makalah faktor faktor yang mempengaruhi

4. Pemahaman bahwa hidup di dunia ini adalah ujian/cobaan
Orang Islam yang benar-benar beriman memahami bahwa romatika
kehidupan dunia ini antara khairan (suasana yang menyenangkan, kecantikan,
kekayaan, kesehatan) dan yusran (suasana yang tidak menyenangkan,
musibah, miskin) Allah berfirman dalam Q. S Al-Insyiroh ayat 5 :
    
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu kemudahan”.
5. Pemahaman tentang potensi rohaniyah dirinya dan kiat-kiat pengelolaannya.
Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk berakhlak baik
(taqwa)/buruk (fujur). Potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia
karena terkait dengan naluri, seperti makan minum, seks, berkuasa dan rasa aman.
Untuk mengendalikan diri, manusia harus mengembangkan potensi taqwa dengan
cara pendidikan agama dari sejak usia dini. Bila nilai-nilai agama sudah
terinternalisasi dalam diri seseorang, maka dia akan mampu mengembangkan
dirinya
.
6. Kesadaran untuk mengendalikan diri (self control)
Dengan menganut agama Islam, seorang akan memiliki kesadaran untuk self
control dari perbuatan yang diharamkan. Karena dalam salah satu ayat disebutkan
“dan bagi setiap orang yang mampu mengendalikan dirinya dari dorongan hawa
nafsu maka syurgalah tempat kembalinya.

7. Komitmen yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia
Salah satu hadist menyatakan “sebaik-baik manusia adalah yang paling
banyak memberi manfaat bagi orang lain”.
Dan Al-Qur’an Q. S Al-Anbiyya 107:
     
“Dan tidaklah kami mengutus engkau kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam”.
8. Memilik ketenangan batin
Dalam Q. S Fushilat ayat 30 :

3

      
    











  
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Allah Tuhan kami
kemudian mereka beristiqomah, maka turun kepada mereka malaikat (seraya
berkata) janganlah engkau takut (cemas) dan bersedih hati (frustasi) dan
bergembiralah dengan syurga yang kepadamu dijanjikan”.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Jiwa Beragama
1. Faktor Internal
a) Fitrah Manusia dan God Spot
 Fitrah Manusia
Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah bahwa
manusia memiliki fitrah (potensi ) beragama. Setiapa manusia yang
lahir ke dunia ini, baik yang masih primitif (bersahaja) maupun
yang modern, baik yang lahir di negara komunis maupun
beragama, baik yang lahir dari orang tua yang shalih maupun yang
jahat, sejak Nabi Adam sampai akhir zaman, menurut fitrahnya
mempunyai potensi beragama, keimanan kepada Tuhan, atau

percaya terhadap suatu dzat yang mempunyai kekuatan yang
menguasai dirinya atau alam dimana dia hidup.
Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang
berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari
agama, sehingga fitrahnya itu berkembang secara benar sesuai
dengan kehendak Allah Swt.
Keyakinan bahwa manusia memunyai fitrah beragama merujuk
kepada firman Allah, sebagai berikut :
      














      
     
 
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan .172
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
4

kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)", (Al-A’raf:172)
     
      
     
    

 
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama

yang

lurus;

tetapi

kebanyakan

manusia

tidak

mengetahui[1168],
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia

diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid.
kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah
wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan. (Ar-Rum : 30)
    
   

  

 
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Fujur dalam Qs. Asy-Syams diatas berarti hawa nafsu, sebagai
disposisi (potensi) yang mendorong individu untuk melakukan
suatu perbuatan (dalam rangka memperoleh kepuasan) dengan
tidak memperhatikan nilai-nilai agama seperti tercermin dalam
5


perbuatan zina, mencuri, berjudi, meminum minumam keras, dan
mendzolimi orang lain. Sedangkan “taqwa” merupakan potensi
yang mendorong individu untuk melakukan perbuatan yang
baik(selaras dengan nilai-nilai agama),seperti teraktualisasikan
dalam perbuatan:taat beribadah, menjalin persaudaraan, menolong
orang lain, thalabul ilmi, dan sebagainya.


God Spot
Sekumpulan saintis pakar saraf dari Universiti California di San
Digo yang diketuai oleh Dr. Vilayanur Ramachandaran telah
berjaya menemui satu saraf kecil di dalam otak manusia yang
mampu bertindak balas terhadap aspek agama dan ketuhanan. Saraf
tersebut akan menjadi lebih utuh sekiranya dirangsang untuk terus
mengingati Tuhan. Penyelidikan ini dikenali sebagai ‘god spot’
atau ‘god module’.
Tidak dinafikan bahawa dunia melihat penemuan ini sebagai
sesuatu yang menakjubkan. Apapun, adalah tidak menghairankan
jika fungsi saraf ini telah ditemui. Terbukti Tuhan telah

menciptakan manusia dengan kemampuan fizikal (saraf) untuk kita
sentiasa ingat dan tunduk pada-Nya. Bahkan di dalam kitab suci
Al-Quran sendiri, Allah SWT pernah berfirman
    
    
     
    
53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas

segala sesuatu?
b) Intelektual (Kecerdasan)
Kalau dulu kita hanya tahu yang otak digunakan untuk kecerdasan
minds (Intelligent Quotient -IQ) dan kecerdasan emosi (Emotional
Quotient), kini dengan terbongkarnya 'God Spot', kita telah belajar tentang
satu lagi potensi manusia yang lebih hebat dan luar biasa yaitu kecerdasan

6


spiritual (Spiritual Quotient). Jadi dengan tergabungnya ketiga tiga
kecerdasan ini, manusia akan menjadi lebih sempurna dan terpuji.
umat Islam dipandu oleh wahyu dan Al-Quran adalah panduan
sepanjang hayat. Jadi apabila adanya kajian saintifik yang berjaya
membenarkan isi-isi Al-Quran ini, sebagai umat Islam kita wajar untuk
bersyukur dan meningkatkan lagi keimanan diri.
Allah SWT juga menegaskan dalam surat Ath-Thalaq : 12
    



    
      
       
12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benarbenar meliputi segala sesuatu.
Di dalam surat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan tujuh langit
dan bumi, adalah karena dia hendak memerintahkan manusia untuk

mempelajarinya hingga dari ciptaannya itu manusia bisa mengenal
tuhannya.
Manusia disini disebut sebagai Uli Al-bab yaitu orang yang berakal
sempurna.










    
     
     
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah

Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.
Uli Al-bab dalam ayat ini adalah bahwa mereka orang-oranng yang
karena aktivitas akalnya yang intens dalam memikirkan ayat-ayat
membuat mereka senantiasa mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau sambil berbaring.
manusia yang bertindak berdasarkan kecerdasan intelektual (IQ)
semata-mata adalah manusia yang kaku atau boleh juga diklasifikasikan
sebagai 'robot'. Mereka boleh mencapai tingkat kejayaan hidup yang tinggi
7

tetapi pengisian nilai mereka adalah sifar. Mereka hanya mengejar material
yang ada, misalnya uang, harta, pangkat, kekayaan dan kesenangan hidup.
Mereka ini hidup bertunjangkan kepada nilai duniawi semata. Seharusnya
ia perlulah digabungkan dengan kecerdasan emosi (EQ). Kecerdasan
emosi akan membantu orang itu untuk melahirkan rasa gembira, suka,
prihatin, marah, sedih, bertangungjawab, bertimbang rasa dan banyak lagi
yang ada di dalam dirinya. Apabila ini terjadi, barulah orang itu boleh
dianggap mempunyai 'nilai'. Namun begitu, kedua-dua nilai ini ternyata
belum cukup untuk melahirkan peribadi yang menuju kesempurnaan.
Oleh karene itu, apabila kedua-dua nilai ini digabungkan dengan nilai
spiritual, orang itu akan menjadi lebih sempurna. Kecerdasan spiritual
membantu manusia mengeluarkan potensi diri dari sudut terdalam yang
ada pada diri mereka (self conscience). Hasilnya, orang yang kuat akan
membantu orang yang lemah, yang kaya akan membantu yang miskin dan
yang lebih akan membantu yang kurang. Begitulah seterusnya.
Ringkasnya, naluri kemanusiaan ini akan terdidik pada landasan yang
dikehendaki oleh agama.
c) Kesehatan
Kesehatan adalah anugerah terbesar dari Allah SWT, kita wajib
mensyukuri dan menjaganya. Karena dengan kita menjaga tubuh kita tetap
sehat kita bisa melakukan aktifitas apapun yang kita inginkan dan kita bisa
bersyukur dengan cara beribadah kepada-Nya.
Tetapi dalam kenyataanya sering terjadi orang tidak mensyukuri
nikmat yang telah Allah berikan. Apabila dikemudian hari kita diuji oleh
Allah dengan adanya sakit, otomatis kesehatan kita pun menurun, dan
kesempatan untuk beribadah kepada Allah menjadi terhalang, sehingga
kita tidak dapat mensyukuri nikmat-nya. Barulah kita sadar setelah kita
mengalami ujian bahwa bersyukur atas nikmat-Nya sangat penting.
Jad disini kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan jiwa beragama, karena dapat dibedakan antar orang yang
sakit dan sehat. Orang yang sehat dia bisa dengan maksimal beribadah
kepada Allah, sedangkan orang yang sakit tubuh mereka pun melemah dan
hanya bisa terbaring ditempat tidurnya, ssehingga ibadah kepada Allah pun
menjadi berkurang.

8

2. Faktor External
Fitrah beragama

(taqwa)

merupakan

potensi

yang

mempunyai

kecenderungan untuk berkembang. Namun, perkembangan itu tidak akan terjadi
manakala tidak ada factor luar (eksternal) yang memberikan pendidikan
(bimbingan, pengajaran, dan latihan) yang memungkinkan fitrah itu berkembang
dengan sebaik-baiknya. Fator itu tiada lain adalah lingkungn dimana individu
(anak) itu hidup, yaitu keluarga, sekolah (kelembagaan), dan masyarakat.
a. Keluarga
 Kerukunan Keluarga
Keluarga sakinah mawadah warahmah adalah dambaan setiap
orang, karena dengannya akan tercipta kerukunan, kedamaian, dan
harmonisan. Tetapi tidak setiap orang bisa hidup seperti itu. Pasti
ada saja masalah yang perlu dihadapi dalam setiap hubungan
rumah tangga, dan masalah itu bisa terpecahkan tergantung
bagaimana kita menghadapinya. Apabila kita tenang, dan bisa
menyerahkan diri kepada Allah insyaallah semuanya akan berjalan
dengan lancar.
Realita sekarang ini banyak orang yang memiliki masalah dia
bukannya mendekati sang maha pencipta tapi dia malah berpaling
darinya dan melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Hal
tersebut bukannya memberikan jalan yang terbaik, tetapi malah
membuat masalah menjadi semakin rumit.
Misalnya seseorang anak yang memiliki keluarga broken home
dia terjerumus kedalam minum-minuman keras dan narkoba untuk
meluapakan masalah yang sedang dihadapinya namun pada
kenyataanya hal itu bukan membereskan masalah malah merusak
dirinya sendiri terutama moral dan tubuh si anak.
Oleh karena itu dalam menghadapi masalah kita harus bersabar,
dan mendekatkan diri kepada Allah supaya terhindar dari hal-hal
yang buruk seperti contoh diatas.
Juga dalam keluarga, orang tua sangat berperan sekali dalam
membimbing anaknya untuk membentuk kepribadian yang baik,
yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena baik buruknya
prilaku seorang anak tergantung didikan orang tua.
Anak yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya
namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan.

9

Disini terlihat adanya 2 aspek yang kontradiktif . Disatu pihak bayi
atau anak yang baru lahir berada dalam kondisi tanpa daya,
sedanngkan di pihak lain anak memiliki kemampuan untuk
berkembang (eksploratif) . Tetapi, menurut Walter Houston Clark,
perkembangan bayi atau anak tak mungkin dapat berlangsung
secara normal tanpa adanya intervensi dari luar, walaupun secara
alami ia memiliki potensi bawaan. Seandainya bayi atau anak
dalam pertumbuhan dan perkembangannya hanya diharapkan
menjadi manusia normal sekalipun, maka ia masih memerlukan
berbagai

persyaratan

tertentu

serta

pemeliharaan

yang

berkesinambungan (W.H.Clark, 1964:2). Pendapat ini menunjukan
bahwa tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur, anak akan
kehilangan kemampuan untuk bberkembang secara normal,
walaupun ia memiliki potensi untuk bertumbuh dan berkembang
serta potensi-potensi lainnya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak
dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak/ibu )
adalah pendidik kodrati. Mereka mendidik bagi anak-anak mereka
karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Allah
SWT berupa naluri orang tua. Karena naluri inilah timbul rasa
kasih sayang orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara
moral

keduanya

merasa

terbeban

tanggung

jawab

untuk

memelihara, mengawasi, melindungi, serta membimbing keturunan
mereka.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi
pembentukan jiwa keagamaan . Perkembangan agama menurut
W.H.Clark, berjalin unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk
diidentifikasi secara jelas, karena masalah yang menyangkut
kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun
demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana
tersebut, agama terjalin dan terlibat di dalamnya. Melalui jalinan
unsur-unsur

dan tenaga

kejiwaan

ini

pulalah

agama

itu

berkembang.
Dalam kaitan itu pulalah terlihat peran pendidikan keluarga
dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak. Maka tak heran
10

jika Rosul SAW menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang
tua sebagai mana disabdakan dalam hadist beliau “Setiap anak
yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua
orangtuanyalah anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Dan dalam Al-Qur’an Allah SWT menerangkan bahwa orang tua
mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan agama
keapada anak-anaknya dalam upaya menyelamatkan mereka dari
siksa api neraka, sesuai dengan Qs. At Tahrim:6






   






     
    

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Salah seorang psikolog bernama Hurlock berpendapat bahwa
keluarga merupakan “Training Centre” bagi penanaman nilai-nilai,
termasuk juga nilai-nilai agama. Pendapat ini menunjukkan bahwa
kelurga mempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai (tata karma,
sopan

santun, atau

ajaran

agama)

dan

kemapuan

untuk

mengamalkan atau menerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
baik secara personal maupun social kemasyarakatan.
Peranan keluarga ini terkait dengan upaya-upaya orang tua
dalam menanaman nilai-nilai agama kepada anak, yang prosesnya
berlangsung pada masa pra lahir (dalam kandungan) dan pasca
lahir. Pentingnya penanaman nilai gama pada masa pra lahir,
didasarkan kepada pengamtan ahli pskologi terhadap orang-orang
yang mengalai gangguan jiwa. Hasil pengamatan tersebut
menunjukkan bahwa gangguan jiwa mereka dipengaruhi oleh
11

keadaan emosi atau sikap orang tua (terutama ibu) pada masa
merekaberada dalam kandungan.
Upaya orang tua dalam pengembangan jiwa beragama anak
pada masa kandungan dilakukan secara tidak langsung, karena
kegiatannya bersifat pengembangan sikap, kebiasaan, dan perilakuperilaku keagamaan pada diri orang tua itu sendiri.
Upaya-upaya yang seyogyanya dilakukan orang tua khususnya
ibu pada masa anak dalam kandungan itu diantaranya sebagai
berikut :
a. Membaca doa pada saat berhubungan seksual sebadan
suami-isteri
b. Meningkatkan kualitas ibadah shalat wajib dan sunat.
c. Melaksanakan shalat sunnat tahajjud.
d. Mentadarrus Al-Qur’an sampai khatam dan empelajari
tafsirnya.
e. Memperbanyak dzikir kepada Allah
f. Memanjatkan doa kepada allah yang terkait dengan
permohonan untuk memperoleh keturunan yang shalih.
g. Memperbanyak shodaqoh kepada fakir miskin atau yatim
piatu.
h. Menjauhkan

diri

dari

makan

atau

minuman

yang

diharamkan Allah
i. Memelihara diri dari ucapan atau perbuatan yang
diharamkan Allah.
Adapun upaya-upaya yang seyogyanya dilakukan orang tua
setelah anak lahir diantaranya sebagai berikut :
a. Pada saat anak berusia 7 hari, lakukanlah aqiqah, sebagai
sunnah Rosululloh SAW.
b. Orang tua hendaklah mendidika anak tentanng ajaran
agama
c. Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis
antar anggoat keluarga.
d. Orang tua seyogyanya memiliki kepribadian yang baik dan
berakhlakul karimah.
e. Orang tua hendaknya memperlakukan anak dengan cara
yang baik.
f. Orang tua hendaknya tidak memperlakukan anak secara
otoriter.
12



Ekonomi keluarga
Berbicara masalah ekonomi, manusia tidak akan ada puasnya.
namun hal itu tidak bisa dipungkiri karena ekonomi sangat
menunjang untuk kelanjutan hidup seseorang. Tidak lepas dari ini
juga bahwa salah satu faktor penting dalam keluarga yang
menyangkut kehidupan adalah ekonomi. Faktor ekonomi keluarga
berpangaruh terhadap jiwa beragama seseorang, misalkan ketika
seseorang menyadari dirinya tidak sesuai dengan orang lain sering
kali terbersit dalam dirinya rasa iri hati tanpa dia sendiri sadari oleh
akal sehatnya. Sehingga orang tersebut berani melakukan hal yang
tidak sepantasnya dilakukan menurut hukum dan agama ia lakukan.
Misalnya: maling, menipuan, korupsi dsb.
Jadi disini keluarga sangat berperan penting dalam hal tersebut,
karena kalau kelauarga tidak membimbingnya ke jalan yang benar
bisa saja ia mengikuti hawa nafsunya dan terjerumus kejalan yang

sesat.
b. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangmempunyai
program sistemik dalam melaksakan bimbingan, pengajaran, dan latihan
kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya
secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, psikis (intelektual dan
emosional), social, maupun moral spiritual.
Menurut Hurlock (1959) sekolah mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap kepribadian anak, karean sekolah merupakan substitusi dari
keluarga, dan guru substitusi dari orang tua.
Sejalan dengan fungsi dan perannya, maka sekolah sebagai
kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena
keterbatasan para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka
mereka diserahkan ke sekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan
masa depan anak-anak, terkadang orang tua sangat selektif dalam
menentukan tempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin
saja para orang tua yang berasal dari keluarga yang taat beragama akan
memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah agama. Sebaliknya, para orang
tua lain lebih mengarahkan anak mereka untuk masuk ke sekolah-sekolah
umum. Atau sebaliknya, para oran tua yang sulit menendalikan tingkah
13

laku anaknya akan memasukan anak- anak mereka ke sekolah agam
dengan harapan secara kelembagaan skolah tersebut dapat memberikan
pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak tersebut.
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan
memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan kepada anak.
Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebaut sangat tergantung
pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilainilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan
pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan
pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan
agama.
 Guru
Mengenai peranan guru (pendidik) dalam pendidikan akhlak anak,
Imam

Al-Ghazali

mengemukakan

bahwa

penyembuhan

badan

memerlukan seorang dokter yang tahu tentang tabiat badan serta macammacam penyakitnya dan cara-cara penyembuhannya. Demikian pula
halnya dengan penyembuhan jiwa dan akhlak. Keduanya membutuhkan
guru (pendidik) yang tahu tentang tabiat dan kekurangan jiwa manusia
serta tentang cara memperbaiki dan mendidiknya. Kebodohan dokter akan
merusak kesehatan orang sakit. Begitu juga kebodohan guru akan merusak
akhlak muridnya.
Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah Bergama anak
atau siswa, sekolah mempunyai peranan yang sangat penting . Peranan ini
terkait

dengan

upaya

mengembangkan

pemahaman,

pembiasaan,

mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia serta sikap apresiatif
terhadap ajaran atau hukm-hukum agama. Upaya-upaya itu adalah sebagai
berikut:
a. Dalam mengajar, guru agama hendaknya menggunakan pendekatan
(metode) yang bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonterasi, dan qishah. Sehingga anak tidak mersa jenuh ntuk
mengikutinya..
b. Dalam menjelaskan materi pelajaran, guru agama hendaknya tidak
terpaku pada teks atau materi itu saja, tetapi materi itu sebaiknya
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari., atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masyarakat.

14

c. Guru agama hendaknya memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa
semua ibadah ritual (mahdhoh) akan memberikan makan yang lebih
tinggi di hadapan Allah SWT, apabila nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap ibadah tersebut direfleksukan dalam kehidupan seharihari.
d. Guru agama hendaknya memiliki kepribadian yang mantap (akhlak
mulia), seperti jujur, bertanggung jawab, komitmen terhadap tugas,
disiplin dalam bekerja, kreatif, damn respek terhadap siswa.
e. Guru agama hendaknya menguasai bidang study yang diajarkannya
secara memadai, minimal maetri-materi yang terkandung dalam
kurikulum.
f. Guru agama hendaknya memahami ilu-ilmu lain yang relevan atau
yang menunjang kemampuannya dalam mengelola proses belajar
mengajar,

seperti

psikologi

pendidikan,

bimbingan

konseling,

metodologi pengajaran, administrasi pendidikan, dan lain-lain.
g. Pimpinan sekolah, guru-guru, dan pihak sekolah lainnya hendaknya
memberikan contoh tauladan yang baik dalam mengamalkan ajaran
agama.
h. Guru-guru

yang

mengjar

bidang

study

umum

hendaknya

mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam materi-materi pelajaran
yang diajarkannya.
i. Sekolah hendaknya menyediakan sarana ibadah (masjid) yang
memadai dan memfungsikannya secara optimal.
j. Sekolah hendaknya menyelenggarakan kegiatan

ekstrakurikuler

kerohanian bagi para siswa dan ceramah-ceramah atau diskusi
keagamaan secara rutin.
 Siswa
Guru merupakan orangtua ke 2 bagi siswa disekolah. Selain guru
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang siswa, teman-teman
siswa juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa tersebut.
contohnya dalam hal pergaulan, ketika dalam satu sekolah
mayoritas siswa nya nakal, kemudian ada salahsatu siswa yang
dikatakan baik, kalau melihat-lihat dari pergaulan, secara langsung
siswa tersebut akan terpengaruh oleh siswa yang nakal

15

Apa bila siswa tersebut tidak mempunyai jiwa beragama akan sangat
mudah terpengaruhi oleh pergaukan-pergaulan bebas (nakal).
c. Lingkungan Sosial
Yang dimaksud lingkungan masyarakat ini adalah situasi atau kondisi
interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh
terhadap

perkembangan

fitrah

beragama

anak

juga

remaja.

Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Dalam
masyarakat, anak atau remaja melakukan interaksi social dengan teman
sebayanya (peer group) atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman
sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
agama (berakhlak mulia), maka anak cenderung berakhlak mulia. Namun
apabila sebaliknya, yaitu perilaku teman sepergaulannya itu menunjukkan
kebobrokan moral, maka anak akan cenderung terpengaruh untuk
berperilaku seperti temannya tersebut. Hal ini terhadi, apabila anak kurang
mendapat bimbingan agama dari orang tuanya.
Mengenai dominannya pengaruh kelompok teman sebaya, Hurlock
mengemukakan bahwa “Standar atau aturan-aturan gang (kelompok
berteman) memberikan pengaruh kepada pandangan moral dan tingkah
laku para anggotanya.”Corak perilaku anak atau remaja merupakan cermin
dari perilaku warga masyarakat (orang dewasa) pada umumnya. Oleh
karena itu, disini dapat dikatakan bahwa kualitas perkembangan kesadaran
beragama anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau akhlak warga
masyarakat (orang dewasa) itu sendiri.
Kualitas pribadi, perilaku, atau akhlak orang dewasa yang kondusif
bagi perkembangan kesadaran beragama anak adalah mereka yang taat
melaksanakan ajaran agama, seperti ibadah ritual, menjalin persaudaraan,
saling menolong, dan bersikap jujur dan lain-lain yang berpengaruh positif
terhadap

perkembangan

kejiwaaan

beragama

anak.

Di sinilah terjadi hubungan antara lingkungan dan sikap masyarakat
terhadap nilai-nilai agama. Di lingkungan masayarakat santri barangkali
akan lebih memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan
dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan yang longgar
terhadap norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi peran
16

masyarakat akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut
menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri.
Dalam upaya mengembangkan jiwa beragama atau akhlak mulia anak
atau remaja, maka ketiga lingkungan tersebut secara sinerji harus
bekerjasama, dan bahu membahu untuk menciptakan iklim, suasana
lingkungan yang kondusif. Iklim yang kondusif tersebut ditandai dengan
berkembangnnya komitmen yang kuat dari masing-masing individu yang
mempunyai

kewajiban

moral(orang

tua,

pihak

sekolah,

pejabat

pemerintahan, dan warga masyarakat) untuk mengamalkan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Jadi faktor yang mendorong berkembang nya jiwa beragama terdapat dua
faktor:
A. Faktor internal :
 Fitrah (god spot)
 Kecerdasan
 Kesehatan
B. Faktor external
17





Keluarga
Sekolah
Lingkungan Masyarakat

DFTAR PUSTAKA
 http://rahasiaotakjenius.blogspot.com/2012/02/god-spot-titik-tuhan-dan-otakkanan.html#.UzDiKfu3DQg
 Rizal Asep, MA. Tafsir Ayat Pendidikan II perkemmbangan umat dan pembentukan
karakter, Bhakti Sabda Press: Tasikmalaya, 2010.
 http://www.mizan-poenya.co.cc/2011/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. [28

Maret 2011]
 http://frisma-suganda.blogspot.com/

18