini. Pada dasarnya, tidak ada seorang
muslim pun, dari bangsa mana pun, yang dibebani membayar
pajak, selain zakat ataupun santunan untuk orang miskin,
4Philip K. Hitti, History of the Arab: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta , 2013) h. 271

8

meskipun pada praktikya, hak-hak istimewa sering diberikan
kepada segelintir orang Islam-Arab. Bersadarkan teori itu,
banyak orang yang baru masuk Islam, terutama dari Irak dan
Khursan, mulai meninggalkan desa tempat mereka berkerja
sebagai petani, dan pergi ke kota-kota, dengan harapan bisa
bergabung menjadi prajurit mawali. Fenomena ini akhirnya
menyebabkan kerugian ganda bagi perbendaharaan kerajaan.
Hal tersebut karena setelah masuk Islam, pendapatan pajak
sangat berkurang, dan setelah menjadi prajurit, mereka berhak
mendapatkan subsidi. Al Hajj kemudian membuat kebijakan
penting untuk mengembalikan orang-orang ke ladang-ladang
mereka, dan kembali mewajibkan mereka membayar pajak
tanah dan pajak kepala. Ia bahkan mengharuskan orang-orang
Arab yang menguasai tanah di wilayah wajib pajak untuk
membayar pajak tanah.5
Setelah Daulah Umawiyah berhasil menguasai wilayah
yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat
jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera kr
Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik,
obat-obatan dan wewangian. Perkembangan perdagangan itu
telah mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Daulah
Umawiyah Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman
Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada
rakyatnya yaitu:
• Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan
terhadap

pembangunan

memperkenalkan

sektor

sistem

pertanian,

pengairan

beliau
bagi

telah
tujuan

meningkatkan hasil pertanian.

5Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h.
125.

9



Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraf tangan
telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan

ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para fuqoha dan
ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya rentang waktu
(lebih kurang satu abad) antara zaman kehidupan Rasulullah
saw dan masa pemerintahan tersebut.
Beberapa tradisi dan praktek yang di lakukan oleh Bani
Umayyah pada masa daulah al-Islam, yaitu:6
1. Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz
mengumpulkan
menyerahkan

rakyat
seluruh

dan
harta

mengumumkan
kekayaan

serta

pribadi

dan

keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar kepada
baitul maal, seperti; tanah-tanah perkebunan di Maroko,
berbagai tunjangan yang di Yamamah, Mukaedes, Jabal Al
Wars, Yaman dan Fadak, hingga cincin berlian pemberian
Al Walid.
2. Selama

berkuasa

beliau

juga

tidak

mengambil

sesuatupun dari baitul maal, termasuk pendapatan Fai
yang telah menjadi haknya.
3. Memprioritaskan
Menurutnya,

pembangunan
memperbaiki

dan

dalam

negeri.

meningkatkan

kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih baik
daripada menambah perluasan wilayah. Dalam rangka ini
pula, ia menjaga hubungan baik dengan pihak oposisi
dan memberikan hak kebebasan beribadah kepada
penganut agama lain.

6http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=tradisi%20dan%20praktek
%20pada%20masa%20ummayah

10

4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah Umar
bin

Abdul

Aziz

meningkatkan

lebih

taraf

bersifat

hidup

melindungi

masyarakat

dan
secara

keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin, mengurangi
beban pajak kaum Nasrani, membuat aturan takaran dan
timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-sumur,
pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat
penginapan

musafir,

dan

menyantuni

fakir

miskin.

Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi
yang mau menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan dilarang
pejabat tersebut melakukan kerja sampingan. Selain itu
pajak yang dikenakan kepada non-muslim hanya berlaku
kepada tiga profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan
tanah.
2. Pemikiran Ekonomi Masa Bani Umayyah
Dari perspektif Sejarah Peradaban Islam, pemerintahan Bani Umayyah
disebut sebagai masa keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan Islam.
Meskipun masa pemerintahannya tidak cukup satu abad (90-91 tahun), tetapi
berbagai kemajuan yang dicapai selama pemerintahan ini dapat dikatakan
sangat luar biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan dalam perluasan
wilayah pemerintahan Islam dan jumlah penduduk yang masuk Agama Islam.
Sebaliknya, disamping dicap sebagai pemerintahan yang membidani lahirnya
pemerintahan monarchie heredetis (kerajaan turun temurun) juga seperti disebut
oleh Dr. Muhammad Quthb, bahwa pada masa kekhalifahan Umayyah telah

11

terjadi kemunduran Islam, sehingga pada saat berakhirnya masa pemerintahaan
ini muncul anggapan bahwa Islam akan hilang dari permukaan bumi.
Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain, sumbangan
pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak
begitu monumental, karena pada zaman pemerintahan ini, pemikiran-pemikiran
ekonomi lahir bukan berasal dari ekonom murni intelektual muslim, tetapi
berasal dari hasil interpretasi kalangan ilmuan lintas-disiplin yang berlatar
belakang fiqh, Tasawuf, filsafat, sosiologi, dan politik. Namun demikian,
terdapat beberapa sumbangan pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi
Islam, di antaranya adalah perbaikan terhadap konsep pelaksanaan transaksi
salam, murabaha, dan muzara’ah, serta kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis
oleh Abu Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim secara
eksklusif membahas tentang kebijaksanaan ekonomi, dipandang sebagai
sumbangan pemikiran-pemikiran ekonomi yang cukup berharga.
Perbaikan sistem politik negara pada masa Bani Umayyah dilakukan
dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan.hal itu banyak membawa
pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat terutama dengan dibentuknya
Lembaga Keuangan Negara (Nizam Mal), yang tugasnya adalah sbb :
1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negara
2. Mengatur biaya tata usaha negara
3. Megatur biaya pembangunan sarana pertanian, seperti penggalian
terusan dan perbaikan sarana irigasi
4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan tawanan perang
5. Mengatur biaya untuk perlengkapan perang
6. Mengatur hadiah untuk ulama dan satrawan negara
Dengan adanya lembaga keuangan tersebut pemerintah mempu
membangun panti untuk orang jompo, dan anak yatim. Selain itu dibangun
sarana-sarana umum, seperti masjid, jalan, dan saluran air.

12

Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah
terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya diantara lain :


Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap
pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem
pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.



Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi
nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk
berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin
jauhnya rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman kehidupan
Rasulullah saw dan masa pemerintahan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa pokok fikiran Khalifah, fuqoha dan ulama
pada masa kekhalifahan Bani Umayyah yang dapat di identikasi:7
a.
Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
Sumbangan Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
1. Mampu membangun sebuah masyarakat muslim yang tertata rapi,
2. Oleh para sejarawan, beliau disebut sebagai orang Islam pertama yang
membangun kantor catatan negara dan layanan pos (al-barid)
3. Membangun Pasukan Suriah menjadi kekuatan militer Islam yang
terorganisir dan disiplin tinggi
4. Mencetak mata uang, mengembangkan birokrasi seperti fungsi
pengumpulan pajak dan administrasi politik.
5. Mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan professional.
6. Menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara
b.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan

7Euis Amalia, Tradisi dan Praktek Ekonomi Masa Daulah Umawiyah, ( Depok: Gramata
Publishing, 2010), h. 101-104

13

1. Mengembangkan pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan
pengaturan uang dalam masyarakat Islam, sebagai bentuk upaya
penolakan atas permintaan pihak Romawi agar Khalifah Abdul Malik
bin Marwan menghapuskan kalimat Bismillahirahmanirrahim dari mata
uang yang berlaku pada saat itu. Dan selanjutnya, pada tahun 74 H/659
M beliau mencetak mata uang Islam tersendiri yang mencantumkan
kalimat Bismillahirahmanirrahim dan mendistribusikan keseluruh
wilayah Islam serta melarang pemakaian mata uang lain
2. Menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang mencetak mata uang
di luar percetakan Negara.
3. Melakukan berbagai pembenahan administrasi pemerintahan dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
c.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz
1. Ketika

diangkat

menjadi

Khalifah,

Umar

bin

Abdul

Aziz

mengumpulkan rakyat dan mengumumkan serta menyerahkan seluruh
harta kekayaan pribadi dan keluarganya yang diperoleh secara tidak
wajar kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah perkebunan di Maroko,
berbagai tunjangan yang di Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman
dan Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.
2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil sesuatupun dari baitul
maal, termasuk pendapatan Fai yang telah menjadi haknya.
3. Memprioritaskan

pembangunan

dalam

negeri.

Menurutnya,

memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri-negeri Islam
adalah lebih baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam rangka
ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan pihak oposisi dan
memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut agama lain.

14

4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah Umar bin Abdul
Aziz lebih bersifat melindungi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin, mengurangi beban pajak
kaum Nasrani, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi
cukai dan kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-sumur, pembangunan
jalan-jalan,

pembuatan

tempat-tempat

penginapan

musafir,

dan

menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang
mau menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan dilarang pejabat tersebut
melakukan kerja sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan kepada
non-muslim hanya berlaku kepada tiga profesi, yaitu pedagang, petani,
dan tuan tanah.
8. Dalam bidang pertanian Khalifah Umar bin Abdul Aziz melarang
penjualan tanah garapan agar tidak ada penguasaan lahan. Ia
memerintahkan amirnya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin
lahan yang ada. Dalam menetapkan sewa tanah, khalifah menerapkan
prinsip keadilan dan kemurahan hati. Ia melarang memungut sewa
terhadap tanah yang tidak subur dan jika tanah itu subur, pengambilan
sewa harus memperhatikan tingkat kesejahteraan hidup petani yang
bersangkutan.
9. Menerapkan

kebijakan

otonomi

daerah.

Setiap

wilayah

Islam

mempunyai wewenang untuk mengelola zakat dan pajak secara sendirisendiri dan tidak mengharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah
pusat. Bahkan sebaliknya pemerintah pusat akan memberikan bantuan
subsidi kepada wilayah Islam yang pendapatan zakat dan pajaknya tidak

15

memadai. Dan juga memberlakukan sistim subsidi antar wilayah, dari
yang surplus ke yang pendapatannya kurang.
10. Dalam menerapkan Negara yang adil dan makmur, Khalifah Umar bin
Abdul Aziz menjadikan jaminan social sebagai landasan pokok.
Khalifah juga membuka jalur perdagangan bebas, baik didarat maupun
dilaut, sebagai upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Pemerintah menghapus bea masuk dan menyediakan berbagai bahan
kebutuhan sebanyak mungkin dengan harga yang terjangkau.
11. Pada masa-masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan Negara
berasal dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian,
dan hasil pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas.
12. Yang paling menonjol pada masa ini adalah, kembalinya syariat Islam
dengan semua ketinggian dan kesempurnaannya untuk mewarnai
seluruh aspek kehidupan.
Selain pemikiran berasal dari para khalifah seperti tersebut di atas, pada
masa Daulah Bani Umayyah banyak juga dijumpai pemikir-pemikir ekonomi
yang berasal dari kalangan ulama, fuqaha dan filsuf, di antaranya adalah:8
a.
Zaid bin Ali (80-120/699-738)
Zaid bin Ali adalah cucu dari Imam Hussein, merupakan ahli fiqih
terkenal di Madinah. Pemikiran dan pandangan Zaid seperti yang dikemukakan
Abu Zahra adalah membolehkan penjualan suatu komoditi secara kredit dengan
harga yang lebih tinggi dari harga tunai dengan alasan sebagai berikut:
1) Penjualan secara kredit dengan harga lebih tinggi daripada harga tunai
merupakan salah satu bentuk transaksi yang sah dan dapat dibenarkan
selama transaksi tersebut dilandasi oleh prinsip saling ridha antar kedua
belah pihak

8http://sejarahagamaislamdidunia.blogspot.com

16

2) Pada umunya, keuntungan yang diperoleh para pedagang dari penjualan
seecara kredit merupakan murni bagian dari sebuah perniagaan dan
tidak termasuk riba.
3) Penjualan secara kredit merupakan salah satu bentuk promosi sekaligus
respon terhadap permintaan pasar. Dengan demikian, bentuk penjualan
seperti ini bukan suatu tindakan di luar kebutuhan.
4) Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kredit merupakan suatu
bentuk kompensasi atas kemudahan yang diperoleh seseorang dalam
membeli suatu barang tanpa harus membayar secara tunai.
5) Harga penjualan kredit, tidak semata merta mengindikasikan bahwa
harga yang lebih tinggi selalu berkaitan dengan waktu. Harga jual kredit
dapat pula ditetapkan lebih rendah dari harga beli, dengan tujuan untuk
menghabis persediaan barang dan memperoleh uang tunai karena
khawatir harga pasar akan jatuh di masa datang.
b.

Abu Hanifa (80-150/699-767)
Abu Hanifa dikenal sebagai seorang fuqoha dan seorang pedagang di

pusat aktivitas perdagangan dan perekonomian- Kufa. Sumbangan beliau dalam
masalah ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Memberi koreksi dan penyempurnaan terhadap aqad transaksi Salam
yang popular pada masa itu. Salam adalah kontrak penjualan suatu
barang dalam hal mana harga atas barang dibayar tunai pada saat
kontrak (aqad) sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari. Abu
Hanifa menemukan banyak sekali kekaburan di sekitar kontrak Salam
tersebut, yang dapat mengarah pada perselisihan. Untuk menghindari
perselisihan tersebut, Abu Hanifa memasukkan ke dalam aqad tersebut
apa-apa yang harus diketahui dan dinyatakan secara jelas. Misalnya,
tentang jenis komoditi, mutu, dan kuantitas serta tangggal dan tempat
pengiriman barang. Di dalam aqad juga mesti dimasukkan persyaratan
bahwa komoditas yang diperjual belikan harus tersedia di pasar selama

17

periode antara tanggal aqad dan tanggal penyerahan barang, sehingga
kedua belah pihak sama-sama mengetahui bahwa penyerahan barang
dapat dilaksanakan sesuai aqad.
2) Abu Hanifa, sebagai seorang pedagang, Abu Hanifa memberikan
sumbangan

tentang

aturan-aturan

yang

menjamin

pelaksanaan

permainan yang adil dalam transaksi murabaha dan transaksi lain yang
sejenis. Memberi sumbangan tentang pelaksanaan praktek dagang lain
yang berlandaskan norma-norma Islam.
3) Mempunyai perhatian terhadap kaum yang lemah, pemberlakuan zakat
atas perhiasan dan membebaskan pemilik harta yang dililit hutang yang
tidak sanggup menebusnya dari kewajiban membayar zakat.
4) Tidak membolehkan pembagian hasil panen (muzaraah) dalam kasus
tanah yang tidak menghasilkan guna melindungi penggarap yang
umumnya adalah orang lemah.
c. Al Awza‘i (88-157/707-774)
Abdul Rahman Al Awza’i berasal dari Beirut, yang hidup sejaman
dengan Abu Hanifa. Beliau juga pendiri sekolah hukum walaupun tidak
bertahan lama
1) Awza’i cenderung membenarkan kebebasan dalam kontrak dan
memfasilitasi orang-orang dalam transaksi mereka.
2) Memberlakukan sistem bagi-hasil pertanian (muzaraah) karena system
ini di butuhkan seperti halnya dia membolehkan bagi hasil keuntungan
(Mudharabah). Dalam hal ini, modal di pinjamkan boleh dalam bentuk
tunai atau natura yang ditolak oleh beberapa ahli hukum lainnya.
3) Menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel dalam kontrak Salam .
d.

Imam Malik bin Anas (93 – 197H / 712 -795M)
Hidup semasa pemerintahan Khalifah Bani Umayyah yang dimulai pada

masa pemerintahaan. Beliau berhasil menerbitkan Kitab al-Muwatta, sebuah

18

kitab hadist bergaya fiqh atau kita fiqh bergaya Hadist. Pokok-pokok fikiran
Imam Malik bin Anas tentang ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Bahwa, Penguasa mempunyai tanggungjawab untuk mensejahterakan
rakyat, memenuhi kebutuhan rakyat sepertihalnya yang juga dilakukan
oleh Umar Bin Khatab.
2) Menerapkan prinsip/azas al-Maslahah, al-Mursalah. Al-Maslahah dapat
diartikan sebagai azas manfaat (benefit), kegunaan (utility), yakni
sesuatu yang memberi manfaat baik kepada individu maupun kepada
masyarakat banyak . Sedangkan prinsip al-Maslahah dapat diartikan
sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas, atau tidak terikat. Dengan
pendekatan kedua azas ini, Imam Malik bin Anas, mengakui, bahwa
pemerintah Islam memiliki hak untuk memungut pajak, bila diperlukan
melebihi dari jumlah yang ditetapkan secara khusu dalam syari’ah.

3. Perekonomian dan Perdagangan Masa Bani Abbasiyah.
Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di lakukan secara perorangan.
Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada
zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan antara satu mata
uang dan mata uang lainnya. Ini diperlukan karena setiap mata uang
mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai
yang yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus ini disebut
naqid, sarraf, dan jihbiz.9
Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu ditandai dengan beredarnya
sakk (cek) dengan luas sebagai media pembayaran.
Zaman abbasiyyah selain terkenal dengan kemajuan peradabannya, juga
merupakan periode ketika para kepala pemerintahan mulai bergelimang
kemewahan. Bahkan, Ibnu Khaldun yang mengklaim bahwa orang Abbasiyah
9Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarata: Gema Insani
Press, 2001), h. 63

19

tidak bergelimang dengan kehidupan mewah, mengakui bahwa pesta
pernikahan Al-Ma`mun dirayakan dengan bertaburkan berbagai hiasan dari
emas dan batu-batu berharga. Menurut Al-Mas`udi, Al-Mu`taazz (866-869),
khalifah dinasti Abbasiyah ke-13 adalah khalifah pertama yang melapisi baju
zirahnya dengan emas, dan menunggang kuda dengan pelana dari emas,
sementara para khalifah sebelumnya biasanya hanya menggunakan bju zirah
dan pelana berhias perak.10
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan industri rumah tangga
berkembang pesat dan maju. Industri kerajinan tangan menjamur diberbagai
pelosok kerajaan. Daerah Asia Barat menjadi pusat industri karpet, sutera,
kapas, dan kain wol, satin, dan brokat (dibaj), sofa (dari bahasa Arab, Suffah)
dan kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur dan rumah tangga
lainnya. Mesin penganyam Persia dan Irak membuat karpet dan kain berkualitas
tinggi. Ibu Al-Musta’in memiliki sehelai karpet yang dipesan khusus seharga
130 juta dirham dengan corak berbagai jenis burung dan emas yang dihiasi batu
rubi dan batu-batuan indah lainnya.
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Manshur, sumber Arab paling
awal yang menyinggung tentang hubungan maritim Arab dan Persia dengan
India dan Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At-Tajir dan para
pedagang muslim lainnya pada aba ke-3 Hijriah. Tulang punggung perdagangan
ini adal sutra, kontribus terbesar orang Cina kepada dunia Barat. Biasanya, jalur
yang disebut “jalan sutra”, menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina.
Barang-barang dagangan biasanya diangkut secara estafet; hanya sedikti
khalifah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh itu. Di sebelah barat, para
pedagang Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol. Pada masa Abbasiyah,
orang-orang justru mampu mengimpor barang dagangan, seperti rempahrempah, kapur barus, dan sutra.11
Peran penting ekonomi sangat di sadari oleh para khalifah Dinasti
Abbasiyah dalam menentukan maju mundurnya suatu negara. Oleh karena ini,
10Boedi Abdullah, Op. Cit, h. 141
11Ibid, h. 138

20

mereka memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor ini, terutama
periode pertama Dinasti Abbasiyah . upaya kearah kemajuan ini sebenarnya
sudah di mulai sejak masa pemerintahan al-Mansur. Yaitu dengan di
pindahkannya pusat pemerintahan ke baghdad tiga tahun setelah dia di lantik
menjadi khalifah.
Dijadikannya kota baghdad sebagai pusat kendali pemerintahan itu
mempunyai arti tersendiri bagi perkembangan dan kemajuan di bidang
ekonomi. Baghdad merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang sangat
strategis bagi perniagaan dan perdagangan. Sungi tigris bisa dilayari sampai
kota ini. Begitu juga terdapat jalur pelayaran ke sungai eufrat yang cukup dekat.
Sehingga barang-barang dagangan dan perniagaan dapat diangkut menghilir
sungai eufratdan tigris dengan menggunakan perahu-perahu kecil. Di samping
itu, yang terpenting ialah tedapatnya jalan nyaman dan aman dari semua
jurusan. Akhirnya Baghdad menjadi daerah sangat ramai, karena disamping
sebagai ibu kota kerajaan juga sebagai kota niaga yang cukup marak pada masa
itu. Dari situlah negara akan dapat devisa yang sangat besar jumlahnya.
Selain itu faktor pertambahan jumlah penduduk juga merupakan suatu
faktor turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat
pertumbuhan penduduk, maka semakin besar dan banyak pula faktor
permintaan pasar (demand). Hal ini pada gilirannya memicu produktivitas
ekonomi yang tinggi.
Adapun komoditi yang menjadi primadona pada masa itu adalah bahan
pakaian atau tekstil yang menjadi konsumsi pasar asia dan eropa. Sehingga
industri di bidang penenunan seperti kain, bahan-bahan sandang lainnya dan
karpet berkembang pesat. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam industri
ini adalah kapas, sutra dan wol. Industri lain yang juga berkembang pesat
adalah pecah belah, keramik dan parfum. Disamping itu berkembang juga
industri kertas yang di bawa ke Samarkand oleh para tawanan perang Cina
tahun 751 M. di Samarkan inilah produksi dan ekspor kertas dimulai. Hal ini
rupanya mendorong pemerintah pada masa Harun al-Rasyid lewat wazirnya
Yahya ibn Barmak mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad sekitar tahun

21

800 M. salah satu bukti manuskrip Arab tertua yang ditulis diatas kertas yang
ditemukan adalah manuskrip tentang hadis yang berjudul Gharib al-Hadis karya
Abu Ubayd al-Qasim ibn Sallam (w. 837 M) yang dicetak bulan Dzulqa’dah
252 H (13 November – 12 Desember 866), disimpan di perpustakaan Leiden.
Komoditas lain yang berorientasi komersial selain, logam, kertas,
tekstil, pecah belah, hasil laut dan obat-obatan adalah budak-budak. Mereka
setelah dibeli oleh tuannya dipekerjakan seperti di ladang pertanian, perkebunan
dan pabrik. Namun bagi pemerintah, budak-budak direkrut sebagai anggota
militer demi pertahanan negara.
Sebagai alat tukar, para pelaku pasar menggunakan mata uang dinar
(emas) dan dirham (perak). Penggunaan mata uang ini secara ekstensif
mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi
yang melakukan perjalanan jauh, sangat beresiko jika membawa kepingankepingan tunai uang tadi. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan
perjalanan digunakanlah sistem yang dalam perbankan modern disebut Cek,
yang waktu itu dinamakan Shakk.
Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi fleksibel. Artinya uang
bisa didepositokan di satu bank di tempat tertentu, kemudian bisa ditarik atau
dicairkan lewat cek di bank yang lain. Dan cek hanya bisa dikeluarkn oleh
pejabat yang berwenang yaitu bank. Lebih jauh bank pada masa ini kejayaan
Islam juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha perdagangan dan
industri. Selain itu bank juga sudah menjalankan fungsi sebagai Currency
Exchange (penukaran mata uang).
Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah juga, sistem perekonomian
pun dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, peindustrian
dan perdagangan.
a. Perkembangan Perdagangan dan Industri
Ekonomi imperium Abbasiyah paling dominan digerakkan oleh
perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen di
mesir, sutra dari syiria dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk
pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri

22

dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah
dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat
dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas
yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian
Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat
penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang
di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan
Perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan
dunia.
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan
negara penuh dan berlimpah-limpah, Uang masuk lebih banyak dari pada
pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul telah
meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan kewangan negara. Dia
mencontohi Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan
meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang
dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian,

Khalifah

menganjurkan

untuk

beramai-ramai

membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan
industri-industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan
seperti:
a. Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang
dilewati kafilah dagang.
b. Membangun armada-armada dagang.
c. Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari
serangan bajak laut.
23

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta.
Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam
pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara
menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya
pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian
rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat
semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan
korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara
morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan
politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

24

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan sebelumya, dapat diambil kesimpulan bahwa
masa pemerintahan Bani Umayyah memberikan sumbangsih terhadap
pemikiran ekonomi islam yakni perbaikan terhadap konsep pelaksanaan
transaksi salam, murabaha, dan muzara’ah, serta kehadiran Kitab al Kharaj
yang ditulis oleh Abu Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan khalifah
Hasyim , sementara Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di lakukan secara
perorangan perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis
mata uang pada zaman itu serta hingga perlu keahlian khusus untuk

25

membedakan antara satu mata uang dan mata uang lainnya serta kemajuan di
bidang perdagangan dan industri.

26

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22