RINGKASAN MATERI HUKUM LAUT docx

RINGKASAN MATERI HUKUM LAUT
Pertemuan II
A. Perkembangan Sejarah Hukum Laut
Laut merupakan bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi laut yang telah dirasakan oleh umat manusia, telah mendorong penguasaan
dan pemanfaatan laut oleh masing-masing negara atau kerajaan, yang didasari atas
suatu konsepsi hukum. Hukum laut secara umum mengenal 2 (dua) konsepsi, yaitu :
1. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik bersama
masyarakat dunia dan karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masingmasing negara;
2. Res Nulius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang memiliki, dan oleh
karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara.
Perkembangan kedua konsep itu diawali sejak zaman Imperium Roma.
Imperium roma menguasai pesisir pantai laut tengah dan karenanya menguasai
seluruh laut tengah secara mutlak. Dengan demikian, timbul keadaan di mata laut
tengah menjadi aman dari gangguan bajak laut, dan Imperium Roma menjamin
keamanan setiap orang menggunakan laut tengah untuk kepentingan pelayaran dan
menangkap ikan. Pemikiran bangsa Romawi ini didasarkan atas doktrin res
communis, yang memandang penggunaan laut bebas, atau terbuka bagi setiap
orang.
Perkembangan selanjutnya terjadi setelah runtuhnya Imperium Roma, di
mana muncul tuntutan dari sejumlah negara atau kerajaan atas sebagian laut yang

berbatasan dengan wilayahnya. Pada tahun 1177, Paus Alxander III mengakui
tuntutan Venezia atas sebagian besar laut Adriatik untuk memungut bea terhadap
kapal yang berlayar di lauta tersebut. Kemuduan disusul oleh

Genoa yang

mengklaim penguasaan atas laut Ligeria dan sekitarnya, dan Pisa yang mengklaim
penguasaan atas laut Tyrrhenia. Penguasaan atas laut ini didasari oleh doktrin res
nulius, yang menyatakan bahwa laut dapat dimiliki oleh suatu bangsa.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1493, di mana Paus
Alexander VI mengakui tuntutan Spanyol dan Portugal, untuk membagi penguasaan
laut. Pembagian ini diperkuat dengan Perjanjian Todesillas antara Spanyol dan
Portugal, pada tahun 1494. Menurut perjanjian tersebut, Spanyol menguasai 400 mil
sebelah barat Azores (mencakup Samudera Atlantik Barat, Teluk Meksiko dan
1

Samudera Pasifik), sedangkan Portugal menguasai sebelah timur Azores (mencakup
Samudera Atlantik Selatan dan Samudera Hindia).
Pembagian 2 (dua) laut dan samudera ini menutup jalur pelayaran
internasional, yang mendapat tentangan dari Belanda. Belanda, yang pada saat itu

diwakili oleh Hugo Grotius, memperjuangkan asas kebebasan berlayar, yang
disarkan atas pendirian bahwa lautan itu bebas untuk dilayari oleh siapa pun. Grotius
mendasari teorinya mengenai pengusaan atas laut hanya terjadi melalui okupasi.
Okupasi hanya bisa terjadi atas barang yang dipegang teguh, dan ada batasnya,
sedangkan laut tidak memiliki batas dan merupakan benda cair, sehingga laut tidak
dapat diokupasi. Ide/teori ini, dikemukakan Grotius dalam bukunya Mare Liberium.
Selain Belanda, Inggris juga memperjuang hak atas kebebasan berlayar di
lautan. Akan tetapi, teori Grotius dalam buku Mare Liberium mendapat reaksi keras
dari penulis Inggris John Selden. Selden berpendapat bahwa bagian laut tertentu
dapat dimiliki oleh negara pantai, dan sifat laut yang cair tidak menyebabkan laut
tidak bisa dimiliki. Sungai dan perairan disepanjang pantai yang cair juga dapat
diakui dan dimiliki. Akhirnya tercapai kompromi, di mana Grotius mengakui bahwa
laut sepanjang pantai dapat dimiliki masing-masing negara, dan Selden mengakui
adanya hak lintas damai di laut yang dituntut suatu negara. Teori Grotius dan Selden
ini menjadi tonggak awal lahirnya laut teritorial dan laut lepas yang kita kenal
sekarang ini.
B. Truman Declaratison
Perdebatan mengenai laut teritorial masih terus terjadi setelah era Grotius
dan Selden. Konferensi Den Haag pada tahun 1930, membahas tentang laut
teritorial. Konferensi Den Haag 1930 ini tidak menghasilkan kesepakatan di antara

negara-negara yang hadir, mengenai lebar laut teritorialnya. Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tanggal 28 September 1945, di mana Amerika Serikat
mengeluarkan Deklarasi Presiden Truman mengenai landas kontinen. Inti dari
Deklarasi Truman ini adalah Amerika Serikat mempunyai hak eksklusif untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan mineral pada landas kontinen yang terletak
di luar laut teritorialnya, sampai batas kedalaman 200 meter. Tindakan Presiden
Truman ini didorong oleh perlunya sumber-sumber minyak dan gas bumi baru serta
barang-barang mineral tambang yang ada di dasar lautan. Amerika Serikat juga
menegaskan bahwa penguasaan atas sumber daya alam yang ada di dasar laut
2

tidak bermaksud mengurangi hak kebebasan berlayar di perairan di atas landas
kontinen, yang statusnya tetap sebagai laut lepas. Proklamasi ini juga

tidak

bermaksud untuk memperluas batas-batas teritorial Amerika Serikat.
Tindakan Amerika Serikat ini kemudian mendorong negara-negara lain untuk
melakukan hal yang sama. Meksiko, Panama dan Argentina pada tanggal 9 Oktober
1946 menyatakan kedaulatan atas landas kontinen di wiayah pantainya. Disusul oleh

Deklarasi Chili pada bulan Juni 1947, Peru pada tanggal 1 Agustus 1947, dan Kosta
Rika pada tanggal 27 Juli 1948 yang megklaim lebih jauh lagi, yaitu sepanjang 200
mil dari pantainya. Deklarasi-deklarasi negara di benua Amerika ini kemudia diikuti
oleh negara-negara di belahan lain, seperti Inggris, Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Pakistan dan Philiphina.
Deklarasi Presiden Truman ini kemudian menjadi konsep yang mendasari
kedaulatan atas laut yang dikuasai oleh negara pantai. Pada laut teritorial, negara
pantai berdaulat penuh atas laut teritorialnya, sedangkan pada wilayah di luar laut
teritorial, negara pantai berdaulat/mempunyai kekuasaan atas sumber daya alam
yang ada di dasarnya. Deklarasi Truman yang diikuti oleh banyak negara di dunia,
kemudian dianggap sebagai kebiasan internasional sebagai salah satu sumber
hukum. Konvensi Hukum Laut I yang diadakan di Geneva pada tahun 1958
mengatur bahwa, negara pantai berhak atas sumber daya alam dan mineral di luar
laut teritorialnya sampai batas kedalaman 200 meter, tanpa mengurangi hak-hak
negara ain untuk melintas di perairan tersebut.
C. Konvensi Hukum Laut
Konferensi Internasional pertama yang membahas masalah laut teritorial
adalah Codification Conference pada tanggal 13 Maret hingga 12 April 1930 di Den
Haag, di bawah naungan Liga Bangsa-Bangsa dan dihadiri delegasi dari 47 negara.
Konferensi ini tidak mencapai kata sepakat, terutama tentang: batas luar dari laut

teritorial dan hak menangkap ikan dari negara-negara pantai pada zona tambahan.
Ada yang menginginkan lebar laut teritorial 3 mil (oleh 20 negara), 6 mil (12 negara),
dan negara sisanya menginginkan 4 mil.
Setelah perdebatan panjang dan tidak menemukan kata sepakat diantara
negara-negara yang bersengketa tentang wilayah maritim, maka PBB mengadakan
konferensi hukum laut pertama pada tahun 1958 dan konferensi hukum laut yang

3

kedua pada tahun 1960 yaitu yang lebih dikenal dengan istilah United Nnations
Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS I dan UNCLOS II).
Konferensi hukum laut pertama ini melahirkan 4 buah konvensi, dan isi dari
konvensi UNCLOS pertama ini adalah, :
a. Konvensi tentang laut teritorial dan jalur tambahan (convention on the territorial
sea and contiguous zone) belum ada kesepakatan dan diusulkan dilanjutkan di
UNCLOS II .
b. Konvensi tentang laut lepas (convention on the high seas), yaitu : Kebebasan
pelayaran, Kebebasan menangkap ikan, Kebebasan meletakkan kabel di
bawah laut dan pipa-pipa, dan Kebebasan terbang di atas laut lepas.
c. Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati di laut

lepas (convention on fishing and conservation of the living resources of the high
sea).
d. Konvensi tentang landas kontinen (convention on continental shelf).
Pada tanggal 17 Maret – 26 April 1960 kembali dilaksanakn konferensi
hukum laut yang kedua atau UNCLOS II, membicarakan tentang lebar laut teritorial
dan zona tambahan perikanan, namun masih mengalami kegagalan untuk mencapai
kesepakatan, sehingga perlu diadakan konferensi lagi.
Pada pertemuan konferensi hukum laut kedua, telah disapakati untuk
mengadakan kembali pertemuan untuk mencari kesepakatan dalam pengaturan
kelautan maka diadakan kembali Konferensi Hukum Laut PBB III atau UNCLOS III
yang dihadiri 119 negara.
A.

4