POLA PEMUKIMAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI JORONG ANDALEH NAGARI ANDALEH BARUH BUKIK KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT

  POLA PEMUKIMAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI JORONG ANDALEH NAGARI ANDALEH BARUH BUKIK KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT ARTIKEL RITA SUNELFIA DEWI NPM. 091008322032 Program Studi Arsitektur PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2013

  POLA PEMUKIMAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI JORONG ANDALEH NAGARI ANDALEH BARUH BUKIK KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT 1 ¹ ¹

Rita Sunelfia Dewi , Sudirman Is , Joni Wongso

  

¹Program Studi Magister Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  Email:

  

ABSTRACT

  Nagari in the history of Minangkabau culture is made up of union settlements form Taratak, Hamlet, and Koto. Nagari community settlement can be considered as typical or a reflection of the Minangkabau community settlement patterns in ancient times and now. One of the settlements that exist in the Minangkabau nagari is settlements that are Jorong Andaleh Nagari Andaleh Bukik lowland sub Sungayang Tanah Datar. Nagari is formed by the tribes who lived, who lived among other tribes; Kutianyia, Koto, Piliang, Bodi Caniago, Sumpadang, and Payobadar. Based on the study was intended to see the Jorong Andaleh settlement patterns and form factor of Jorong Such settlements. The purpose and objectives of the research are settlement patterns in Jorong Andaleh Minangkabau nagari Andaleh Bukik lowland sub Sungayang Tanah Datar, which in this study wanted to see: (1) the pattern of settlement in Jorong Andaleh, (2) factors that shape the settlement pattern. This research is a case study of Traditional Settlement Patterns Minangkabau naturalistic qualitative approach in Jorong Andaleh Nagari're the lowland Bukik. The research method used is descriptive, because the results of the study were taken by drawing conclusions from all the data obtained through the framework and a logical hypothesis. The data are drawn based on observations in the field are then analyzed according to the intention of the research. The findings of the study indicate that factors in forming patterns of settlement are Jorong Andaleh: Tower House, Tribal, Various Customs, State Nature (location), Tribes Settlement, Stempel, Society, Population, The Baths, Office of Government and Education. Settlement patterns shaped pouch in which settlements grew in Jorong Andaleh like sac formed by roads memagarnya.

  Keywords: settlement pattern, traditional Minangkabau, Jorong Andaleh

  I. PENDAHULUAN 1.1.

   Latar Belakang

  Kelompok permukiman secara makro dan mikro di Minangkabau memberikan pemahaman bahwa keberadaan Nagari adalah sangat penting dalam khasanah sejarah dan budaya Minangkabau atau Propinsi Sumatera Barat secara umum. Nagari dalam sejarah budaya Minangkabau terbentuk dari kesatuan permukiman berupa Taratak, Dusun, dan Koto. Permukiman masyarakat di Nagari, dapat dikatakan sebagai tipikal atau cerminan dari pola permukiman masyarakat Minangkabau dahulu dan sekarang.

  Salah satu permukiman yang masih mencerminkan kebudayaan masa lalu alam Minagkabau adalah Permukiman Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik, dimana permukiman ini berada sepanjang jalan perkampungan, dibelakang permukiman tersebut terdapat sawah yang digarab untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dilokasi permukiman ini juga terdapat beberapa makam (pandam) masyarakat yang dibagi menurut suku setempat, makam ini terletak pada pinggir perkampungan dataran tinggi di tepi persawahan, sedangkan pemandian umum ada dibeberapa lokasi, bahkan tempat pemandian ini dipakai untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus.

  tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian antara lain: 1 . Seperti apakah pola permukiman di Jorong Andaleh Nagari

  Andaleh Baruh Bukik? 2 . Faktor-faktor apakah yang membentuk pola tersebut? 1 . 3.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mendapatkan gambaran secara deskriptif Pola Permukiman Tradisional Minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Pola permukiman yang diteliti yaitu: kelompok tempat tinggal/kediaman berupa rumah-rumah, sarana dan prasarana lingkungan, fasilitas umum, fasilitas sosial sertai fasilitas penunjang lainnya, serta mata pencaharian penduduknya yang mendukung terjadinya pola permukiman itu sendiri.

  1.4. Batasan Masalah

  Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas, sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka yang menjadi batasan masalah dan fokus penelitian adalah: 1 . Untuk mengetahui pola permukiman di Jorong Andaleh

  Nagari Andaleh Baruh Bukik. 2 . Untuk mengetahui Faktor-faktor yang membentuk pola tersebut.

1.2. Berdasarkan Latar belakang

  1 . 5. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis

  Bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan pemikiran dalam menentukan kebijakan untuk melakukan pembenahan lingkungan permukiman yang ada untuk dilestarikan (preservasi/konservasi) berdasarkan karakteristik permukiman yang bersangkutan.

  2. Secara Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk kepentingan perencanaan dan Penataan Permukiman Tradisional Minangkabau serta memperkaya hasil penelitian yang sudah ada

  I I . STUDI LITERATUR 1. Permukiman

  Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya (Altman & Chemers, 1980:65-66).

  2. Pola Permukiman

  Pola permukiman adalah bentuk permukiman atau kawasan yang terjadi karena hasil proses budaya manusia dalam menciptakan ruang kehidupannya, sesuai kondisi site, geografis, dan terus berkembang menurut proses sejarah yang

  (dalam Putra, 2006) peran dan perkembangan masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu proses pembentukan permukiman. Sehingga terbentuknya pola permukiman akan terus berkembang sebagai proses yang dinamis dan berkesinambungan tanpa suatu awal dan akhir yang jelas.

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Permukiman

  Kalau diperhatikan, ternyata bentuk atau pola permukiman antara daerah satu dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi, karena faktor geografi yang berbeda. Secara umum adanya perbedaan pola permukiman penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Relief; seperti pergunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai, (2) kesuburan tanah; tingkat kesuburan tanah, dimana lahan yang subur merupakan sumber penghidupan, (3) keadaan iklim; seperti curah hujan, intensitas radiasi Matahari dan suhu di setiap tempat berbeda-beda, (4) Manusia dan Budaya; Aktifitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi komplek kebutuhan naluri manusia (Malinowski, dalam Koentjaraningrat, 2006). Kebudayaan merupakan dimensi hidup dalam manusia. berkaitan dengan persepsi manusia dengan lingkungannya serta masyarakatnya, (5) Perilaku dan Lingkungan; Perilaku manusia pada hakekatnya dapat disesuaikan dengan lingkungan fisik maupun sosial disekitarnya secara bertahap dan dinamis. Perilaku dapat juga dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian dan lingkungan. Demikian pula sebaliknya, lingkungan akan mempengaruhi manusia.

  Permukiman Tradisional sering direpresentasikan sebagai tempat yang masih memegang nilai- nilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah (Sasongko 2005).

  Dwi Ari & Antariksa (2005) juga menyatakan bahwa permukiman Tradisional memiliki pola-pola yang membicarakan sifat dari persebaran permukiman, sebagai suatu susunan dari sifat yang berbeda dalam hubungan antara faktor-faktor yang menentukan persebaran permukiman. Pola permukiman Tradisional dapat dikategorikan berdasarkan bentuknya, yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Pola permukiman bentuk memanjang terdiri dari memanjang sungai, jalan, dan garis pantai, (2) Pola permukiman bentuk melingkar, (3) Pola permukiman bentuk persegi panjang, (4) Pola permukiman bentuk kubus.

  5. Sejarah Permukiman Minangkabau Permukiman Tradisional

  Minangkabau masih memegang nilai-nilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula diluar determinas sejarah (Sasongko, 2005). Beberapa periode dalam perjalanan sejarah Minangkabau memberi warna tersendiri terhadap tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau.

4. Permukiman Tradisional

  6. Sejarah Terbentuk Nagari di Minangkabau

  Sejarah terbentuknya Nagari

  dalam adat asal Nagari menurut

  pertumbuhannya dikatakan: Taratak

  mulo dibuek, Sudah taratak manjadi dusun, Sudah dusun manjadi koto, Sudah koto jadi Nagari (taratak mula

  dibuat, sudah taratak menjadi dusun, sudah dusun menjadi koto, sudah koto menjadi Nagari). Dari ketentuan tersebut maka tempat yang mula- mula didiami oleh nenek moyang orang Minangkabau adalah taratak. Taratak asal kata dari “tatak” yang berarti membuat. Pengertian membuat yaitu membuat tempat tinggal. Sebagian pimpinan pada taratak ini adalah kepala taratak (tuo taratak), Dt Batuah & Dt Madjoindo (1959).

  7. Pola Permukiman Tradional Minangkabau

  Pola permukiman terjadi akibat dari penataan kegiatan sehari- hari yang tersusun dari kegitan- kegiatan sosial budaya yang dilaksanakan dengan lingkungan masyarakat itu sendiri, dimana mereka harus menempatkan sarana perumahan, tempat melakukan ibadah, tempat mandi cuci dan kakus, tempat memenuhi kebutuhan hidup seperti bercocok tanam, pandam pekuburan (tempat mengebumikan bagi masyarakatnya yang meninggal), tempat mereka melaksanakan acara adat.

  8. Proses Terbentuknya Pola Permukiman Tradional Minangkabau di Jorong Andaleh

  Awal terbentuk permukiman tradisional di Minangkabau karena adanya mata pencaharian untuk kehidupan manusia, biasanya dimulai dari membuka lahan untuk bercocok tanam, kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan keturunan dan suku.

  Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Pola Permukiman Tradisional Minangkabau dengan pendekatan kualitatif di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik. Untuk mencapai tujuan penelitian Pola Permukiman Tradisional Minangkabau di Jorong

  Andaleh tersebut, maka analisis yang diambil adalah mendeskripsikan sasaran studi. Sasaran studi tersebut adalah melihat elemen-elemen pembentuk terjadinya pola permukiman di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik.

  Menurut konsep Miles dan Huberman (1992), metode Penelitian kualitatif mengacu kepada serangkaian proses, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

  Data-data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dikumpulkan melalui studi literatur, browsing di internet, pengumpulan dokumen (peta-peta atau foto-foto), penggambaran, observasi lapangan dan wawancara.

  3.2. Lokasi dan waktu penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik Tahun 2011 yang terletak di kecamatan Sungayang yang berbatasan dengan: (1) Sebelah Utara dengan Kecamatan Salimpaung, (2) sebelah Selatan dengan Tanjung Emas, (3) sebelah Timur dengan kecamatan Sungai Tarap, (4) sebelah Barat dengan kecamatan Lintau Buo Utara.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Jenis Penelitian

  3.3. Informan Penelitian

  Dalam penelitian Pola permukiman tradisional Minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik informan yang dipilih adalah Datuak terkait (Wali Nagari, Dinas Tempat pemandian umum Pariwisata Tanah Datar), dan kaum yang ada di Jorong Andaleh masyarakat setempat. biasanya terletak dekat dengan aliran air sungai, tempat pemandian kaum

  

3.4. ini sejalan dengan kegiatan mandi,

Teknik Analisis data

  cuci dan kakus. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini

  mengacu pada model interaktif yang dikemukakan Miles dan Huberman.

  4. Balai Adat Bapaneh

  Jorong Andaleh terbagi atas Menurut Miles dan Huberman (1994: tiga banjar yaitu: (1) Banjar Kulano, 16) bahwa analisis terdiri dari tiga

  (2) Banjar Baliak, (3) Banjar Guguak alur kegiatan yang terjadi secara Panjang. Balai adat kaum yang ada bersamaan yaitu: 1) reduksi data, 2) di Jorong Andaleh pada masa dahulu penyajian data, 3) penarikan yang ada hanya balai adat nan kesimpulan/verifikasi. bapaneh, terletak dipinggiran

IV. HASIL PENELITIAN DAN

  kampuang yang dapat dimanfaatkan

  PEMBAHASAN

  oleh semua kaum yang ada di Jorong Andaleh.

  4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Fakta Fisik

  4.1.2. Fakta Non Fisik

  1. Rumah Gadang

  1. Keadaan Alam

  Analisa dilakukan terhadap Bentuk alam di Jorong Andaleh kondisi perletakan bangunan rumah ini berupa; tanah lereng (miring) gadang kaum di Jorong Andaleh untuk tanami tabu, tanah pada awalnya terjadi karena faktor tunggang (curam) tanami batuang alam atau relief.

  (bambu) tanah gurun jadikan parak (kebun), tanah data (datar)

  2. Surau

  jadikan perumahan, tanah munggu (perbukitan) jadikan Bentuk surau di Jorong pandam (perkuburan), tanah

  Andaleh dahulunya berbentuk segi gauang ( berlubuk) jadikan tabek empat yang dindingnya terbuat dari atau kolam ikan, tanah padang

  (anyaman bambu). Surau kaum

  tadie

  jadikan tampek gubalo (gembala) di Jorong Andaleh pada umumnya tanah lancah ( berlumpur) jadikan terletak dekat dengan sumber air, kubangan kerbau, tanah rawang dengan alasan masyarakat (rawa) jadikan ranangan itiak ( mengambil air untuk keperluan tempat itik berenang). wudhuk dekat dengan surau tersebut.

  2. Alam 3. Tempat Pemandian Kaum yang masuk di Jorong Andaleh berkembang dan sesuai dengan kehidupan sehari-harinya.

  Pada awalnya Kaum di Jorong Andaleh ini ada tiga Kaum, yaitu; Kaum Bodi Chaniago

  4. Sosial Penduduk

  Pola sebaran Permukiman Kaum Kutianyia di Jorong Andaleh ada tiga kelompok, dimana Kaum Kutianyia ini pada awalnya berasal dari satu Niniak yang masuk dari Selatan Jorong Andaleh. Kaum Kutianyia merupakan Kaum yang paling banyak penduduknya di Jorong Andaleh.

  1. Kelompok Kaum Kutianyia

  Penyebaran permukiman kaum dan pengelompokan kaum dapat dibagi dalam enam kelompok yaitu: 1) kelompok kaum Kutianyia, 2) kelompok kaum Piliang, 3) kelompok kaum Koto, 4) kelompok kaum Bodi Caniago, 5) kelompok kaum Sumpadang, 6) dan kelompok kaum Payobadar.

  4.2.1. Pola Sebaran Permukiman Kaum-Kaum di Jorong Andaleh

  4.2. Pembahasan

  Masih banyak budaya yang lain seperti simuntut yang diadakan setiap siap lebaran idul fitri.

  Penduduk Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik seratus persen beragama islam, disini masih banyak penganut Islam tarekat yang menganut mistis, seperti budaya debus yang sampai sekarang masih walaupun sudah banyak berkurang dari masa dulu, debus ini tidak dapat diturunkan kesembarangan orang karna tradisi ini membutuhkan ketelitian dan minat yang tinggi.

  5. Agama dan Budaya

  Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik membagi daerah tempat kediaman berdasarkan Kaum kaum dan datuak yang mengepalai Kaum tersebut, Andaleh dengan Kaum awal terbagi atas empat Kaum, tidak hanya pembangunan tempat kediaman saja yang mereka bagi wilayahnya akan tetapi tempat bercocok tanam dan pandam pekuburan juga dibagi menurut Kaum.

  Acara –acara adat yang ada di Jorong Andaleh terbagi atas: Acara adat nan sabana adat, acara adat nan di adatkan, acara adat dan teradat serta adat istiadat

  ,

  3. Adat Istiadat

  dan Kaum Kutianyia.

  Koto terdiri dari; Kaum Koto dan Kaum Piliang

  Kaum

  Melayu, Payobadar,

  ,

  Kaum Kutianyia. Dari tiga Kaum ini berkembang menjadi enam Kaum, yaitu; Sumpadang terdiri dari; Kaum Sumpadang

  , dan

  Kaum Koto Piliang

  Kolam Ikan Tempat Pemandian Umum Rumah Gadang Rumah Biasa Agenda Surau Surau B at u san gka r - Li nt au Surau Pemandian Umum menurut Kaum Koto ini terdapat 7 buah Rumah Gadang. Gbr.1.Kelompok Permukiman Kaum

  Kutia Anyia

  2. Kelompok Kaum Piliang Suku Bodi Chaniago

  Kelompok Kaum Piliang I Suku Sumpadang berasal dari satu Niniak yang masuk dari Utara. Berdasarkan Pola Li au nt - permukiman menurut Kaum Piliang I Suku Kutianyia r B san at u gka ini terdapat: 8 buah Rumah Gadang dan 3 buah surau. Halaman depan Rumah Gadang di jadikan parak, Surau Sawah dan Ladang sedangkan dibagian belakang Pandam Pakuburan permukiman Kaum Kutianyia I terdapat tiga surau, sawah, ladang

  Gbr.3. Kelompok permukiman Kaum dan pandam pakuburan. Sawah dan Ladang Koto 4. Pandam Pakuburan Agenda Kaum Bodi Caniago I dan II Surau a - L r in Tempat Bercocok Tanam B u Surau tu ta a n dari dua Niniak (dua Nenek) yang s Warung Kecil ( Kedai ) g Kolam Ikan k a Rumah Gadang Tempat Pemandian Umum Pandam Perkuburan Kaum Bodi Caniago berasal Surau masuk dari Utara dan Selatan Jorong Surau

  Andaleh. Jumlah penduduk Kaum Bodi Caniago termasuk Kaum paling awal di Jorong Andaleh. Pada permukiman Kaum Bodi Caniago

  Gbr.2.Kelompok Permukiman Kaum terdapat 11 buah Rumah Gadang dan Piliang 2 rumah biasa.

  3. Kelompok Kaum Koto Agenda Tempat Bercocok Tanam Pandam Perkuburan Mesjid dan Surau

  Kaum Koto berasal dari satu Surau Kolam Ikan Kedai - Niniak (satu Nenek) yang masuk dari Tempat Pemandian Umum Surau L a r in ta u k Rumah Biasa g Rumah Gadang Selatan. Kaum Koto di Jorong B a tu s a n Andaleh merupakan permukiman Suku Kutianyia yang padat penduduk. Berdasarkan. Suku Piliang Surau Pola Pengelompokan permukiman permukimannya Kaum Payobadar terdapat 8 buah Rumah Gadang, Gbr.4.Kelompok Permukiman Kaum dimana Rumah Gadang ini sudah ada Bodi Caniago yang rusak dan hancur.

5. Kaum Sumpadang

  Kaum Sumpadang berasal dari pecahan Kaum Sumpadang mereka berasal dari satu Niniak (satu Nenek) yang masuk dari Utara dan Selatan. Kaum Sumpadang di Jorong Andaleh bermukim di bagian u L Kolam Ikan in ta Agenda Surau Surau n g Tempat Pemandian Umum k r - paling belakang Jorong Andaleh. a a a t u s Rumah Gadang Warung Kecil ( Kedai ) Melihat Pola Pengelompokkan B permukiman Kaum Sumpadang Surau dapat dikatakan bahwa Kaum Surau

  Sumpadang ini adalah Kaum yang paling terakhir masuk ke Jorong Andaleh

  Gbr.6.Kelompok Permukiman Kaum Surau Payo Badar Agenda 4.3. Surau Suku Sumpadang Suku Body caniago Pandam Perkuburan Suku Piliang a L Rumah Biasa k g a a Suku Body caniago Berdasarkan hasil analisis B - ta Rumah Gadang in u s tu n r Suku Kutianyia Tempat Bercocok Tanam Tempat Pemandian Umum Warung Kecil ( Kedai ) Kolam Ikan Mesjid dan Mushalla Hasil Penelitian Suku Sumpadang didapat temuan bahwa pola aktivitas Suku Kutianyia masyarakat serta pola permukiman tradisional di Jorong Andaleh Nagari

  Andaleh Baruh Bukik Kecamatan Sungayang sebagai berikut:

  Gbr.5.Kelompok Permukiman Kaum a.

   Pola Aktivitas Masyarakat

  Sumpadang Masyarakat Jorong Andaleh

  Nagari Andaleh Baruh Bukik 6.

   Kaum Payobadar

  banyak melakukan aktifitas Kaum Payobadar berasal disawah dan hutan enau, dari pecahan Kaum Sumpadang disamping itu ada yang menebang mereka berasal dari satu Niniak kayu karna daerah ini masih (satu Nenek) yang masuk dari arah banyak hutannya, sedangkan Utara. Permukiman masyarakat daerah bersama yang mereka Kaum Payobadar di Jorong Andaleh miliki hanya diwarung

  • –warung, termasuk yang kurang padat.

  tempat MCK dan mesjid. Masyarakat disini mempunyai kebiasaan pada saat pagi hari minum pagi diwarung-warung begitu pula saat sore hari.

b. Pola Permukiman Masyarakat Jorong Andaleh

  Masyarakat Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik membangun rumah berdasarkan bentuk tanah (relief), sehingga posisi rumah yang dibangun berbeda-beda sesuai kondisi alam setempat, sehingga susunan rumah yang ada sekarang ada yang mengarah menghadap kearah jalan, menyamping ke jalan, sedangkan rumah

  • –rumah yang dibangun baru, dan membelakang ke jalan.

  Pola permukiman yang terlihat di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik dapat dijelaskan bahwa pada dahulunya pola permukiman yang terjadi berbentuk linier, dimana rumah gadang dibangun berderet secara linier, yang kemudian apabila terjadi penambahan rumah gadang maka penambahan dibangun kesebelah kiri maupun kanan rumah yang sudah ada

  Menyadari akan kekurangan dan keterbatasan yang tidak dapat dihindari, maka dalam penelitian ini terdapat kelemahan-kelemahan. Pada umumnya sumber utama yang menghambat penelitian ini adalah menggali kembali asal pertama dari permukiman itu sendiri lewat wawancara dan disesuaikan dengan literatur sebagai sumber Data penelitian. Hal inilah yang menjadi titik tolak untuk mengidentifikasi kelemahan dan keterbatasan penelitian ini.

  V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil temuan penelitian melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa Pola Permukiman Tradisional Minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik adalah:

  1. Faktor-faktor pembentuk pola permukiman di Jorong Andaleh adalah faktor fisik berupa; Rumah gadang, surau, balai adat, tempat pemandian, dan faktor non fisik berupa; Suku, keadaan alam, adat istiadat, dan sosial Budaya.

  2. Pola permukiman berbentuk linier dimana permukiman yang tumbuh di Jorong Andaleh ini berjejer mengikuti arah rumah gadang yang sudah ada.

4.4. Faktor Penghambat Penelitian

  6.2. Saran

  Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran pada Pola Permukiman Tradisional minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik sebagai berikut:

  1. Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik adalah nagari yang masih terjaga keaslianya, akan tetapi pada saat sekarang ini telah dicampuri dengan penempelan bangunan baru pada rumah gadang yang sudah ada, berdasarkan hal tersebut disarankan untuk membuka lahan baru untuk pengembangan permukiman agar terjaga keaslian dari permukiman Tradisional Jorong Andaleh ini.

  Krisna, R., Antariksa & Dwi Ari, I.R.

  Minangkabau dan Adatnya, Jakarta: Balai Pustaka.

  (1959), Tambo

  Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur. Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt.,

  Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya (Studi Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah).

  Oaks: Sage Puplication Sasongko, I. 2005. Pembentukan

  Qualitative and Analysis (Second Edition). Thausand

  Jurnal Plannit. 3 Miles dan Huberman.(1992).

  Kawasan Wisata Budaya di Dusun Sade Kabupaten Lombok Tengah.

  2005. Studi Pelestarian

  Rampai Kebudayaan, Mentaltas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

  2. Menata tempat yang mempunyai keindahan asli daerah ini dengan menata permukiman untuk dijadikan objek wisata, karena daerah pendukung dari Jorong Andaleh Nagari Andaleh baruh Bukik ini adalah Puncak Pato yang merupakan salah satu objek wisata yang masih dipakai, dimana wilayahnya masih berdekatan dengan Jorong Andaleh Nagari Andaleh baruh Bukik dan termasuk kecamatan sungayang.

  Koentjaraningrat. (2006). Bunga

  Environment, Cambridge University Press.

  (1980). Culture and

  Irwin Altman and Martin Chemers.

  Karakteristik Pola Permukiman Di Kecamatan Labang Madura. Jurnal ASPI.

  Dwi A. & Antariksa. 2005. Studi

DAFTAR PUSTAKA

  Thesis Magister. Magister Teknik Arsitektur Universitas Dipenogoro. Semarang. 31 Januari 2011.

  Studi Kasus Kawasan Tanjung Sekoja.

  Budi Arlius Putra. (2006). Pola Permukiman Melayu Jambi.

Dokumen yang terkait

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEUNGGULAN PRODUK DAN CITRA TERHADAP LOYALITAS PENGUNJUNG DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KERINCI

0 0 15

PENGARUH JOB CHARACTERISTICS DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI ARTIKEL

0 0 16

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN TUNTUTAN TUGAS TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

0 2 19

PENGARUH KOMPETENSI INDIVIDU, MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KERINCI

0 3 11

PENGARUH NILAI PELANGGAN, PENANGANAN KELUHAN, DAN DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PLTMH DI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

0 0 15

PENGARUH STRATEGI DIFERENSIASI PRODUK, MERK, PROMOSI DAN SIKAP TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN RINGAN PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

0 0 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG PANJANG

0 1 7

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

0 0 40

KAJIAN PERUBAHAN RUANG DALAM PADA RUMAH PADANG DI KOTA PADANG

0 2 11

TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID TUA MINANGKABAU DI LUHAK NAN TIGO ( Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota ) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2

0 0 28