PROJUSE PROGRAM JUMAT SEHAT SEBAGAI UPAY
PROJUSE : PROGRAM JUMAT SEHAT SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP OBESITAS
(Disusun untuk memenuhi UTS mata kuliah Gizi Masyarakat)
Gizi Masyarakat Kelas C
Senin, 17 Oktober 2016
Pukul 07.30 – 09.10/Ruang Kuliah 9
Dosen Pengampu:
Sulistiyani, S.KM., M.Kes.
Disusun oleh:
Viona Reza Maulinda
152110101125
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat
serta
salam
selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis
mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi
Masyarakat. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan ibu Sulistiyani, S.KM., M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi Masyarakat sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk membahas permasalahan obesitas dan cara
pencegahan & penanggulangannya serta ditujukan untuk memenuhi penugasan
UTS yang
penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi dan berita. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan
baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Jember. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Jember, 10 Oktober 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Pengertian Obesitas .................................................................................. 4
2.2 Karakteristik Obesitas .............................................................................. 4
2.3 Faktor Penyebab Obesitas ........................................................................ 8
2.4 Tipe – Tipe Obesitas................................................................................. 9
2.5 Prevalensi Obesitas di Indonesia ............................................................ 11
2.6 Dampak Obesitas .................................................................................... 16
2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas ............................................ 17
BAB 3. PEMBAHASAN ................................................................................. 19
3.1 Program Jumat Sehat .............................................................................. 19
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 19
BAB 4. PENUTUP ........................................................................................... 22
iii
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
4.2 Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................................... 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 IMT Laki – Laki umur 2-20 tahun ...................................................... 5
Gambar 2.2 IMT Perempuan umur 2-20 tahun ....................................................... 6
Gambar 2.3 BMI/IMT ............................................................................................. 7
Gambar 2.4 Tipe obesitas buah apel dan buah pir ................................................ 10
Gambar 2.5 Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2013 ........................................................................................... 11
Gambar 2.6 Prevalensi gemuk & sangat gemuk anak umur 5–12 tahun menurut
provinsi, Indonesia 2013 ....................................................................................... 12
Gambar 2.7 Prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) remaja umur 16–18 tahun
menurut provinsi, Indonesia 2013 ......................................................................... 13
Gambar 2.8 Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa
(>18 tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 ..................................................... 13
Gambar 2.9 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada laki-laki umur
>18 tahun, Indonesia 2007, 2010, dan 2013 ......................................................... 14
Gambar 2.10 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada perempuan
umur >18 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 .................... 15
Gambar 2.11 Risiko Obesitas................................................................................ 16
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal paling utama yang menopang kehidupan setiap
makhluk, terutama setiap manusia. Jika kesehatan seorang individu terjamin,
maka segala aktivitas kehidupan individu tersebut akan terjamin. Salah satu unsur
penting penyusun kesehatan adalah bagaimana pengaturan pola makan yang sehat
, seimbang dan bergizi. Pola makan yang sehat, seimbang dan bergizi seringkali
dihubungkan dengan gaya hidup. Gaya hidup seorang individu dapat
mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Misalnya seorang individu yang
memiliki gaya hidup mewah cenderung tidak memiliki banyak aktivitas fisik
karena segala aktivitas mereka ditunjang oleh teknologi. Hal ini juga berpengaruh
terhadap pola makan mereka, seperti aktivitas menonton televisi yang disertai
dengan mengkonsumsi camilan dan makanan berlemak dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji, lama kelamaan akan menimbulkan risiko
masalah gizi seperti obesitas.
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan
lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
merugikan bagi kesehatan yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau
meningkatkan masalah kesehatan (Wikipedia, 2016). Perlu diketahui bahwa angka
kejadian obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan dari WHO tahun
2003 menyebutkan bahwa lebih dari 300 juta orang dewasa di dunia menderita
obesitas. Bahkan, sebanyak 280000 orang di Amerika meninggal dunia akibat
obesitas setiap tahunnya. Diperkirakan 10 dari 100 penduduk di Jakarta menderita
obesitas. Parahnya, obesitas biasanya memicu terjadinya penyakit lain, seperti
jantung arthtitis, diabetes militus tipe 2, hingga hipertensi (Utami, 2013:4).
Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak –
anak. Obesitas pada masa anak – anak dapat berlanjut hingga dewasa. Menurut PiSunver dalam Modern Nutrition in Health and Disease, pada bayi dan anak
obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas pada 20 tahun berikutnya. Sedangkan
1
80% remaja obesitas akan menjadi dewasa obesitas. Di Jakarta, prevalensi
obesitas terus meningkat dengan bertambahnya usia. Begitu juga prevalensi
kelebihan berat badan dan obesitas anak – anak usia prasekolah di 42 negara dan
usia sekolah di 25 negara yang mengalami peningkatan luar biasa. Di Amerika
Serikat (AS), prevalensi obesitas anak usia 6 – 19 tahun dalam 3 dekade terakhir
meningkat dari 4 – 6% menjadi 16 – 17%. Laju kenaikan menjadi pesat hingga 3
– 4 kali lipat dalam tempo 30 tahun terakhir (My Healthy Life, Tanpa Tahun:69).
Masalah obesitas apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
berbagai komplikasi penyakit yang membahayakan kesehatan yaitu seperti
hipertensi, penyakit arteri koroner, kegagalan jantung, sindrom Pickwickian,
infeksi saluran pernapasan, diabetes militus, perlemakan hati,hipertrigliserid,
kolelitiasis, kolesistitis, osteoarthritis hingga problem psikiatri dan sosial
(Misnadiarly, 2007:41-42). Risiko ini tidak hanya terdapat pada dewasa yang
obesitas tetapi juga menghampiri anak – anak. Agar dapat menurunkan risiko
yang timul akibat obesitas, maka diperlukan suatu inovasi guna mencegah dan
menanggulangi obesitas sehingga penulis menyusun makalah ini dengan tujuan
memberikan solusi pencegahan dan penanggulangan obesitas melalui Program
Jumat Sehat yang akan penulis paparkan lebih lanjut dalam makalah ini.
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Program Jumat Sehat dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi obesitas.
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui dan menjelaskan mekanisme Program Jumat Sehat
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan obesitas.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor penyebab obesitas, prevalensi di
Indonesia, tipe – tipe obesitas, dampak yang ditimbulkan karena
obesitas serta pencegahan dan penanggulangannya secara
umum.
b. Mengidentifikasi Program Jumat Sehat
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan
lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
merugikan bagi kesehatan yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau
meningkatkan masalah kesehatan (Wikipedia, 2016). Menurut WHO (2016)
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau
berlebihan lemak yang menimbulkan risiko bagi kesehatan.
2.2 Karakteristik Obesitas
Seorang individu dikatakan mengalami obesitas jika memiliki beberapa
karakteristik yang menunjukkan masalah obesitas. Dalam Misniadiarly (2007)
Menurut WHO, seorang individu disebut obesitas bila BMI (Body Max Index)
lebih dari normal atau disebut obesitas apabila BMI>25.0. BMI adalah suatu
angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan
dalam meter kuadrat, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Lebih jelasnya dalam majalah kesehatan My Healthy Life (Tanpa Tahun)
disebutkan beberapa indikator obesitas sebagai berikut:
a. Pengukuran berat badan (B) dalam kilogram terhadap tinggi badan (T) dalam
meter yang dibandingkan dengan standart.
Obesitas ringan : indeks B/T 120-135%
Obesitas sedang : indeks B/T >135-150%
Obesitas berat : indeks B/T >150-200%
Obesitas super : indeks B/T >200%
b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
Sedangkan Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke-95 sebagai indikator
4
obesitas. Kartu IMT terdiri dari garis kurva yang menggambarkan persentil,
dalam hal ini dibedakan atas laki – laki dan perempuan sebagai berikut:
Gambar 2.1 IMT Laki – Laki umur 2-20 tahun (Sumber : 2000 CDC Growth
dan Charts for The United States: Methods and Development page 31 by
Departmen of Health and Human Services)
5
Gambar 2.2 IMT Perempuan umur 2-20 tahun (Sumber : 2000 CDC Growth
dan Charts for The United States: Methods and Development page 32 by
Departmen of Health and Human Services)
6
c. Menghitung berat badan, BB (kg) dibagi tinggi badan, TB (m2) atau BB/TB2.
Obesitas ringan : indeks 25 – 29,9
Obesitas sedang : indeks 30 – 40
Obesitas berat : indeks > 40
Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan, berikut contoh dari perhitungan
BMI/IMT:
Eko dengan tinggi badan 148 cm, mempunyai berat badan 60 kg. Maka,
60/ (1,48 X 1,48) m = 27,392
Status obesitas Eko adalah obesitas tingkat ringan. Eko dianjurkan
menurunkan berat badan sampai menjadi normal antara 41- 54 kg dengan IMT
18,5 – 25,0.
Gambar 2.3 BMI/IMT (Sumber : My Healthy Life)
7
2.3 Faktor Penyebab Obesitas
Obesitas tidak muncul dengan sendirinya. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi seorang individu mengalami obesitas. Seperti yang dijelaskan oleh
Utami, (2013) beberapa faktor penyebab obesitas yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor keturunan yang berasal dari orang tua.
Pengaruh faktor tersebut belum tentu jelas sebagai penyebab obesitas. Namun,
seorang peneliti gizi di USA membuktikan bahwa faktor genetik berpengaruh
terhadap obesitas. Menurut penelitiannya, anak – anak dari orang tua dengan
berat badan normal mempunyai peluang 10% menjadi obes. Jika salah satu
orang tuanya mengalami kegemukan, peluang itu meningkat menjadi 40 –
50%. Sementara itu, jika kedua orang tuanya mengalami kegemukan, maka
peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70 – 80%.
b. Faktor Pola Hidup
Aktivitas sehari – hari jika dijalankan secara seimbang akan menciptakan
kehidupan yang sehat. Kebiasaan dan kesukaan mengkonsumsi makanan
berlemak dan gula berlebih akan membiarkan mulut terus mengunyah,
lambung terus menampung dan usus terus bekerja sehingga proses
metabolisme di dalam hati menyimpan lemak dalam jumlah cukup banyak.
Makanan penyebab penyimpanan lemak tersebut biasanya didapatkan dari
makanan siap saji. Kebiasaan “mengemil” juga berpengaruh terhadap
menumpuknya lemak di dalam tubuh. Makanan ringan yang dikonsumsi di luar
waktu makan biasanyan tinggi kalori, gurih, manis dan diproses dengan
digoreng. Jika tidak terkontrol maka akan menyebabkan obesitas.
c. Faktor Psikologis
Menurut teori, orang – orang yang kelebihan berat badan adalah mereka yang
tidak sensitif terhadap sinyal – sinyal internal untuk merasakan kelaparan dan
kekenyangan, tetapi mereka sangat sensitif terhadap rangsangan luar berupa
penglihatan, penciuman dan pencicipan yang dapat meningkatkan nafsu
makan. Selain itu, seorang individu yang mengalami keadaan tidak
8
menyenangkan akan lebih emosional. Jika hal tersebut terus terjadi akan
menyebabkan stress dan depresi sehingga akan meningkatkan sekresi hormone
dan terjadi peningkatan metabolisme energi dan dipecah serta digunakan untuk
melakukan aktivitas fisik. Proses ini menyebabkan glukosa darah menurun
sehingga menimbulkan rasa lapar. Jika rasa lapar ini dipenuhi terus – menerus,
tetapi tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, maka kelebihan energi tersebut
akan disimpan sebagai lemak tubuh.
d. Faktor Lingkungan
Budaya dalam kehidupan manusia sangat dipengaruhi pola hidup serta
lingkungan sosial seperti berteman dengan seseorang yang kaya yang biasanya
memiliki kebiasaan jalan – jalan dan makan di mal. Mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat, seperti burger, pizza, ayam goreng dan es krim bisa menjadi
penyebab obesitas. Makanan yang tersedia di mal cenderung junk food yang
berkalori tinggi yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Keadaan inilah yang
menyebabkan kenaikan berat badan relative lebih cepat.
e. Penyakit tertentu
Obesitas ternyata juga disebabkan oleh adanya penyakit seperti hipotiroidisme,
sindrom Cushing, kelainan hipotalamus dan beberapa sindrom genetik
(penyakit bawaan). Obesitas yang timbul karena penyakit dapat menyebabkan
perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh yang pada akhirnya
menyebabkan penimbunan lemak di dalam tubuh.
2.4 Tipe – Tipe Obesitas
Menurut Mumpuni & Wulandari (2010) dalam Tarigan (2015) tipe obesitas
dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak.
2.4.1 Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Tipe Buah Apel
Tipe obesitas ini biasanya lemak disimpan di bawah kulit dinding perut
dan di rongga perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk
tubuh seperti buah apel. Obesitas tipe buah apel biasanya banyak terdapat
pada laki – laki.
9
b. Tipe Buah Pir
Tipe obesitas ini, kelebihan lemak disimpan di bawah kulit bagian daerah
pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir. Obesitas
tipe buah pir banyak terdapat pada perempuan.
Gambar 2.4 Tipe obesitas buah apel dan buah pir (Sumber : My Healthy Life)
2.4.2 Berdasarkan Sel Lemak
a. Tipe Hyperplastik
Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah
besar. Kegemukan ini biasa terjadi pada masa anak-anak
b. Tipe Hypertropik
Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar
dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah
banyak dari normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha
untuk menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah
dibandingkan
c. Tipe hyperptipe Gabungan (Tipe Hyperplastik dan Hypertropik)
Kegemukan terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik
10
mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan
oleh sel lemak yang mengalami hypertropik. Kegemukan ini bisa dimulai
pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa. Upaya untuk
menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi penyakit.
2.5 Prevalensi Obesitas di Indonesia
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi obesitas dalam persebaran
usia dari anak – anak hingga dewasa yang dapat dilihat dari grafik – grafik di
bawah ini :
Gambar 2.5 Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi
di Indonesia Tahun 2013 (Sumber : Info Datin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI)
11
Berdasarkan grafik di gambar 2.5 dapat dilihat bahwa proporsi obesitas
sentral pada penduduk berumur 15 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 26,6%. Proporsi tertinggi terdapat pada Provinsi DKI Jakarta sebesar
39,7% dan proporsi terendah terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar
15,2%.
Gambar 2.6 Prevalensi gemuk & sangat gemuk anak umur 5–12 tahun menurut
provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Berdasarkan grafik gambar 2.6, secara nasional masalah gemuk pada anak
umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen
dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa
Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15
provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan
Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat,
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung,
Lampung dan DKI Jakarta.
12
Gambar 2.7 Prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) remaja umur 16–18 tahun
menurut provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun pada grafik
gambar 2.7 adalah sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6
persen obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta
(4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas provinsi dengan
prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Jawa
Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur,
Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara dan DKI Jakarta.
Gambar 2.8 Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa
(>18 tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Gambar 2.8 menyajikan prevalensi penduduk umur dewasa kurus, gizi
lebih dan obesitas menurut IMT/U di masing masing provinsi. Prevalensi
penduduk dewasa kurus 8,7 persen, berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas
13
15,4 persen. Prevalensi penduduk kurus terendah di provinsi Sulawesi Utara
(5,6%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan
prevalensi penduduk dewasa kurus diatas prevalensi nasional, yaitu Kalimantan
Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Jawa Timur, Maluku, Jawa Tengah,
Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, DI
Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di
provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%).
Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas nasional, yaitu Jawa Barat, Bali,
Papua, DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung,
Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Kalimantan Timur,
DKI Jakarta, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Gambar 2.9Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada laki-laki umur
>18 tahun, Indonesia 2007, 2010, dan 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Pada gambar 2.9 menyajikan kecenderungan prevalensi obesitas penduduk
laki-laki dewasa (>18 tahun) di masing-masing provinsi tahun 2007, 2010 dan
2013. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada
tahun 2013, prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di
provinsi Sulawesi Utara (34,7%). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas
prevalensi nasional, yaitu Aceh, Riau, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Jawa
14
Timur, DI Yogyakarta, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, Sumatera
Utara, Papua Barat, Bali, Kalimantan Timur, Papua, DKI Jakarta dan Sulawesi
Utara.
Gambar 2.10 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada perempuan
umur >18 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 (Sumber :
Hasil Riskesdas 2013)
Sedangkan pada gambar 2.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen
dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi
obesitas terendah di Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas
tertinggi di provinsi Sulawesi Sulawesi Utara (19,5%). Tiga belas provinsi dengan
prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat,
Aceh, Papua Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Maluku
Utara, DKI Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo dan Sulawesi
Utara.
15
2.6 Dampak Obesitas
Misnadiarly (2007) mengungkapkan bahwa seringkali obesitas akan
membawa manifestasi klinis dan berbagai penyakit komplikasi yaitu sebagai
berikut:
a. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) berupa hipertensi, penyakit arteri
koroner dan kegagalan jantung.
b. Paru – paru (pulmonal) berupa sindrom Pickwickian dan saluran pernapasan.
c. Endokrin dan metabolic berupa diabetes mellitus, perlemakan hati dan
hipertrigliserid.
d. Saluran pencernaan (gastrointestinal) berupa kolelitiasis (batu kandung
empedu) dan kolesistitis (radang kandung empedu)
e. Tulang dan sendi berupa osteoarthritis.
f. Masalah psikiatri dan sosial.
Gambar 2.11 Risiko Obesitas (Sumber : http://4life-indonesia.net/medical/)
16
2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh penderita obesitas untuk
menanggulangi maupun bukan penderita obesitas untuk mencegah.
Untuk
mencegah obesitas menurut Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan
Kegemukan Dan Obesitas Pada Anak Sekolah oleh Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2012 dapat dilakukan dengan mengatur pola hidup yaitu dengan cara
sebagai berikut:
a. Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi perhari
b. Membatasi menonton TV, bermain computer, game/playstation < 2 jam/hari
c. Tidak menyediakan TV di kamar tidur
d. Mengurangi makanan dan minuman manis
e. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
f. Kurangi makan di luar rumah
g. Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah maupun ke
tempat kerja
h. Biasakan makan bersama keluarga miniman 1x sehari
i. Makanlah sesuai dengan waktunya
j. Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
k. Melibatkian keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
l. Menargetkan penurunan BB yang sehat
Hal – hal tersebut tidak hanya bisa diterapkan untuk mencegah obesitas
pada anak – anak, namun juga dapat diterapkan untuk seorang remaja maupun
dewasa. Sedangkan penanganan bagi seorang obesitas
menurut
Supriyanto
(Tanpa Tahun) dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut:
a. Terapi Fisik
Hal yang dapat dilakukan adalah pertama, diet perampingan, pengaturan
makan (diet) untuk merampingkan tubuh yang aman adalah dengan cara
mengurangi asupan makan 25 % dan kebutuhan energi sehari - hari (calori
expenditure).
Besarnya
kebutuhan
energi/hari
dapat
dihitung
dengan
menambahkan BMR(Basal Metalik Rate) dengan faktor aktivitas. BMR adalah
17
energi minimal yang diperlukan seseorang/hari, untuk orang dewasa besarnya
BMR = Bearat badan (KG) X 1 Kalori X 24 Jam. Kemudian kedua adalah
olahraga, olahraga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi
obesitas yang berfungsi membakar lemak tubuh, untuk itu ciri-ciri, takaran,
jenis dan model latihan olahraganya dapat dilakukan dengan gerak melibatkan
otot besar, dilakukan secara kontinyu dengan gerakan ritmis, latihan aerobik,
jalan, jogging, bersepeda, renang, dan semam aerobik. Berbagai model latihan
tersebut dapat di kerjakan di alam terbuka atau di pusat-pusat kebugaran.
b. Terapi Psikologis
Terapi ini dapat dilakukan dengan 2 cara, pertama, dengan menggunakan CBT
(Cognitif Behavioral Treatment) terapi ini dapat digunakan seperti halnya
dalam mengatasi bulimia nervosa. Terapi kognitif-perilaku (CBT) merupakan
terapi yang mendasarkan pada teori kognitif perilaku yang menekankan pada
kesaling terkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku. Kedua, self monitoring
ini berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dalam hal ini adalah keluarga
dan terapis. Keluarga berhubungan dengan pengaturan segala jenis makanan
yang dikonsumsi, pengatur waktu makan dan aktivitas diri. serta berperan
dalam meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri. Sedangkan terapis
berperan dalam mengontrol kemajuan-kemajuan selama perlakuan diberikan
dan target-target yang harus dicapai oleh penderita
18
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Program Jumat Sehat
Jumat sehat adalah sebuah kegiatan khusus yang dilakukan secara rutin
setiap hari Jumat. Program Jumat sehat memiliki tujuan utama yaitu sebagai
bentuk pencegahan terhadap obesitas. Adapun tujuan khusus dari program ini
yaitu diharapkan dapat mengembangkan karakter positif melalui pembiasaan,
kegiatan rutin, dan terprogram, meningkatkan kebugaran dan kesehatan serta
meningkatkan kepedulian terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.
Program Jumat Sehat dapat dilakukan oleh semua kalangan seperti keluarga,
lingkungan desa, komunitas atau organisasi serta instansi.
3.2 Kegiatan yang Dilakukan
Sesuai dengan tinjauan pustaka, aktivitas fisik dapat mencegah dan
menanggulangi obesitas. Pada program Jumat Sehat ini, kegiatan yang dilakukan
lebih ditekankan pada aktivitas fisik. Adapun bentuk kegiatan Jumat Sehat adalah
sebagai berikut:
a. Berjalan kaki dan Bersepeda
Salah satu bentuk olahraga yang ringan dan dapat dilakukan setiap orang
adalah berjalan kaki dan bersepeda. Bersepeda akan banyak membakar lemak
di dalam tubuh, hal ini bisa meningkatkan metabolisme tubuh dan dapat
membantu menurunkan berat badan (Haerudin, 2014:4). Sedangkan berjalan
kaki merupakan olahraga ideal untuk menjaga berat badan, karena dapat
meningkatkan penggunaan kalori, mengendalikan nafsu makan, dan membakar
lemak. Kalau jumlah kalori yang kita gunakan untuk jalan kaki sama dengan
yang kita konsumsi, kita dapat memelihara berat badan. Jika kalori yang
terbakar lebih banyak dari yang kita konsumsi, kita bisa menurunkan berat
badan (Hasibuan, 2010:82). Olahraga berjalan kaki dan bersepeda dapat
dilakukan dengan mengitari kompleks perumahan setiap pagi sehabis subuh. Di
instansi pun dapat dilakukan, misal di instansi pendidikan seperti di kampus
dapat diterapkan dengan mewajibkan seluruh mahasiswanya berangkat maupun
19
pulang dari kampus dengan berjalan kaki bagi yang dekat dan bersepeda bagi
yang jauh yang dilakukan setiap hari Jumat.
b. Senam Bersama
Senam merupakan salah satu jenis latihan fisik yang digunakan sebagai sarana
mencegah dan menurunkan berat badan serta sebagai sarana rehabilitasi atau
terapi yang efektif. Memang banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas ini, mulai dari meningkatkan kerja jantung, meningkatkan kekuatan
otot, membakar lemak, serta manfaat-manfaat lainnya bagi tubuh (Lyne Brick,
2001 dalam Pratiwi, 2015). Senam yang biasa dilakukan untuk penurunan
berat badan biasanya adalah senam aerobik. Senam aerobik secara teratur dan
terukur dapat membentuk tubuh menjadi lebih proposional, indah dipandang
dan menimbulkan daya tarik, dimana komposisi tubuh menunjukkan
perbandingan kumpulan otot, tulang, lemak dan cairan. Senam aerobik yang
dilakukan secara teratur dapat mencegah kegemukan, membentuk otot dan
memperbaiki tonus (Rahayu, 2001 dalam Pratiwi, 2015). Gerakan senam
aerobik dapat dilakukan setelah olahraga berjalan kaki dan bersepeda dengan
tempo ringan maupun cepat.
c. Kegiatan Membersihkan lingkungan
Setelah melakukan olahraga berjalan kaki dan bersepeda serta senam, kegiatan
selanjutnya yang dilakukan adalah membersihkan lingkungan. Membersihkan
lingkungan juga merupakan aktivitas fisik karena membutuhkan energi untuk
melakukannya sehingga secara tidak langsung juga dapat membakar lemak
dalam tubuh dan dapat menurunkan berat badan secara perlahan jika dilakukan
secara teratur.
d. Makan Bersama dengan Menu Makan yang Bergizi
Kegiatan selanjutnya setelah melakukan beberapa aktivitas fisik adalah makan
bersama dengan menu makan yang bergizi. Namun, setelah melakukan
aktivitas fisik tidak dianjurkan langsung makan, harus ada jeda terlebih dahulu
minimal 30 menit setelah melakukan aktivitas fisik. Hal ini bertujuan untuk
memberi waktu organ – organ tubuh untuk istirahat setelah bekerja
20
mengeluarkan energi saat melakukan aktivitas fisik. Adapun susunan makanan
yang dapat dipilih salah satu dan dikonsumsi setelah melakukan aktivitas fisik
menurut Supriyono (2012) misalnya sebagai berikut:
30 menit setelah melakukan aktivitas fisik dapat minum air putih 1
gelas dan camilan berupa buah.
1 jam setelah melakukan aktivitas fisik dapat mengkonsumsi jus buah,
biskuit dan air putih.
2 jam setelah melakukan aktivitas fisik barulah makan makanan
lengkap dengan porsi kecil seperti nasi, soto ayam, jus buah dan air
putih.
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi obesitas adalah
dengan melakukan aktivitas fisik. Program Jumat Sehat dapat dilakukan sebagai
cara mencegah dan menanggulangi obesitas karena merupakan sebuah program
yang melibatkan aktivitas fisik berupa berjalan kaki dan bersepeda, senam,
membersihkan lingkungan dan makan bersama dengan menu makan yang bergizi.
4.2 Saran
Penulisan makalah yang berjudul “PROJUSE : PROGRAM JUMAT
SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TERHADAP OBESITAS” diharapkan dapat ditujukan kepada masyarakat luas
agar meningkatkan pengetahuan mengenai cara mencegah dan menanggulangi
obesitas. Sebagai penutup. penulis berharap kritik dan saran yang bertujuan untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Haerudin, Andri. 2014. Motivasi Olahraga Bersepeda Masyarakat Kota Bandung
. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
My Healthy Life. Tanpa Tahun. Kegemukan Pergi & Tak Kembali. s.l. : PT Niaga
Swadaya, Tanpa Tahun.
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer, 2007.
Pratiwi, Anggun. 2015. Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan Berat
Badan pada Peserta Sanggar Senam "ONO Aerobic" di Salatiga. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Hasil Riskesdas 2013. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.
—. 2014. Info Datin. Situasi Kesehatan Jantung. 2014.
Departmen of Health and Human Services. 2000. 2000 CDC Growth Charts for
The United States: Methods and Development. Washington DC : CDC, 2000.
Supriyanto, Agus. Tanpa Tahun. Obesitas, Faktor Penyebab dan Bentuk - Bentuk
Terapinya. Yogyakarta : FIK Universitas Negeri Yogyakarta, Tanpa Tahun.
Supriyono. 2012. Mempersiapkan Makanan Bagi Atlet Sepak Bola. GIZINET.
[Online] Kementerian Kesehatan RI, Oktober 22, 2012. [Cited: Oktober 14,
2016.]
http://gizi.depkes.go.id/mempersiapkan-makanan-bagi-atlet-sepakbola.
Tarigan, M. 2015. Chapter II. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2015.
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif. Hasibuan, Roamaini.
2010. 2, Medan : Universitas Negeri Medan, 2010, Vol. VII.
Utami, Prapti. 2013. Diet Aman & Sehat dengan Herbal. Jakarta : FMedia, 2013.
Wikipedia. 2016. Kegemukan. Indonesia : Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016.
23
LAMPIRAN
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP OBESITAS
(Disusun untuk memenuhi UTS mata kuliah Gizi Masyarakat)
Gizi Masyarakat Kelas C
Senin, 17 Oktober 2016
Pukul 07.30 – 09.10/Ruang Kuliah 9
Dosen Pengampu:
Sulistiyani, S.KM., M.Kes.
Disusun oleh:
Viona Reza Maulinda
152110101125
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat
serta
salam
selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis
mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi
Masyarakat. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan ibu Sulistiyani, S.KM., M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi Masyarakat sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk membahas permasalahan obesitas dan cara
pencegahan & penanggulangannya serta ditujukan untuk memenuhi penugasan
UTS yang
penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi dan berita. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan
baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Jember. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Jember, 10 Oktober 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Pengertian Obesitas .................................................................................. 4
2.2 Karakteristik Obesitas .............................................................................. 4
2.3 Faktor Penyebab Obesitas ........................................................................ 8
2.4 Tipe – Tipe Obesitas................................................................................. 9
2.5 Prevalensi Obesitas di Indonesia ............................................................ 11
2.6 Dampak Obesitas .................................................................................... 16
2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas ............................................ 17
BAB 3. PEMBAHASAN ................................................................................. 19
3.1 Program Jumat Sehat .............................................................................. 19
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 19
BAB 4. PENUTUP ........................................................................................... 22
iii
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
4.2 Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................................... 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 IMT Laki – Laki umur 2-20 tahun ...................................................... 5
Gambar 2.2 IMT Perempuan umur 2-20 tahun ....................................................... 6
Gambar 2.3 BMI/IMT ............................................................................................. 7
Gambar 2.4 Tipe obesitas buah apel dan buah pir ................................................ 10
Gambar 2.5 Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2013 ........................................................................................... 11
Gambar 2.6 Prevalensi gemuk & sangat gemuk anak umur 5–12 tahun menurut
provinsi, Indonesia 2013 ....................................................................................... 12
Gambar 2.7 Prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) remaja umur 16–18 tahun
menurut provinsi, Indonesia 2013 ......................................................................... 13
Gambar 2.8 Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa
(>18 tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 ..................................................... 13
Gambar 2.9 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada laki-laki umur
>18 tahun, Indonesia 2007, 2010, dan 2013 ......................................................... 14
Gambar 2.10 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada perempuan
umur >18 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 .................... 15
Gambar 2.11 Risiko Obesitas................................................................................ 16
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal paling utama yang menopang kehidupan setiap
makhluk, terutama setiap manusia. Jika kesehatan seorang individu terjamin,
maka segala aktivitas kehidupan individu tersebut akan terjamin. Salah satu unsur
penting penyusun kesehatan adalah bagaimana pengaturan pola makan yang sehat
, seimbang dan bergizi. Pola makan yang sehat, seimbang dan bergizi seringkali
dihubungkan dengan gaya hidup. Gaya hidup seorang individu dapat
mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Misalnya seorang individu yang
memiliki gaya hidup mewah cenderung tidak memiliki banyak aktivitas fisik
karena segala aktivitas mereka ditunjang oleh teknologi. Hal ini juga berpengaruh
terhadap pola makan mereka, seperti aktivitas menonton televisi yang disertai
dengan mengkonsumsi camilan dan makanan berlemak dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji, lama kelamaan akan menimbulkan risiko
masalah gizi seperti obesitas.
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan
lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
merugikan bagi kesehatan yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau
meningkatkan masalah kesehatan (Wikipedia, 2016). Perlu diketahui bahwa angka
kejadian obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan dari WHO tahun
2003 menyebutkan bahwa lebih dari 300 juta orang dewasa di dunia menderita
obesitas. Bahkan, sebanyak 280000 orang di Amerika meninggal dunia akibat
obesitas setiap tahunnya. Diperkirakan 10 dari 100 penduduk di Jakarta menderita
obesitas. Parahnya, obesitas biasanya memicu terjadinya penyakit lain, seperti
jantung arthtitis, diabetes militus tipe 2, hingga hipertensi (Utami, 2013:4).
Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak –
anak. Obesitas pada masa anak – anak dapat berlanjut hingga dewasa. Menurut PiSunver dalam Modern Nutrition in Health and Disease, pada bayi dan anak
obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas pada 20 tahun berikutnya. Sedangkan
1
80% remaja obesitas akan menjadi dewasa obesitas. Di Jakarta, prevalensi
obesitas terus meningkat dengan bertambahnya usia. Begitu juga prevalensi
kelebihan berat badan dan obesitas anak – anak usia prasekolah di 42 negara dan
usia sekolah di 25 negara yang mengalami peningkatan luar biasa. Di Amerika
Serikat (AS), prevalensi obesitas anak usia 6 – 19 tahun dalam 3 dekade terakhir
meningkat dari 4 – 6% menjadi 16 – 17%. Laju kenaikan menjadi pesat hingga 3
– 4 kali lipat dalam tempo 30 tahun terakhir (My Healthy Life, Tanpa Tahun:69).
Masalah obesitas apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
berbagai komplikasi penyakit yang membahayakan kesehatan yaitu seperti
hipertensi, penyakit arteri koroner, kegagalan jantung, sindrom Pickwickian,
infeksi saluran pernapasan, diabetes militus, perlemakan hati,hipertrigliserid,
kolelitiasis, kolesistitis, osteoarthritis hingga problem psikiatri dan sosial
(Misnadiarly, 2007:41-42). Risiko ini tidak hanya terdapat pada dewasa yang
obesitas tetapi juga menghampiri anak – anak. Agar dapat menurunkan risiko
yang timul akibat obesitas, maka diperlukan suatu inovasi guna mencegah dan
menanggulangi obesitas sehingga penulis menyusun makalah ini dengan tujuan
memberikan solusi pencegahan dan penanggulangan obesitas melalui Program
Jumat Sehat yang akan penulis paparkan lebih lanjut dalam makalah ini.
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Program Jumat Sehat dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi obesitas.
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui dan menjelaskan mekanisme Program Jumat Sehat
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan obesitas.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor penyebab obesitas, prevalensi di
Indonesia, tipe – tipe obesitas, dampak yang ditimbulkan karena
obesitas serta pencegahan dan penanggulangannya secara
umum.
b. Mengidentifikasi Program Jumat Sehat
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan
lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
merugikan bagi kesehatan yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau
meningkatkan masalah kesehatan (Wikipedia, 2016). Menurut WHO (2016)
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau
berlebihan lemak yang menimbulkan risiko bagi kesehatan.
2.2 Karakteristik Obesitas
Seorang individu dikatakan mengalami obesitas jika memiliki beberapa
karakteristik yang menunjukkan masalah obesitas. Dalam Misniadiarly (2007)
Menurut WHO, seorang individu disebut obesitas bila BMI (Body Max Index)
lebih dari normal atau disebut obesitas apabila BMI>25.0. BMI adalah suatu
angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan
dalam meter kuadrat, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Lebih jelasnya dalam majalah kesehatan My Healthy Life (Tanpa Tahun)
disebutkan beberapa indikator obesitas sebagai berikut:
a. Pengukuran berat badan (B) dalam kilogram terhadap tinggi badan (T) dalam
meter yang dibandingkan dengan standart.
Obesitas ringan : indeks B/T 120-135%
Obesitas sedang : indeks B/T >135-150%
Obesitas berat : indeks B/T >150-200%
Obesitas super : indeks B/T >200%
b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
Sedangkan Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke-95 sebagai indikator
4
obesitas. Kartu IMT terdiri dari garis kurva yang menggambarkan persentil,
dalam hal ini dibedakan atas laki – laki dan perempuan sebagai berikut:
Gambar 2.1 IMT Laki – Laki umur 2-20 tahun (Sumber : 2000 CDC Growth
dan Charts for The United States: Methods and Development page 31 by
Departmen of Health and Human Services)
5
Gambar 2.2 IMT Perempuan umur 2-20 tahun (Sumber : 2000 CDC Growth
dan Charts for The United States: Methods and Development page 32 by
Departmen of Health and Human Services)
6
c. Menghitung berat badan, BB (kg) dibagi tinggi badan, TB (m2) atau BB/TB2.
Obesitas ringan : indeks 25 – 29,9
Obesitas sedang : indeks 30 – 40
Obesitas berat : indeks > 40
Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan, berikut contoh dari perhitungan
BMI/IMT:
Eko dengan tinggi badan 148 cm, mempunyai berat badan 60 kg. Maka,
60/ (1,48 X 1,48) m = 27,392
Status obesitas Eko adalah obesitas tingkat ringan. Eko dianjurkan
menurunkan berat badan sampai menjadi normal antara 41- 54 kg dengan IMT
18,5 – 25,0.
Gambar 2.3 BMI/IMT (Sumber : My Healthy Life)
7
2.3 Faktor Penyebab Obesitas
Obesitas tidak muncul dengan sendirinya. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi seorang individu mengalami obesitas. Seperti yang dijelaskan oleh
Utami, (2013) beberapa faktor penyebab obesitas yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor keturunan yang berasal dari orang tua.
Pengaruh faktor tersebut belum tentu jelas sebagai penyebab obesitas. Namun,
seorang peneliti gizi di USA membuktikan bahwa faktor genetik berpengaruh
terhadap obesitas. Menurut penelitiannya, anak – anak dari orang tua dengan
berat badan normal mempunyai peluang 10% menjadi obes. Jika salah satu
orang tuanya mengalami kegemukan, peluang itu meningkat menjadi 40 –
50%. Sementara itu, jika kedua orang tuanya mengalami kegemukan, maka
peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70 – 80%.
b. Faktor Pola Hidup
Aktivitas sehari – hari jika dijalankan secara seimbang akan menciptakan
kehidupan yang sehat. Kebiasaan dan kesukaan mengkonsumsi makanan
berlemak dan gula berlebih akan membiarkan mulut terus mengunyah,
lambung terus menampung dan usus terus bekerja sehingga proses
metabolisme di dalam hati menyimpan lemak dalam jumlah cukup banyak.
Makanan penyebab penyimpanan lemak tersebut biasanya didapatkan dari
makanan siap saji. Kebiasaan “mengemil” juga berpengaruh terhadap
menumpuknya lemak di dalam tubuh. Makanan ringan yang dikonsumsi di luar
waktu makan biasanyan tinggi kalori, gurih, manis dan diproses dengan
digoreng. Jika tidak terkontrol maka akan menyebabkan obesitas.
c. Faktor Psikologis
Menurut teori, orang – orang yang kelebihan berat badan adalah mereka yang
tidak sensitif terhadap sinyal – sinyal internal untuk merasakan kelaparan dan
kekenyangan, tetapi mereka sangat sensitif terhadap rangsangan luar berupa
penglihatan, penciuman dan pencicipan yang dapat meningkatkan nafsu
makan. Selain itu, seorang individu yang mengalami keadaan tidak
8
menyenangkan akan lebih emosional. Jika hal tersebut terus terjadi akan
menyebabkan stress dan depresi sehingga akan meningkatkan sekresi hormone
dan terjadi peningkatan metabolisme energi dan dipecah serta digunakan untuk
melakukan aktivitas fisik. Proses ini menyebabkan glukosa darah menurun
sehingga menimbulkan rasa lapar. Jika rasa lapar ini dipenuhi terus – menerus,
tetapi tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, maka kelebihan energi tersebut
akan disimpan sebagai lemak tubuh.
d. Faktor Lingkungan
Budaya dalam kehidupan manusia sangat dipengaruhi pola hidup serta
lingkungan sosial seperti berteman dengan seseorang yang kaya yang biasanya
memiliki kebiasaan jalan – jalan dan makan di mal. Mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat, seperti burger, pizza, ayam goreng dan es krim bisa menjadi
penyebab obesitas. Makanan yang tersedia di mal cenderung junk food yang
berkalori tinggi yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Keadaan inilah yang
menyebabkan kenaikan berat badan relative lebih cepat.
e. Penyakit tertentu
Obesitas ternyata juga disebabkan oleh adanya penyakit seperti hipotiroidisme,
sindrom Cushing, kelainan hipotalamus dan beberapa sindrom genetik
(penyakit bawaan). Obesitas yang timbul karena penyakit dapat menyebabkan
perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh yang pada akhirnya
menyebabkan penimbunan lemak di dalam tubuh.
2.4 Tipe – Tipe Obesitas
Menurut Mumpuni & Wulandari (2010) dalam Tarigan (2015) tipe obesitas
dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak.
2.4.1 Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Tipe Buah Apel
Tipe obesitas ini biasanya lemak disimpan di bawah kulit dinding perut
dan di rongga perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk
tubuh seperti buah apel. Obesitas tipe buah apel biasanya banyak terdapat
pada laki – laki.
9
b. Tipe Buah Pir
Tipe obesitas ini, kelebihan lemak disimpan di bawah kulit bagian daerah
pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir. Obesitas
tipe buah pir banyak terdapat pada perempuan.
Gambar 2.4 Tipe obesitas buah apel dan buah pir (Sumber : My Healthy Life)
2.4.2 Berdasarkan Sel Lemak
a. Tipe Hyperplastik
Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah
besar. Kegemukan ini biasa terjadi pada masa anak-anak
b. Tipe Hypertropik
Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar
dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah
banyak dari normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha
untuk menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah
dibandingkan
c. Tipe hyperptipe Gabungan (Tipe Hyperplastik dan Hypertropik)
Kegemukan terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik
10
mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan
oleh sel lemak yang mengalami hypertropik. Kegemukan ini bisa dimulai
pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa. Upaya untuk
menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi penyakit.
2.5 Prevalensi Obesitas di Indonesia
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi obesitas dalam persebaran
usia dari anak – anak hingga dewasa yang dapat dilihat dari grafik – grafik di
bawah ini :
Gambar 2.5 Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi
di Indonesia Tahun 2013 (Sumber : Info Datin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI)
11
Berdasarkan grafik di gambar 2.5 dapat dilihat bahwa proporsi obesitas
sentral pada penduduk berumur 15 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 26,6%. Proporsi tertinggi terdapat pada Provinsi DKI Jakarta sebesar
39,7% dan proporsi terendah terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar
15,2%.
Gambar 2.6 Prevalensi gemuk & sangat gemuk anak umur 5–12 tahun menurut
provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Berdasarkan grafik gambar 2.6, secara nasional masalah gemuk pada anak
umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen
dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa
Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15
provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan
Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat,
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung,
Lampung dan DKI Jakarta.
12
Gambar 2.7 Prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) remaja umur 16–18 tahun
menurut provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun pada grafik
gambar 2.7 adalah sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6
persen obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta
(4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas provinsi dengan
prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Jawa
Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur,
Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara dan DKI Jakarta.
Gambar 2.8 Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa
(>18 tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Gambar 2.8 menyajikan prevalensi penduduk umur dewasa kurus, gizi
lebih dan obesitas menurut IMT/U di masing masing provinsi. Prevalensi
penduduk dewasa kurus 8,7 persen, berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas
13
15,4 persen. Prevalensi penduduk kurus terendah di provinsi Sulawesi Utara
(5,6%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan
prevalensi penduduk dewasa kurus diatas prevalensi nasional, yaitu Kalimantan
Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Jawa Timur, Maluku, Jawa Tengah,
Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, DI
Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di
provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%).
Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas nasional, yaitu Jawa Barat, Bali,
Papua, DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung,
Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Kalimantan Timur,
DKI Jakarta, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Gambar 2.9Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada laki-laki umur
>18 tahun, Indonesia 2007, 2010, dan 2013 (Sumber : Hasil Riskesdas 2013)
Pada gambar 2.9 menyajikan kecenderungan prevalensi obesitas penduduk
laki-laki dewasa (>18 tahun) di masing-masing provinsi tahun 2007, 2010 dan
2013. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada
tahun 2013, prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di
provinsi Sulawesi Utara (34,7%). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas
prevalensi nasional, yaitu Aceh, Riau, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Jawa
14
Timur, DI Yogyakarta, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, Sumatera
Utara, Papua Barat, Bali, Kalimantan Timur, Papua, DKI Jakarta dan Sulawesi
Utara.
Gambar 2.10 Kecenderungan prevalensi obesitas (IMT>25) pada perempuan
umur >18 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 (Sumber :
Hasil Riskesdas 2013)
Sedangkan pada gambar 2.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen
dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi
obesitas terendah di Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas
tertinggi di provinsi Sulawesi Sulawesi Utara (19,5%). Tiga belas provinsi dengan
prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat,
Aceh, Papua Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Maluku
Utara, DKI Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo dan Sulawesi
Utara.
15
2.6 Dampak Obesitas
Misnadiarly (2007) mengungkapkan bahwa seringkali obesitas akan
membawa manifestasi klinis dan berbagai penyakit komplikasi yaitu sebagai
berikut:
a. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) berupa hipertensi, penyakit arteri
koroner dan kegagalan jantung.
b. Paru – paru (pulmonal) berupa sindrom Pickwickian dan saluran pernapasan.
c. Endokrin dan metabolic berupa diabetes mellitus, perlemakan hati dan
hipertrigliserid.
d. Saluran pencernaan (gastrointestinal) berupa kolelitiasis (batu kandung
empedu) dan kolesistitis (radang kandung empedu)
e. Tulang dan sendi berupa osteoarthritis.
f. Masalah psikiatri dan sosial.
Gambar 2.11 Risiko Obesitas (Sumber : http://4life-indonesia.net/medical/)
16
2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh penderita obesitas untuk
menanggulangi maupun bukan penderita obesitas untuk mencegah.
Untuk
mencegah obesitas menurut Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan
Kegemukan Dan Obesitas Pada Anak Sekolah oleh Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2012 dapat dilakukan dengan mengatur pola hidup yaitu dengan cara
sebagai berikut:
a. Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi perhari
b. Membatasi menonton TV, bermain computer, game/playstation < 2 jam/hari
c. Tidak menyediakan TV di kamar tidur
d. Mengurangi makanan dan minuman manis
e. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
f. Kurangi makan di luar rumah
g. Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah maupun ke
tempat kerja
h. Biasakan makan bersama keluarga miniman 1x sehari
i. Makanlah sesuai dengan waktunya
j. Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
k. Melibatkian keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
l. Menargetkan penurunan BB yang sehat
Hal – hal tersebut tidak hanya bisa diterapkan untuk mencegah obesitas
pada anak – anak, namun juga dapat diterapkan untuk seorang remaja maupun
dewasa. Sedangkan penanganan bagi seorang obesitas
menurut
Supriyanto
(Tanpa Tahun) dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut:
a. Terapi Fisik
Hal yang dapat dilakukan adalah pertama, diet perampingan, pengaturan
makan (diet) untuk merampingkan tubuh yang aman adalah dengan cara
mengurangi asupan makan 25 % dan kebutuhan energi sehari - hari (calori
expenditure).
Besarnya
kebutuhan
energi/hari
dapat
dihitung
dengan
menambahkan BMR(Basal Metalik Rate) dengan faktor aktivitas. BMR adalah
17
energi minimal yang diperlukan seseorang/hari, untuk orang dewasa besarnya
BMR = Bearat badan (KG) X 1 Kalori X 24 Jam. Kemudian kedua adalah
olahraga, olahraga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi
obesitas yang berfungsi membakar lemak tubuh, untuk itu ciri-ciri, takaran,
jenis dan model latihan olahraganya dapat dilakukan dengan gerak melibatkan
otot besar, dilakukan secara kontinyu dengan gerakan ritmis, latihan aerobik,
jalan, jogging, bersepeda, renang, dan semam aerobik. Berbagai model latihan
tersebut dapat di kerjakan di alam terbuka atau di pusat-pusat kebugaran.
b. Terapi Psikologis
Terapi ini dapat dilakukan dengan 2 cara, pertama, dengan menggunakan CBT
(Cognitif Behavioral Treatment) terapi ini dapat digunakan seperti halnya
dalam mengatasi bulimia nervosa. Terapi kognitif-perilaku (CBT) merupakan
terapi yang mendasarkan pada teori kognitif perilaku yang menekankan pada
kesaling terkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku. Kedua, self monitoring
ini berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dalam hal ini adalah keluarga
dan terapis. Keluarga berhubungan dengan pengaturan segala jenis makanan
yang dikonsumsi, pengatur waktu makan dan aktivitas diri. serta berperan
dalam meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri. Sedangkan terapis
berperan dalam mengontrol kemajuan-kemajuan selama perlakuan diberikan
dan target-target yang harus dicapai oleh penderita
18
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Program Jumat Sehat
Jumat sehat adalah sebuah kegiatan khusus yang dilakukan secara rutin
setiap hari Jumat. Program Jumat sehat memiliki tujuan utama yaitu sebagai
bentuk pencegahan terhadap obesitas. Adapun tujuan khusus dari program ini
yaitu diharapkan dapat mengembangkan karakter positif melalui pembiasaan,
kegiatan rutin, dan terprogram, meningkatkan kebugaran dan kesehatan serta
meningkatkan kepedulian terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.
Program Jumat Sehat dapat dilakukan oleh semua kalangan seperti keluarga,
lingkungan desa, komunitas atau organisasi serta instansi.
3.2 Kegiatan yang Dilakukan
Sesuai dengan tinjauan pustaka, aktivitas fisik dapat mencegah dan
menanggulangi obesitas. Pada program Jumat Sehat ini, kegiatan yang dilakukan
lebih ditekankan pada aktivitas fisik. Adapun bentuk kegiatan Jumat Sehat adalah
sebagai berikut:
a. Berjalan kaki dan Bersepeda
Salah satu bentuk olahraga yang ringan dan dapat dilakukan setiap orang
adalah berjalan kaki dan bersepeda. Bersepeda akan banyak membakar lemak
di dalam tubuh, hal ini bisa meningkatkan metabolisme tubuh dan dapat
membantu menurunkan berat badan (Haerudin, 2014:4). Sedangkan berjalan
kaki merupakan olahraga ideal untuk menjaga berat badan, karena dapat
meningkatkan penggunaan kalori, mengendalikan nafsu makan, dan membakar
lemak. Kalau jumlah kalori yang kita gunakan untuk jalan kaki sama dengan
yang kita konsumsi, kita dapat memelihara berat badan. Jika kalori yang
terbakar lebih banyak dari yang kita konsumsi, kita bisa menurunkan berat
badan (Hasibuan, 2010:82). Olahraga berjalan kaki dan bersepeda dapat
dilakukan dengan mengitari kompleks perumahan setiap pagi sehabis subuh. Di
instansi pun dapat dilakukan, misal di instansi pendidikan seperti di kampus
dapat diterapkan dengan mewajibkan seluruh mahasiswanya berangkat maupun
19
pulang dari kampus dengan berjalan kaki bagi yang dekat dan bersepeda bagi
yang jauh yang dilakukan setiap hari Jumat.
b. Senam Bersama
Senam merupakan salah satu jenis latihan fisik yang digunakan sebagai sarana
mencegah dan menurunkan berat badan serta sebagai sarana rehabilitasi atau
terapi yang efektif. Memang banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas ini, mulai dari meningkatkan kerja jantung, meningkatkan kekuatan
otot, membakar lemak, serta manfaat-manfaat lainnya bagi tubuh (Lyne Brick,
2001 dalam Pratiwi, 2015). Senam yang biasa dilakukan untuk penurunan
berat badan biasanya adalah senam aerobik. Senam aerobik secara teratur dan
terukur dapat membentuk tubuh menjadi lebih proposional, indah dipandang
dan menimbulkan daya tarik, dimana komposisi tubuh menunjukkan
perbandingan kumpulan otot, tulang, lemak dan cairan. Senam aerobik yang
dilakukan secara teratur dapat mencegah kegemukan, membentuk otot dan
memperbaiki tonus (Rahayu, 2001 dalam Pratiwi, 2015). Gerakan senam
aerobik dapat dilakukan setelah olahraga berjalan kaki dan bersepeda dengan
tempo ringan maupun cepat.
c. Kegiatan Membersihkan lingkungan
Setelah melakukan olahraga berjalan kaki dan bersepeda serta senam, kegiatan
selanjutnya yang dilakukan adalah membersihkan lingkungan. Membersihkan
lingkungan juga merupakan aktivitas fisik karena membutuhkan energi untuk
melakukannya sehingga secara tidak langsung juga dapat membakar lemak
dalam tubuh dan dapat menurunkan berat badan secara perlahan jika dilakukan
secara teratur.
d. Makan Bersama dengan Menu Makan yang Bergizi
Kegiatan selanjutnya setelah melakukan beberapa aktivitas fisik adalah makan
bersama dengan menu makan yang bergizi. Namun, setelah melakukan
aktivitas fisik tidak dianjurkan langsung makan, harus ada jeda terlebih dahulu
minimal 30 menit setelah melakukan aktivitas fisik. Hal ini bertujuan untuk
memberi waktu organ – organ tubuh untuk istirahat setelah bekerja
20
mengeluarkan energi saat melakukan aktivitas fisik. Adapun susunan makanan
yang dapat dipilih salah satu dan dikonsumsi setelah melakukan aktivitas fisik
menurut Supriyono (2012) misalnya sebagai berikut:
30 menit setelah melakukan aktivitas fisik dapat minum air putih 1
gelas dan camilan berupa buah.
1 jam setelah melakukan aktivitas fisik dapat mengkonsumsi jus buah,
biskuit dan air putih.
2 jam setelah melakukan aktivitas fisik barulah makan makanan
lengkap dengan porsi kecil seperti nasi, soto ayam, jus buah dan air
putih.
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi obesitas adalah
dengan melakukan aktivitas fisik. Program Jumat Sehat dapat dilakukan sebagai
cara mencegah dan menanggulangi obesitas karena merupakan sebuah program
yang melibatkan aktivitas fisik berupa berjalan kaki dan bersepeda, senam,
membersihkan lingkungan dan makan bersama dengan menu makan yang bergizi.
4.2 Saran
Penulisan makalah yang berjudul “PROJUSE : PROGRAM JUMAT
SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TERHADAP OBESITAS” diharapkan dapat ditujukan kepada masyarakat luas
agar meningkatkan pengetahuan mengenai cara mencegah dan menanggulangi
obesitas. Sebagai penutup. penulis berharap kritik dan saran yang bertujuan untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Haerudin, Andri. 2014. Motivasi Olahraga Bersepeda Masyarakat Kota Bandung
. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
My Healthy Life. Tanpa Tahun. Kegemukan Pergi & Tak Kembali. s.l. : PT Niaga
Swadaya, Tanpa Tahun.
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer, 2007.
Pratiwi, Anggun. 2015. Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan Berat
Badan pada Peserta Sanggar Senam "ONO Aerobic" di Salatiga. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Hasil Riskesdas 2013. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.
—. 2014. Info Datin. Situasi Kesehatan Jantung. 2014.
Departmen of Health and Human Services. 2000. 2000 CDC Growth Charts for
The United States: Methods and Development. Washington DC : CDC, 2000.
Supriyanto, Agus. Tanpa Tahun. Obesitas, Faktor Penyebab dan Bentuk - Bentuk
Terapinya. Yogyakarta : FIK Universitas Negeri Yogyakarta, Tanpa Tahun.
Supriyono. 2012. Mempersiapkan Makanan Bagi Atlet Sepak Bola. GIZINET.
[Online] Kementerian Kesehatan RI, Oktober 22, 2012. [Cited: Oktober 14,
2016.]
http://gizi.depkes.go.id/mempersiapkan-makanan-bagi-atlet-sepakbola.
Tarigan, M. 2015. Chapter II. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2015.
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif. Hasibuan, Roamaini.
2010. 2, Medan : Universitas Negeri Medan, 2010, Vol. VII.
Utami, Prapti. 2013. Diet Aman & Sehat dengan Herbal. Jakarta : FMedia, 2013.
Wikipedia. 2016. Kegemukan. Indonesia : Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016.
23
LAMPIRAN
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43