105961706 Dental Santri School Program Dentspro

Research Report

Dental Santri School Program (DENTSPRO) Sebagai Pembelajaran Terintegrasi
Kesehatan Gigi dan Mulut di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al Yasini

(Dental Santri School Program (DENTSPRO) as Integrated Learning Dental Health
Education in Miftahul Ulum Al Yasini Islamic Boarding School)
Aditya Mukti Setyaji*, Endah Laksminiwati**, Lidya Martina**
* Mahasiswa Penelitian ** Dosen Pembimbing Penelitian
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya – Indonesia

ABSTRACT
Background : Islamic boarding school has an important role for national progress and development into the
next generation of leaders who have moral integrity. Unfortunately, a boarding school is often seen as a slum
educational environment, poorly maintained, and far from the health values, particularly on dental and oral health. It
can be seen from our first sample, 18 of 21 santri had decays and only 2 of them have treated by dentist. Thus, it is
needed an integrated educational programs between educational boarding school and the dental health education that
can improve the quality of dental health in Islamic boarding school in order to create a caring environment and to
respond to oral and dental health. Purpose : This research aimed to give awareness about dental health education by

innovative learning method and also create health cadres to be responsible to the dental health of Islamic boarding
school society. Methods : The sample was 22 students will get DENTSPRO training to be a cadre. The training form as
one group only, given the DENTSPRO methods. The measurements will be taken in three aspects, cognitive by
questionnaire, psychomotoric by using PHP index, and afective by group parameter. Result : There was significant
development between before and after in each aspect p-value < 0.05. Conclusion : It can be concluded that
DENTSPRO methods provide improved level of three aspect in increasing the level of oral health in Islamic boarding
school.

Keyword : Dental Santri School Program (DENTSPRO), Dental Health Education, Integration Program

Korespondensi (correspondence): Aditya Mukti Setyaji, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Jl. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60000, Indonesia. E-mail: adityasetyaji@yahoo.com.

PENDAHULUAN
Pondok
Pesantren
adalah
lembaga
pendidikan Islam tertua yang merupakan produk
budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di

Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini
dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan
yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan
yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar
terhadap perjalanan sejarah bangsa.1
Pondok pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang memiliki peran penting
bagi perkembangan dan kemajuan bangsa

khususnya bagi umat Islam. Pesantren berperan
serta menciptakan kader - kader bangsa yang
memiliki kemampuan dibidang IMTAQ dan
IPTEK untuk menjadi seorang khalifah atau
pemimpin bangsa kelak nanti.
Pesantren pada mulanya merupakan pusat
penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama
Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga
ini semakin memperlebar wilayah garapannya

yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas
vertikal (dengan penjejelan materi-materi
keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal
(kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi
berkutat pada kurikulum yang berbasis
keagamaan (regional-based curriculum) dan
1

cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang
menyentuh persoalan kikian masyarakat (societybased curriculum). Dengan demikian, pesantren
tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai
lembaga keagamaan murni, tetapi juga
(seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup
yang terus merespons carut marut persoalan
masyarakat di sekitarnya.2
Namun pada kenyataannya, pondok
pesantren selalu dipandang sebagai lingkungan
pendidikan yang kumuh, tidak terawat, serta jauh
dari nilai-nilai kesehatan. Hal ini terlihat dari pola
kehidupan sehari-hari para santri yang

mengabaikan kesehatan, khususnya kesehatan gigi
dan mulut. Contohnya, pada umumnya mereka
menggunakan sikat gigi secara bersama-sama. Hal
ini dapat mengakibatkan mudahnya perpindahan
bakteri dan kuman antara individu satu dengan
individu lainnya sehingga dapat menyebabkan
mudahnya penularan berbagai macam penyakit.
Selain itu jarangnya para santri untuk
membersihkan gigi dua kali sehari sesuai anjuran
dokter gigi menyebabkan terjadinya penumpukan
plak, sehingga dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit rongga mulut.
Rongga mulut merupakan pintu masuknya
kuman, sehingga apabila rongga mulut tersebut
tidak dijaga kebersihannya akan mempengaruhi
atau memperburuk masalah kesehatan pada
bagian tubuh lainnya. Seperti terjadinya atau
semakin parahnya penyakit jantung yang
diakibatkan ikut masuknya kuman ke dalam aliran
darah.


Gambar 1. Gambaran kondisi kesehatan gigi dan
mulut di pondok pesantren Miftahul Ulum Alyasini

Minimnya pengetahuan tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi faktor
utama timbulnya masalah kesehatan gigi dan
mulut di kalangan santri pondok pesantren.
Dibuktikan dengan hasil survey pendahuluan dari
pondok pesantren Al-Yasini Pasuruan, 18 dari 21
santri memiliki gigi berlubang dan hanya dua
diantaranya yang melakukan perawatan ke dokter
gigi. Pendidikan keagamaan yang selama ini

menjadi kurikulum dalam pondok pesantren
belum mampu membentuk pola hidup sehat,
sehingga diperlukan pembelajaran terintegrasi
antara materi keagamaan dan ilmu kesehatan gigi
mulut secara umum.
Dental

Santri
School
Program
(DENTSPRO) merupakan suatu metode belajar
dengan perangkat belajar yang mengintegrasikan
pelajaran kesehatan gigi dan mulut dengan
pelajaran keagamaan di pondok pesantren. Sistem
terintegrasi yang dikembangkan di DENTSPRO
ini adalah format pembelajaran yang akan
meningkatkan ranah kognitif, psikomotorik, serta
afektif dengan menggunakan sistem pembelajaran
student centered learning (SCL). Dental Santri
School
Program
(DENTSPRO)
sebagai
pembelajaran terintegrasi kesehatan gigi dan
mulut di Pondok Pesantren dilakukan dengan
mengembangakan konsep pendidikan yang
mengintegrasikan pendidikan kesehatan gigi dan

mulut dengan pemahaman terhadap kesehatan
dalam aktivitas sehari-hari di Pondok Pesantren.
Pembelajaran terpadu atau terintegrasi
diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi
pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan. Pembelajaran terpadu secara efektif
akan membantu menciptakan kesempatan yang
luasi untuk melihat dan membangun konsepkonsep yang saling berkaitan. Dengan demikian,
memberikan kesempatan untuk memahami
masalah yang kompleks yang ada di lingkungan
sekitarnya dengan pandangan yang utuh. 3 Model
integrated merupakan pemaduan sejumlah topik
dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya
sama dalam sebuah topik tertentu.4 Model ini
merupakan
pembelajaran
terpadu
yang
menggunakan pendekatan antar mata pelajaran.
Model

ini
diusahakan
dengan
cara
menggabungkan mata pelajaran dengan cara
menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan
keterampilan, konsep, dan sikap yang saling
tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
Menurut
Prabowo,
pembelajaran
terpadu
merupakan pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan
belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat
memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak didik. Arti bermakna disini dikarenakan
dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak
akan memperoleh pemahaman terhadap konsepkonsep yang mereka pelajari dengan melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya

dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
belajar mengajar yang memperhatikan dan
2

menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
didik (Developmentally Appropriate Practical).
Salah satu contoh korelasi antara ilmu
keagamaan dan kesehatan gigi mulut, antara lain
adalah bersiwak. Termasuk sunnah yang paling
sering dan yang paling senang dilakukan oleh
Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Siwak
merupakan pekerjaan yang ringan namun
memiliki faedah atau manfaat yang baik, yaitu
menjaga kebersihan mulut, sehat dan putihnya
gigi, serta menghilangkan bau mulut.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan eksperimental
semu/quasi dengan jumlah sampel 22 kader santri

dan 44 adik suluh. Hanya terdapat satu kelompok
perlakuan dengan rancangan The Pretest-Postest
only one group design. Pada prosedur pelaksanaan
terdapat pelatihan yang selama 1 (satu) hari di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Alyasini.
Pertama-tama kader DENTSPRO dikumpulkan
dalam satu kelas dan diberi modul dan penjelasan
oleh tutor tentang proses belajar menggunakan
modul. Kemudian pemateri memberikan materi
pelajaran
sebagai
penyegaran
meliputi
pengetahuan kesehatan gigi mulut yang
diintegrasikan dengan materi keagamaan. Masingmasing modul disampaikan oleh seorang tutor,
kemudian kader
diberi kesempatan untuk
berdiskusi dengan teman dalam kelompok (11
orang perkelompok), melakukan simulasi,
praktek, dan memanfaatkan media pengetahuan

yang tersedia, hal ini sebagai latihan dalam
menggunakan modul. Simulasi dilakukan dengan
membagi peserta menjadi dua peran, satu peran
sebagai kader DENTSPRO dan peran lainnya
sebagai masyarakat awam. Misalnya praktek cara
menyikat gigi yang baik dan benar. Setelah
selesai, untuk masing-masing topik bahasan,
dibahas bersama dengan pakar kesehatan gigi.
Peserta
mencoba
mengidentifikasi
dan
menganalisis sendiri kekurangan yang terjadi dan
mencari alternatif jawabannya. Tutor hanya
mengarahkan, apabila terjadi kemacetan dalam
diskusi, tutor memberi rambu-rambu jalan
keluarnya. Setelah selesai mengikuiti pelatihan
kader DENTSPRO langsung dilaksanakan post
test pengetahuan. Setelah itu mereka mengikuti
pelatihan
training
of
trainer
untuk
mempersiapkan
mereka
agar
dapat
berkomunikasi baik untuk mentransfer ilmu yang
sudah mereka dapatkan di pelatihan materi.
Kemudian tutorial praktek penyuluhan yang

dilakukan pada hari kedua di aula Pondok
Pesantren yang telah ditetapkan dengan
bimbingan tutor oleh tutor. Proses tutorial
dilaksanakan dengan cara kader yang memberikan
penyuluhan kepada santri MTs. Hal-hal yang
disampaikan antara lain materi kesehatan gigi
mulut secara umum, cara menyikat gigi yang baik
dan benar sesuai dengan metode yang diajarkan
tutor ketika diskusi kelompok.. Untuk mendukung
proses belajar, selain modul disediakan model gigi
dan sikat gigi, kegiatan tersebut merupakan proses
pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan.
Evaluasi dan monitoring target suluh juga diambil
pada sesi ini untuk mengetahui seberapa besar
kesuksesan dalam transfer ilmu yang dapat
meningkatkan pengetahuan serta perilaku dari
target suluh.
HASIL
Hasil penelitian pelatihan DENTSPRO di
pondok pesantren Miftahul Ulum Al Yasini yang
dilakukan sebanyak 22 santri didapatkan data
tingkat pengetahuan/kognitif yang diujikan
melalui pretes dan pos tes. Pada tabel dibawah ini
dapat dilihat nilai rata-rata dari hasil tes variabel
subjek penelitian sebelum dan sesudah.
Tabel 1. Hasil Analisis Data Kognitif
Variabel Data
Pelatihan DENTSPRO
Penelitian
Pre
Post
Nilai Rata-rata
7.2727
13.9545
Standar Deviasi
3.16501
1.61768
Asymp. Sig
0.880
0.496
Distribusi Data
Normal
Normal

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui
nilai rata-rata tingkat pengetahuan/kognitif
sebelum dan sesudah pelatihan DENTSPRO.
Hasil dari analisis data uji normalitas dengan
tingkat signifikansi α = 0,05 didapatkan hasil
seluruh variabel, signifikansi > α (0,05) sehingga
dipastikan data hasil penelitian berdistribusi
normal dan menggunakan perhitungan analisis
parametric yaitu paired t-test
Skor
kognitif
kader
DENTSPRO
dikategorikan sebagai berikut, dibawah 55 persen
jawaban benar termasuk pengetahuan kurang, 5675 persen pengetahuan cukup dan diatas 75
pengetahuan baik (Arikunto, 2002). Hasil
distribusi kategori skor kognitif/pengetahuan pada
saat pretest tercantum pada tabel 5.1. Distribusi
tingkat pengetahuan santri pondok pesantren Al
Yasini sebelum dilakukan perlakuan metode
DENTSPRO dibagi menjadi 2 bagian, didapatkan
3

18 santri (82%) untuk kategori kurang, dan 4
santri (18%) kategori cukup. Dari data distribusi
tersebut didapatkan bahwa perlu diberikannya
edukasi secara komprehensif dan implementatif
langsung pada realita di lapangan.

Gambar 4. Grafik Data Hasil Tes Kognitif

Gambar 2. Grafik Distribusi Kategori Skor Kognitif
(pre-test)

Sementara untuk distribusi tingkat
pengetahuan santri pondok pesantren Al Yasini
setelah dilakukan perlakuan metode DENTSPRO
dibagi menjadi 2 bagian pada tabel 5.3 dan
gambar 5.2, didapatkan 18 santri (82%) untuk
kategori cukup, dan 4 santri (18%) untuk kategori
baik.

Gambar 3. Grafik Distribusi Kategori Skor Kognitif
(post-test)

Kemudian perbedaan data hasil antara
sebelum dan sesudah dilakukannya metode
DENTSPRO (pada gambar 5.3) , yakni 36.30%
pada pre-test dan meningkat menjadi 69.70% pada
post-test. Untuk mengetahui beda antara keadaaan
sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan uji
statistik data dengan menggunakan tingkat
signifikan : α (0.05). hasilnya adalah Ho ditolak,
karena p-value < α (0.05). dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa pelatihan DENTSPRO
tersebut efektif dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan di Pondok Pesantren Al Yasini.

Hasil penelitian tingkat kesadaran dan
keterampilan menggosok gigi/psikomotorik yang
diuji melalui data kebersihan gigi dalam indeks
PHP (Personal Hygiene Performance Index). Pada
tabel 5.6 dibawah ini dapat dilihat nilai rata-rata
indeks PHP subjek penelitian sebelum dan
sesudah pelatihan DENTSPRO.
Tabel 2 Hasil Analisis Data Psikomotorik
Variabel Data

Pelatihan DENTSPRO

Penelitian

Pre

Post

Nilai Rata-rata

0.538

0.325

Standar Deviasi

0.2513

0.1500

Asymp. Sig

0.331

0.117

Distribusi Data

Normal

Normal

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata indeks plak sebelum dan
sesudah menggosok gigi dengan adanya pelatihan
DENTSPRO. Hasil dari analisis data uji
normalitas dengan tingkat signifikansi α = 0.05
didapatkan hasil, signifikansi > α (0.05) sehingga
data hasil penelitian berdistribusi normal dan
menggunakan perhitungan analisis parametrik
paired t-test.
Distribusi nilai psikomotorik yang diuji
melalui data kebersihan gigi dalam indeks PHP
(Personal Hygiene Performance Index) dari santri
pondok pesantren Al Yasini sebelum dilakukan
perlakuan metode DENTSPRO terdapat 7 sebaran
nilai bagian, didapatkan 0 santri pada nilai 1 (0%),
3 santri pada nilai 1 (13,4%), 6 santri pada nilai 2
(27,4%), 2 santri pada nilai 3 (9,1%), 6 santri pada
nilai 4 (27,4%), 4 santri pada nilai 5 (18,2%), dan
1 santri pada nilai 6 (4,5%). Dari data distribusi
tersebut didapatkan penurunan nilai skor PHP.

4

Gambar 5. Distribusi Nilai Skor Psikomotorik
(pre test)

Distribusi nilai psikomotorik yang diuji
melalui data kebersihan gigi dalam indeks PHP
(Personal Hygiene Performance Index) dari santri
pondok pesantren Al Yasini sesudah dilakukan
perlakuan metode DENTSPRO terdapat 7 sebaran
nilai bagian, didapatkan 1 santri pada nilai 0
(4,5%), 5 santri pada nilai 1 (22,8%), 11 santri
pada nilai 2 (50%), 4 santri pada nilai 3 (18,2%),
1 santri pada nilai 4 (4,5%), 0 santri pada nilai 5
(0%), dan 0 santri pada nilai 6 (0%). Dari data
distribusi tersebut didapatkan bahwa perlu
diberikannya edukasi secara komprehensif dan
implementatif langsung pada realita di lapangan
agar santri dapat menjaga dan merawat kebersihan
gigi dan mulutnya dengan baik dan teratur.

Gambar 7. Grafik Data Hasil Tes Psikomotorik

Untuk mengetahui beda antara keadaaan
sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan uji
statistik data dengan menggunakan tingkat
signifikan : α (0.05). hasilnya adalah Ho ditolak,
karena p-value < α (0.05). dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pelatihan DENTSPRO
tersebut efektif dalam meningkatkan tingkat
keterampilan/psikomotorik di Pondok Pesantren
Al Yasini. Hasil penelitian sikap yang diukur
melalui parameter presensi training penyuluhan,
keaktifan dan komunikasi dalam Forum Group
Discussion serta simulasi penyuluhan, presentasi
penyuluhan kepada adik suluh, dan pembinaan
kepada adik suluh dengan memantau melalu
kalender sikat gigi pagi dan malam hari selama
dua minggu (empat belas hari penuh). Checklist
dari beberapa criteria perilaku afektif yang
didapatkan selama pelatihan ini berlangsung.
Kemudian juga checklist tentang pembelajaran
metode penyikatan gigi yang baik dan teratur
sesuai dengan referensi yang ada, diantaranya
metode scrub, metode roll, metode stillman, dan
metode fones.
PEMBAHASAN

Gambar 6. Grafik Distribusi Nilai Skor Psikomotorik
(pos test)

Kemudian perbedaan data hasil antara
sebelum dan sesudah dilakukannya metode
DENTSPRO, yakni 53.80% pada sebelum
dilakukannya pelatihan dan menurun menjadi
32.60% pada setelah dilakukannya pelatihan. Data
ini menunjukkan penurunan indeks plak.

Sampel penelitian ini sebanyak 22 kader
DENTSPRO dari SMA Al Yasini. Dari 22 kader
diambil secara random yang memenuhi kriteria
subjek penelitian. Keadaan sebelumnya belum
pernah dilakukannya pelatihan kader kesehatan
gigi dan mulut sehingga butuh intervensi khusus
dan
kondusif
untuk
pembinaan
dan
pembimbingan kader. Intervensi yang tepat adalah
dengan pelatihan dengan menggunakan metode
DENTSPRO.

5

Gambar 8 Forum Group Discussion Modul Kasus

Dari
hasil
penelitian
pelatihan
DENTSPRO antara sebelum dan sesudah
pelatihan,
terdapat
peningkatan
tingkat
pengetahuan/kognitif, penurunan rerata indeks
PHP, dan monitoring dan evaluasi perilaku.
Ketiga aspek tersebut menjadi indikator
keberhasilan dari pelatihan ini, karena ketiga
aspek saling berkaitan satu sama lain dalam
perkembangannya. Menurut Green, karakteristik
merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang.5 World Health Organization (WHO)
yang dikutip Notoatmodjo menyebutkan bahwa
seseorang memperoleh pengetahuan berasal dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar adalah
pengalaman yang terjadi di dalam diri sendiri.6
Pada
saat
pretes
jumlah
kader
DENTSPRO yang mempunyai pengetahuan
kurang 82% dan pengetahuan sedang 18%.
Setelah kader mendapat pelatihan, jumlah kader
yang berpengetahuan baik meningkat menjadi
18% dan berpengetahuan sedang menjadi 82%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
sebagian besar kader meningkat setelah
mendapatkan pelatihan.
Hasil nilai rerata tingkat pengetahuan/kognitif
yang diuji melalui kuesioner tes (pre dan pos test)
terdapat peningkatan tingkat pengetahuan,
kemudian skor kognitif kader DENTSPRO
dikategorikan sebagai berikut, dibawah 55 persen
jawaban benar termasuk pengetahuan kurang, 5675 persen pengetahuan cukup dan diatas 75
pengetahuan baik.7 Nilai rata-rata pre tes sebesar
36.30 yang termasuk dalam kategori pengetahuan
kurang meningkat pada pos test menjadi 69.70
yang termasuk dalam kategori cukup.
Berdasarkan
analisis
statistik
kesimpulannya
memiliki
perbedaan
yang
signifikan antara keadaan sebelum dan sesudah
pelatihan DENTSPRO. Dengan hasil tersebut
menyatakan bahwa pelatihan DENTSPRO dapat

meningkatkan tingkat pengetahuan/kognitif dari
berbagai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
Meskipun
terjadi
peningkatan
tingkat
pengetahuan/kognitif, ada beberapa hal yang perlu
diketahui
selama
pelatihan
DENTSPRO
berlangsung yaitu, beberapa santri masih terdapat
yang minim informasi kesehatan, kurang
terkondisinya lingkungan di pondok pesantren,
dan tingkatan soal yang berawal dari level 1
(tahu) hingga level 4 (analisa).
Kelebihan dari pelatihan DENTSPRO
sebagai pembelajaran terintegrasi kesehatan gigi
dan mulut di pondok pesantren adalah selain dari
konsep belajar yang berbasis keagamaan,
diterapkan juga proses belajar student centered
learning (SCL) melalui Focus Group Discussion
membahas kasus realita kesehatan gigi dan mulut
sesuai dengan kondisi di lapangan. Pembelajaran
berpusat pada peserta pada hakekatnya
pembelajaran
yang
memfokuskan
pada
kebutuhan-kebutuhan peserta sehingga berdampak
pada perancangan kurikulum, isi pembelajaran
dan aktivitas dalam pembelajaran peserta.9 Estes
(2004) dalam penelitiannya ternyata membuktikan
bahwa pembelajaran dengan student-centered
learning ternyata lebih baik dibandingkan dengan
teacher-centered learning, karena pembelajaran
dengan student-centered learning peserta dituntut
untuk belajar secara aktif.
Hasil
nilai
rerata
tingkat
keterampilan/psikomotorik yang diuji melalui
indeks (Personal Hygiene Personal) PHP terdapat
penurunan rerata indeks. Pada saat sebelum (pre)
dilakukan perlakuan metode DENTSPRO terdapat
7 sebaran nilai bagian, didapatkan 0 santri pada
nilai 1 (0%), 3 santri pada nilai 1 (13,4%), 6 santri
pada nilai 2 (27,4%), 2 santri pada nilai 3 (9,1%),
6 santri pada nilai 4 (27,4%), 4 santri pada nilai 5
(18,2%), dan 1 santri pada nilai 6 (4,5%).
Kemudian sesudah dilakukan perlakuan metode
DENTSPRO terdapat 7 sebaran nilai bagian,
didapatkan 1 santri pada nilai 0 (4,5%), 5 santri
pada nilai 1 (22,8%), 11 santri pada nilai 2 (50%),
4 santri pada nilai 3 (18,2%), 1 santri pada nilai 4
(4,5%), 0 santri pada nilai 5 (0%), dan 0 santri
pada nilai 6 (0%). Terdapat distribusi dari nilai
skor PHP dari tiap santri menggambarkan
perbedaan pola dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut dari masing-masing individu santri.
Hasil nilai rata-rata indeks PHP sebelum
pelatihan yaitu sebesar 0,538, kemudian sesudah
pelatihan menjadi sebesar 0,326. terdapat
perubahan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah pelatihan, namun tingkat kebersihan gigi
dan mulut masih termasuk kriteria sedang. Hal
6

tersebut dapat terjadi karena santri masih belum
memahami cara penyikatan gigi yang baik dan
benar, siswa masih terbiasa dengan kebiasaan
menyikat gigi sebelum perlakuan, sehingga usaha
penyikatan gigi secara baik dan benar belum
maksimal, motivasi santri dalam hal penyikatan
gigi masih kurang. Menurut Depkes (1997),
keterampilan dikatakan baik dan berhasil apabila
tingkat kepatuhannya mencapai 80 persen atau
lebih.
Berdasarkan
analisis
statistik
kesimpulannya memiliki perbedaaan signifikan
(p-value < 0,05 ) antara sebelum dilakukannya
pelatihan dan sesudah dilakukannya pelatihan.
Dengan hasil tersebut menyatakan bahwa
pelatihan DENTSPRO dapat digunakan sebagai
pembelajaran kesehatan gigi dan mulut terutama
pengajaran menggosok gigi.

tugas follow up serta penyuluhan bagi adik kelas
di pondok pesantren dengan materi yang
disampaikan berupa ilmu-ilmu yang telah
diajarkan sebelumnya.

Gambar 10 Presentasi Penyuluhan kepada adik suluh

Gambar 9 Belajar metode menyikat gigi sesuai dengan
metode yang ada

Dalam mengamati kemampuan motorik
santri subjek penelitian tersebut, perlu diketahui
perkembangan motorik anak yang elemen-elemen
didalamnya adalah pola motorik dan keterampilan
motorik, yaitu pengertiannya saat menggosok gigi
geligi merupakan keterampilan motorik, namun
menggunakan keterampilan tersebut sebagai dari
aktivitas membersihkan gigi dan mulut adalah
pola motorik.10 Maksudnya adalah dalam
membangun perkembangan motorik anak dalam
kebersihan gigi dan mulut, keterampilan
menggosok gigi merupakan upaya untuk pola
hidup
sehat
terhadap
perilaku
dalam
meningkatkan kebersihan rongga mulut.
Pada pengukuran rerata post test skor
keterampilan/psikomotrik dari pretes ke post test,
pada kader terjadi peningkatan yang bermakna,
seperti pada gambar 7. Untuk tetap menjaga
retensi pengetahuan dan keterampilan serta
mencegah terjadinya penurunan retensi pada
kader maka dapat dilakukan dengan pemberian

Pada aspek afektif tidak dilakukan
penghitungan statistika karena parameter bersifat
kebutuhan dari realita yang ada di lapangan atau
dengan kata lain merupakan penyesuaian
pengembangan dari konsep monitoring dan
evaluasi yang telah direncanakan dalam susunan
follow up pasca pengkaderan, antara lain berupa
presensi training penyuluhan yang merupakan
poin penting dalam kelancaran penyampaian
informasi kepada masyarakat sekitar tentang
materi umum kesehatan gigi dan mulut, checklist
cara menyikat gigi dengan berbagai metode,
kemudian didalam training penyuluhan juga
terdapat aspek penilaian keaktifan dan komunikasi
didalam forum group discussion yang berupa
kriteria-kriteria tertentu, antara lain :
a)
Berani mengungkapkan pendapat
b)
Menghargai pendapat orang lain
c)
Bertanya/menjawab secara logis dan
mudah dimengerti
d)
Dapat berinteraksi dalam kelompok
kedua penilaian sebelumnya merupakan
tahapan penilaian perkembangan kader atau
persiapan sebelum diterjunkan ke masyarakat
sekitar pondok pesantren, adapun tahapan
selanjutnya adalah kegiatan presentasi penyuluhan
kepada masyarakat sekitar (dalam hal ini kepada
siswa/I MTs Al Yasini), kemudian juga dilakukan
kegiatan follow up bimbingan kader kepada adik
suluh dengan dibantu dengan kalender sikat gigi
pagi dan malam hari yang harus diisi dalam
rentang waktu 14 hari penuh (ada 28 kotak jika
terisi penuh). Kalender ini bertujuan untuk
mengukur sejauh mana pola pengaruh kader untuk
7

mengajak masyarakat sekitar untuk terus menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya secara baik dan
teratur.

Gambar 11 Adik suluh menyikat gigi bersama

Keterbatasan penelitian ada penelitian ini
tidak dapat dikendalikan adanya pengaruh dari
luar penelitian seperti informasi dari media massa
dan sumber lain, yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan keterampilan responden, Penilai
untuk pengetahuan dan pengamat uji keterampilan
kader dalam indeks PHP dilakukan oleh tim tutor
sehingga dimungkinkan adanya subjektivitas
dalam penilaian tersebut. Untuk mengatasi
subjektivitas sebenarnya dapat dilakukan dengan
cara penilai ditunjuk bukan dari tim tutor dan
dilakukan dengan cara double blind, kemudian
parameter afektif yang kurang mengambarkan
keadaan riil dari perkembangan perilaku kader
tersebut.

Environmental Approach. 2nd ed. Mayfield
Publishing Company, Mountain View.
6.

Notoatmodjo, S. 1995. Studi Sistem
Penghargaan
Kader
Sebagai
Upaya
Melestarikan Posyandu di Jawa Barat dan
Jawa Timur . Majalah KesehatanMasyarakat
Indonesia, Tahun XXIII Nomor 10 Halaman
647-650.

7.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktis. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, hal 43 – 45.

8.

Forrester, DJ, and Fleming, J. Pediatric dental
medicine. Philadelphia: Lea & febiger. 1981:
377-387.

9. Pedersen, Susan and Williams,Doug. 2004. A
Comparison of Assessment Practices and
Their Effects on Learning and Motivation in a
Student- Centered Learning Environment.
Journal of Educational Multimedia and
Hypermedia, 13 (3), pp.283-307
10. Azhar, S. 2010. Perkembangan Motorik

dan Perseptual untuk Anak Usia Dini.
http://salamahazhar.wordpress.com/2010.
01/26/perkembangan-motorik-danperseptual-untuk-anak-usia-dini akses 18
Desember 2010

DAFTAR PUSTAKA

1.

Haedari,
Amin.
2007.
Transformasi
Pesantren. Jakarta: Media Nusantara. hal.3

2.

Mastuki,
El-sha,
M.
Ishom.
2006.
Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva
Pustaka. hal.1

3.

Resmini, N dkk. 1996. Penentuan Unit Tema
dalam Pembelajaran Terpadu. Malang: IKIP
Malang.

4.

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the
Curricula . Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight
Publishing, Inc.

5.

Green, LW. and Kreuter, MW. 1991. Health
Promotion Planning, An Educational and
8

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

An analysis on the content validity of english summative test items at the even semester of the second grade of Junior High School

4 54 108

Gambaran Persepsi Petugas Kesehatan dan Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Pada Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Calon Pengantin Wanita di Kota Tangerang Selatan

0 24 95

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80