Pentingnya Etika yang Berdasarkan Nilai
Pentingnya Etika yang Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila
sebagai Filter Nilai-Nilai Negara Barat
Andy Saktia Warseno, M0213007
Abstrak
Pada jaman globalisasi dewasa ini masalah etika semakin menjadi perhatian bangsa,
mudahnya mengakses suatu informasi melalui internet dari gadget membawa pengaruh
tersendiri bagi setiap personal maupun kelompok, baik itu yang bersifat membangun
maupun yang merusak. Sifat merusak inilah yang menjadi koreksi mengapa bisa terjadi.
Melilat itu maka perlunya dasar pemikiran atau ideologi agar dapat menyaring atau
me-filter budaya barat yang masuk. Ideologi yang paling tepat adalah pancasila yang
merupaka buah pikiran dari leluhur bangsa Indonesia. Namun harus ada upaya untuk
mebuat Pancasila sebagai dasar dan sudut pandang dalam menyaring budaya luar. Upaya
sealain pendidikan, seminar dan workshop namun juga mengiklankanya lewat media
elektronik baik lewat internet, televisi dan radio.
Kata kunci : globalisasi, etika, filter , media elektronik.
Latar belakang
Pada jaman globalisasi dewasa ini masalah etika semakin menjadi perhatian bangsa,
mudahnya mengakses suatu informasi melalui internet dari gadget membawa pengaruh
tersendiri bagi setiap personal maupun kelompok, baik itu yang bersifat membangun
maupun yang merusak. Bersifat membangun seperti mudahnya mengakses materi-materi
pelajaran bagi seorang pelajar, juga menjadi sarana belajar secara autodidak. Bersifat
merusak seperti budaya-budaya yang tidak sesuai dengan nilai dan norma bangsa
indonesia. Maka dari itu dibutuhkan filter yang bersifat universal di indonesia untuk
dapat menyaring pengaruh bersifat merusak tersebut, yang dapat mengancam persatuan di
indonesia, filter yang paling tepat adalah dasar negara indonesia sendiri yaitu Pancasila
Pancasila sendiri sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya menapakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan iainnya. Adapun nilai-nilai tersebut akan dijabarkan
dalam suatu norma- norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma
tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut baik maupun yang buruk. (2) Norma hukum yaitu suatu
sistem peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia. Jadi sila-sila Pancasila
pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif
ataupun praksis melainkan merupakan sumber norma baik meliputi norma- norma
maupun norma-norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam
norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan (Rianto. 2011).
Dengan memaknai secara sadar nilai-nilai pancasila maka nilai-nilai ini dapat
menjadi filter yang baik terhadap nilai-nilai negara barat.
Pembahsan
Etika adalah kelompok filsafat praktis(filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
pemikiran kritis dan mendasarkan ajaran-ajarandan pandangan-pandangan moral. Atau
dengan kata lain etika merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan ajaran moral. Dua kelompok etika itu adalah sebagai berikut:
1.
Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
2. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun mahluk sosial (etika sosial).
(Homaidi, 2014).
Nilai sendiri merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia, yang pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat
pada suatu objek. Menilai berarti menimbang yang merupaka kegiatan manusia untuk
menghubungkan suatu dengan yang lain untuk kemudian diambil keputusan. Sehingga
keputusan tersebut adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna
benar atau tidak benar, baik atau tidak baik. Sehingga nilai dapat didefinisikan sebagai
suatu yang berharga, berguna, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat
dan martabatnya. Dan bersumber pada budi yang mendorong dan mengarahkan sikap dan
perilaku manusia. Nilai merupaka salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat ada enam macam, yaitu: nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial,
nilai politik dan nilai religi. Menurut Max Scheler nilai-nilai dapat dikelompokan menjadi
empat tingkatan yaitu:
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indera yang
memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilaii kehidupan adalah nilai-nilai penting bagi kehidupan seperti jasmani,
kesehatan dan kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan
dan pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian adalah tikatan yang terdapat modalitas nilai dari yang suci.
Menurut Notonagoro membedakan menjadi tiga yaitu:
1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmai manusia,
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
suatu aktivitas atau kegiatan,
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut:
a) Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta
manusia.
b) Nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
d) Nilai religius yaitu nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria
sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau
tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan
setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikira sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.Moral berasal
dari kata mos(mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah
ajaran tentang hal baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Dan dapat berwujud peraturan atau prinsip-prinsip yang baik, benar, terpuji dan mulia.
Yang dapat berupa kesetiaan kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan masyarakat, berbangsa dan negara.Norma merupakan perwujudan martabat
manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral dan religi. Juga merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Norma dalam
perwujudannya berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial (Bakry, 2010)
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia
pada hakikatnya merupaka suatu nilai yang bersifat sistematis(Nina, 2006). Dan juga
memiliki makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan berbangsa berdasarkan nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Dengan makna-maknanya
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah bentuk dari tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Konsekuensi yang muncul adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam
kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah
sesuaidengan keimanan dan kepercayaan masing-masing. Disamping itu didalam
negara indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari
adanya Tuhan(atheisme).
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yang memiliki makana kesadaran sikap
dan perbuatan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri
sediri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
3. Persatuan Indonesia, yang mengandung arti bersatunya bermacam-macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Yang mencakup persatuan dalam
arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang memiliki makna bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang bermakna keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik material maupun
spiritual.
(Bakry, 2010)
Upaya pemahaman masyaratkat terhadap etika dan budaya yang berdasarkan
nilai-nilai pancasila pada era globalisasi saat ini sangatlah penting. Melihat berbagai
macam perilaku yang sangat memprihatinkan baik yang bernuansa sosial, politik, maupun
agama. Oleh karena itu barbagai macam usaha harus dikerahkan untuk membentuk
masyarakat yang kembali ke sudut pandang yang berdasarkan pancasila, yang mana
menjadikan pancasila sebagia dasar dalam melilah (me-filter ) hal-hal baru yang masuk di
indonesia melalui sarana internet. Usaha-usaha tersebut tidak hanya melalui pendidikan,
pelatihan, workshop, seminar yang berkaitan dengan ideologi pancasila. Namun juga
dapat melalui berbagai iklan di internet, film, acara televisi dan radio yang menyuguhkan
ideologi pancasila, nilai-nilai luhur dan teladan-teladan dari pemimpin baik tikat local
maupun nasional.
Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar dalam menyeleksi(me-filter ) nilai-nilai negara barat
sangatlah penting, agar rakyat indonesia sendiri tidak lupa akan nilai-nilai luhur dan jati
negara yang berdasarkan Pancasila.
Usaha dalam menumbuhkan kesadaran dan sudut pandang yang berdasarkan
Pancasila, tidak hanya lewat pendidikan, seminar maupun workshop saja namun juga
melalui media elektronik seperti internet, televisi dan radio.
Daftar Pustaka
Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila , Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Homaidi, Rokiyah, Khrisna Hadiwinata. 2014. Pentingnya Etika dalam Kehidupan
Berbangsa dengan Mengedepankan Nilai-Nilai Pancasila . Politeknik Negeri Malang.
Malang.
Nina Nurani.2006. Pancasila sebagai Filsafat Hukum dan Etika Hukum Bagi Masyarakat
Perilaku Bisnis Indonesia : Landasan Cita-Hukum Bisnis Yang Berkeadilan. Fakultas
bisnis dan manajemen. Universitas Widyatama.
Rianto. 2011. Pancasila sebagai Etika Politik. STMIK AMIKOM. Yogyakarta.
sebagai Filter Nilai-Nilai Negara Barat
Andy Saktia Warseno, M0213007
Abstrak
Pada jaman globalisasi dewasa ini masalah etika semakin menjadi perhatian bangsa,
mudahnya mengakses suatu informasi melalui internet dari gadget membawa pengaruh
tersendiri bagi setiap personal maupun kelompok, baik itu yang bersifat membangun
maupun yang merusak. Sifat merusak inilah yang menjadi koreksi mengapa bisa terjadi.
Melilat itu maka perlunya dasar pemikiran atau ideologi agar dapat menyaring atau
me-filter budaya barat yang masuk. Ideologi yang paling tepat adalah pancasila yang
merupaka buah pikiran dari leluhur bangsa Indonesia. Namun harus ada upaya untuk
mebuat Pancasila sebagai dasar dan sudut pandang dalam menyaring budaya luar. Upaya
sealain pendidikan, seminar dan workshop namun juga mengiklankanya lewat media
elektronik baik lewat internet, televisi dan radio.
Kata kunci : globalisasi, etika, filter , media elektronik.
Latar belakang
Pada jaman globalisasi dewasa ini masalah etika semakin menjadi perhatian bangsa,
mudahnya mengakses suatu informasi melalui internet dari gadget membawa pengaruh
tersendiri bagi setiap personal maupun kelompok, baik itu yang bersifat membangun
maupun yang merusak. Bersifat membangun seperti mudahnya mengakses materi-materi
pelajaran bagi seorang pelajar, juga menjadi sarana belajar secara autodidak. Bersifat
merusak seperti budaya-budaya yang tidak sesuai dengan nilai dan norma bangsa
indonesia. Maka dari itu dibutuhkan filter yang bersifat universal di indonesia untuk
dapat menyaring pengaruh bersifat merusak tersebut, yang dapat mengancam persatuan di
indonesia, filter yang paling tepat adalah dasar negara indonesia sendiri yaitu Pancasila
Pancasila sendiri sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya menapakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan iainnya. Adapun nilai-nilai tersebut akan dijabarkan
dalam suatu norma- norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma
tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut baik maupun yang buruk. (2) Norma hukum yaitu suatu
sistem peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia. Jadi sila-sila Pancasila
pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif
ataupun praksis melainkan merupakan sumber norma baik meliputi norma- norma
maupun norma-norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam
norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan (Rianto. 2011).
Dengan memaknai secara sadar nilai-nilai pancasila maka nilai-nilai ini dapat
menjadi filter yang baik terhadap nilai-nilai negara barat.
Pembahsan
Etika adalah kelompok filsafat praktis(filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
pemikiran kritis dan mendasarkan ajaran-ajarandan pandangan-pandangan moral. Atau
dengan kata lain etika merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan ajaran moral. Dua kelompok etika itu adalah sebagai berikut:
1.
Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
2. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun mahluk sosial (etika sosial).
(Homaidi, 2014).
Nilai sendiri merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia, yang pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat
pada suatu objek. Menilai berarti menimbang yang merupaka kegiatan manusia untuk
menghubungkan suatu dengan yang lain untuk kemudian diambil keputusan. Sehingga
keputusan tersebut adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna
benar atau tidak benar, baik atau tidak baik. Sehingga nilai dapat didefinisikan sebagai
suatu yang berharga, berguna, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat
dan martabatnya. Dan bersumber pada budi yang mendorong dan mengarahkan sikap dan
perilaku manusia. Nilai merupaka salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat ada enam macam, yaitu: nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial,
nilai politik dan nilai religi. Menurut Max Scheler nilai-nilai dapat dikelompokan menjadi
empat tingkatan yaitu:
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indera yang
memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilaii kehidupan adalah nilai-nilai penting bagi kehidupan seperti jasmani,
kesehatan dan kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan
dan pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian adalah tikatan yang terdapat modalitas nilai dari yang suci.
Menurut Notonagoro membedakan menjadi tiga yaitu:
1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmai manusia,
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
suatu aktivitas atau kegiatan,
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut:
a) Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta
manusia.
b) Nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
d) Nilai religius yaitu nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria
sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau
tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan
setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikira sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.Moral berasal
dari kata mos(mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah
ajaran tentang hal baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Dan dapat berwujud peraturan atau prinsip-prinsip yang baik, benar, terpuji dan mulia.
Yang dapat berupa kesetiaan kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan masyarakat, berbangsa dan negara.Norma merupakan perwujudan martabat
manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral dan religi. Juga merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Norma dalam
perwujudannya berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial (Bakry, 2010)
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia
pada hakikatnya merupaka suatu nilai yang bersifat sistematis(Nina, 2006). Dan juga
memiliki makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan berbangsa berdasarkan nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Dengan makna-maknanya
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah bentuk dari tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Konsekuensi yang muncul adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam
kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah
sesuaidengan keimanan dan kepercayaan masing-masing. Disamping itu didalam
negara indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari
adanya Tuhan(atheisme).
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yang memiliki makana kesadaran sikap
dan perbuatan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri
sediri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
3. Persatuan Indonesia, yang mengandung arti bersatunya bermacam-macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Yang mencakup persatuan dalam
arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang memiliki makna bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang bermakna keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik material maupun
spiritual.
(Bakry, 2010)
Upaya pemahaman masyaratkat terhadap etika dan budaya yang berdasarkan
nilai-nilai pancasila pada era globalisasi saat ini sangatlah penting. Melihat berbagai
macam perilaku yang sangat memprihatinkan baik yang bernuansa sosial, politik, maupun
agama. Oleh karena itu barbagai macam usaha harus dikerahkan untuk membentuk
masyarakat yang kembali ke sudut pandang yang berdasarkan pancasila, yang mana
menjadikan pancasila sebagia dasar dalam melilah (me-filter ) hal-hal baru yang masuk di
indonesia melalui sarana internet. Usaha-usaha tersebut tidak hanya melalui pendidikan,
pelatihan, workshop, seminar yang berkaitan dengan ideologi pancasila. Namun juga
dapat melalui berbagai iklan di internet, film, acara televisi dan radio yang menyuguhkan
ideologi pancasila, nilai-nilai luhur dan teladan-teladan dari pemimpin baik tikat local
maupun nasional.
Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar dalam menyeleksi(me-filter ) nilai-nilai negara barat
sangatlah penting, agar rakyat indonesia sendiri tidak lupa akan nilai-nilai luhur dan jati
negara yang berdasarkan Pancasila.
Usaha dalam menumbuhkan kesadaran dan sudut pandang yang berdasarkan
Pancasila, tidak hanya lewat pendidikan, seminar maupun workshop saja namun juga
melalui media elektronik seperti internet, televisi dan radio.
Daftar Pustaka
Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila , Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Homaidi, Rokiyah, Khrisna Hadiwinata. 2014. Pentingnya Etika dalam Kehidupan
Berbangsa dengan Mengedepankan Nilai-Nilai Pancasila . Politeknik Negeri Malang.
Malang.
Nina Nurani.2006. Pancasila sebagai Filsafat Hukum dan Etika Hukum Bagi Masyarakat
Perilaku Bisnis Indonesia : Landasan Cita-Hukum Bisnis Yang Berkeadilan. Fakultas
bisnis dan manajemen. Universitas Widyatama.
Rianto. 2011. Pancasila sebagai Etika Politik. STMIK AMIKOM. Yogyakarta.