Pencemaran Lingkungan pada suplai (3)

Home » Teori Umum » Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan
Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran itu terdiri dari Pencemaran Lingkungan Udara , Pencemaran Lingkungan
Tanah , Pencemaran Lingkungan Air . Pencemaran lingkungan bisa terjadi di
kehidupan pedesaan ataupun perkotaan. Mari kita bahas Pengertian Lingkungan satu
persatu.

Pengertian Pencemaran Udara
1.Pengertian Pencemaran udara menurut Arshad adalah apabila dalam udara
terdapat unsur-unsur pencemar (biasa disebut polutan baik primer maupun
sekunder yang bersumber dari aktifitas alam dan kebanyakan dari aktifitas
manusia) yang dapat mempe
ngaruhi keseimbangan udara normal dan mengakibatkan gangguan terhadap
kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain.
2. Pengertian Pencemaran udara menurut Achmat Lutfi pada umumnya bahan
pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikelpartikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar
kendaraan, dari
industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran
bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam

yang berterbangan mencemari udara.
3. Pengertian Pencemaran udara menurut Prodjosantoso Senyawa-senyawa yang
termasuk sebagai polutan udara diantaranya partikulat, oksida belerang, karbon
monoksida, oksida nitrogen, hidrokarbon, oksidan fotokimia, hidrogen sulfida,
logam berat dan asbes.

Pencemaran Lingkungan

Pengertian Pencemaran Tanah
Pengertian Pencemaran Tanah Menurut Galih Pranowo adalah keadaan di mana
bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran
ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping)
Langkah untuk mengurangi pencemaran tanah dengan Remidiasi dan Bioremidiasi.
Remidiasi merupakan kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Remidiasi

dibagi menjadi dua yakni in-situ dan ex-situ. Sedangkan Bioremidiasi merupakan
proses pembersihan tanah yang tercemar menggunakan mikroorgisme (jamur dan
bakteri) yang bertujuan untuk memecah zat pencemar menjadi bahan yang kurang
atau tidak beracun.
Pengertian Pencemaran Air
Pengertian Pencemaran Air menurut Prodjosantoso air dikatakan telah terpolusi bila
sifat normalnya telah berubah karena adanya limbah di dalamnya sehingga
menjadikan air berbahaya bagi makluk hidup.
jenis polutan pencemaran air dari Limbah organik, Limbah penyebab penyakit,
Nutrisi ,Bahan kimia beracun, Senyawa peristen ,Senyawa radioaktif , Senyawa
anorganik , Panas , Sedime.

Dengan demikian,semoga artikel Pencemaran Lingkungan yang meliputi Udara,
Tanah , Air ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
http://kajiansekolah.com/pencemaran-lingkungan/

Pencemaran Lingkungan
“Pencemaran Lingkungan”
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
(Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033%
di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
rnemberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
1. jumlahnya melebihi jumlah normal
2. berada pada waktu yang tidak tepat
3. berada pada tempat yang tidak tepat
Sifat polutan adalah:
1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat
lingkungan tidak merusak lagi
2. merusak dalam jangka waktu lama.
Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi


dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh
sampai tingkat yang merusak.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/01/pencemaran-lingkungan.html

Dasar Hukum Pencemaran Lingkungan
1.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 3 Tahun 1998
Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan
Industri
2. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 112 Tahun 2003
Tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur

Nomor 39 Tahun 2008
Tentang
Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
Di Jawa Timur
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 48 Tahun 1996
Tentang : Baku Tingkat Kebisingan
5. Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor : 28 Tahun 2000
Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air Di Propinsi Jawa Timur
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 50 Tahun 1996
Tentang : Baku Tingkat Kebauan
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 58 Tahun 1995
Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996

Tentang : Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi

Kesehatan
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 52 Tahun 1995
Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

http://duniakesling.blogspot.co.id/2009/05/dasar-hukum-pencemaranlingkungan.html
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

(“UU

Perindustrian”).

Perusahaan industri mempunyai kewajiban dalam upaya pencegahan timbulnya kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan hidup sebagaimana telah diatur dalam Pasal 21 UU Perindustrian
yang berbunyi:

(1) Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber
daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan

hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya
(2) Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan
mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri.
(3) Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan bagi
jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.

Menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian, perusahaan industri yang didirikan pada suatu
tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang dipergunakan
dalam proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan
hidup akibat usaha dan proses industri yang dilakukan. Dampak negatif dapat berupa gangguan,
kerusakan, dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekelilingnya yang
ditimbulkan karena pencemaran tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan industri.
Dalam hal ini, Pemerintah perlu mengadakan pengaturan dan pembinaan untuk menanggulanginya.

Oleh karena itu, kami berasumsi bahwa maksud dari “mengganggu lingkungan sekitar” pada
pertanyaan Anda adalah gangguan yang berupa kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 UU Perindustrian.

Perbuatan yang bertentangan dengan Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian, jika dilakukan dengan

sengaja, dapat dipidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda sebanyakbanyaknya Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) (Pasal 27 ayat (1) UU Perindustrian). Sedangkan
jika dilakukan tidak dengan sengaja atau karena kelalaian, maka dapat dipidana kurungan selamalamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) (Pasal 27
ayat (2) UU Perindustrian).

Selain pengaturan pada UU Perindustrian, menurut Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UUPPLH”):

“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar
hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau
melakukan tindakan tertentu.”

Sebagaimana pernah dijelaskan oleh Rifanni Sari dalam artikel yang berjudul Tanggung Jawab
Kerusakan dan Bencana, setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan (perusahaan/badan
hukum) yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dianggap sebagai perbuatan
melawan hukum. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tersebut memiliki tanggung jawab
untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan, sejauh terbukti telah melakukan perbuatan pencemaran
dan/atau perusakan. Pembuktian tersebut baik itu nyata adanya hubungan kausal antara kesalahan
dengan kerugian (liability based on faults) maupun tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan (liability
without faults/strict liability) (Pasal 88 UUPPLH).


Bagi pihak yang merasa dirugikan terhadap pencemaran akibat usaha industri, dapat mengadukan atau
menyampaikan informasi secara lisan maupun tulisan kepada instansi yang bertanggung jawab,
mengenai dugaan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dari usaha dan/atau

kegiatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan sebagaimana yang telah
diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingklungan Hidup.

Dengan demikian, dari penjelasan kami di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap
pendirian perusahaan industri perlu mempertimbangkan berbagai aspek, yakni pencegahan timbulnya
kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.

Pihak-pihak yang menegakan pencemaran lingkungan
Penegakan hukum lingkungan hidup adalah satu elemen penting dalam upaya mencapai tujuan
mengapa Negara Indonesia lahir. Tujuan Negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, tujuan
itu adalah :



Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;



Memajukan kesejahteraan umum;



Mencerdaskan kehidupan bangsa;



Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan social.

Dalam batang tubuh UUD 1945 setelah amandemen, penegakan hukum lingkungan hidup diletakan
dalam pasal-pasal yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Salah satu pasal itu adalah pasal 28 H
point 1 Undang- Undang 1945, adapun bunyi pasal itu adalah :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. “


Pasal diatas menjadi landasan bahwa lingkungan hidup harus menjadi point penting dalam konteks
perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Dan penegakan hukum menjadi element perlindungan
hak asasi manusia itu.
Penegakan hukum sendiri menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH adalah proses dilakukannya upaya
untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ketika kita kaitkan dengan lingkungan hidup, maka proses penegakan hukum berarti tegaknya normanorma hukum dalam upaya perlindungan lingkungan hidup. Dalam upaya tegaknya perlindungan
hukum itu, maka regulasi hukum lingkungan hidup tak bisa dilupakan dalam upaya penegakan hukum
lingkungan itu.

Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang perlindungan hidup diatur dalam Undang-Undang No.
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam regulasi itu, ada 3
cara penegakan hukum yang bisa dilakukan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup.
Tiga penegakan hukum itu adalah :


Penegakan hukum administrative



Penegakan hukum pidana



Penegakan hukum perdata.

1.

Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup

Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge melalui 2 cara yaitu cara pengawasan dan sanksi
administrasi. Pengawasan jika kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup pengawasan
dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Peran pengawasan pemerintah dalam pasal

71 disebutkan dilakukan oleh Gubernur, Walikota atau Bupati. Dalam pasal 71 angka 2 disebutkan
pula, peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun peran pejabat yang diberi
wewenang itu adalah :


melakukan pemantauan;



meminta keterangan;



membuat salinan dari dokumen dan/atau



membuat catatan yang diperlukan;



memasuki tempat tertentu;



memotret;



membuat rekaman audio visual;



mengambil sampel;



memeriksa peralatan;



memeriksa instalasi dan/atau alat



transportasi; dan/atau



menghentikan pelanggaran tertentu.


Sedang peran masyarakat menurut pasal 70 adalah :


pengawasan sosial;



pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau



penyampaian informasi dan/atau laporan.


Sedang sanksi administrasi menurut pasal 76, Kepala Daerah (Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat
memberikan sanksi administrasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang diberikan
menurut pasal 76 ayat 2 adalah :


teguran tertulis;



paksaan pemerintah;



pembekuan izin lingkungan; atau



pencabutan izin lingkungan.



1.

Penegakan hukum Pidana Lingkungan Hidup

Regulasi pidana yang bisa menjadi dasar hukum penegakan hukum lingkungan adalah UndangUndang No. 39 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan dalam
regulasi tadi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum.

Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam
undang-undang PPLH. Sedikitnya ada 7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika ketentuan
dilanggar oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :



Ketentuan tentang baku mutu



Ketentuan tentang rekayasa genetika



Ketentuan tentang Limbah



Ketentuan tentang Lahan



Ketentuan tentang Izin Lingkungan



Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup

1.

Penegakan Hukum Perdata Hukum Lingkungan

Penegakan hukum lingkungan dalam perdata dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :


Class Action atau Gugatan Masyarakat



Hak Gugat Organisasi



Hak Gugat Pemerintah baik itu pemerintah pusat dan daerah

Class Action atau gugatan masyarakat dalam UU PPLH diatur dalam pasal 90. Masyarakat berhak
mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk
kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
Hak gugat organisasi sendiri diatur dalam pasal 92 UU PPLH, hak ini dapat diberikan dalam rangka
pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan
hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya
tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan:


berbentuk badan hukum;



menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan



telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua)
tahun.


Hak gugat pemerintah pasal 90 dalam UU PPLH, Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan
tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
http://www.hukumpedia.com/twtoha/penegakan-hukum-lingkungan-hidup-berdasarkan-uu-no-32tahun-2009-tentang-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup

B. permasalahan lingkungan hidup di indonesia
permasalahan lingkungan yang ada saat ini bukan hanya akibat dari perbuatan makhluk
individu itu sendiri yang dengan sengaja merusak alam ini tetapi mereka melakukan itu karena adanya
desakan yang membuat terpaksa mereka berbuat seperti itu. Permasalahan yang membuat mereka
seperti itu adanya dampak negatif yang dibawa oleh perkembangan globalisasi yang membuat adanya
perdagangan bebas yang dimana negara-negara luar dapat mengambil dan mengolah hasil kekayaan
bumi indonesia ini. Seperti perusahaan – perusahaan asing yang hampir 100 % telah menguasai
sumber – sumber daya alam di indonesia, misalnya Freeport dan Exxon Mobile yang telah
menciptakan kerusakan lingkungan yang sangat signifikan.
Contoh permasalahan lingkungan hidup di Indonesia : Bahaya alam: banjir, kemarau panjang,
tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor,limbah industri,
limbah pariwisata, limbah rumahsakit.
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini:

1.

penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan;

2.

polusi air dari limbah industri dan pertambangan;

3.

polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia);

4.

asap dan kabut dari kebakaran hutan;

5.

kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan;

6.

perambahan suaka alam/suaka margasatwa;

7.

perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi;

8.

penghancuran terumbu karang;

9.

pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju;

10. pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan;
11. semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
Mengapa hal di atas dapat terjadi ?? salah satu faktor utamanya adalah dari kegiatan aktivitas
manusia itu sendiri sepeti merokok, kegiatan rumah tangga dan perkantoran yang secara tidak sengaja
telah mencemari lingkungan dengan limbah. Pembakaran sampah, dan transportasi. Kita dapat melihat
sendiri faktanya dilapangan tentang kondisi transportasi kita yang banyak mengeluarkan emisi karbon
yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon dan menyebabkan global warming dan terjadinya
degradasi lingkungan. Permasalahan- permasalahan seperti itu telah menimbulkan permasalahan social
yang sangat kompleks mulai dari kemiskinan, kelaparan, gangguan kesehatan, yang tidak lain hal itu
di sebabkan oleh pembangunan yang kurang memperhatikan ekologis.
Sebenarnya kita dapat merubah semua hal itu, asal kita mau. Karena tidak ada kata terlambat
untuk melakukan perubahan. Untuk melakukan perubahan itu misalnya dengan mencermati pola hidup
kita, meminimalisir limbah domestik, melakukan daur ulang sampah ( Reduce – Reuse – Recycle ).
Cermat memilih produk untuk kebutuhan rumah tangga, taati kesepakata internasional yang
diretifikasi, misalnya protocol kyoto. an Menghemat energi ( listrik dan peralatannya, transport, dll )
contohnya saja berapa besar biaya yang dikeluarka ugm untuk biaya listrik? yaitu sekitar 1 milyar
perbulannya, hal ini harus ditekan terus.
Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Longgena Ginting
mengatakan kerusakan hutan di Indonesia menncapai 3,8 juta hektar setahun. Ini berarti semenit 7,2
hektar yang rusak. Jika masih terus terjadi dan kalau tidak dihentikan, maka hutan dataran rendah
Sumatera akan habis. Juga dataran rendah di Kalimantan akan habis pada tahun 2010. Minyak pun,
dikatakan Longgena, tidak akan bertahan dalam waktu 10 tahun.Dari tutupan hutan Indonesia seluas
130 juta hektar, menurut World Reseach Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72
persen hutan asli Indonesia telah hilang. Berarti hutan Indonesia tinggal 28 persen. Data Departemen

Kehutanan sendiri mengungkapan 30 juta hektar hutan di Indonesia telah rusak parah. Itu berarti 25
persen rusak parah. (TEMPO Interaktif, Mataram). Indonesia memegang kejuaraan dunia dalam
penggundulan hutan ( Guinness Book of Record – 2008 ). Selama tahun 2000 – 2005 indonesia
merupakan negara tercepat menggunduli hutannya. Setiap jam hutan seluas 300 kali lapangan sepak
bola amblas untuk selama-lamanya ( GreenPeace).kecepatan ini sekarang apsti menurun karena hutan
yang tesisa dan akan di rusak tinggak sedikit, sudah tidak mmungkinkan kenduri besar lagi.Melihat
data itu betapa mirisnya kondisi lingungan indonesia khususnya hutan sebagai paru-paru dunia.
http://verigifalnev.blogspot.co.id/2012/01/permasalahan-lingkungan-hidup-di.html

solusi atau pencegahan pencemara lingkungan

SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pada prinsipnya ada tiga (3) hal yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian,
pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu :
1. Tindakan secara administratif,
2. Tindakan dengan menggunakan teknologi,
3. Tindakan melalui edukatif/pendidikan.
Tindakan Secara Administratif
Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah, dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang. Antara lain peraturan
pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan presiden
tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup ( UULH ). Sebelum membangun pabrik atau proyek
lainnya, para pengembang diharuskan melakukan analisis mengenai dampak

lingkungan ( AMDAL ).Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan
kepada pengelolaan santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya. Pemerintah
juga mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang ditetapkan untuk
menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program
yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan berkelanjutan sehingga di
harapkan pembangunan dapat berlangsung lestari dengan mempertahankan fungsi
lingkungan lestari.

Tindakan dengan Menggunakan Teknologi
Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit pengolahan
limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair sebelum dibuang
ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan mikroba maka disebut pengolahan
secara

biologis

Tindakan

dengan

menggunakan

Melalui

bakteri

pengurai

limbah.

Edukatif/Pendidikan

Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan penyuluhan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kelestarian alam.
Masyarakat rumah tangga mempunyai peranan yang cukup besar dalam pencemaran
lingkungan, khususnya air akibat sampah rumah tangga. Karena itu perlu dipikirkan
teknologi sederhana yang dapat diterapkan kepada masyarakat untuk mengelola
sampah rumah tangga secara swadaya. Sampah rumah tangga secara umum dapat
dibagi dua ada sampah anorganik seperti plastik, gelas dan kaca serta botol kaleng
dan

sampah organik, seperti sisa makanan, sisa sayuran dan

lain-lain.

Salah satu teknik pengolahan sampah organik rumah tangga adalah menggunakan
“KERANJANG TAKAKURA”. Keranjang Takakura (Mr. Takakura adalah Profesor
di Jepang yang sukses melakukan praktek pengolahan limbah organik rumah tangga
di

Jepang)

adalah

media

pengolahan

sampah

secara

biologi,

karena

menggunakan bakteri sebagai pengurai sampah. Keranjang Takakura sendiri adalah
keranjang wadah yang biasa digunakan tempat pakaian kotor sebelum dicuci (rigen)
yang umumnya berkapasitas 50 liter. Berikut ini cara pengolahan sampah organik
menggunakan metoda keranjang Takakura :
1. Cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya tikus tidak
bisa masuk) dan tutupnya.
2. Cari dus bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, asal
bisa masuk ke dalam keranjang. Dus ini untuk wadah langsung dari bahanbahan yang akan dikomposkan.
3. Isikan ke dalam dus ini kompos yang sudah jadi. Tebarkan kompos ke dalam
dus selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi
ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos
yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba
pengurai. Setelah itu masukkan dus tersebut ke dalam keranjang plastik.
4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalam
keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa
makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa sayuran
mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum
dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai
ukuran 2 cm x 2 cm.
5. Setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan
bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti tahap sebelumnya. Demikian
seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan
dikomposkan. Bilamana perlu tambahkan lagi selapis kompos yang sudah
jadi.

Keuntungan metoda pengolahan sampah ini, doos dalam keranjang ini lama tidak
penuhnya, sebab bahan-bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini
beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah
berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah
dapat dimanfaatkan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging
dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos.
Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL
(mikroba loka) tidak digunakan.
http://priscaameliapica.blogspot.co.id/2010/06/solusi-penanganan-pencemaran-lingkungan.html

B. Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila
Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila , seperti dijelaskan
dalam Penjelasan Umum Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa
Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan,
keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia
sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin. Antara
manusia, masyarakat dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang
harus selalu dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian
dan keseimbangan yang dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang
harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan
hidup adalah sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :

1. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala
sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah- NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan
semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus
menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia
merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan Sila ini dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan
merawatnya; selalu menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan
ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-orang yang membuat kerusakan di
muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang selalu bertakwa dan
selalu berbuat baik.
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada
rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan
penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi
kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan
yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain
sebagai berikut :
1. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan
kewajiban asasinya;
2. Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam
sekitar dan terhadap Tuhan;
3. Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta,
rasa, karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari dapat
diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh

lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup;
hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang
sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila
ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup
bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan
sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya.
Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal
5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1)
sampai ayat (2).
Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap
orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang
yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang
benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam
ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;
2. Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan
sosial;
4. Memberikan saran pendapat;

5. Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan.
Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam
hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
2. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah
dalam pembinaan kesatuan bangsa;
3. Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).
Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu
diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan
lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta
penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai
agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan
lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158).
Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi
nilai-nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
ketentuan-ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk
menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang
memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada kehidupan
masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung sebenarnya
ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan
kelestarian lingkungan di daerah itu.
Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
1. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
2. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;
3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;

4. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil
rakyat.
Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain
(Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 560) :
1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:
1. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik,
ekonomi dan sosial budaya;
2. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
4. Menghormati hak milik orang lain;
5. Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual
bagi seluruh rakyat Indonesia;
6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Pengamalan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang
mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya
alam.

https://harrbiyyani.wordpress.com/2013/03/21/pancasila-sebagai-solusi-kerusakan-lingkungan/

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22