LAUT FAKTOR UTAMA INTEGRITAS NASIONAL ME
LAUT FAKTOR UTAMA INTEGRITAS NASIONAL:
MENYIMPUL INDONESIA LEWAT LAUT
OLEH
SUMIYATI
Pendahuluan
Membahas mengenai kawasan Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan tidak
terlepas dari membicarakan masalah letak geografisnya, juga membicarakan masalah integrasi
wilayahnya. wilayah Indonesia yang di satukan oleh laut, merupakan bentangan kepuluan yang
ditarik dari ujung barat pulau Sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, selain itu
terbentang gugusan pulau-pulau kecil seperti kepulauan Maluku yang dikenal dengan pulau
rempah-rempah, dari arah selatan pulau ini tersebar gugusan pualu-pulau Sunda kecil yang
tersebar antara pulau Jawa dan Australia dan jelas terlihat di sini posisi Indonesia menjadi
jembatan antara dua benua besar yaitu benua Asia dan Australia. Pemahaman sejarah nasional
bangsa Indonesia harus seimbang antara pengetahuan sejarah darat dan sejarah laut sehingga bisa
dikatakan sebagai wawasan pengetahuan secara menyeluruh yang disebut “Tanah Air”.
Sejarah panjang bangsa Indonesia merupakan sejarah hubungan melalui komunikasi dan
lalu-lintas antar pulau. Perkembangan navigasi dan tehnologi kapal telah dikenal oleh
masyarakat Indonesia sejak dulu menjadi penunjang pada saat itu.
kegiatan masyarakat
terdahulu yang lebih dominan pada laut telah melekatkan sebuah istilah yang biasa di sebuat
dengan “zaman Bahari”, menurut kamus Umun zaman bahari diartikan sama atau bersinonim
dengan zaman purbakala, bahari di sinonimkan dengan purbakala yang berarti membahas
masalah maritime. Hal ini menjadi sangat penting setelah wawasan nusantara di terima dan
diakui sebagai pandangan resmi yang dianut oleh pemerintah dan bangsa indonesia dimana cara
pandang akan Negara Indonesia bukanlah Negara republic yang terdiri dari pulu-pulau
melainkan Negara kesatuan kepulaun yang memiliki kedaulatan territorial yang termasuk
didalamnya laut dan selat berdasarkan perbatasan yang telah di sepakati.
Panamaan Negara kepulauan bagi Indonesia diumumkan dalam Deklaradi Juanda Tahun
1957 dan baru diputuskan oleh konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hokum laut
(UNCLOS) pada tahun 1982 dan di ratifikasi di Indonesia tahun 1985 dalam undang-undang
no.17 tahun 1985 . pemahaman tentang Indonesia sebagai negara kepulauan masih mengalami
kekeliruan karena sebenarnya harus diartika sebagai Negara Laut yang ditaburi palau-pulau
bukan Negara kepulauan yang di kelilingi oleh laut sehingga membuat cara pikir kita tentang
Negara Indonesia menjadi Negara yang harus memiliki wawasan maritime yang wajib menjadi
prioritas utama dan istimewa.
Nusantara dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa
wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Sedangkan
wawasan Nusantara dipahami sebagai konsep
politik bangsa Indonesia yang memandang
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut
dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yakni menyatukan bangsa
dan negara secara utuh dan menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional meliputi
aspek politik, ekonomi dan sosial budaya.
Sesuai dengan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982
bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) maka peran terdepan wilayah
negara sangat penting sekali, hal ini berkaitan dalam penentuan luas wilayah suatu negara.
Prinsip negara kepulauan menganut cara untuk menentukan luas negara dan perairan
teritorialnya ditarik garis lurus dari pulau-pulau yang paling depan sejauh 12 mil. Jadi apabila
ada pulau-pulau terdepan atau terluar hilang yang berfungsi sebagai titik-titik pengukur, akan
berpengaruh secara otomatis terhadap luas wilayah, hal ini memungkinkan wilayah negara akan
menjadi sempit. Padahal Kita ketahui penentuan wilayah teritorial laut tidak saja berkaitan
dengan kedaulatan wilayah suatu negara, tetapi juga pula menyangkut aspek ekonomi untuk
kesejahteraan rakyat yaitu kekayaan alam yang terkandung di lautan, serta aspek pertahanan dan
keamanan. Oleh sebab itu perhatian terhadap aspek maritim bukanlah hal yang pantas di
lakukan, melainkan menjadi suatu yang wajib mendapat prioritas utama. Dalam hal ini yang
menjadi pokok perhatian adalah menyoroti secara khusus sebagian dari masa bahari1 bangsa dan
negara. Laut sebagai faktor utama yang menyatukan wilayah Indonesia. 2 Posisinya di antara dua
benua dan dua samudra menempati posisi yang strategis terutama dalam perekonomian. Karena
itu
Indonesia seharusnya menjadi negara yang lebih memprioritaskan aspek maritim demi
kemakmuran rakyatnya secara menyeluruh.
1 Masa lampau dan maritim.
2 Sesuai dengan istilah yang dinobatkan sebagai Negara kepulauan yang merupakan arti dari Archipelagic state
yang merupakan bahasa Inggris yang ketika di artikan yang sebenarnya merupakan Negara Laut Utama.
Fakta geografis Indonesia
Fakta geografis wilayah Indonesia yang memiliki wilayah laut yang lebih luas dibanding
wilayah daratan yakni 3,1 juta km dengan panjang garis pantai 81.000 km, yang terdiri dari
17.508 pulau (besar dan kecil). Ini mengukuhkan bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia. Laut sebagai infrastruktur utama yang di tengahnya di taburi pulau-pulau
besar dan kecil memiliki nilai strategis bagi komunikasi sosial budaya masyarakat karenanya
pembangunan nasional harus di arahkan pada pengembangan dan pemanfaatan unur-unsur
kelautan secara keseluruhan yang mencakup dunia perikanan, industri maritim, jasa perhubungan
laut, dan sebagainya.3 Selain itu, kondisi iklim Indonesia yang tropis membuat Indonesia menjadi
salah satu wilayah yang subur dan memungkinkan tumbuh suburnya hasil alam dan
perkembangan yang cukup baik pada ternak.
Laut sebagai faktor integritas nasioanal berawal dari laut menjadi infrastruktur bagi
pelayaran. Melalui kegiatan pelayaran terjadi komunikasi budaya antar daerah dan dengan
adanya alur perdagangan yang terjadinya siar agama baik Islam maupun Kristen. Di Indonesia
ada tiga jalur laut besar yang menghubungkan nusantara yang juga di sebut sebagai laut inti yaitu
Laut Jawa, Laut Banda dan Laut Flores. kekuatan yang menguasai kawasan laut inti ini niscaya
menguasai menguasai wilayah Nusantara. Dengan kata lain daerah inti bukanlah salah satu
pulau di antara puluhan ribu pulau Indonesia, melainkan kawasan bahari yang terletak di tengahtengah Nusantara dan yang terbentang dari barat ke timur. Penguasaan efektif atas laut inti inilah
yang menentukan penguasa seluruh kepulauan Indonesia.
Maritim Dalam Bingkai Sejarah
Nusantara tidak pernah kering dari pembicaraan tentang kemasyhuranya yang telah
menciptakan para peluat – pelaut handal yang telah mengarungi samudera luas. Pencitraan
masyarakat Nusantara yang merupakan pelaut ulung tak pernah asing disetiap telinga penghuni
jagat bumi, banyak hal yang medukung kenapa Nusantara bisa menjadi wilayah yang sangat
Starategis bagi pelayaran itu karena yang terutama letaknya lebih banyak laut yang didalamnya
ditaburi pulau-pulau. Posisi ini menjanjikan potensi alam yang sangat dibutuhkan dan jarang
3 A.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah, 1996. Hal 2
didapat pada wilayah atau belahan dunia manapun. Kekayaan alam yang terkandung dalam
kepulauan Nusantara menjadi primadona dunia salah satunya rempah-tempah,kayu manis dan
juga kayu putih. Letak geografis yang mendukung terjadinya aktifitas niaga adalah karena ini
merupakan kawasan yang memiliki pos-pos perniagaan yang bebas.
Para penjelajah dan pedagang akan lebih memilih pelayaran lewat Nusantara di banding
jalur lain disamping mengurani resiko bajak laut, melewati perairan Nusantara akan lebih aman
dari ancaman cuaca yang tidak menentu, sebab laut dikawasan Nusantara tidak terlalu beriak dan
bergelombang dan jarang terjadi badai. Para pedagang luarpun banyak yang telah menjalin
hubungan perdagangan dengan Nusantara dimana para pedagang dari Cina dan India merupakan
patner dagang yang telah beribu tahun menjalin hubungan dagang dari awal munculnya kerajaan
Sriwijaya hingga kerajaan-kerajaan setelah Majapahit.
Paradikma yang di gunakan oleh sistim pemerintahan Sriwijaya dalam pengembangan
perdagangan dan pelayaran sehingga menjadikanya sebagai Negara dan Kerajaan maritime yang
gilang-gemilang pada masanya, strategi yang sangat brilian yang pernah diterpakan oleh raja
Sriwijaya dalam mempertahankan integritas wilayahnya dan menjamin keamanan bagi para
pelayar yang akan menuju daerah pelabuhannya, strategi ini dengan merangkul para kelompokkelompok bebas yang hidup dilaut dan pengembara laut atau yang dikenal dengan manusia
perahu yang hidupnya hanya bergantung pada laut untuk menjadi para armada
pengaman
lautnya dan mengiring para pelayar terutama para pedagang untuk singgah dan berlabuh
dipelabuhannya.4
Strategi yang digunakan oleh Majapahitpun tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah
dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya. Penguatan sektor wilayah laut menjadi penting untuk
dimempertahankan selain laut penting juga menjaga kedaulatan darat dengan menundukan
wilayah – wilayah yang akan mendukung Integrasi diwilayah teritori Majapahit.
Majapahit dalam pengembangan kehidupan di topang dari dua sistim yaitu sistim
perniagaan dalam hal perdagangan dan mengembangkan sistim agraris. Sistim pertahananyapun
menggunakan strategi laut karena memakai paradigma berpikir negeri laut yang ditaburi pulaupulau (meminjam istilah A.B Lapian: 1998). Dalam mempertahankan integritas wilayahnya
4 Poelinggomang. 2008. Masyarakat Maritim Indonesia. Makalah yang disampaikan dalam seminar sejarah Lokal.
Unhas. Hal 4
Gajah Mada selaku pelaksana pemerintah telah membentuk sebuah sistim pertahanan wilayah di
laut dengan memberikan pengawasan yang ketat terhadap daerah bawahan baik yang terdekat
maupun yang terjauh sampai diwilayah Sunda kecil ke Flores dan Ternate di arah timur dan
daerah Campa dan Ayuthea wilayah utara sampai Johor dan beberapa kerajaan Melayu yang
berada di Wilayah barat. Pada pola penjagaan wilayah lautnya bahkan sudah dikenal pola patroli
laut dan konvoi ekspedisi, baik sebagai pengaman jalur perdagangan maupun sebagai sistem
pertahanan.
Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain dibakar
semangat kebangsaan patriotik di bawah komando Mahapatih Gajah Mada, juga banyak
disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari berupa kapal
bercadik yang menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya.
Paradikma masyarakat Nusantara yang merupakan masyarakat yang hidup lebih banyak
tergantung pada laut berubah drastis setelah masuknya Portugis pada tahun 1511 dan Malakka di
taklukan. walaupun pangeran pati Unus dari Jepara berusaha menghadang dan melumpuhkan
ekspansi Portugis namun gagal. Perubahan cara pikir masyarakat tentang laut, seolah laut
merupakan suatu mimpi buruk yang harus di jauhi dan sumber malapetaka yang tidak boleh di
dekati dan itu semakin parah dengan hadirnya armada Belanda yang membangun Persekutuan
Dagang Hindia Timur atau di kenal dengan VOC pada tahun 1602. Pelarangan berlayar tanpa
adaya pas jalan dan meminimalisir hunungan niaga dengan penerapan pajak yang tinggi pada
pelbuhan-pelabuhan tertentu yang merupakan pusat niaga menjadi faktor secara tidak langsung
mengunci masyarakat Nusantara pada nalar darat. Ditambah lagi dengan pemusnahan dan
memerangi kapal dan perahu-perahu masyarakat yang telah lama mendiami laut dengan
menyebutnya sebagai bajak Laut5
Pembangunan
maritime tidak pernah berhenti. banyak wilayah-wilayah baru
bermunculan sebgai basis maritim yang lebih besar dan kuat. Di wilayah timur Nusantara ada
kerajaan besar juga yang telah mengalihkan kerajaannya dari agraris menjadi kerajaan maritim
yaitu kerajaan kembar Gowa-Tallo yang di motori oleh Karaeng Tummaparisi’ Kallonna yaitu
Raja ke-9 Gowa pusat kerajaan di bangun di Sumba Opu daerah pesisir yang juga dekat dengan
sungai Je’eneberang yang merupakan sungai penghubung kedaerah pedalaman. Dengan
5 A.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah, 1996. Hal 7
pengembangan maritim yang semakain maju dan untuk menjaga itu semua kerajaan Gowa
menjalin banyak hubungan dengan kerajaan-kerajaan dalam wilayah sulawesi termasuk kerjaan
kembar Pitu Ba’bana Binanga yang berada di Mandar dan merupakan kerajaan Maritim dengan
basis laut sebagai penopang hidup yang utama. Kerajaan gowa melakukan banyak ekspansi
kewilayah-wilayah strategis di luar wilayah Sulawesi termasuk Ternate dan Tidore, Sumbawa,
dan kalimantan.
Kerajaan Gowa betul-betul menjalankan pola maritim sehingga terkenal dengan para
pelaut-pelautnya yang telah mengarungi belahan dunia dan yang tidak harus kita lupakan sorang
bangsawan Gowa yang terkenal dengan Nama Karaeng Pattingaloang yang telah menggabar
peta dunia, yang menjabat sebagai Tuma Bicara Butta dalam kerajaan Gowa merupakan tokoh
yang berperan penting dalam kemajuan serta keberhasilan kerajaan Gowa mencapai puncak
kejayaanya.
Perkembangan maritim bukan hanya kita melihat dari perkembangan kerajaan yang besar
namun juga harus kita lihat dari perkembangan masyarakatnya, seperti yang telah dikembangkan
oleh manusia perahu atau yang dikenal dengan suku Bajoe, mereka tinggal di suku perahu dan
kehidupan berpidah-pindah menjadi chiri khas dalam perjalanan hidup mereka. Banyak yang
mengidentifikasikannya sebagai suku Bugis yang telah lama malang melintang pada perairan
nusantara, mengarungi banyak pulau dan hidup diatas deru ombak. Jika kita berbicara masalah
maritime bukan hanya pada wilayah lautnya melainkan bagai mana kita mampu mengolah laut
seingga bisa memberikan kesejahteraan bagi bangsa yang memang,seharusnya sejahtera.
Dalam perjalanan sejarah telah banyak mencatat bagaimana dinamika perkembangan
sepak terjang kerajaan besar yang telah membangun negeriya dengan basis dan pemikiran
maritim dan niaga. Pembacaan keadaan yang secara tepat dibaca oleh Karaeng Tumaparisin
Kalonna, telah membawa kerajaan Gowa-Tallo pada jaman Keemasanya. Raja Gowa-Tallo juga
menjalin hubungan baik dengan Pedagang Portugis dan memberi hak istimewa untuk itu, tanpa
membatasi kebebasan berdagang pada pedagang di luar Portugis.
Memasuki pada perjalanan 60 tahun Proklamasi Kemerdekaan, harus jujur kita akui
bahwa budaya maritim yang pernah kita miliki berabad-abad lalu telah lama kita tinggalkan. Ada
beberapa faktor dan indikator yang dapat menjelaskan mengapa kita kehilangan budaya Maritim.
o Pertama, budaya maritim bangsa Indonesia mengalami kemunduran pada abad ke18 ketika kolonialis Belanda mulai membatasi akses masyarakat Indonesia saat
itu untuk berhubungan dengan laut, seperti larangan berdagang dengan pihak
selain Belanda. Padahal, suatu peradaban muncul dan berkembang pada awalnya
dari wilayah pantai, di mana penduduk yang bersangkutan memiliki kesempatan
untuk berinteraksi dengan pendatang asing. Akibatnya, budaya Maritim menjadi
luntur.
o Kedua, kebijakan kurang berpihak pada bidang Maritim Sebagai contoh,
penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) bagi daerah otonom dirumuskan
berdasarkan perbandingan luas wilayah darat terhadap penduduk. Sehingga wajar
bila Gubernur Maluku menuntut keadilan DAU karena wilayah lautnya lebih luas
daripada daratan. Ini menunjukkan bangsa kita tidak peka dan tidak peduli
terhadap keberadaan laut yang mempersatukan kepulauan Nusantara.
o Ketiga, bangsa kita tidak bisa menangkap momentum kebangkitan Asia Pasifik di
mana sea trade meningkat tajam. Ironisnya, perusahaan pelayaran nasional justru
menjadi lumpuh karena kalah bersaing dengan perusahaan pelayaran asing yang
didukung oleh permodalan yang kuat. Beruntunglah pada tahun ini lahir Inpres
Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional.
o Keempat, kita kurang serius memanfaatkan UNCLOS 1982 padahal UNCLOS
1982
o merupakan prestasi terbaik kita dalam memperjuangkan konsepsi negara
kepulauan. Bangsa kita kurang maksimal memanfaatkannya. Akibatnya, isu
perbatasan pulau-pulau terluar tidak maksimal tertangani. Tidak mengherankan
bila sewaktu-waktu bisa saja terjadi insiden seperti kasus Gugus Tempur Kapal
Induk USS Carl Vinson pada Juli 2003 di perairan Bawean dan lepasnya pulaupulau terluar, seperti Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Hal tersebut dapat saja
terulang kembali bila tidak diwaspadai.
o Kelima, bangsa kita belum memanfaatkan laut dengan sebaik-baiknya. Sebagai
contoh, peluang pemanfaatan potensi perikanan laut yang begitu melimpah belum
dikelola untuk menghasilkan keuntungan ekonomis bagi Negara Dengan luas
wilayah perairan yang mencapai 3,2 juta kilometer persegi, ditambah hak atas
sumber daya laut di perairan ZEE seluas 2,7 juta kilometer persegi, menghasilkan
sekitar 6,7 juta ton ikan setiap tahun. Namun, kenyataannya, ikan hasil tangkapan
dari wilayah perairan Indonesia pada umumnya dinikmati oleh pengusahapengusaha asing.
Pelayaran Dan Perdagangan
Selama berabad-abad lamanya kerajaan-kerajaan kecil yang terpencar letaknya di pulaupulau Indonesia secara ekonomi, kultural,dan sewaktu-waktu secara politis telah tergabung atau
digabungkan dalam satuan yang lebih besar. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar pulau
memungkinkan bagi penduduknya yang telah mengembangkan suatu jaringan hubungan maritim
yang lebih baik, yang di dukung oleh kemajuan teknologi kapal, dan keahlian navigasi. Sifat
internasional dari pelayaran dan perdagangan telah nampak pula pada zaman kerajaan-kerajaan
Hindu. Dalam pelayaran dan perdagangan masa lalu angin memiliki peran penting. Pengetahuan
tentang angin darat dan angin laut adalah pengetahuan yang sangat penting bagi para nelayan
karena dengan demikian mereka bisa menentukan waktu yang baik untuk turun kelaut, dan
lebih luasnya lagi dengan adanya penguasaan tentang angin musim, bagaimana para pedagang
memanfaatkan angin musim untuk melakukan pelayaran dalam kegiatan perdagangan. Pelayaran
besar yang tergantung pada angin sudah tentu memerlukan pengalaman dan pengetahuan tentang
sistim angin di perairan ini.
Keadaan iklim dan geografis Indonesia memungkinkan pelaut-pelaut pribumi mencari
baringanya pada pulau-pulau, gunung-gunung, dan tanjung-tanjung jika berlayar menyusuri
pantai. Kemudian pada malam hari mereka menggunakan bintang-bintang untuk menentukan
posisi mereka di tengah laut. Dan yang lebih menarik lagi pengetahuan tentang sistim angin di
setiap daerah berbeda-beda. Dan perkembangan navigasi di seluruh Indonesia berbeda-beda,
karena masih banyak yang melakukan pelayaran dengan berpegang dengan pengetahuan yang
diperoleh dari turun- temurun, ada juga yang berlayar dengan menggunakan intuisi. Jadi masingmasing suku bangsa telah mengembangkan budaya maritimnya, menurut arah, selera, kebutuhan,
dan daya ciptanya sendiri. Dalam perlayaran dan perdagangan masa lalu, banyak ditemui jenis
perahu yang sering digunakan, namun beberapa yang dikenal antara lain perahu bercadik, perahu
tidak bercadik dan perahu lesung.
perkembangan perdagangan maritim mengalami kemajuan yang sangat pesat ketika abad
ke-15 dimana rempah-rempah menjadi komuditi utama yang paling laku di pasaran dunia
khusunya Eropa. Pada masa itu Malaka berhasil menjadi pelabuhan utama bagi perdagangan
rempah-rempah dan daerah transit bagi para pedagang baik luar maupun lokal. Tom pires
menjelaskan bagaimana Malaka memiliki jaringan perdagangan yang sangat luas. Dari hubungan
dagang yang sangat luas, Malaka berinteraksi hampir dengan seluruh wilayah
nusantara
begitupun dengan daerah lainya seperti pada trayek Timor dan Maluku dengan hasil alamnya
yang sangat penting. kemudian bagaimana Bahasa Melayu menjadi bahasa pemersatu dalam
dunia perdagangan di pelabuhan Malaka dan kemudian bahasa melayu digunakan sebagai bahasa
pemersatu bangsa Indonesia sampai hari ini. Perdagangan rempah-rempah telah membuka
banyak jalur pelayaran bagi perdagangan maritim, ketika banyak kemudian para pedagang Eropa
datang dan ada beberapa yang kemudian membuka jalur atau rute perjalan yang baru.
Selain rempah-rempah, hasil hutan juga merupakan salah satu komuditi ekspor yang
penting, dan barang lainya yang tidak kalah pentingnya dan juga diekspor adalah budak belian
yang kemudian diperlukan di istana, rumah bangsawan dan hartawan, namun biasa juga budak
dipekerjakan sebagai buruh kasar di pelabuhan dan sebagai pendayung perahu perang, mereka
yang menjadi budak lebih banyak karena kalah perang dan ada juga yang menjadi budak karena
melanggar adat atau tidak mampu membayar utang, dan yang seperti ini biasanya hanya bersifat
sementara karena sampai utangnya lunas.6
Perdagangan merupakan media yang juga di gunakan sebagai siar agama baik Islam,
Kristen maupun agama lainya, namun yang mengakar di Indonesia adalah agama Islam yang di
bawa oleh para pedagang dari Arab, Cina, dan India dan sebagian Kristen yang juga di bawa
oleh para pedagang seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda yang banyak di temukan di wilayah
timur Indonesia khususnya pulau NTT dan tersebar di seluruh Indonesia. Dua agama yang
memiliki pengaruh yang sangat kuat dan masih terasa sampai sekarang, dan dari dua agama ini
juga banyak kemudian kebudayaan yang terlahir. Perkembangan pengaruh Islam di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh politik yang ada di luar nusantara seperti dengan kejayaan Turki
Otoman yang pada tahun 1453 berhasil menaklukan Kostantinopel. 7 pada jaman kerajaam Islam,
6 A.B Lapian, Pelayaran dan Perdagangan Nusantara abad ke-16 dan 17, Komunitas Bambu, Jakarta, 2008. Hal 86
7 M.C. Riclefs, Sejarah Indonesia Moderen, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2007. Hal 31
jalur perdagangan antar Pulau di Indonesia menjadi bagian yang inheren dalam konteks
perdagangan internasional.
Perdagangan maritim sangat penting sebagai media integrasi baik secara politik maupun
ekonomi, dan ini sangat di sadari sepenuhnya oleh kolonial Belanda, yang kemudian pada abad
ke-17 hingga abad ke- 19, kebijakan politik lebih di fokuskan pada perdagangan maritim,
terutama dari dan ke pulau Maluku yang merupakan daerah asal rempah-rempah. Kemudian di
tegaskan dengan dioperasikanya Koninklije Pakervaart maatschappij (KPM) pada tahun 1891,
yang difokuskan khusus pada integrasi ekonomi dan politik nusantara di bawah payung politik
Hindia Belanda, dan kemudian setelah kemerdekaan KPM dinasionalisasi dan diganti menjadi
PELNI tahun 1957. 8
Pemanfaatan laut sebagai transportasi dan perdagangan maritim telah menimbulkan
dinamika sosial dan politik antar kekuatan politik lokal maupun asing di masa lalu. Seperti yang
telah dilakukan oleh tiga kerajaan yang berada di wilayah timur Nusantara antaralain : Gowa,
Buton dan Maluku, yang menfokuskan pembangunan pada sektor kemaritiman, hanya kemudian
yang berkembang dan mencapai puncak keemasanya pada abad ke-17 adalah kerajaan Gowa.
Seiring dengan perkembangan perdagangan maritim yang berkembang pesat, kerajaan Gowa
menjalin hubungan persahabatan dengan banyak kerajaan di Sulawesi lainya, seperti kerajaan
Pitu’ Babana Binanga yang berada di Mandar yang merupakan kerajaan maritim dengan basis
laut sebagai penopang hidup yang utama dan beberapa wilayah yang terintegrasi kedalam politik
pemerintahan Gowa-tallo seperti Bima, Sumbawa dan beberapa wilayah selatan Nusantara.
Persaingan memberi warna tersendiri pada dinamika perkembangan perdagangan maritim, yang
kemudian tambah rumit dengan kedatangan Eropa, terutama bangsa Belanda yang kemudian
membentuk persekutuan dagang (voc) dan ikut terlibat.
Integrasi wilayah Nusantara menjadi satu kekuatan politik karena adanya kesamaan baik
dalam hal kepercayaan, budaya, maupun asal ras. Masyarakat Nusantara secara keseluruhan
menganut paham bahwa laut bebas dan siapun boleh berlayar sesuka hati mereka tanpa batasan,
pengetahuan yang sama mengenai Batara Guru, dan pemahaman bahwa gunung dan laut
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena pandangan masyarakat masa lalu tidak
ada pengklaiman pada laut, karena masyarakat masa lalu memiliki otonomi relasional, dimana
8 ABD. Rahman Hamid, Spirit Bahari Orang Buton, Makassr, Rayhan Intermedia, 2010. Hal 3
dalam masyarakat selalu ada interaksi dan sistim saling melengkapi untuk hidup. Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memang tidak terpisahkan, karena memiliki ikatan secara
kultural dan saling melengkapi satu sama lain, seperti ketika naik sebuah peradaban satu daerah
akan mempengaruhi daerah lainya yang ada di sekitarnya. Kemudian terpotong dengan
kedatangan bangsa Eropa terutama dengan di bentuknya VOC.
Perekembangan pelayaran dan perdagangan maritim terangsang dari posisi Nusantara
yang memang merupakan masyarakat bahari dan sudah sejak lama sadar dengan persatuan
bangsa dan Negara, sehingga saat berbicara masalah integritas nasional masyarakat merasa
bukanlah suatu yang baru karena keseluruhan Indonesia telah mereka susuri dalam pelayaran
bahari dengan pemanfaatan laut sebagai infrastruktur. Tidak ada pemetaan tentang batas pulau
karena Indonesia disatukan oleh laut.
Integritas Nasional
Integritas nasional karena adanya hubungan manusia secara struktur yang akan
menciptakan hubungan antara daerah atau wilayah baik dalam bentuk persahabatan maupun
hubungan diplomasi , dalam hal ini menjadi pondasi utama integrasi nasional adalah pandangan
Maritim, dengan adanya hubungan lewat laut memungkinkan terjadinya komunikasi Budaya.
Dalam hal ini kita merujuk pada pandangan Broundel yang dimana melihat laut sebagai unsur
pemersatu dan kenyataan bahwa bangsa Indonesia merupakan kesatuan politik yang mengikat
beribu pulau. Laut sebagai sarana transportasi menjadi sarana utama dalam hubungan dengan
daerah luar, sehingga dari hubungan ini terjadi kegiatan perdagangan, pertukaran budaya,
maupun siar agama.
9
kemajuan budaya akan tampak pada perkembangan kota pantai dimana
pelabuhan sebagai dinamika perdagangan dan pelayaran dan menjadi pusat kekuatan politik.
Pada abad ke-16 pelayaran dan perniagaan membawa perubahan yang cukup besar bagi
kehidupan masyarakat Nusantara pada umumnya, seperti perubahan agama, politik dan ekonomi
kemudian terjadi perubahan sosial. Pada masa ini terjadi perubahan jalur perdagangan dan rute
pelayaran yang sebelumnya berpusat di Malaka , namun setelah Malaka ditaklukan oleh
Portugispada tahun 1511 banyak daerah yang sebelumnya tidak terlalu menarik kemudian
muncul menjadi daerah perniagaan yang ramai, seperti kerajaan Aceh, beberapa kerajaan pesisir
9 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia jilid III, Jakarta, Balai
Pustaka, 1948. Hal 189
di Jawa, dan kerajaan Gowa-tallo. Kemudian beberapa kerajaan menjalin hubungan, baik
hubungan persahabatan maupun hubungan diplomasi, integrasi merupakan proses penyatuan
wilayah dan mengkombinasikan banyak suku bangsa menjadi satu. Kenapa kemudian bangsa
harus memiliki perekat karena tampa perekat maka bangsa Indonesia yang terdiri dari pulaupulau akan berdiri sendiri-sendiri tampa sadar bahwa masyarakat nusantara merupakan bangsa
yang memiliki kultur yang sama, yang dimana pada awalnya percaya pada dewa-dewa dan lain
sebagainya dan kenapa harus ada integrasi karena integritas nasional menyangkut berbagai
elemen yang selain berkaitan dan bervariasi. Dalam integritas nasional terdapat unsur yang
saling menguntungkan.
Integritas nasional semakin jelas dengan adanya Deklarasi Juanda tahun1957 dimana
isinya menjelaskan tentang wilayah Indonesia dan menegaskan bahwa bahwa wilayah baik
pulau terdepan maupun yang terdalam di satukan oleh laut. Integrasi nasional di pandang utuh
dalam proses penyatuan yang mencakup cara dan proses penyatuan di mana orang yang berada
di dalam sebuah wilayah yang berbeda dan memiliki perbedaan etnik, sosial-budaya, latar
belakang ekonomi merasa bahwa mereka merupakan satu kesatuan sebagai bangsa. Kompenen
yang penting dalam pembentukan perasaan sebagai satu kesatuan dan identitas bersama adalah
dengan adanya pengalaman yang sama dalam sejarah dan politik.
Konsep integritas nasional setelah kemerdekaan, secara sadar telah ada jauh sebelum
kemerdekaan bangsa dari kolonialisasi barat, dimana melaui laut sebgai infrastruktur dan
perdagangan maritim sebagai kegiatannya telah mengintegrasikan sejumlah kawasan nusantara
dalam kesatuan politik bangsa Indonesia, dengan ini yang harus kita pahami adalah bagai mana
kemudian kita membangun kembali pelayaran dan perdagangan jalur laut, serta memaksimalkan
funsi laut, disamping sebagai jalur transportasi laut, juga pemanfaatan sumber daya alam laut,
dan laut juga sebagai basis pertahanan dan keamanan wilayah .
Beberapa konsep yang menguraikan tentang integritas nasioanal salah satunya adalah
Broundel menekankan bahwa, laut mengandung dinamika yang menciptakan kesatuan antar
manusia lewat transportasi, perdagangan, dan pertemuan budaya. Dimana integritas merupakan
proses penyatuan yang membentuk kesatuan politik yang mengikat pulau,suku dan bangsa yang
kemudian membentuk pemerintahan pusat.
10
dengan demikian penyatuan bangsa Indonesia
10 Safri Burhanuddin dkk, sejarah maritime Indonesia, pusat kajian sejarah & budaya maritime Asia Tenggara,
2003. hal 7
merupakan integritas yang tercipta dari kegiatan pelayaran dan perdagangan masa lampau,
sehingga tercipta integritas budaya, dan penyatuan secara politik.
Laut dipandang penting oleh pemeintah jokowi sebagai sebuah potensi alam yang akan
memberikan kelimpahan bagi rakyat indonesia dengan banyaknya potensi yang terpendam,
namun yang terlupakan adalah memahami laut sebgai konsep penyatuan secara gegrafis,
meminjam istilah AB. Lapian “laut adalah faktor pemersatu” seharusnya dipahami sebagai
sebuah penguatan integritas bangsa, penguatan dalam bidang politik dan ekonomi bukan malah
sebaliknya yang membangun pemahaman yang berat sebelah terhadap kelautan karena tetap
dipandang sebagai pemisah.
Dalam pembelajaranpun yang disuguhkan hanyalah “mitos” nenek moyang bangsa
indonesia adalah para pelaut ulung namun tidak ada lanjutan yang menjelaskan kenapa menjadi
pelaut ulung? Apakah karena memiliki persenjataan?, atau memiliki kapal yang besar?. Mereka
menjadi pelaut yang ulung karena integrasi yang terbangun dengan kuat dan sistematis, ada
konsesi penyatuan yang disadari penting unuk dijaga.
Konsep Negara Maritim dan Ketahanan Nasional.
Pemahaman Negara Maritim. Diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13
Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep wawasan nusantara, UU
No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di
antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia,
dengan tidak memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis- garis yang menghubungkan titik terluar pada
pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang". Pada tanggal
18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi Negara Maritim Indonesia, dengan tindak
lanjut Konsep Pembangunan Negara Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional.
Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah,
zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia.
Perkembangan Wawasan dan Pembangunan Kelautan. Pada tanggal 26 September 1998
kembali dicanangkan Deklarasi Bunaken dengan tidak lanjut The Ocean Charter. Isi Deklarasi :
Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi laut.
Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk
pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia. Visi Kelautan terus
berkembang hingga era reformasi dengan Pembangunan Maritim Indonesia (1998-2004)
mencakup aspek : Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim, Pertambangan dan Energi,
Wisata Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan Kelembagaan Maritim. Berdirinya Kabinet
Gotong Royong dan Kabinet Persatuan (1999-2004) dengan tindak lanjut dibentuknya
Departemen Eksplorasi Laut yang akhirnya menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan.
Beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan World Ocean Conference 2009 di Menado yang
juga telah menunjukan peran dan wawasan kelautan bangsa Indonesia kepada dunia
Internasional.
Pengembangan Negara Maritim. Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi
wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara
maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa
yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa
dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara
dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Pengembangan Negara Maritim. Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi
wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara
maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa
yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa
dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara
dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Pendukung dalam mewujudkan ketahanan nasional adalah dengan memaksimalkan
penjagaan pada sektor laut dalam hal ini pemerintah memperhatikan sistem pertahanan dan
keamanan untuk menjamin tegaknya hukum dan perlindungan beserta potensi nasional yang
dimiliki di wilayah perairan yurisdiksi Indonesia, harus berada dalam kerjasama taktis
pengendalian penuh. Dengan begitu kekuatan maritim Indonesia akan tumbuh dan berkembang
sesuai dengan karakter negara kepulauan yang juga memiliki kawasan laut internasional serta
syarat untuk memenangkan perang yang memiliki arti strategis harus cepat dikuasai.
Seorang akademisi memaparkan secara rinci mengenai peran navies (Angkatan Laut) secara
universal dengan memiliki fungsi trinity ideas dalam pelaksanaan operasi patroli bersama,
yakni11
1. Military
Peran militer merupakan fungsi pokok dari trinitas Booth yang membentuk karakter
Angkatan Laut. Peran ini umumnya digunakan pada saat terjadi konflik di laut dengan
penggunaan ancaman dan kekuatan perang. Penggunaan militer tersebut ditujukan dalam
keadaan damai maupun perang diantaranya : strategic nuclear deterrence. conventional
deterrence and defence, extended deterrence and defence, international orde.
2. Diplomatic
Selain menunjukkan keunggulan maneuver kapal perang Angkatan Laut, negara juga
meyakinkan negara-negara yang menjadi target utamanya melalui suatu cara tanpa
penggunaan kekuatan senjata. Diplomasi adalah salah satu cara meyakinkan lawan akan
keunggulan yang ditawarkan, tujuan dari diplomasi itu sendiri adalah selalu menghindari
upaya penggunaan kekuatan senjata, begitupun juga di salam suatu perkumpulan negaranegara sahabat dapat bekerjasama membantu terlepas dari konflik yang terjadi.
3. Policing/constabulary
Policy ditekankan pada wilayah perairan territorial, dan dikhususkan mengatur kebutuhan
masyarakat terhadap tantangan keadaan dunia luar. Peranan ini ditugaskan termasuk di
dalamnya polisi perairan, penjaga perbatasan, serta bantuan militer hingga instansi
masyarakat. Pertahanan maritime negara-negara pantai sebagian besar tergantung pada
11 Ken Booth. 1977. Navies and Foreign Policy, New York: Crane, Russak & Company.Inc,
Hal20-25
stabilitas tatanan internasional. Bagaimanapun juga kecilnya angka kapal perang
setidaknya memiliki pengaruh terhadap kekuatan militer mereka.
Peran Angkatan Laut secara tradisional pun tidak bisa berperan banyak, karena tidak
sama dengan melawan musuh peperangan, maritime security operations dan law enforcement
lebih memungkinkan untuk dilaksanakan di waktu sekarang maupun yang akan datang dengan
berbagai pertimbangan kebijakan. Indonesia yang merupakan negara kepulauan seharusnya sadar
benar dengan pentingnya keamanan jalur laut sebagai infrastruktur paling vital, jalur pelayaran
terutama pada wilayah terdepan dan lintas negara menjadi perioritas utama dalam pengawalan
keamanan.
Kasus terkait pelayaran laut yang baru-baru ini terjadi adalah pembajakan sebuah kapal
angutan batubara yang melintasi Filipina dibajak oleh sekelompok perompak teroris walaupaun
kapal dan sandera berhasil dibebaskan itu seharusnya tidak memberhentikan para pemangku
pemerintah untuk berpikir dan meracang bagaimana seharusnya pengamanan jalur laut bsa
diatasi. Karena peristiwa-peristiwa perampokan yang terjadi dilaut tidak terjadi satu atau dua kali
saja melainkan berkali-kali. Tekait dengan hal lain yang penting diperhatikan adalah pelanggaran
wilayah Alki yang sangat sering dan memicu konflik yang berkepanjangan dan berujung dengan
terlepasnya pulau-pulau terdepan seperti ligitan dan sapan. Yang tidak pernah berhenti sampai
hari ini adalah kasus celah Timur yang selalu luput dari informasi dan kahirnya menjdi wilayah
galangan minyak yang di sponsori oleh Australia.
Ketahanan maritim tidak hanya berupa pengamanan terhadap sumber daya laut yang
dimiliki yang sebenanya tidak menyentuh secara keseluruhan substansi yang sebenarnya.
Berbicara kemaritiman adalah berbicara integritas nasional, kesatuan nasional dan kedaulatan
nasional dan ini menjadi hal yang penting yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi kita
bangsa Indonesia yang merupakan negara Kepulauan.
Untuk memujudkan hal tersebut Buzan berpendapat, bahwa konsep keamanan terdapat di
dalamnya politik yang berperan penting dalam menjustifikasi penggunaan militer, maupun
intensitas peran pemerintahan. Hal lain dalam pemikiran kemaritiman, pembahasan tidak hanya
mengenai konsep pertahanan pertahanan maritim yang beskala militer akan tetapi juga termasuk
pada permasalahan pertahanan terhadap ancaman non-militer, antara lain penyelundupan kayu,
imigran gelap, pencurian sumber daya kelautan, dan berbagai jenis pelanggaran lainnya.
Pemahaman Ketahanan Nasional
1. Ketahanan Nasional di Laut.
Ketahanan Nasional dapat diatasi dengan baik oleh bangsa Indonesia, maka tercapailah suatu
keadaan yang dinamakan ketahanan nasional untuk mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu
pemahaman yang dinamakan "geostrategi" secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk
memperkuat ketahanan diberbagai bidang yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
militer, kehidupan beragama dan pembangunan. Lingkungan laut atau maritim mempunyai lima
dimensi strategi Militer yang saling berhubungan meliputi :
a. Dimensi ekonomi. Penggunaan laut sebagai media perhubungan, transportasi dan
perdagangan telah dimanfaatkan sejak dahulu hinga sekarang, dan hampir 99,5 % pergerakan
roda perekonomian di dunia adalah melewati jalur laut, volume muatan meningkat delapan
kali sejak tahun 1945 dan kecenderungan semakin meningkat sampai sekarang. Telah
diyakini bahwa perdagangan lewat laut yang terpadat adalah 6 melalui Selat Malaka atau
melalui jalur alternatif ALKI I,II,III.
b. Dimensi Politik. Perubahan dimensi politik dari lingkungan maritim berkembang sangat
tajam semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah besar Negara pantai, khususnya bagi dunia
ketiga, perairan yang berbatasan dengan pantai memberikan prospek satu- satunya untuk
perluasan. Tuntutan kedaulatan sering merupakan tindakan politik untuk mendapatkan
konsekuensi ekonomi daripada sekedar perhitungan jangka panjang tentang untung dan
ruginya. Perselisihan atas perbatasan laut seringkali lebih dimotivasi oleh simbol politik dari
perhitungan biaya dan manfaatnya.
c. Dimensi Hukum. Basis dimensi hukum dalam lingkungan maritim adalah Konvensi PBB
tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982). Kecenderungan dari penekanan hukum
di laut sekarang lebih banyak dipokuskan pada masalah lingkungan hal mana dapat berakibat
pembatasan gerakan kapal dan mengurangi hak Negara bendera, disamping itu ada kebutuhan
untuk penertiban lebih efektif atas rezim yang ada khususnya yang berhubungan masalah
perikanan dan perdagangan narkoba secara illegal.
d. Dimensi Militer. Di laut dimensi militer selalu berkembang mengikuti perkembangan
teknologi, sehingga profesionalisme Angkatan Laut suatu Negara selalu dikaitkan dengan
penguasaan dan penggunaan teknologi yang mutakhir.
2. Stabilitas Ketahanan Nasional. Setiap bangsa mempunyai cita- cita yang luhur dan indah
yang ingin dicapai yang lazim dinamakan tujuan nasional. Dalam usaha mencapai tujuan
nasional tersebut setiap bangsa akan menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan yang
harus ditangani. Untuk itu suatu bangsa harus mempunyai kekuatan, kemampuan, daya tahan
dan keuletan yang dinamakan ketahanan nasional.
Upaya kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup yang kerta raharja
dalam suasana demokratis, adil dan merata, dengan kata lain, berkembangnya masyarakat
madani Indonesia (Indonesian civil society). Kemantapan keamanan nasional dan adanya
masyarakat yang madani akan menjamin dapat dikembangkannya kesejahteraan nasional.
Sebaliknya kemantapan kesejahteraan nasional akam menjamin terciptanya stabilitas
nasional. Dengan meningkatnya kemantapan kesejahteraan nasional dan diikuti oleh
meningaktnya kemantapan nasional, maka melalui pemerataan pembangunan yang
konsepsional dapat dicapai stabilitas nasional yang dinamis.
Dalam dinamika inilah ketahanan nasional harus diwujudkan dengan menggunakan
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security
approach). Ketahanan nasional mencakup dua aspek, yaitu aspek alamiah dan aspek
kemasyarakatan.
Aspek alamiah meliputi : Kondisi georafis Negara, keadaan dan kekayaaan alam serta
keadaan dan kemampuan penduduk. Sedangkan aspek kemasyarakatan: Ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan, aspek-aspek tersebut tidak ditinjau
secara terpisah-pisah melainkan memiliki korelasi secara keseluruhan merupakan suatu
konfigurasi yang menimbulkan daya tahan nasional.
Kesimpulanya: Kebijakan Kelautan Nasional merupakan kebijakan pemerintah Republik
Indonesia yang menyangkut pengelolaan laut yurisdiksi nasional secara terpadu dan
komprehensif. Hal tersebut akan bertumpu pada tiga bidang pokok, yaitu Politik, Ekonomi dan
Pertahanan Keamanan, oleh karena itu langkah awal yang harus dilakukan adalah penciptaan
ocean governance guna mewujudkan ketahanan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijoyo,Suwarno. Konsilidasi wawasan maritim Indonesia,Jakarta: Pusat Kajian Reformasi,
2005.
Burhanuddin, Safrudin., Sejarah Maritim Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Sejarah dan Budaya
Maritim Asia Tenggara, 2003.
Lapian,Adrian B., Pelayaran Dan Perdagangan Abad Ke-16 & 17, Jakarta:Komunitas Bambu,
2008.
.,Orang Laut, Bajak Laut, Raja laut,(Sejarah Kawasan Laut Sulawesi) , Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009.
., Laut, Pasar dan Komunikasi Budaya, makalah Kongres nasional, Jakarta, 1996.
Rahman,Abd., Spirit Bahari Orang Buton, Makassar: Rayhan Intermedia, 2010.
Riclefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.
Vlekke, Bernard H.W., Nusantara, Sejarah Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008.
Artikel: Diyauddin,” Posisi Tawar Militer dan Pertahanan Keamanan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauan Dalam Geostrategi”.
Makalah : AA.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah,
1996.
Makalah : Poelinggomang. 2008. Masyarakat Maritim Indonesia. Makalah yang disampaikan
dalam seminar sejarah Lokal di Unhas. Makassar
MENYIMPUL INDONESIA LEWAT LAUT
OLEH
SUMIYATI
Pendahuluan
Membahas mengenai kawasan Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan tidak
terlepas dari membicarakan masalah letak geografisnya, juga membicarakan masalah integrasi
wilayahnya. wilayah Indonesia yang di satukan oleh laut, merupakan bentangan kepuluan yang
ditarik dari ujung barat pulau Sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, selain itu
terbentang gugusan pulau-pulau kecil seperti kepulauan Maluku yang dikenal dengan pulau
rempah-rempah, dari arah selatan pulau ini tersebar gugusan pualu-pulau Sunda kecil yang
tersebar antara pulau Jawa dan Australia dan jelas terlihat di sini posisi Indonesia menjadi
jembatan antara dua benua besar yaitu benua Asia dan Australia. Pemahaman sejarah nasional
bangsa Indonesia harus seimbang antara pengetahuan sejarah darat dan sejarah laut sehingga bisa
dikatakan sebagai wawasan pengetahuan secara menyeluruh yang disebut “Tanah Air”.
Sejarah panjang bangsa Indonesia merupakan sejarah hubungan melalui komunikasi dan
lalu-lintas antar pulau. Perkembangan navigasi dan tehnologi kapal telah dikenal oleh
masyarakat Indonesia sejak dulu menjadi penunjang pada saat itu.
kegiatan masyarakat
terdahulu yang lebih dominan pada laut telah melekatkan sebuah istilah yang biasa di sebuat
dengan “zaman Bahari”, menurut kamus Umun zaman bahari diartikan sama atau bersinonim
dengan zaman purbakala, bahari di sinonimkan dengan purbakala yang berarti membahas
masalah maritime. Hal ini menjadi sangat penting setelah wawasan nusantara di terima dan
diakui sebagai pandangan resmi yang dianut oleh pemerintah dan bangsa indonesia dimana cara
pandang akan Negara Indonesia bukanlah Negara republic yang terdiri dari pulu-pulau
melainkan Negara kesatuan kepulaun yang memiliki kedaulatan territorial yang termasuk
didalamnya laut dan selat berdasarkan perbatasan yang telah di sepakati.
Panamaan Negara kepulauan bagi Indonesia diumumkan dalam Deklaradi Juanda Tahun
1957 dan baru diputuskan oleh konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hokum laut
(UNCLOS) pada tahun 1982 dan di ratifikasi di Indonesia tahun 1985 dalam undang-undang
no.17 tahun 1985 . pemahaman tentang Indonesia sebagai negara kepulauan masih mengalami
kekeliruan karena sebenarnya harus diartika sebagai Negara Laut yang ditaburi palau-pulau
bukan Negara kepulauan yang di kelilingi oleh laut sehingga membuat cara pikir kita tentang
Negara Indonesia menjadi Negara yang harus memiliki wawasan maritime yang wajib menjadi
prioritas utama dan istimewa.
Nusantara dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa
wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Sedangkan
wawasan Nusantara dipahami sebagai konsep
politik bangsa Indonesia yang memandang
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut
dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yakni menyatukan bangsa
dan negara secara utuh dan menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional meliputi
aspek politik, ekonomi dan sosial budaya.
Sesuai dengan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982
bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) maka peran terdepan wilayah
negara sangat penting sekali, hal ini berkaitan dalam penentuan luas wilayah suatu negara.
Prinsip negara kepulauan menganut cara untuk menentukan luas negara dan perairan
teritorialnya ditarik garis lurus dari pulau-pulau yang paling depan sejauh 12 mil. Jadi apabila
ada pulau-pulau terdepan atau terluar hilang yang berfungsi sebagai titik-titik pengukur, akan
berpengaruh secara otomatis terhadap luas wilayah, hal ini memungkinkan wilayah negara akan
menjadi sempit. Padahal Kita ketahui penentuan wilayah teritorial laut tidak saja berkaitan
dengan kedaulatan wilayah suatu negara, tetapi juga pula menyangkut aspek ekonomi untuk
kesejahteraan rakyat yaitu kekayaan alam yang terkandung di lautan, serta aspek pertahanan dan
keamanan. Oleh sebab itu perhatian terhadap aspek maritim bukanlah hal yang pantas di
lakukan, melainkan menjadi suatu yang wajib mendapat prioritas utama. Dalam hal ini yang
menjadi pokok perhatian adalah menyoroti secara khusus sebagian dari masa bahari1 bangsa dan
negara. Laut sebagai faktor utama yang menyatukan wilayah Indonesia. 2 Posisinya di antara dua
benua dan dua samudra menempati posisi yang strategis terutama dalam perekonomian. Karena
itu
Indonesia seharusnya menjadi negara yang lebih memprioritaskan aspek maritim demi
kemakmuran rakyatnya secara menyeluruh.
1 Masa lampau dan maritim.
2 Sesuai dengan istilah yang dinobatkan sebagai Negara kepulauan yang merupakan arti dari Archipelagic state
yang merupakan bahasa Inggris yang ketika di artikan yang sebenarnya merupakan Negara Laut Utama.
Fakta geografis Indonesia
Fakta geografis wilayah Indonesia yang memiliki wilayah laut yang lebih luas dibanding
wilayah daratan yakni 3,1 juta km dengan panjang garis pantai 81.000 km, yang terdiri dari
17.508 pulau (besar dan kecil). Ini mengukuhkan bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia. Laut sebagai infrastruktur utama yang di tengahnya di taburi pulau-pulau
besar dan kecil memiliki nilai strategis bagi komunikasi sosial budaya masyarakat karenanya
pembangunan nasional harus di arahkan pada pengembangan dan pemanfaatan unur-unsur
kelautan secara keseluruhan yang mencakup dunia perikanan, industri maritim, jasa perhubungan
laut, dan sebagainya.3 Selain itu, kondisi iklim Indonesia yang tropis membuat Indonesia menjadi
salah satu wilayah yang subur dan memungkinkan tumbuh suburnya hasil alam dan
perkembangan yang cukup baik pada ternak.
Laut sebagai faktor integritas nasioanal berawal dari laut menjadi infrastruktur bagi
pelayaran. Melalui kegiatan pelayaran terjadi komunikasi budaya antar daerah dan dengan
adanya alur perdagangan yang terjadinya siar agama baik Islam maupun Kristen. Di Indonesia
ada tiga jalur laut besar yang menghubungkan nusantara yang juga di sebut sebagai laut inti yaitu
Laut Jawa, Laut Banda dan Laut Flores. kekuatan yang menguasai kawasan laut inti ini niscaya
menguasai menguasai wilayah Nusantara. Dengan kata lain daerah inti bukanlah salah satu
pulau di antara puluhan ribu pulau Indonesia, melainkan kawasan bahari yang terletak di tengahtengah Nusantara dan yang terbentang dari barat ke timur. Penguasaan efektif atas laut inti inilah
yang menentukan penguasa seluruh kepulauan Indonesia.
Maritim Dalam Bingkai Sejarah
Nusantara tidak pernah kering dari pembicaraan tentang kemasyhuranya yang telah
menciptakan para peluat – pelaut handal yang telah mengarungi samudera luas. Pencitraan
masyarakat Nusantara yang merupakan pelaut ulung tak pernah asing disetiap telinga penghuni
jagat bumi, banyak hal yang medukung kenapa Nusantara bisa menjadi wilayah yang sangat
Starategis bagi pelayaran itu karena yang terutama letaknya lebih banyak laut yang didalamnya
ditaburi pulau-pulau. Posisi ini menjanjikan potensi alam yang sangat dibutuhkan dan jarang
3 A.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah, 1996. Hal 2
didapat pada wilayah atau belahan dunia manapun. Kekayaan alam yang terkandung dalam
kepulauan Nusantara menjadi primadona dunia salah satunya rempah-tempah,kayu manis dan
juga kayu putih. Letak geografis yang mendukung terjadinya aktifitas niaga adalah karena ini
merupakan kawasan yang memiliki pos-pos perniagaan yang bebas.
Para penjelajah dan pedagang akan lebih memilih pelayaran lewat Nusantara di banding
jalur lain disamping mengurani resiko bajak laut, melewati perairan Nusantara akan lebih aman
dari ancaman cuaca yang tidak menentu, sebab laut dikawasan Nusantara tidak terlalu beriak dan
bergelombang dan jarang terjadi badai. Para pedagang luarpun banyak yang telah menjalin
hubungan perdagangan dengan Nusantara dimana para pedagang dari Cina dan India merupakan
patner dagang yang telah beribu tahun menjalin hubungan dagang dari awal munculnya kerajaan
Sriwijaya hingga kerajaan-kerajaan setelah Majapahit.
Paradikma yang di gunakan oleh sistim pemerintahan Sriwijaya dalam pengembangan
perdagangan dan pelayaran sehingga menjadikanya sebagai Negara dan Kerajaan maritime yang
gilang-gemilang pada masanya, strategi yang sangat brilian yang pernah diterpakan oleh raja
Sriwijaya dalam mempertahankan integritas wilayahnya dan menjamin keamanan bagi para
pelayar yang akan menuju daerah pelabuhannya, strategi ini dengan merangkul para kelompokkelompok bebas yang hidup dilaut dan pengembara laut atau yang dikenal dengan manusia
perahu yang hidupnya hanya bergantung pada laut untuk menjadi para armada
pengaman
lautnya dan mengiring para pelayar terutama para pedagang untuk singgah dan berlabuh
dipelabuhannya.4
Strategi yang digunakan oleh Majapahitpun tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah
dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya. Penguatan sektor wilayah laut menjadi penting untuk
dimempertahankan selain laut penting juga menjaga kedaulatan darat dengan menundukan
wilayah – wilayah yang akan mendukung Integrasi diwilayah teritori Majapahit.
Majapahit dalam pengembangan kehidupan di topang dari dua sistim yaitu sistim
perniagaan dalam hal perdagangan dan mengembangkan sistim agraris. Sistim pertahananyapun
menggunakan strategi laut karena memakai paradigma berpikir negeri laut yang ditaburi pulaupulau (meminjam istilah A.B Lapian: 1998). Dalam mempertahankan integritas wilayahnya
4 Poelinggomang. 2008. Masyarakat Maritim Indonesia. Makalah yang disampaikan dalam seminar sejarah Lokal.
Unhas. Hal 4
Gajah Mada selaku pelaksana pemerintah telah membentuk sebuah sistim pertahanan wilayah di
laut dengan memberikan pengawasan yang ketat terhadap daerah bawahan baik yang terdekat
maupun yang terjauh sampai diwilayah Sunda kecil ke Flores dan Ternate di arah timur dan
daerah Campa dan Ayuthea wilayah utara sampai Johor dan beberapa kerajaan Melayu yang
berada di Wilayah barat. Pada pola penjagaan wilayah lautnya bahkan sudah dikenal pola patroli
laut dan konvoi ekspedisi, baik sebagai pengaman jalur perdagangan maupun sebagai sistem
pertahanan.
Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain dibakar
semangat kebangsaan patriotik di bawah komando Mahapatih Gajah Mada, juga banyak
disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari berupa kapal
bercadik yang menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya.
Paradikma masyarakat Nusantara yang merupakan masyarakat yang hidup lebih banyak
tergantung pada laut berubah drastis setelah masuknya Portugis pada tahun 1511 dan Malakka di
taklukan. walaupun pangeran pati Unus dari Jepara berusaha menghadang dan melumpuhkan
ekspansi Portugis namun gagal. Perubahan cara pikir masyarakat tentang laut, seolah laut
merupakan suatu mimpi buruk yang harus di jauhi dan sumber malapetaka yang tidak boleh di
dekati dan itu semakin parah dengan hadirnya armada Belanda yang membangun Persekutuan
Dagang Hindia Timur atau di kenal dengan VOC pada tahun 1602. Pelarangan berlayar tanpa
adaya pas jalan dan meminimalisir hunungan niaga dengan penerapan pajak yang tinggi pada
pelbuhan-pelabuhan tertentu yang merupakan pusat niaga menjadi faktor secara tidak langsung
mengunci masyarakat Nusantara pada nalar darat. Ditambah lagi dengan pemusnahan dan
memerangi kapal dan perahu-perahu masyarakat yang telah lama mendiami laut dengan
menyebutnya sebagai bajak Laut5
Pembangunan
maritime tidak pernah berhenti. banyak wilayah-wilayah baru
bermunculan sebgai basis maritim yang lebih besar dan kuat. Di wilayah timur Nusantara ada
kerajaan besar juga yang telah mengalihkan kerajaannya dari agraris menjadi kerajaan maritim
yaitu kerajaan kembar Gowa-Tallo yang di motori oleh Karaeng Tummaparisi’ Kallonna yaitu
Raja ke-9 Gowa pusat kerajaan di bangun di Sumba Opu daerah pesisir yang juga dekat dengan
sungai Je’eneberang yang merupakan sungai penghubung kedaerah pedalaman. Dengan
5 A.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah, 1996. Hal 7
pengembangan maritim yang semakain maju dan untuk menjaga itu semua kerajaan Gowa
menjalin banyak hubungan dengan kerajaan-kerajaan dalam wilayah sulawesi termasuk kerjaan
kembar Pitu Ba’bana Binanga yang berada di Mandar dan merupakan kerajaan Maritim dengan
basis laut sebagai penopang hidup yang utama. Kerajaan gowa melakukan banyak ekspansi
kewilayah-wilayah strategis di luar wilayah Sulawesi termasuk Ternate dan Tidore, Sumbawa,
dan kalimantan.
Kerajaan Gowa betul-betul menjalankan pola maritim sehingga terkenal dengan para
pelaut-pelautnya yang telah mengarungi belahan dunia dan yang tidak harus kita lupakan sorang
bangsawan Gowa yang terkenal dengan Nama Karaeng Pattingaloang yang telah menggabar
peta dunia, yang menjabat sebagai Tuma Bicara Butta dalam kerajaan Gowa merupakan tokoh
yang berperan penting dalam kemajuan serta keberhasilan kerajaan Gowa mencapai puncak
kejayaanya.
Perkembangan maritim bukan hanya kita melihat dari perkembangan kerajaan yang besar
namun juga harus kita lihat dari perkembangan masyarakatnya, seperti yang telah dikembangkan
oleh manusia perahu atau yang dikenal dengan suku Bajoe, mereka tinggal di suku perahu dan
kehidupan berpidah-pindah menjadi chiri khas dalam perjalanan hidup mereka. Banyak yang
mengidentifikasikannya sebagai suku Bugis yang telah lama malang melintang pada perairan
nusantara, mengarungi banyak pulau dan hidup diatas deru ombak. Jika kita berbicara masalah
maritime bukan hanya pada wilayah lautnya melainkan bagai mana kita mampu mengolah laut
seingga bisa memberikan kesejahteraan bagi bangsa yang memang,seharusnya sejahtera.
Dalam perjalanan sejarah telah banyak mencatat bagaimana dinamika perkembangan
sepak terjang kerajaan besar yang telah membangun negeriya dengan basis dan pemikiran
maritim dan niaga. Pembacaan keadaan yang secara tepat dibaca oleh Karaeng Tumaparisin
Kalonna, telah membawa kerajaan Gowa-Tallo pada jaman Keemasanya. Raja Gowa-Tallo juga
menjalin hubungan baik dengan Pedagang Portugis dan memberi hak istimewa untuk itu, tanpa
membatasi kebebasan berdagang pada pedagang di luar Portugis.
Memasuki pada perjalanan 60 tahun Proklamasi Kemerdekaan, harus jujur kita akui
bahwa budaya maritim yang pernah kita miliki berabad-abad lalu telah lama kita tinggalkan. Ada
beberapa faktor dan indikator yang dapat menjelaskan mengapa kita kehilangan budaya Maritim.
o Pertama, budaya maritim bangsa Indonesia mengalami kemunduran pada abad ke18 ketika kolonialis Belanda mulai membatasi akses masyarakat Indonesia saat
itu untuk berhubungan dengan laut, seperti larangan berdagang dengan pihak
selain Belanda. Padahal, suatu peradaban muncul dan berkembang pada awalnya
dari wilayah pantai, di mana penduduk yang bersangkutan memiliki kesempatan
untuk berinteraksi dengan pendatang asing. Akibatnya, budaya Maritim menjadi
luntur.
o Kedua, kebijakan kurang berpihak pada bidang Maritim Sebagai contoh,
penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) bagi daerah otonom dirumuskan
berdasarkan perbandingan luas wilayah darat terhadap penduduk. Sehingga wajar
bila Gubernur Maluku menuntut keadilan DAU karena wilayah lautnya lebih luas
daripada daratan. Ini menunjukkan bangsa kita tidak peka dan tidak peduli
terhadap keberadaan laut yang mempersatukan kepulauan Nusantara.
o Ketiga, bangsa kita tidak bisa menangkap momentum kebangkitan Asia Pasifik di
mana sea trade meningkat tajam. Ironisnya, perusahaan pelayaran nasional justru
menjadi lumpuh karena kalah bersaing dengan perusahaan pelayaran asing yang
didukung oleh permodalan yang kuat. Beruntunglah pada tahun ini lahir Inpres
Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional.
o Keempat, kita kurang serius memanfaatkan UNCLOS 1982 padahal UNCLOS
1982
o merupakan prestasi terbaik kita dalam memperjuangkan konsepsi negara
kepulauan. Bangsa kita kurang maksimal memanfaatkannya. Akibatnya, isu
perbatasan pulau-pulau terluar tidak maksimal tertangani. Tidak mengherankan
bila sewaktu-waktu bisa saja terjadi insiden seperti kasus Gugus Tempur Kapal
Induk USS Carl Vinson pada Juli 2003 di perairan Bawean dan lepasnya pulaupulau terluar, seperti Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Hal tersebut dapat saja
terulang kembali bila tidak diwaspadai.
o Kelima, bangsa kita belum memanfaatkan laut dengan sebaik-baiknya. Sebagai
contoh, peluang pemanfaatan potensi perikanan laut yang begitu melimpah belum
dikelola untuk menghasilkan keuntungan ekonomis bagi Negara Dengan luas
wilayah perairan yang mencapai 3,2 juta kilometer persegi, ditambah hak atas
sumber daya laut di perairan ZEE seluas 2,7 juta kilometer persegi, menghasilkan
sekitar 6,7 juta ton ikan setiap tahun. Namun, kenyataannya, ikan hasil tangkapan
dari wilayah perairan Indonesia pada umumnya dinikmati oleh pengusahapengusaha asing.
Pelayaran Dan Perdagangan
Selama berabad-abad lamanya kerajaan-kerajaan kecil yang terpencar letaknya di pulaupulau Indonesia secara ekonomi, kultural,dan sewaktu-waktu secara politis telah tergabung atau
digabungkan dalam satuan yang lebih besar. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar pulau
memungkinkan bagi penduduknya yang telah mengembangkan suatu jaringan hubungan maritim
yang lebih baik, yang di dukung oleh kemajuan teknologi kapal, dan keahlian navigasi. Sifat
internasional dari pelayaran dan perdagangan telah nampak pula pada zaman kerajaan-kerajaan
Hindu. Dalam pelayaran dan perdagangan masa lalu angin memiliki peran penting. Pengetahuan
tentang angin darat dan angin laut adalah pengetahuan yang sangat penting bagi para nelayan
karena dengan demikian mereka bisa menentukan waktu yang baik untuk turun kelaut, dan
lebih luasnya lagi dengan adanya penguasaan tentang angin musim, bagaimana para pedagang
memanfaatkan angin musim untuk melakukan pelayaran dalam kegiatan perdagangan. Pelayaran
besar yang tergantung pada angin sudah tentu memerlukan pengalaman dan pengetahuan tentang
sistim angin di perairan ini.
Keadaan iklim dan geografis Indonesia memungkinkan pelaut-pelaut pribumi mencari
baringanya pada pulau-pulau, gunung-gunung, dan tanjung-tanjung jika berlayar menyusuri
pantai. Kemudian pada malam hari mereka menggunakan bintang-bintang untuk menentukan
posisi mereka di tengah laut. Dan yang lebih menarik lagi pengetahuan tentang sistim angin di
setiap daerah berbeda-beda. Dan perkembangan navigasi di seluruh Indonesia berbeda-beda,
karena masih banyak yang melakukan pelayaran dengan berpegang dengan pengetahuan yang
diperoleh dari turun- temurun, ada juga yang berlayar dengan menggunakan intuisi. Jadi masingmasing suku bangsa telah mengembangkan budaya maritimnya, menurut arah, selera, kebutuhan,
dan daya ciptanya sendiri. Dalam perlayaran dan perdagangan masa lalu, banyak ditemui jenis
perahu yang sering digunakan, namun beberapa yang dikenal antara lain perahu bercadik, perahu
tidak bercadik dan perahu lesung.
perkembangan perdagangan maritim mengalami kemajuan yang sangat pesat ketika abad
ke-15 dimana rempah-rempah menjadi komuditi utama yang paling laku di pasaran dunia
khusunya Eropa. Pada masa itu Malaka berhasil menjadi pelabuhan utama bagi perdagangan
rempah-rempah dan daerah transit bagi para pedagang baik luar maupun lokal. Tom pires
menjelaskan bagaimana Malaka memiliki jaringan perdagangan yang sangat luas. Dari hubungan
dagang yang sangat luas, Malaka berinteraksi hampir dengan seluruh wilayah
nusantara
begitupun dengan daerah lainya seperti pada trayek Timor dan Maluku dengan hasil alamnya
yang sangat penting. kemudian bagaimana Bahasa Melayu menjadi bahasa pemersatu dalam
dunia perdagangan di pelabuhan Malaka dan kemudian bahasa melayu digunakan sebagai bahasa
pemersatu bangsa Indonesia sampai hari ini. Perdagangan rempah-rempah telah membuka
banyak jalur pelayaran bagi perdagangan maritim, ketika banyak kemudian para pedagang Eropa
datang dan ada beberapa yang kemudian membuka jalur atau rute perjalan yang baru.
Selain rempah-rempah, hasil hutan juga merupakan salah satu komuditi ekspor yang
penting, dan barang lainya yang tidak kalah pentingnya dan juga diekspor adalah budak belian
yang kemudian diperlukan di istana, rumah bangsawan dan hartawan, namun biasa juga budak
dipekerjakan sebagai buruh kasar di pelabuhan dan sebagai pendayung perahu perang, mereka
yang menjadi budak lebih banyak karena kalah perang dan ada juga yang menjadi budak karena
melanggar adat atau tidak mampu membayar utang, dan yang seperti ini biasanya hanya bersifat
sementara karena sampai utangnya lunas.6
Perdagangan merupakan media yang juga di gunakan sebagai siar agama baik Islam,
Kristen maupun agama lainya, namun yang mengakar di Indonesia adalah agama Islam yang di
bawa oleh para pedagang dari Arab, Cina, dan India dan sebagian Kristen yang juga di bawa
oleh para pedagang seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda yang banyak di temukan di wilayah
timur Indonesia khususnya pulau NTT dan tersebar di seluruh Indonesia. Dua agama yang
memiliki pengaruh yang sangat kuat dan masih terasa sampai sekarang, dan dari dua agama ini
juga banyak kemudian kebudayaan yang terlahir. Perkembangan pengaruh Islam di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh politik yang ada di luar nusantara seperti dengan kejayaan Turki
Otoman yang pada tahun 1453 berhasil menaklukan Kostantinopel. 7 pada jaman kerajaam Islam,
6 A.B Lapian, Pelayaran dan Perdagangan Nusantara abad ke-16 dan 17, Komunitas Bambu, Jakarta, 2008. Hal 86
7 M.C. Riclefs, Sejarah Indonesia Moderen, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2007. Hal 31
jalur perdagangan antar Pulau di Indonesia menjadi bagian yang inheren dalam konteks
perdagangan internasional.
Perdagangan maritim sangat penting sebagai media integrasi baik secara politik maupun
ekonomi, dan ini sangat di sadari sepenuhnya oleh kolonial Belanda, yang kemudian pada abad
ke-17 hingga abad ke- 19, kebijakan politik lebih di fokuskan pada perdagangan maritim,
terutama dari dan ke pulau Maluku yang merupakan daerah asal rempah-rempah. Kemudian di
tegaskan dengan dioperasikanya Koninklije Pakervaart maatschappij (KPM) pada tahun 1891,
yang difokuskan khusus pada integrasi ekonomi dan politik nusantara di bawah payung politik
Hindia Belanda, dan kemudian setelah kemerdekaan KPM dinasionalisasi dan diganti menjadi
PELNI tahun 1957. 8
Pemanfaatan laut sebagai transportasi dan perdagangan maritim telah menimbulkan
dinamika sosial dan politik antar kekuatan politik lokal maupun asing di masa lalu. Seperti yang
telah dilakukan oleh tiga kerajaan yang berada di wilayah timur Nusantara antaralain : Gowa,
Buton dan Maluku, yang menfokuskan pembangunan pada sektor kemaritiman, hanya kemudian
yang berkembang dan mencapai puncak keemasanya pada abad ke-17 adalah kerajaan Gowa.
Seiring dengan perkembangan perdagangan maritim yang berkembang pesat, kerajaan Gowa
menjalin hubungan persahabatan dengan banyak kerajaan di Sulawesi lainya, seperti kerajaan
Pitu’ Babana Binanga yang berada di Mandar yang merupakan kerajaan maritim dengan basis
laut sebagai penopang hidup yang utama dan beberapa wilayah yang terintegrasi kedalam politik
pemerintahan Gowa-tallo seperti Bima, Sumbawa dan beberapa wilayah selatan Nusantara.
Persaingan memberi warna tersendiri pada dinamika perkembangan perdagangan maritim, yang
kemudian tambah rumit dengan kedatangan Eropa, terutama bangsa Belanda yang kemudian
membentuk persekutuan dagang (voc) dan ikut terlibat.
Integrasi wilayah Nusantara menjadi satu kekuatan politik karena adanya kesamaan baik
dalam hal kepercayaan, budaya, maupun asal ras. Masyarakat Nusantara secara keseluruhan
menganut paham bahwa laut bebas dan siapun boleh berlayar sesuka hati mereka tanpa batasan,
pengetahuan yang sama mengenai Batara Guru, dan pemahaman bahwa gunung dan laut
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena pandangan masyarakat masa lalu tidak
ada pengklaiman pada laut, karena masyarakat masa lalu memiliki otonomi relasional, dimana
8 ABD. Rahman Hamid, Spirit Bahari Orang Buton, Makassr, Rayhan Intermedia, 2010. Hal 3
dalam masyarakat selalu ada interaksi dan sistim saling melengkapi untuk hidup. Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memang tidak terpisahkan, karena memiliki ikatan secara
kultural dan saling melengkapi satu sama lain, seperti ketika naik sebuah peradaban satu daerah
akan mempengaruhi daerah lainya yang ada di sekitarnya. Kemudian terpotong dengan
kedatangan bangsa Eropa terutama dengan di bentuknya VOC.
Perekembangan pelayaran dan perdagangan maritim terangsang dari posisi Nusantara
yang memang merupakan masyarakat bahari dan sudah sejak lama sadar dengan persatuan
bangsa dan Negara, sehingga saat berbicara masalah integritas nasional masyarakat merasa
bukanlah suatu yang baru karena keseluruhan Indonesia telah mereka susuri dalam pelayaran
bahari dengan pemanfaatan laut sebagai infrastruktur. Tidak ada pemetaan tentang batas pulau
karena Indonesia disatukan oleh laut.
Integritas Nasional
Integritas nasional karena adanya hubungan manusia secara struktur yang akan
menciptakan hubungan antara daerah atau wilayah baik dalam bentuk persahabatan maupun
hubungan diplomasi , dalam hal ini menjadi pondasi utama integrasi nasional adalah pandangan
Maritim, dengan adanya hubungan lewat laut memungkinkan terjadinya komunikasi Budaya.
Dalam hal ini kita merujuk pada pandangan Broundel yang dimana melihat laut sebagai unsur
pemersatu dan kenyataan bahwa bangsa Indonesia merupakan kesatuan politik yang mengikat
beribu pulau. Laut sebagai sarana transportasi menjadi sarana utama dalam hubungan dengan
daerah luar, sehingga dari hubungan ini terjadi kegiatan perdagangan, pertukaran budaya,
maupun siar agama.
9
kemajuan budaya akan tampak pada perkembangan kota pantai dimana
pelabuhan sebagai dinamika perdagangan dan pelayaran dan menjadi pusat kekuatan politik.
Pada abad ke-16 pelayaran dan perniagaan membawa perubahan yang cukup besar bagi
kehidupan masyarakat Nusantara pada umumnya, seperti perubahan agama, politik dan ekonomi
kemudian terjadi perubahan sosial. Pada masa ini terjadi perubahan jalur perdagangan dan rute
pelayaran yang sebelumnya berpusat di Malaka , namun setelah Malaka ditaklukan oleh
Portugispada tahun 1511 banyak daerah yang sebelumnya tidak terlalu menarik kemudian
muncul menjadi daerah perniagaan yang ramai, seperti kerajaan Aceh, beberapa kerajaan pesisir
9 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia jilid III, Jakarta, Balai
Pustaka, 1948. Hal 189
di Jawa, dan kerajaan Gowa-tallo. Kemudian beberapa kerajaan menjalin hubungan, baik
hubungan persahabatan maupun hubungan diplomasi, integrasi merupakan proses penyatuan
wilayah dan mengkombinasikan banyak suku bangsa menjadi satu. Kenapa kemudian bangsa
harus memiliki perekat karena tampa perekat maka bangsa Indonesia yang terdiri dari pulaupulau akan berdiri sendiri-sendiri tampa sadar bahwa masyarakat nusantara merupakan bangsa
yang memiliki kultur yang sama, yang dimana pada awalnya percaya pada dewa-dewa dan lain
sebagainya dan kenapa harus ada integrasi karena integritas nasional menyangkut berbagai
elemen yang selain berkaitan dan bervariasi. Dalam integritas nasional terdapat unsur yang
saling menguntungkan.
Integritas nasional semakin jelas dengan adanya Deklarasi Juanda tahun1957 dimana
isinya menjelaskan tentang wilayah Indonesia dan menegaskan bahwa bahwa wilayah baik
pulau terdepan maupun yang terdalam di satukan oleh laut. Integrasi nasional di pandang utuh
dalam proses penyatuan yang mencakup cara dan proses penyatuan di mana orang yang berada
di dalam sebuah wilayah yang berbeda dan memiliki perbedaan etnik, sosial-budaya, latar
belakang ekonomi merasa bahwa mereka merupakan satu kesatuan sebagai bangsa. Kompenen
yang penting dalam pembentukan perasaan sebagai satu kesatuan dan identitas bersama adalah
dengan adanya pengalaman yang sama dalam sejarah dan politik.
Konsep integritas nasional setelah kemerdekaan, secara sadar telah ada jauh sebelum
kemerdekaan bangsa dari kolonialisasi barat, dimana melaui laut sebgai infrastruktur dan
perdagangan maritim sebagai kegiatannya telah mengintegrasikan sejumlah kawasan nusantara
dalam kesatuan politik bangsa Indonesia, dengan ini yang harus kita pahami adalah bagai mana
kemudian kita membangun kembali pelayaran dan perdagangan jalur laut, serta memaksimalkan
funsi laut, disamping sebagai jalur transportasi laut, juga pemanfaatan sumber daya alam laut,
dan laut juga sebagai basis pertahanan dan keamanan wilayah .
Beberapa konsep yang menguraikan tentang integritas nasioanal salah satunya adalah
Broundel menekankan bahwa, laut mengandung dinamika yang menciptakan kesatuan antar
manusia lewat transportasi, perdagangan, dan pertemuan budaya. Dimana integritas merupakan
proses penyatuan yang membentuk kesatuan politik yang mengikat pulau,suku dan bangsa yang
kemudian membentuk pemerintahan pusat.
10
dengan demikian penyatuan bangsa Indonesia
10 Safri Burhanuddin dkk, sejarah maritime Indonesia, pusat kajian sejarah & budaya maritime Asia Tenggara,
2003. hal 7
merupakan integritas yang tercipta dari kegiatan pelayaran dan perdagangan masa lampau,
sehingga tercipta integritas budaya, dan penyatuan secara politik.
Laut dipandang penting oleh pemeintah jokowi sebagai sebuah potensi alam yang akan
memberikan kelimpahan bagi rakyat indonesia dengan banyaknya potensi yang terpendam,
namun yang terlupakan adalah memahami laut sebgai konsep penyatuan secara gegrafis,
meminjam istilah AB. Lapian “laut adalah faktor pemersatu” seharusnya dipahami sebagai
sebuah penguatan integritas bangsa, penguatan dalam bidang politik dan ekonomi bukan malah
sebaliknya yang membangun pemahaman yang berat sebelah terhadap kelautan karena tetap
dipandang sebagai pemisah.
Dalam pembelajaranpun yang disuguhkan hanyalah “mitos” nenek moyang bangsa
indonesia adalah para pelaut ulung namun tidak ada lanjutan yang menjelaskan kenapa menjadi
pelaut ulung? Apakah karena memiliki persenjataan?, atau memiliki kapal yang besar?. Mereka
menjadi pelaut yang ulung karena integrasi yang terbangun dengan kuat dan sistematis, ada
konsesi penyatuan yang disadari penting unuk dijaga.
Konsep Negara Maritim dan Ketahanan Nasional.
Pemahaman Negara Maritim. Diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13
Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep wawasan nusantara, UU
No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di
antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia,
dengan tidak memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis- garis yang menghubungkan titik terluar pada
pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang". Pada tanggal
18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi Negara Maritim Indonesia, dengan tindak
lanjut Konsep Pembangunan Negara Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional.
Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah,
zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia.
Perkembangan Wawasan dan Pembangunan Kelautan. Pada tanggal 26 September 1998
kembali dicanangkan Deklarasi Bunaken dengan tidak lanjut The Ocean Charter. Isi Deklarasi :
Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi laut.
Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk
pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia. Visi Kelautan terus
berkembang hingga era reformasi dengan Pembangunan Maritim Indonesia (1998-2004)
mencakup aspek : Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim, Pertambangan dan Energi,
Wisata Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan Kelembagaan Maritim. Berdirinya Kabinet
Gotong Royong dan Kabinet Persatuan (1999-2004) dengan tindak lanjut dibentuknya
Departemen Eksplorasi Laut yang akhirnya menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan.
Beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan World Ocean Conference 2009 di Menado yang
juga telah menunjukan peran dan wawasan kelautan bangsa Indonesia kepada dunia
Internasional.
Pengembangan Negara Maritim. Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi
wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara
maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa
yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa
dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara
dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Pengembangan Negara Maritim. Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi
wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara
maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa
yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa
dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara
dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Pendukung dalam mewujudkan ketahanan nasional adalah dengan memaksimalkan
penjagaan pada sektor laut dalam hal ini pemerintah memperhatikan sistem pertahanan dan
keamanan untuk menjamin tegaknya hukum dan perlindungan beserta potensi nasional yang
dimiliki di wilayah perairan yurisdiksi Indonesia, harus berada dalam kerjasama taktis
pengendalian penuh. Dengan begitu kekuatan maritim Indonesia akan tumbuh dan berkembang
sesuai dengan karakter negara kepulauan yang juga memiliki kawasan laut internasional serta
syarat untuk memenangkan perang yang memiliki arti strategis harus cepat dikuasai.
Seorang akademisi memaparkan secara rinci mengenai peran navies (Angkatan Laut) secara
universal dengan memiliki fungsi trinity ideas dalam pelaksanaan operasi patroli bersama,
yakni11
1. Military
Peran militer merupakan fungsi pokok dari trinitas Booth yang membentuk karakter
Angkatan Laut. Peran ini umumnya digunakan pada saat terjadi konflik di laut dengan
penggunaan ancaman dan kekuatan perang. Penggunaan militer tersebut ditujukan dalam
keadaan damai maupun perang diantaranya : strategic nuclear deterrence. conventional
deterrence and defence, extended deterrence and defence, international orde.
2. Diplomatic
Selain menunjukkan keunggulan maneuver kapal perang Angkatan Laut, negara juga
meyakinkan negara-negara yang menjadi target utamanya melalui suatu cara tanpa
penggunaan kekuatan senjata. Diplomasi adalah salah satu cara meyakinkan lawan akan
keunggulan yang ditawarkan, tujuan dari diplomasi itu sendiri adalah selalu menghindari
upaya penggunaan kekuatan senjata, begitupun juga di salam suatu perkumpulan negaranegara sahabat dapat bekerjasama membantu terlepas dari konflik yang terjadi.
3. Policing/constabulary
Policy ditekankan pada wilayah perairan territorial, dan dikhususkan mengatur kebutuhan
masyarakat terhadap tantangan keadaan dunia luar. Peranan ini ditugaskan termasuk di
dalamnya polisi perairan, penjaga perbatasan, serta bantuan militer hingga instansi
masyarakat. Pertahanan maritime negara-negara pantai sebagian besar tergantung pada
11 Ken Booth. 1977. Navies and Foreign Policy, New York: Crane, Russak & Company.Inc,
Hal20-25
stabilitas tatanan internasional. Bagaimanapun juga kecilnya angka kapal perang
setidaknya memiliki pengaruh terhadap kekuatan militer mereka.
Peran Angkatan Laut secara tradisional pun tidak bisa berperan banyak, karena tidak
sama dengan melawan musuh peperangan, maritime security operations dan law enforcement
lebih memungkinkan untuk dilaksanakan di waktu sekarang maupun yang akan datang dengan
berbagai pertimbangan kebijakan. Indonesia yang merupakan negara kepulauan seharusnya sadar
benar dengan pentingnya keamanan jalur laut sebagai infrastruktur paling vital, jalur pelayaran
terutama pada wilayah terdepan dan lintas negara menjadi perioritas utama dalam pengawalan
keamanan.
Kasus terkait pelayaran laut yang baru-baru ini terjadi adalah pembajakan sebuah kapal
angutan batubara yang melintasi Filipina dibajak oleh sekelompok perompak teroris walaupaun
kapal dan sandera berhasil dibebaskan itu seharusnya tidak memberhentikan para pemangku
pemerintah untuk berpikir dan meracang bagaimana seharusnya pengamanan jalur laut bsa
diatasi. Karena peristiwa-peristiwa perampokan yang terjadi dilaut tidak terjadi satu atau dua kali
saja melainkan berkali-kali. Tekait dengan hal lain yang penting diperhatikan adalah pelanggaran
wilayah Alki yang sangat sering dan memicu konflik yang berkepanjangan dan berujung dengan
terlepasnya pulau-pulau terdepan seperti ligitan dan sapan. Yang tidak pernah berhenti sampai
hari ini adalah kasus celah Timur yang selalu luput dari informasi dan kahirnya menjdi wilayah
galangan minyak yang di sponsori oleh Australia.
Ketahanan maritim tidak hanya berupa pengamanan terhadap sumber daya laut yang
dimiliki yang sebenanya tidak menyentuh secara keseluruhan substansi yang sebenarnya.
Berbicara kemaritiman adalah berbicara integritas nasional, kesatuan nasional dan kedaulatan
nasional dan ini menjadi hal yang penting yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi kita
bangsa Indonesia yang merupakan negara Kepulauan.
Untuk memujudkan hal tersebut Buzan berpendapat, bahwa konsep keamanan terdapat di
dalamnya politik yang berperan penting dalam menjustifikasi penggunaan militer, maupun
intensitas peran pemerintahan. Hal lain dalam pemikiran kemaritiman, pembahasan tidak hanya
mengenai konsep pertahanan pertahanan maritim yang beskala militer akan tetapi juga termasuk
pada permasalahan pertahanan terhadap ancaman non-militer, antara lain penyelundupan kayu,
imigran gelap, pencurian sumber daya kelautan, dan berbagai jenis pelanggaran lainnya.
Pemahaman Ketahanan Nasional
1. Ketahanan Nasional di Laut.
Ketahanan Nasional dapat diatasi dengan baik oleh bangsa Indonesia, maka tercapailah suatu
keadaan yang dinamakan ketahanan nasional untuk mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu
pemahaman yang dinamakan "geostrategi" secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk
memperkuat ketahanan diberbagai bidang yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
militer, kehidupan beragama dan pembangunan. Lingkungan laut atau maritim mempunyai lima
dimensi strategi Militer yang saling berhubungan meliputi :
a. Dimensi ekonomi. Penggunaan laut sebagai media perhubungan, transportasi dan
perdagangan telah dimanfaatkan sejak dahulu hinga sekarang, dan hampir 99,5 % pergerakan
roda perekonomian di dunia adalah melewati jalur laut, volume muatan meningkat delapan
kali sejak tahun 1945 dan kecenderungan semakin meningkat sampai sekarang. Telah
diyakini bahwa perdagangan lewat laut yang terpadat adalah 6 melalui Selat Malaka atau
melalui jalur alternatif ALKI I,II,III.
b. Dimensi Politik. Perubahan dimensi politik dari lingkungan maritim berkembang sangat
tajam semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah besar Negara pantai, khususnya bagi dunia
ketiga, perairan yang berbatasan dengan pantai memberikan prospek satu- satunya untuk
perluasan. Tuntutan kedaulatan sering merupakan tindakan politik untuk mendapatkan
konsekuensi ekonomi daripada sekedar perhitungan jangka panjang tentang untung dan
ruginya. Perselisihan atas perbatasan laut seringkali lebih dimotivasi oleh simbol politik dari
perhitungan biaya dan manfaatnya.
c. Dimensi Hukum. Basis dimensi hukum dalam lingkungan maritim adalah Konvensi PBB
tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982). Kecenderungan dari penekanan hukum
di laut sekarang lebih banyak dipokuskan pada masalah lingkungan hal mana dapat berakibat
pembatasan gerakan kapal dan mengurangi hak Negara bendera, disamping itu ada kebutuhan
untuk penertiban lebih efektif atas rezim yang ada khususnya yang berhubungan masalah
perikanan dan perdagangan narkoba secara illegal.
d. Dimensi Militer. Di laut dimensi militer selalu berkembang mengikuti perkembangan
teknologi, sehingga profesionalisme Angkatan Laut suatu Negara selalu dikaitkan dengan
penguasaan dan penggunaan teknologi yang mutakhir.
2. Stabilitas Ketahanan Nasional. Setiap bangsa mempunyai cita- cita yang luhur dan indah
yang ingin dicapai yang lazim dinamakan tujuan nasional. Dalam usaha mencapai tujuan
nasional tersebut setiap bangsa akan menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan yang
harus ditangani. Untuk itu suatu bangsa harus mempunyai kekuatan, kemampuan, daya tahan
dan keuletan yang dinamakan ketahanan nasional.
Upaya kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup yang kerta raharja
dalam suasana demokratis, adil dan merata, dengan kata lain, berkembangnya masyarakat
madani Indonesia (Indonesian civil society). Kemantapan keamanan nasional dan adanya
masyarakat yang madani akan menjamin dapat dikembangkannya kesejahteraan nasional.
Sebaliknya kemantapan kesejahteraan nasional akam menjamin terciptanya stabilitas
nasional. Dengan meningkatnya kemantapan kesejahteraan nasional dan diikuti oleh
meningaktnya kemantapan nasional, maka melalui pemerataan pembangunan yang
konsepsional dapat dicapai stabilitas nasional yang dinamis.
Dalam dinamika inilah ketahanan nasional harus diwujudkan dengan menggunakan
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security
approach). Ketahanan nasional mencakup dua aspek, yaitu aspek alamiah dan aspek
kemasyarakatan.
Aspek alamiah meliputi : Kondisi georafis Negara, keadaan dan kekayaaan alam serta
keadaan dan kemampuan penduduk. Sedangkan aspek kemasyarakatan: Ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan, aspek-aspek tersebut tidak ditinjau
secara terpisah-pisah melainkan memiliki korelasi secara keseluruhan merupakan suatu
konfigurasi yang menimbulkan daya tahan nasional.
Kesimpulanya: Kebijakan Kelautan Nasional merupakan kebijakan pemerintah Republik
Indonesia yang menyangkut pengelolaan laut yurisdiksi nasional secara terpadu dan
komprehensif. Hal tersebut akan bertumpu pada tiga bidang pokok, yaitu Politik, Ekonomi dan
Pertahanan Keamanan, oleh karena itu langkah awal yang harus dilakukan adalah penciptaan
ocean governance guna mewujudkan ketahanan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijoyo,Suwarno. Konsilidasi wawasan maritim Indonesia,Jakarta: Pusat Kajian Reformasi,
2005.
Burhanuddin, Safrudin., Sejarah Maritim Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Sejarah dan Budaya
Maritim Asia Tenggara, 2003.
Lapian,Adrian B., Pelayaran Dan Perdagangan Abad Ke-16 & 17, Jakarta:Komunitas Bambu,
2008.
.,Orang Laut, Bajak Laut, Raja laut,(Sejarah Kawasan Laut Sulawesi) , Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009.
., Laut, Pasar dan Komunikasi Budaya, makalah Kongres nasional, Jakarta, 1996.
Rahman,Abd., Spirit Bahari Orang Buton, Makassar: Rayhan Intermedia, 2010.
Riclefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.
Vlekke, Bernard H.W., Nusantara, Sejarah Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008.
Artikel: Diyauddin,” Posisi Tawar Militer dan Pertahanan Keamanan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauan Dalam Geostrategi”.
Makalah : AA.B Lapian,Laut, pasar dan komunikasi Budaya, malakah: kongres nasional sejarah,
1996.
Makalah : Poelinggomang. 2008. Masyarakat Maritim Indonesia. Makalah yang disampaikan
dalam seminar sejarah Lokal di Unhas. Makassar