Filsafat itu Berpikir Secara Rasional
Filsafat itu Berpikir Secara Rasional
Oleh : Dedi Kurniawan1
A. Mengenal Filsafat sebagai cara berpikir
Bagi sebagian orang mengenal lebih jauh tentang Filsafat ada suatu bentuk
ketakutan, hal ini yang dirasakan oleh sebagian newbie (mahasiswa baru). Apalagi telah
tergambar sebelumnya dimasyarakat bahwa orang-orang yang mempelajari filsafat itu
berpikir nyeleneh atau diluar kewajaran kebanyakan orang. Sehingga muncul gambaran
tentang akibat negatif yang “membahayakan” bagi orang-orang yang mendalami ilmu
Filsafat. Maka muncul peringatan agar memperhatikan batasan-batasan kehati-hatian
dalam mendalami ilmu ini.
Ternyata gambaran negatif itu akibat dari kesimpulan yang salah diakibatkan
karena tidak lengkapnya informasi yang sampai bagi pembuat kesimpulan. Namun
kesimpulan tersebut terlanjur di menjadi paradigma yang beredar dikalangan sebagian
masyarakat. Apalagi pada seolah-olah filsafat sangat bertentangan dengan agama pada
saat berpikir tentang hakikat ke-Tuhanan. karena pemikiran-pemikiran orang-orang
filsafat yang cenderung mendobrak batasan-batasan yang sudah dibakukan. Kesimpulan
saya seperti ini muncul setelah mengetahui apa itu Filsafat.
Jika akan memulai mengenal sesuatu, cara yang paling mudah adalah mencari
definisi tentang sesuatu yang akan kita ketahui. Definisi merupakan gambaran secara
umum tentang sesuatu yang akan kita ketahui. Oleh sebab itu untuk mengetahui apa itu
Filsafat tentunya kita harus mengetahui dulu tentang definisi Filsafat itu.
Filsafat merupakan cara berpikir secara rasional yang hasilnya akan melahirkan
sebuah ilmu yang mempunyai nilai. Wilayah Filsapat adalah yang berkaitan dengan
metafisika. Kalau saya mengistilahkan metafisika sebagai wilayah yang samar-samar.
Alasan saya menyebutnya demikian karena tidak semua orang bisa melihatnya atau
memikirkannya. Dalam bahasa agamanya bisa disebut wilayah zhani. Menurut Arifai
Marbun metafisika adalah yang berkenaan dengan substansi, hakekat, atau esensi.
Persoalan muncul pada saat hakikat ke-Tuhanan dimasukkan pada wilayah
metafisika. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat ke-Tuhanan ini merupakan bentuk
kekhawatiran orang-orang yang akan mendalami tentang filsafat. Namun saya tidak
1 Mahasiswa Program Reguler Khusus Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Palembang
Nomor Induk Mahasiswa : 11330034
1
akan menjawab persoalan ini sebab menurut saya hakikat ke-Tuhanan merupakan
persoalan final yang sudah terjawab. Melalui being (wujud benda), sebuah materi atau
benda tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa zat yang membuat dia muncul. Sudut
pandang ini merupakan bentuk cabang dari cara berfikir Filsafat.
Berpikir merupakan pekerjaan yang dianugerahkan Allah SWT kepada semua
manusia karena manusia diberikan otak sebagai perangkat yang istimewa yang tidak
diberikan kepada mahkluk lain. Dengan kenyataan ini manusia tidak bisa terhindar
daripada proses berpikir. Proses berpikir merupakan suatu kemutlakan yang harus
dilakukan manusia untuk manusia bisa bertahan hidup, beribadah, dan mengabdi kepada
Allah SWT. Terutama dalam tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Proses berpikir
yang rasional disertai dengan kesadaran akan menghasilkan perubahan-perubahan yang
lebih baik bagi kehidupan. Berpikir juga merupakan perintah yang wajib dari Allah
SWT kepada manusia untuk merenungi esensi dan substansi kebenaran tentang
keberadaan Allah SWT sebagaimana banyak dinyatakan dalam firman-firman-Nya
dalam al-Qur’an.
Jika menyadari dengan kewajiban manusia untuk berpikir tentunya kita
berkesimpulan bahwa dalam setiap diri manusia berpotensi untuk menjadi pemikir yang
handal atau Filosof. Tapi untuk menjadi yang demikian kita harus mengkontruksikan
cara berpikir kita dengan cara yang sistematis. Dimaksudkan agar orang-orang mudah
mengerti dengan hasil pemikiran kita yang sebenarnya.
Berfikir cara Filsafat dimulai dengan menyadari adanya being (ada) atau wujud
suatu benda atau materi. Dalam filsafat being merupakan persoalan utama untuk
berpikir. Menurut Arifai Marbun being mengandung dua unsur yaitu ontologi dan
metafisika. Kalau saya mengartikannya secara sederhana ontologi merupakan
keberadaan nyata sesuatu objek benda datau materi, sedangkan metafisika adalah
sesuatu yang masih dipertanyakan keberadaannya. Saya sebut demikian karena tidak
semua orang bisa memikirkannya dan menjangkau untuk memikirkannya. Sehingga
sesuatu yang bersifat metafisika membutuhkan kerja berpikir yang sangat komplek
untuk memnculkan substansi dan hakekatnya. Keberhasilan dalam memikirkan wilayah
metafisika ini memunculkan sebuah nilai yang akhirnya dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
2
B. Berpikir akan menghasilkan pemikiran
Akibat dari proses berpikir ini akan memunculkan sebuah pemikiran.
Mengenai definisi pemikiran ini Taqyudin an-Nabhani2 mempunyai definisi yang bagus,
pemikiran adalah adanya aktivitas berpikir pada diri ummat tentang realitas kehidupan
mereka hadapi. Dimana mereka masing-masing secara keseluruhan senatiasa
mempergunakan informasi (pengetahuan) yang mereka miliki, ketika mengindera
berbagai fakta ataupun fenomena untuk menentukan hakikat fakta atau fenomena
tersebut. Dari definisi beliau tersebut, semakin jelas bahwa berpikir harus
mempergunakan informasi atau ilmu untuk menguraikan wilayah metafisika dalam
fakta-fakta atau fenomena-fenomena dalam menemukan hakikat sehingga akan muncul
sebuah berpikir yang inovatif dibandingkan dengan wilayah ontologinya.
Selanjutnya mengenai pentingnya hasil pemikiran ini Taqyudin an-Nabhani
menyatakan bahwa pemikiran adalah sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya yang
mereka miliki dalam kehidupan mereka, bahkan ia merupakan peninggalan yang
demikian berharga yang akan diwarisi oleh generasi penerusnya, apabila ummat itu
telah menjadi sebuah umat yang memiliki identitas dalam bentuk pemikirannya yang
maju.
Hasil dari pemikiran yang maju merupakan peninggalan yang sangat berharga
bagi ummat setelahnya. Hal ini merupakan sesuatu yang terbukti dalam kehidupan kita
sekarang. Bagaimana pemikir-pemikir zaman dahulu, seperti Ibnu Sina, Al-Farabbi,
Aristoteless, Plato, Talles, Adam Smith, dll. Atau bagaimana akibat dari penemuanpenemuan mereka. Seperti Ibnu Sina dengan konsep ilmu kedokterannya, Thomas Alva
Edison dengan bola lampu listriknya yang mengakibatkan dunia menjadi terang sampai
dengan sekarang, dan Adam Smith dengan konsep ekonominya yang mengakibatkan
perubahan kemajuan ekonomi di dunia. Semua itu akibat dari hasil proses berpikir yang
rasional dan inovatif sehingga memunculkan kekayaan yang bersifat materi dari hasil
pemikiran.
Oleh sebab itu berpikir merupakan kerja yang sangat penting, karena
peradapan manusia akan maju akbiat dari kerja berpikir ini. Berpikir akan menghasilkan
kekayaan yang bersipat materi seperti, penemuan-penemuan ilmiah, perekayasaan
2 Ulama kelahiran kampung ajzam, Palestina. Penulis Buku An-Nidlam Al-Iqtishadi Fiil Islam.
Terjemahannya : Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, Diterjemahkan Oleh Drs. Moh.
Maghfur Wachid. Surabaya:Risalah Gusti, 1990, Hal: 1-2
3
industri serta hal lainnya. Yang semuanya itu sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Namun yang terpenting dari kekayaan yang bersifat materi itu adalah
kekayaan berpikir. Menurut Taqyudin an-Nabhani kekayaan sebuah bangsa yang
bersifat materi hancur, maka dengan segera akan bisa dipulihkan kembali, selama
bangsa itu melestarikan kekayaan berikir mereka. Namun apabila kekayaan berpikir
mereka telah terabaikan, dan sebaliknya, mereka malah melestarikan kekayaan materi,
maka kekayaan itu pun akan segera sirna dan mereka akan kembali menjadi miskin,
mundur peradabannya.
C. Kesimpulan
Filsafat merupakan cara berpikir dengan rasional yang menghasilkan sebuah
nilai. Sehingga menghasilkan pemikiran, dan pemikiran tersebut menghasilkan sebuah
kekayaan materi, seperti penemuan-penemuan ilmiah yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Berpikir merupakan persoalan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
banyak
dibahas
dalam
firma-firman
Allah
SWT
dalam
al-Qur’an.
Tuhan
menganugerahkan otak kepada manusia untuk berpikir. Berpikir yang inovatif untuk
kesejahteraan dan sebagai khalifah di muka bumi.
Tidak ada ketakutan lagi bagi orang-orang yang mengenal konsep berpikir
yang benar dalam filsafat. Berpikir sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadist adalah
cara berpikir yang di anjurkan. Sehingga dengan menekuni dunia berfikir dalam
keilmuan filsafat manusia itu tidak menyimpang dari persoalan kebenaran. Proses
berpikir membentuk manusia menjadi manusia khalifah yang sesungguhnya dan
mengakibatkan manusia tersebut sebagai bagian dari peradaban manusia.
4
Oleh : Dedi Kurniawan1
A. Mengenal Filsafat sebagai cara berpikir
Bagi sebagian orang mengenal lebih jauh tentang Filsafat ada suatu bentuk
ketakutan, hal ini yang dirasakan oleh sebagian newbie (mahasiswa baru). Apalagi telah
tergambar sebelumnya dimasyarakat bahwa orang-orang yang mempelajari filsafat itu
berpikir nyeleneh atau diluar kewajaran kebanyakan orang. Sehingga muncul gambaran
tentang akibat negatif yang “membahayakan” bagi orang-orang yang mendalami ilmu
Filsafat. Maka muncul peringatan agar memperhatikan batasan-batasan kehati-hatian
dalam mendalami ilmu ini.
Ternyata gambaran negatif itu akibat dari kesimpulan yang salah diakibatkan
karena tidak lengkapnya informasi yang sampai bagi pembuat kesimpulan. Namun
kesimpulan tersebut terlanjur di menjadi paradigma yang beredar dikalangan sebagian
masyarakat. Apalagi pada seolah-olah filsafat sangat bertentangan dengan agama pada
saat berpikir tentang hakikat ke-Tuhanan. karena pemikiran-pemikiran orang-orang
filsafat yang cenderung mendobrak batasan-batasan yang sudah dibakukan. Kesimpulan
saya seperti ini muncul setelah mengetahui apa itu Filsafat.
Jika akan memulai mengenal sesuatu, cara yang paling mudah adalah mencari
definisi tentang sesuatu yang akan kita ketahui. Definisi merupakan gambaran secara
umum tentang sesuatu yang akan kita ketahui. Oleh sebab itu untuk mengetahui apa itu
Filsafat tentunya kita harus mengetahui dulu tentang definisi Filsafat itu.
Filsafat merupakan cara berpikir secara rasional yang hasilnya akan melahirkan
sebuah ilmu yang mempunyai nilai. Wilayah Filsapat adalah yang berkaitan dengan
metafisika. Kalau saya mengistilahkan metafisika sebagai wilayah yang samar-samar.
Alasan saya menyebutnya demikian karena tidak semua orang bisa melihatnya atau
memikirkannya. Dalam bahasa agamanya bisa disebut wilayah zhani. Menurut Arifai
Marbun metafisika adalah yang berkenaan dengan substansi, hakekat, atau esensi.
Persoalan muncul pada saat hakikat ke-Tuhanan dimasukkan pada wilayah
metafisika. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat ke-Tuhanan ini merupakan bentuk
kekhawatiran orang-orang yang akan mendalami tentang filsafat. Namun saya tidak
1 Mahasiswa Program Reguler Khusus Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Palembang
Nomor Induk Mahasiswa : 11330034
1
akan menjawab persoalan ini sebab menurut saya hakikat ke-Tuhanan merupakan
persoalan final yang sudah terjawab. Melalui being (wujud benda), sebuah materi atau
benda tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa zat yang membuat dia muncul. Sudut
pandang ini merupakan bentuk cabang dari cara berfikir Filsafat.
Berpikir merupakan pekerjaan yang dianugerahkan Allah SWT kepada semua
manusia karena manusia diberikan otak sebagai perangkat yang istimewa yang tidak
diberikan kepada mahkluk lain. Dengan kenyataan ini manusia tidak bisa terhindar
daripada proses berpikir. Proses berpikir merupakan suatu kemutlakan yang harus
dilakukan manusia untuk manusia bisa bertahan hidup, beribadah, dan mengabdi kepada
Allah SWT. Terutama dalam tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Proses berpikir
yang rasional disertai dengan kesadaran akan menghasilkan perubahan-perubahan yang
lebih baik bagi kehidupan. Berpikir juga merupakan perintah yang wajib dari Allah
SWT kepada manusia untuk merenungi esensi dan substansi kebenaran tentang
keberadaan Allah SWT sebagaimana banyak dinyatakan dalam firman-firman-Nya
dalam al-Qur’an.
Jika menyadari dengan kewajiban manusia untuk berpikir tentunya kita
berkesimpulan bahwa dalam setiap diri manusia berpotensi untuk menjadi pemikir yang
handal atau Filosof. Tapi untuk menjadi yang demikian kita harus mengkontruksikan
cara berpikir kita dengan cara yang sistematis. Dimaksudkan agar orang-orang mudah
mengerti dengan hasil pemikiran kita yang sebenarnya.
Berfikir cara Filsafat dimulai dengan menyadari adanya being (ada) atau wujud
suatu benda atau materi. Dalam filsafat being merupakan persoalan utama untuk
berpikir. Menurut Arifai Marbun being mengandung dua unsur yaitu ontologi dan
metafisika. Kalau saya mengartikannya secara sederhana ontologi merupakan
keberadaan nyata sesuatu objek benda datau materi, sedangkan metafisika adalah
sesuatu yang masih dipertanyakan keberadaannya. Saya sebut demikian karena tidak
semua orang bisa memikirkannya dan menjangkau untuk memikirkannya. Sehingga
sesuatu yang bersifat metafisika membutuhkan kerja berpikir yang sangat komplek
untuk memnculkan substansi dan hakekatnya. Keberhasilan dalam memikirkan wilayah
metafisika ini memunculkan sebuah nilai yang akhirnya dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
2
B. Berpikir akan menghasilkan pemikiran
Akibat dari proses berpikir ini akan memunculkan sebuah pemikiran.
Mengenai definisi pemikiran ini Taqyudin an-Nabhani2 mempunyai definisi yang bagus,
pemikiran adalah adanya aktivitas berpikir pada diri ummat tentang realitas kehidupan
mereka hadapi. Dimana mereka masing-masing secara keseluruhan senatiasa
mempergunakan informasi (pengetahuan) yang mereka miliki, ketika mengindera
berbagai fakta ataupun fenomena untuk menentukan hakikat fakta atau fenomena
tersebut. Dari definisi beliau tersebut, semakin jelas bahwa berpikir harus
mempergunakan informasi atau ilmu untuk menguraikan wilayah metafisika dalam
fakta-fakta atau fenomena-fenomena dalam menemukan hakikat sehingga akan muncul
sebuah berpikir yang inovatif dibandingkan dengan wilayah ontologinya.
Selanjutnya mengenai pentingnya hasil pemikiran ini Taqyudin an-Nabhani
menyatakan bahwa pemikiran adalah sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya yang
mereka miliki dalam kehidupan mereka, bahkan ia merupakan peninggalan yang
demikian berharga yang akan diwarisi oleh generasi penerusnya, apabila ummat itu
telah menjadi sebuah umat yang memiliki identitas dalam bentuk pemikirannya yang
maju.
Hasil dari pemikiran yang maju merupakan peninggalan yang sangat berharga
bagi ummat setelahnya. Hal ini merupakan sesuatu yang terbukti dalam kehidupan kita
sekarang. Bagaimana pemikir-pemikir zaman dahulu, seperti Ibnu Sina, Al-Farabbi,
Aristoteless, Plato, Talles, Adam Smith, dll. Atau bagaimana akibat dari penemuanpenemuan mereka. Seperti Ibnu Sina dengan konsep ilmu kedokterannya, Thomas Alva
Edison dengan bola lampu listriknya yang mengakibatkan dunia menjadi terang sampai
dengan sekarang, dan Adam Smith dengan konsep ekonominya yang mengakibatkan
perubahan kemajuan ekonomi di dunia. Semua itu akibat dari hasil proses berpikir yang
rasional dan inovatif sehingga memunculkan kekayaan yang bersifat materi dari hasil
pemikiran.
Oleh sebab itu berpikir merupakan kerja yang sangat penting, karena
peradapan manusia akan maju akbiat dari kerja berpikir ini. Berpikir akan menghasilkan
kekayaan yang bersipat materi seperti, penemuan-penemuan ilmiah, perekayasaan
2 Ulama kelahiran kampung ajzam, Palestina. Penulis Buku An-Nidlam Al-Iqtishadi Fiil Islam.
Terjemahannya : Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, Diterjemahkan Oleh Drs. Moh.
Maghfur Wachid. Surabaya:Risalah Gusti, 1990, Hal: 1-2
3
industri serta hal lainnya. Yang semuanya itu sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Namun yang terpenting dari kekayaan yang bersifat materi itu adalah
kekayaan berpikir. Menurut Taqyudin an-Nabhani kekayaan sebuah bangsa yang
bersifat materi hancur, maka dengan segera akan bisa dipulihkan kembali, selama
bangsa itu melestarikan kekayaan berikir mereka. Namun apabila kekayaan berpikir
mereka telah terabaikan, dan sebaliknya, mereka malah melestarikan kekayaan materi,
maka kekayaan itu pun akan segera sirna dan mereka akan kembali menjadi miskin,
mundur peradabannya.
C. Kesimpulan
Filsafat merupakan cara berpikir dengan rasional yang menghasilkan sebuah
nilai. Sehingga menghasilkan pemikiran, dan pemikiran tersebut menghasilkan sebuah
kekayaan materi, seperti penemuan-penemuan ilmiah yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Berpikir merupakan persoalan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
banyak
dibahas
dalam
firma-firman
Allah
SWT
dalam
al-Qur’an.
Tuhan
menganugerahkan otak kepada manusia untuk berpikir. Berpikir yang inovatif untuk
kesejahteraan dan sebagai khalifah di muka bumi.
Tidak ada ketakutan lagi bagi orang-orang yang mengenal konsep berpikir
yang benar dalam filsafat. Berpikir sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadist adalah
cara berpikir yang di anjurkan. Sehingga dengan menekuni dunia berfikir dalam
keilmuan filsafat manusia itu tidak menyimpang dari persoalan kebenaran. Proses
berpikir membentuk manusia menjadi manusia khalifah yang sesungguhnya dan
mengakibatkan manusia tersebut sebagai bagian dari peradaban manusia.
4