Proposal Budidaya Jamur Di Bantaeng

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang meningkatkan kemampuan usaha baik dalam
teknologi, diverisfikasi produk, manajerial maupun pengembangan kelompok usaha
adalah

bidang

hortikultura

yang

diharapkan

mampu

menggerakkan

ekonomi


kerakyatan. Salah satu bidang hortikultura yang banyak ditekuni petani untuk
meningkatkan pendapatannya adalah budidaya jamur tiram. Jamur tiram menjadi bahan
pangan yang sangat diminati oleh masyarakat

Indonesia karena mempunyai

kandungan gizi yang tinggi (Pasaribu dkk, 2002).
Jamur tiram merupakan salah satu jamur yang cukup dikenal dan digemari oleh
masyarakat karena dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah dan segar dalam bentuk
masakan maupun dalam bentuk olahan. Jamur tiram ini memiliki tekstur daging yang
lembut dan rasanya hampir menyerupai daging ayam serta memiliki kandungan gizi
yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan
vitamin (Martawijaya & Nurjayadi 2010).
Jamur tiram memiliki nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan jenis komoditas
jamur lainnya maupun komoditas hewani hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dengan Bahan Makanan Lain (dalam %)
Bahan Makanan
Protein
Lemak
Jamur merang

1,8
0,3
Jamur tiram putih
27
1,6
Jamur kuping
8,4
0,5
Daging sapi
21
5,5
Bayam
2,2
Kentang
2,0
Kubis
1,5
0,1
Seledri
1,3

Buncis
2,4
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006.

Karbohidrat
4,0
58,0
82,8
0,5
1,7
20,9
4,2
0,2
0,2

Terlihat bahwa jamur tiram memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang
lebih tinggi dari pada daging sapi, namun kandungan lemaknya jauh lebih rendah.
Jamur tiram juga memiliki kandungan asam amino hampir sama dengan kandungan
asam amino pada telur ayam (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006).
Besarnya nilai gizi yang dimiliki oleh jamur tiram, memicu permintaan kebutuhan

jamur setiap tahunnnya. Di Indonesia kebutuhan pasar jamur tiram saat ini baru
Page1

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

terpenuhi 13.825 ton/tahun, dan pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan pasar sekitar
17.500 ton. (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, MAJI, 2014).
Tingginya permintaan pasar di Indonesia dialami juga di daerah Sulawesi
Selatan seperti yang terjadi di Kota Makassar. Permintaan pasar jamur tiram di Kota
Makassar mencapai 100-150 kilogram/hari, namun jika digabungkan hasil produksi dari
petani jamur tiram yang berada pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota
Makassar hanya bisa memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari. (Murti Agrointi Mandiri,
2015).
Rendahnya hasil produksi pembudidaya jamur di beberapa daerah di Sulawesi
Selatan khususnya Kota Makassar, disebabkan masih rendahnya masyarakat yang
tertarik untuk melakukan usaha budidaya jamur tiram, Berdasarkan data yang diperoleh
pelaku usaha budidaya jamur tiram di daerah di Sulawesi Selatan untuk sementara
hanya tersebar di 3 (tiga) wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Gowa.
Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Pelaku Usaha Serta Hasil Produksi Jamur Tiram Di Kabupaten Gowa,

Maros dan Kota Makassar
Kota/Kabupaten
Pelaku Usaha (orang)
Produksi (Kg)
Maros
24
35
Makassar
4
15
Gowa
6
20
Jumlah
34
70
Sumber: Murti Agrointi Mandiri, 2015

Data diatas menunjukkan bahwa rendahnya pelaku pembudidaya jamur tiram
menyebabkan kebutuhan pasar jamur tiram di Kota Makassar tidak dapat terpenuhi hal

ini dikarenakan dengan rendahnya jumlah pelaku usaha budidaya jamur tiram maka
hasil produksi jamur tiram menjadi tetap tergolong sangat rendah.
Melihat uraian diatas ini berarti adanya peluang besar untuk menstimulus
masyarakat agar mau melakukan usaha budidaya jamur tiram sehingga mayarakat
nantinya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Namun dalam menstimulus
masyarakat agar mau berwirausaha budidaya jamur tiram diperlukan suatu kegiatan
sosialisasi pengenalan usaha jamur tiram berbentuk kegiatan pelatihan agar
masyarakat yang dijadikan sasaran dalam kegiatan tersebut dapat mengetahui secara
spesifik tentang prospek usaha budidaya jamur tiram.

Page2

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

Berdasarkan hal tersebut maka akan diusulkan sebuah perencanaan program
pelatihan usaha budidaya jamur tiram kepada masyarakat yang akan dilakukan di 3
(tiga) wilayah Kabupaten/Kota yakni Soppeng, Pare-Pare dan Palopo. Untuk itu dengan
ini kami mengajukan proposal perencanaan program pelatihan usaha budidaya jamur
tiram di Sulawesi Selatan.
B. Alasan Dasar Pemilihan Fokus Usaha

Program pelatihan usaha budidaya jamur tiram di Sulawesi Selatan ini dipilih
atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi
terhadap produk jamur tiram di Sulawesi Selatan. Peluang usaha budidaya jamur tiram
sangat terbuka lebar bagi masyarakat serta modal yang disiapkan dalam usaha
budidaya jamur tiram yang relatif rendah. Selain itu dengan terstimulusnya masyarakat
yang nantinya akan melakukan usaha budidaya jamur tiram maka akan tercipta sebuah
lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar usaha karena kegiatan usaha ini
membutuhkan tenaga kerja.
C. Target dan Luaran
1. Target:
Program usaha ini mempunyai target terjadinya peningkatan efektivitas dan
efisiensi dalam:
a) Menciptakan manajemen usaha tani jamur tiram pola kemitraan pada
kelompok usaha tani,
b) Produksi dan penjualan jamur tiram segar serta media tanam jamur (baglog)
2. Luaran:
Luaran program usaha ini adalah berupa jasa dan produk/barang:
a) Jasa berupa pelatihan manajemen usaha bertani jamur tiram (usaha baglog,
jamur) bagi petani-petani plasma agar administrasi, manajemen usaha
taninya


lebih

teratur,

produksi

jamurnya

meningkat

dan

neraca

keuntungannya lebih baik serta demonstrasi penggunaan alat
b) Menciptakan produk jamur tiram sebagai alternative pangan dan produk
unggulan daerah dengan model pemberdayaan masyarakat petani.

Page3


PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

D. Keunggulan dan Peluang Usaha
1. Tingginya gaya konsumsi masyarakat yang sadar Gizi
2. Produk bisa sebagai obat yg memiliki manfaat bagi kesehatan
3. Budidaya tidak membutuhkan lahan luas melainkan dapat dilakukan di lahan
sempit
4. Modal yang dibutuhkan relative kecil
5. Pendapatan yang diterima setiap hari
6. Produk jamur tiram bisa diolah menjadi produk olahan yang bisa dijadikan
tambahan unit bisnis
7. Permintaan Pasar yang sangat tinggi
8. Cepat kembali modal
9. Harga Jamur selalu stabil
10. Keuntungan yang didapat tergolong tinggi
11. Tidak perlu skill khusus
12. Budidaya tetap bisa dilakukan didataran rendah dan dimusim apa saja
13. Membuka lapangan kerja untuk masyarakat
14. Sebagai alternative makanan pengganti daging

15. Pemanfaatan limbah budidaya digunakan sebagai pakan ternak cacing, ikan lele,
ternak ruminansia serta digunakan sebagai pupuk tanaman.
E. Jenis Produk Usaha

Gambar 1. Jamur Tiram Putih ((Pleurotus Ostreatus)
Page4

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

F. Analisis Pasar
1. Analisis Permintaan
a) Untuk wilayah Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, harga jamur
segarnya Rp.30.000 - 40.000/Kg.
b) Permintaan pasar jamur tiram khususnya di Kota Makassar mencapai 100150 kilogram/hari, namun hasil produksi dari petani jamur tiram yang berda
pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar hanya bisa
memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari.
c) Permintaan pasar didominasi masyarakat, selebihya pasar pedagang
pengumpul, pasar tradisional dan modern, klinik, rumah sakit, restoran,
catering dan hotel.
2. Segmentasi Pasar

Penetapan segmentasi pasar pada penjualan produk Jamur tiram yaitu:
a) Masyarakat
b) Usaha kuliner olahan menengah dan atas
c) Pasar Modern dan tradisional
d) Klinik dan Rumah Sakit
e) Pedagang pengumpul besar & pengecer
3. Target Pasar
Penetapan target pasar pada penjualan produk jamur tiram yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Konsumen Rumah Tangga
Konsumen Vegetarian
Konsumen Peduli kesehatan
Pelaku usaha kuliner dan jasa
Pasien Rumah sakit & klinik
Pedagang pengumpul

g) Pedagang yang berjualan di pasar tradisional & modern
4. Posisi Pasar (Positioning)
a) Budidaya jamur yang ramah lingkungan dan tidak memakai pupuk kimia dan
bahan pengawet.
b) Jaminan produk yang diberikan ke-konsumen adalah produk jamur yang
segar dan higienis
Page5

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

c) Produk dikemas dengan baik dan bersih
d) Pelayanan delivery order
5. Analisis Pesaing
Dalam dunia usaha, selalu ada persaingan antar pelaku usaha. Namun
berbeda dalam lingkup usaha budidaya jamur para pelaku usaha jamur
khususnya di Kota Makassar dan sekitarnya kecendrungan menjadi mitra/rekan
kerja hal ini disebabkan karena makin tingginya permintaan jamur di Sulawesi
Selatan khususnya Kota Makassar yang tidak bisa terpenuhi setiap hari
sehingga para pelaku usaha lebih menjalin kerjasama dalam memasok
pemenuhan permintaan pasar di Kota Makassar dan sekitarnya.
G. Analisis Teknis
1. Skala Usaha Usaha
Dalam pelaksanaan usaha budidaya jamur tiram direncanakan Skala
Usaha sebanyak 5000 baglog (Media Tanam) per Kelompok Usaha
2. Alur Tahapan Pelaksanaan Produksi
Adapun alur tahapan pelaksanaan produksi budidaya jamur tiram sebagai
berikut:
Pembuatan Kumbung
dan Ruangan Inkubasi
serta Inokulasi

Pembuatan Media
Tanam Jamur Baglog

Sterilisasi Baglog dan
Inokulasi Baglog serta
Pemasukan Baglog di
Ruang Inkubasi

Pemesanan Bibit Jamur F2

Jamur tiram segar

Produk Olahan
Ket: (bakso, crispy, nugget,
kripik, abon dll)

Pemeliharaan Media
Baglog Selama 3 bulan

Limbah Baglog

Page6

Pemasukan & Penataan
Baglog Ke Rumah Jamur
(kumbung)
Pemanfaatan Limbah
Baglog:
1. Pakan ikan lele
2. Pakan ternak besar, kecil
3. Pupuk Tanaman pertanian
4. Media & pakan cacing

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

Gambar 2. Skema Alur Tahapan Produksi Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram

3. Pembuatan Kumbung (Rumah Jamur)
Kumbung adalah bangunan tempat pelaksanaan usaha budidaya jamur
tiram yang terbuat dari bilik berbahan kayu dan bambu. Didalamnya tersusun
rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram.
4. Pembuatan Ruang Produksi Baglog, Inkubasi dan Inokulasi
Pembuatan ruang produksi baglog, inkubasi dan inokulasi adalah
bangunan tempat pelaksanaan produksi pembuatan dan pembibitan media
tanam jamur, bangunan ini dibuat satu tempat terbagi 3 ruangan dengan variasi
ukuran ruangan yang berbeda.
5. Bahan Baku Media Tanam Jamur Tiram (Baglog)
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram
nantinya baglog akan berfungsi sebagai media yang akan ditumbuhi buah jamur
tiram.

Gambar 3. Contoh Baglog dan Model Peletakannya di Dalam Kumbung
Dalam pembuatan Baglog. Bahan dan peralatan yang digunakan yaitu:
- Serbuk geragaji,
- Dedak padi,
- Dedak jagung,
- Mill,
Bahan Pengisi Baglog
Page7

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

- Gypsum,
- Plastik pp,
- Kertas/kapuk,
- Cap/ring/pipa paralon (berfungsi sebagai penutup baglog).
- Air,
- Tabung gas,
- Drum/tangki pemasakan.
Sebagahagian besar bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bibit dan
budidaya sangat banyak tersedia disulawesi selatan dan tidak begitu termanfaatkan
dengan baik oleh masyarakat setempat sehingga harga yang relatif murah. Seperti
dedak padi diperoleh dari limbah pabrik pengolahan padi, Dedak jagung diperoleh
dari limbah pabrik pengolahan pakan ternak, Jagung diperoleh dari sentra-sentra
jagung Sulawesi selatan seperti bantaeng, bulukumba dan maros.
6. Peralatan Yang Di Gunakan Dalam Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram Di
Kumbung
Setelah pembuatan kumbung dan rak jamur telah rampung maka yang
harus dipersiapkan adalah kelengkapan peralatan dalam melaksanakan
budidaya pemeliharaan jamur tiram sebagai berikut:
a) Mesin Pompa air
b) Penerangan lampu min 10 watt
c) Sprayer (nozzle)
d) Selang air min 5 meter
e) Pisau cutter
f) Thermometer Suhu & Kelembapan
H. Analisa Biaya Usaha
Modal pertama untuk mengembangkan budidaya jamur tiram yaitu dengan
meningkatkan tempat dan alat-alat yang memadai. Jenis Alat – alat yang diperlukan
dan bantuan sarana serta biaya yang diperlukan dalam melakukan budidaya jamur
tiram adalah sebagai berikut :
Catatan:
a) Produksi yang di rencanakan di mulai dari Kegiatan produksi Baglog (F3) hingga
pasca panen budidaya jamur tiram
b) Skala Usaha = 4000 baglog
c) 1 Periode Usaha = 4,5 bulan
1. Biaya Investasi:
INVESTASI I (PRODUKSI BAGLOG Kapasitas 4000 baglog)
Page8

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Ruang Produksi Baglog3 x 4 m
1 Unit
3000000
Ruang Inokulasi Baglog dan Inkubasi 4x6 m
1 Unit
8000000
Drum Stainless Steam Sterilisasi Baglog
2 Unit
1500000
Alat Press (E log) Media baglog
1 Unit
1500000
Drum bekas 240 lt
1 Unit
400000
Tungku Kaki Besi
2 Buah
300000
Peralatan kompor gas
2 Unit
250000
Timbangan 5 kg
2 Unit
200000
Sekop
5 Buah
75000
Cangkul
2 Buah
50000
Ember
6 Buah
5000
Terpal 4x4m
3 Buah
10000
Thermoeter ruang inkubasi
6 Buah
20000
Ayakan Serbuk
2 Buah
100000
Peralatan Inokulasi
2 Paket
250000
Baju Lab
2 Buah
100000
Kulkas 1 pintu
1 Unit
1000000
Rak Besi untuk penyimpanan bibit F2
1 Unit
1000000
Rak Baglog di Ruang Inkubasi
8 Buah
300000
Mesin pencampur bahan baglog (molen)
1 Unit
4500000
Penerangan (lampu)
8 Buah
50000
Gerobak kecil 3 roda
3 Unit
250000
Gerobak Besar Pengangkut Baglog
2 Unit
400000
Tabung Gas 3 Kg
2 Buah
75000
TOTAL BIAYA INVESTASI I
INVESTASI II (BUDIDAYA JAMUR )
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Rumah jamur (kumbung) 6x12 m
1 Unit
800000
Rak Baglog
8 Unit
300000
Mesin Pompa air dan Instalasinya
1 Unit
750000
Pisau cutter
4 Buah
10000
Gunting
5 Buah
5000
Keranjang Panen
20 Buah
20000
Timbangan 5 kg
1 Unit
200000
Karung Goni
100 Lembar
5000
Selang
20 Meter
5000
Nozle/ Mata Pengkabut
1 Buah
50000
TOTAL BIAYA INVESTASI II

Jumlah (Rp)
3000000
8000000
3000000
1500000
400000
600000
500000
400000
375000
100000
30000
300000
120000
200000
500000
200000
1000000
1000000
2400000
4500000
400000
750000
800000
150000
30.225.000

TOTAL KESELURUHAN BIAYA INVESTASI

42.690.000

Page9

Jumlah (Rp)
8000000
2400000
750000
40000
25000
400000
200000
500000
100000
50000
12.465.000

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

2. Biaya Operasional:
BIAYA OPERASIONAL I (PRODUKSI BAGLOG Kapasitas 4000 baglog)
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Pembelian Bahan Serbuk 3200 kg
160 Karung
1000
Pembelian Dedak 720 Kg
720 kg
1500
Pembelian Kapur
80 Karung
4000
Plastik PP Kemasan Baglog
40 Pak
8000
Tali Rapiah
10 Kg
20000
Kapas/Kapok
5 Karung
40000
Upah mengemas dan Inokulasi baglog
4000 bag
250
Gaji Pekerja Sortir, steam Baglog
2 0rang
300000
Transportasi Pengambilan Bahan Baglog
1 Truk
1500000
Pulsa Handphone
1 Orang
50000
Listrik
1,5 bulan
35000
Gas Elpiji 3 Kg
14 Kali Isi
17000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL I
BIAYA OPERASIONAL II (Budidaya Jamur Tiram Skala 4000 baglog)
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Tenaga Kerja Pengelolah
1 0rang
300000
Plastik Kemasan Panen 1 Kg
40 Pak
12000
80 Karung (2
Pembelian Kapur
Kg)
4000
1 Unit
Transportasi Pemasaran
Motor
500000
1 Periode (3
Listrik
bulan)
50000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL II

TOTAL KESELURUHAN BIAYA OPERASIONAL
3. Total Biaya Usaha:
NoRincian
1
Total biaya investasi
2
Total Biaya operasional
TOTAL

Jumlah (Rp)
42.690.000
7.630.000
50.320.000

G. Analisis Pendapatan
1. Estimasi Produksi:
 Jumlah baglog yang berproduksi

Page10

= 4000 Baglog

Jumlah (Rp)
160000
1080000
320000
320000
200000
200000
1000000
600000
1500000
50000
52000
238000
5.720.000
Jumlah (Rp)
300000
480000
480000
500000
150000
1.910.000

7.630.000

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

 Produkktivitas jamur per baglog
=0.100 gram x 5 kali tumbuh =
0.500 gr
 Total Produksi Jamur 1 periode (3 bulan) = 0.500 gram x 4000 baglog = 2.000
kg
2. Estimasi Penerimaan:
 Harga jual jamur tiram
 Produksi sebanyak
Maka total penerimaan

= Rp 30.000 / Kg
= 2.000 Kg
= Rp 30.000 x 2.000 kg = Rp. 60.000.000

3. Estimasi Keuntungan:
Jadi, Laba bersih selama 1 periode =
Total Penerimaan – Total Biaya Operasional
NoRincian
Jumlah (Rp)
1
Total Penerimaan
60.000.000
2
Total Biaya Operasional
7.630.000
Total
52.370.000
Maka laba bersih yang diterima dalam usaha budidaya jamur tiram
selama 1 periode adalah Rp 52.370.000
H. Analisis Kelayakan Usaha
1. Break Even Point (BEP)
a. BEP Produksi
BEP Produksi = Total biaya operasional / Harga satuan jamur per Kg
Maka perhitungan BEP produksi yaitu Rp 7.630.000 : Rp 30.000 = 254,4
Kg. Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak
mengalami kerugian (titik impas) bila jumlah produksi sebesar 254,4 Kg.
b. BEP Harga
BEP Harga = Total biaya operasional / Jumlah Produksi
Maka perhitungan BEP harga yaitu Rp 7.630.000 : 2000 kg = Rp. 3,815.
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian
(titik impas) bila harga jual jamur sebesar Rp. 3,815. per Kg

Page11

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

2. R/C Ratio:
R/C merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan
jumlah total biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Suatu usaha dinilai
layak untuk dikembangkan jika R/C rasio:
-

R/C Ratio > 1, usaha layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usaha tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usaha impas.

Rumus perhitungan:
R/C Ratio = Total Penerimaan / Total Biaya Usaha
Maka perhitungan R/C Ratio pada usaha budidaya jamur tiram adalah Rp
60.000.000 : Rp 50.320.000= 1.19. Artinya dengan hasil perhitungan R/C
sebesar 1.19 maka usaha budidaya jamur tiram ini layak untuk dikembangkan
dan dapat memberikan keuntungan. Dimana Setiap modal Rp1.00 akan kembali
sebanyak Rp 1.19.
3. Benefit Cost Ratio (B/C).
B/C rasio merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan satu
periode. Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio:
-

B/C Ratio > 0, usaha menguntungkan
B/C Ratio < 0, usaha tidak menguntungkan
B/C Ratio = 0, usaha impas

Rumus perhitungan:
B/C = Keuntungan/Total biaya usaha
Maka hasil perhitungan B/C rasio pada usaha budidaya jamur tiram yakni
Rp 52.370.000 : Rp 50.320.000 = 1,04. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
lebih besar dari 0, berarti usaha budidaya jamur tiram dapat memberikan
manfaat menguntungkan. Angka B/C sebesar 1,04 berarti dari Rp 1,00 modal
yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 1,04.

Page12

PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN

4. Payback Period
Payback period adalah kemampuan suatu usaha didalam mengembalikan
semua modal/investasi yang ditanam. Payback Period dinyatakan dalam satuan
waktu.
Payback period digunakan sebagai salah satu pertimbangan yang
melengkapi dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, karena dari payback
period dapat diketahui jangka waktu pengembalian seluruh modal investasi.
Semakin pendek waktu pengembalian maka semakin layak suatu usaha, hal ini
berarti pula karena semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Maka, tingkat pengembalian biaya investasinya adalah:
Total Biaya Investasi / Keuntungan
NoRincian
1 Total Biaya Investasi
2 Keuntungan
Jumlah
- Jadi,

keuntungan

Jumlah (Rp)
42.690.000
52.370.000
0,81
bersih

yang

di

dapatkan

dalam 1

periode

dapat

mengembalikan biaya investasi sebesar 0,81 x 100 % = 81 %.
- Untuk mengembalikan sejumlah 100 % biaya investasi yang dikeluarkan
diperlukan waktu 100 : 81 = 1.23 periode. Sehingga pada periode ke 2 pelaku
usaha budidaya jamur tiram sudah bisa memperoleh keuntungan.

PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, besar harapan kami usaha ini mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak khususnya dukungan permodalan, dengan harapan akan
semakin membuka lapangan kerja bagi masyarakat banyak.

Page13