Manajemen Lalu Lintas Simpang Tak Bersin (1)
MANAJEMEN LALU LINTAS SIMPANG TAK BERSINYAL
Analisis simpang tak bersinyal dengan data volume lalu lintas sebagai brikut :
Data Jam Sibuk
Pagi
Siang
Sore
Jumlah
Jalan Minor
2397
2154
1972
6523
Jalan Mayor
3059
3006
3266
9331
Data no 4
Analisis dilakukan dengan kondisi existing dan diprediksi 15 tahun yang akan datang
dengan factor pertumbuhan kendaraan 6 % per tahun.
1. LATAR BELAKANG
Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalulintas. Volume lalulintas
yang dapat ditampung jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas simpang pada jaringan
jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama dalam menentukan
penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi simpang. Parameter yang
digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak bersinyal mencakup ; kapasitas,
derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.
Dengan menurunnya kinerja simpang akan menimbulkan kerugian pada
pengguna jalan karena terjadinya penurunan kecepatan, peningkatan tundaan, dan
antrian kendaraan yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan
menurunnya kualitas lingkungan. Berbeda dengan simpang bersinyal, pengemudi di
simpang tak bersinyal dalam mengambil tindakan kurang mempunyai petunjuk yang
positif, pengemudi dengan agresif memutuskan untuk menyudahi manuver yang
diperlukan ketika memasuki simpang.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Simpang
Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di
daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang , dimana pengemudi harus
memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk mencapai
satu tujuan. Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan
atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan
untuk pergerakan lalulintas di dalamnya (Khisty, 2005).
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1) simpang
sebidang, (2) pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan atau
lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan
membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/lengan simpang
atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan
elemen dasar yaitu :
1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan keputusan,
dan waktu reaksi.
2. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok, kecepatan
kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
3. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
4. Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
2.2. Defenisi dan istilah simpang tak bersinyal
Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada
beberapa istilah yang digunakan. Notasi, istilah dan defenisi dibagi menjadi 3,
yaitu : Kondisi Geometric, Kondisi Lingkungan dan Kondisi Lalu Lintas.
2.3. Peralatan pengendali lalu lintas
Peralatan pengendali lalu lintas meliputi ; rambu, marka, penghalang
yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh peralatan pengendali
lalu lintas pada simpang dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan
bila perlu. Kesemuaanya merupakan sarana utama pengaturan, peringatan,
atau pemandu lalu lintas. Fungsi peralatan pengendali lalu lintas adalah
untuk menjamin keamanan dan efisien simpang dengan cara memisahkan
aliran lalu lintas kendaraan yang saling bersinggungan.
Dengan kata lain, hak prioritas untuk memasuki dan melalui suatu
simpang selama periode waktu tertentu diberikan satu atau beberapa aliran
lalu lintas. Untuk pengandalian lalu lintas di simpang, terdapat beberapa cara
utama yaitu :
1. Rambu STOP (berhenti) atau Rambu YIELD (beri jalan/Give Way),
2. Rambu Pengendalian Kecepatan,
3. Kanalisasi di simpan (Channelization),
4. Bundaran (Roundabout),
5. Lampu Pengatur Lalu Lintas.
2.4. Konflik lalu lintas
Didalam daerah simpang, lintasan kendaraan akan berpotongan pada
satu titiktitik konflik. Konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga
merupakan
lokasi
potensial
untuk
terjadinya
bersentuhan/tabrakan
(kecelakaan). Arus lalu lintas yang terkena konflik pada suatu simpang
mempuyai tingkah laku yang komplek, setiap gerakan berbelok (ke kiri atau
ke kanan) ataupun lurus masing-masing menghadapi konflik yang berbeda
dan berhubungan langsung dengan tingkah laku gerakan tersebut.
2.5. Titik konflik pada simpang
Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada
satu titiktitik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga
merupakan lokasi potensial untuk tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial
titik-titik konflik pada simpang tergantung dari :
a. Jumlah kaki simpang
b. Jumlah lajur dari kaki simpang
c. Jumlah pengaturan simpang
d. Jumlah arah pergerakan
2.6. Kinerja lalu lintas
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) menyatakan ukuran
kinerja lalu lintas diantaranya adalah Level of Performace (LoP). LoP berarti
Ukuran kwantitatif yang menerangkan kondisi operasional dari fasilitas lalu
lintas seperti yang dinilai oleh pembina jalan. (Pada umumnya di nyatakan
dalam kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata-rata, waktu tempuh,
tundaan, peluang antrian, panjang antrian dan rasio kerndaraan terhenti).
Ukuran-ukuran kinerja simpang tak bersinyal berikut dapat diperkirakan untuk
kondisi tertentu sehubungan dengan geometric, lingkungan dan lalu lintas
adalah :
- Kapasitas (C)
- Derajat Kejenuhan (DS)
- Tundaan (D)
- Peluang antrian (QP %)
2.7. Prilaku pengemudi kendaraan di simpang
Perilaku seorang pengemudi di pengaruhi oleh faktor luar berupa
keadaan sekelilingnya, keadaan cuaca, daerah pandangan, penerangan, dan
juga dipengaruhi oleh emosinya sendiri seperti sifat tidak sabar. Seorang
pengemudi yang sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya akan berbeda
sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya.
Dalam peristiwa tertentu, pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan
pengemudi-pengemudi lainnya. Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor
lain yang mempengaruhi perilaku manusia sebagai pengemudi kendaraan
adalah :
1. Sifat perjalanan (bekerja, rekreasi, berbelanha, berjalan-jalan dan lainnya),
2. Kecakapan dan kebiasaan dalam mengemudikan kendaraan,
3. Pengetahuan tentang peraturan berlalu lintas di jalan raya,
4. Kemampuan dan pengalaman mengemudi,
5. Kondisi fisik pengemudi
Pendidikan mengemudi yang memadai meliputi pengetahuan tentang
interaksi
manusis-kendaraan-lingkungan,
mengembangkan
keahlian
mengemudi, dan mempengaruhi secara positif perilaku calon pengemudi. Ini
akan menciptakan kebiasaan pengemudi yang lebih aman, yang akan
menghasilkan penurunan jumlah kecelakaan. Hukum dan penegakannya
memberikan petunjuk dan motivasi demi terwujudnya perilaku pengemudi
yang aman dan efisien. Untuk memahami pengemudi berperilaku seperti
yang mereka lakukan, dapat diketahui dari motif dan sikapnya. Perilaku
seringkali dapat menentukan bagaimana seseorang pengemudi bereaksi
terhadap situasi pada saat mengemudikan kendaraan.
3. METODOLOGI
Alur pikir dan metodologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Mulai
Landasan Teori
o
o
o
o
o
o
o
Simpang
defenisi dan istilah
simpang tak bersinyal
peralatan pengendali lalu
lintas
konflik lalu lintas
titik konflik pada simpang
kinerja lalu lintas
prilaku pengemudi
kendaraan simpang
Metodologi
Faktor
pertumbuhan
kendaraan 6 %
Analisa Dan
Pembahasan
Kesimpulann
Selesai
Diprediksi 15 tahun
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dengan volume arus lalu lintas pada simpang seperti terlihat pada data jalan minor
dengan data 2387 (pagi) 2154 (siang) 1972 (siang) dan jalan mayor 3059 (pagi) 3006
(siang) 3266 (sore) maka dapat dikategorikan pada simpang tersebut masuk dalam
kategori Priority (data no urut mahasiswa 4).
4.1. Analisis Prediksi lalu lintas sampai tahun ke-15
Dari data lalu lintas yang ada maka dapat digunakan sebagai volume tahun ke-0
yang diperoleh melalui nilai acuan bagi prediksi volume yang akan dihitung
peningkatanya pada tahun-tahun berikutnya selama 15 tahun.
Peningkatan volume tiap tahun adalah 6 % pertahun.
Table prediksi volume lalu lintas kendaraan (Jalan Minor):
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total kendaraan
(spm)
6523
6914,38
7329,24
7768,99
8235,13
8729,24
9252,99
9808,17
10396,66
11020,46
11681,69
12382,59
13125,54
13913,07
14747,85
Peningkatan
(pertahun)
391,38
414,86
439,75
466,14
494,11
523,75
555,18
588,49
623,80
661,23
700,90
742,95
787,53
834.78
884,87
Hasil Analisis
Table prediksi volume lalu lintas kendaraan (Jalan Mayor):
Tahun
1
2
Total kendaraan
(spm)
9331
9890,86
Peningkatan
(pertahun)
559,86
593,45
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
10483,31
11112,37
11779,11
12485,86
13235,01
14029,1
14870,85
15763,09
16708,87
17711,4
18774,08
19900,52
21094,55
629,06
666,74
706,75
749,15
794,10
841,75
892,51
945,78
1002,53
1062,68
1126,44
1194,03
1265,67
Hasil Analisis
Grafik hubungan major flow vs minor flow Pagi
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow Siang
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow Sore
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow setelah di prediksi 15 tahun yang akan datang
dengan faktor pertumbuhan 6 %
Grade Separation
Sumber : Munawar, A. 1995
5. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan olah data sebelumya maka dapat disimpulakan bahwa:
o Berkurangya konflik pada suatu persimpangan tergantung rekayasa lalu lintas
o
pada simpang tersebut baik atau tidak.
Kesadaran dalam berkendara sangan besar pengaruhnya terhadap lalu lintas
o
o
suatu jalan maupun persimpangan.
Data nomor 4 dilihat dari grafik masuk dalam kategori priority
Dari hasil olah data diprediksi pertumbuhan lalu lintas pada
persimpangan
selama 15 tahun dengan pertumbuhan kendaraan pertahun sebesar 6 % adalah
Untuk jalan Minor terjadi peningkatan sebesar 14747,85
Untuk jalan Mayor terjadi peningkatan sebesar 21094,55
Maka sesuai dengan grafik hubungan antara jalan Mayor dan Minor pada
persimpangan
kategori
tersebut setelah 15 tahun yang akan datang
masuk dalam
Grade Separation (sangat padat) sehingga perlu dicarikan solusi
permasalahanya.
Analisis simpang tak bersinyal dengan data volume lalu lintas sebagai brikut :
Data Jam Sibuk
Pagi
Siang
Sore
Jumlah
Jalan Minor
2397
2154
1972
6523
Jalan Mayor
3059
3006
3266
9331
Data no 4
Analisis dilakukan dengan kondisi existing dan diprediksi 15 tahun yang akan datang
dengan factor pertumbuhan kendaraan 6 % per tahun.
1. LATAR BELAKANG
Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalulintas. Volume lalulintas
yang dapat ditampung jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas simpang pada jaringan
jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama dalam menentukan
penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi simpang. Parameter yang
digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak bersinyal mencakup ; kapasitas,
derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.
Dengan menurunnya kinerja simpang akan menimbulkan kerugian pada
pengguna jalan karena terjadinya penurunan kecepatan, peningkatan tundaan, dan
antrian kendaraan yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan
menurunnya kualitas lingkungan. Berbeda dengan simpang bersinyal, pengemudi di
simpang tak bersinyal dalam mengambil tindakan kurang mempunyai petunjuk yang
positif, pengemudi dengan agresif memutuskan untuk menyudahi manuver yang
diperlukan ketika memasuki simpang.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Simpang
Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di
daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang , dimana pengemudi harus
memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk mencapai
satu tujuan. Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan
atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan
untuk pergerakan lalulintas di dalamnya (Khisty, 2005).
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1) simpang
sebidang, (2) pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan atau
lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan
membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/lengan simpang
atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan
elemen dasar yaitu :
1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan keputusan,
dan waktu reaksi.
2. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok, kecepatan
kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
3. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
4. Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
2.2. Defenisi dan istilah simpang tak bersinyal
Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada
beberapa istilah yang digunakan. Notasi, istilah dan defenisi dibagi menjadi 3,
yaitu : Kondisi Geometric, Kondisi Lingkungan dan Kondisi Lalu Lintas.
2.3. Peralatan pengendali lalu lintas
Peralatan pengendali lalu lintas meliputi ; rambu, marka, penghalang
yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh peralatan pengendali
lalu lintas pada simpang dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan
bila perlu. Kesemuaanya merupakan sarana utama pengaturan, peringatan,
atau pemandu lalu lintas. Fungsi peralatan pengendali lalu lintas adalah
untuk menjamin keamanan dan efisien simpang dengan cara memisahkan
aliran lalu lintas kendaraan yang saling bersinggungan.
Dengan kata lain, hak prioritas untuk memasuki dan melalui suatu
simpang selama periode waktu tertentu diberikan satu atau beberapa aliran
lalu lintas. Untuk pengandalian lalu lintas di simpang, terdapat beberapa cara
utama yaitu :
1. Rambu STOP (berhenti) atau Rambu YIELD (beri jalan/Give Way),
2. Rambu Pengendalian Kecepatan,
3. Kanalisasi di simpan (Channelization),
4. Bundaran (Roundabout),
5. Lampu Pengatur Lalu Lintas.
2.4. Konflik lalu lintas
Didalam daerah simpang, lintasan kendaraan akan berpotongan pada
satu titiktitik konflik. Konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga
merupakan
lokasi
potensial
untuk
terjadinya
bersentuhan/tabrakan
(kecelakaan). Arus lalu lintas yang terkena konflik pada suatu simpang
mempuyai tingkah laku yang komplek, setiap gerakan berbelok (ke kiri atau
ke kanan) ataupun lurus masing-masing menghadapi konflik yang berbeda
dan berhubungan langsung dengan tingkah laku gerakan tersebut.
2.5. Titik konflik pada simpang
Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada
satu titiktitik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga
merupakan lokasi potensial untuk tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial
titik-titik konflik pada simpang tergantung dari :
a. Jumlah kaki simpang
b. Jumlah lajur dari kaki simpang
c. Jumlah pengaturan simpang
d. Jumlah arah pergerakan
2.6. Kinerja lalu lintas
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) menyatakan ukuran
kinerja lalu lintas diantaranya adalah Level of Performace (LoP). LoP berarti
Ukuran kwantitatif yang menerangkan kondisi operasional dari fasilitas lalu
lintas seperti yang dinilai oleh pembina jalan. (Pada umumnya di nyatakan
dalam kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata-rata, waktu tempuh,
tundaan, peluang antrian, panjang antrian dan rasio kerndaraan terhenti).
Ukuran-ukuran kinerja simpang tak bersinyal berikut dapat diperkirakan untuk
kondisi tertentu sehubungan dengan geometric, lingkungan dan lalu lintas
adalah :
- Kapasitas (C)
- Derajat Kejenuhan (DS)
- Tundaan (D)
- Peluang antrian (QP %)
2.7. Prilaku pengemudi kendaraan di simpang
Perilaku seorang pengemudi di pengaruhi oleh faktor luar berupa
keadaan sekelilingnya, keadaan cuaca, daerah pandangan, penerangan, dan
juga dipengaruhi oleh emosinya sendiri seperti sifat tidak sabar. Seorang
pengemudi yang sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya akan berbeda
sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya.
Dalam peristiwa tertentu, pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan
pengemudi-pengemudi lainnya. Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor
lain yang mempengaruhi perilaku manusia sebagai pengemudi kendaraan
adalah :
1. Sifat perjalanan (bekerja, rekreasi, berbelanha, berjalan-jalan dan lainnya),
2. Kecakapan dan kebiasaan dalam mengemudikan kendaraan,
3. Pengetahuan tentang peraturan berlalu lintas di jalan raya,
4. Kemampuan dan pengalaman mengemudi,
5. Kondisi fisik pengemudi
Pendidikan mengemudi yang memadai meliputi pengetahuan tentang
interaksi
manusis-kendaraan-lingkungan,
mengembangkan
keahlian
mengemudi, dan mempengaruhi secara positif perilaku calon pengemudi. Ini
akan menciptakan kebiasaan pengemudi yang lebih aman, yang akan
menghasilkan penurunan jumlah kecelakaan. Hukum dan penegakannya
memberikan petunjuk dan motivasi demi terwujudnya perilaku pengemudi
yang aman dan efisien. Untuk memahami pengemudi berperilaku seperti
yang mereka lakukan, dapat diketahui dari motif dan sikapnya. Perilaku
seringkali dapat menentukan bagaimana seseorang pengemudi bereaksi
terhadap situasi pada saat mengemudikan kendaraan.
3. METODOLOGI
Alur pikir dan metodologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Mulai
Landasan Teori
o
o
o
o
o
o
o
Simpang
defenisi dan istilah
simpang tak bersinyal
peralatan pengendali lalu
lintas
konflik lalu lintas
titik konflik pada simpang
kinerja lalu lintas
prilaku pengemudi
kendaraan simpang
Metodologi
Faktor
pertumbuhan
kendaraan 6 %
Analisa Dan
Pembahasan
Kesimpulann
Selesai
Diprediksi 15 tahun
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dengan volume arus lalu lintas pada simpang seperti terlihat pada data jalan minor
dengan data 2387 (pagi) 2154 (siang) 1972 (siang) dan jalan mayor 3059 (pagi) 3006
(siang) 3266 (sore) maka dapat dikategorikan pada simpang tersebut masuk dalam
kategori Priority (data no urut mahasiswa 4).
4.1. Analisis Prediksi lalu lintas sampai tahun ke-15
Dari data lalu lintas yang ada maka dapat digunakan sebagai volume tahun ke-0
yang diperoleh melalui nilai acuan bagi prediksi volume yang akan dihitung
peningkatanya pada tahun-tahun berikutnya selama 15 tahun.
Peningkatan volume tiap tahun adalah 6 % pertahun.
Table prediksi volume lalu lintas kendaraan (Jalan Minor):
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total kendaraan
(spm)
6523
6914,38
7329,24
7768,99
8235,13
8729,24
9252,99
9808,17
10396,66
11020,46
11681,69
12382,59
13125,54
13913,07
14747,85
Peningkatan
(pertahun)
391,38
414,86
439,75
466,14
494,11
523,75
555,18
588,49
623,80
661,23
700,90
742,95
787,53
834.78
884,87
Hasil Analisis
Table prediksi volume lalu lintas kendaraan (Jalan Mayor):
Tahun
1
2
Total kendaraan
(spm)
9331
9890,86
Peningkatan
(pertahun)
559,86
593,45
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
10483,31
11112,37
11779,11
12485,86
13235,01
14029,1
14870,85
15763,09
16708,87
17711,4
18774,08
19900,52
21094,55
629,06
666,74
706,75
749,15
794,10
841,75
892,51
945,78
1002,53
1062,68
1126,44
1194,03
1265,67
Hasil Analisis
Grafik hubungan major flow vs minor flow Pagi
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow Siang
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow Sore
Priority
Sumber : Munawar, A. 1995
Grafik hubungan major flow vs minor flow setelah di prediksi 15 tahun yang akan datang
dengan faktor pertumbuhan 6 %
Grade Separation
Sumber : Munawar, A. 1995
5. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan olah data sebelumya maka dapat disimpulakan bahwa:
o Berkurangya konflik pada suatu persimpangan tergantung rekayasa lalu lintas
o
pada simpang tersebut baik atau tidak.
Kesadaran dalam berkendara sangan besar pengaruhnya terhadap lalu lintas
o
o
suatu jalan maupun persimpangan.
Data nomor 4 dilihat dari grafik masuk dalam kategori priority
Dari hasil olah data diprediksi pertumbuhan lalu lintas pada
persimpangan
selama 15 tahun dengan pertumbuhan kendaraan pertahun sebesar 6 % adalah
Untuk jalan Minor terjadi peningkatan sebesar 14747,85
Untuk jalan Mayor terjadi peningkatan sebesar 21094,55
Maka sesuai dengan grafik hubungan antara jalan Mayor dan Minor pada
persimpangan
kategori
tersebut setelah 15 tahun yang akan datang
masuk dalam
Grade Separation (sangat padat) sehingga perlu dicarikan solusi
permasalahanya.