KEHAMILAN REMAJA DITINJAU DARI ASPEK SOS

KEHAMILAN REMAJA DITINJAU DARI ASPEK SOSIOLOGI
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Kebidanan Komunitas yang di ampu oleh
Dr. Insi Farisa Desy

Disusun Oleh :
Fardilla Elba
Heni Haryani
Herlina Simanjuntak
Lina Haryani
Marliana Rahma
Sri Wahyuningsih

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN
KELAS KHUSUS JAWA BARAT
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang
sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan beberapa data, di antaranya dari
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32
persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia
(Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain
juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan
seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan
saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di antaranya
berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai
jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas.
Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara)
Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah,
72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih
dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat
98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah
melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan
mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh
wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada
230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi
setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari 100 remaja

melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada
remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun.
Selain itu survei yang dilakukan BKKBN pada akhir 2008
menyatakan, 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan
seks pranikah. Para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu
kali tidak menyebabkan kehamilan.

Kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) tidak menginginkan terjadinya kelahiran sebagai
akibat kehamilan. Terjadinya kehamilan disini dapat diakibatkan oleh
perilaku atau hubungan seksual yang disengaja maupun tidak disengaja
seperti perkosaan. Banyak kejadian yang menunjukkan orang yang tidak
bertanggung jawab atas kejadian ini.
WHO pada tahun 2000 memperkirakan 2/3 kehamlan didunia
merupakan Kehamilan tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta /tahun. Di
Indonesia

sendiri

diperkirakan


sekitar

1

juta

perempuan

mengalami Kehamilan tidak diinginkan tiap tahunnya. Kejadian ini dapat
menimpa pasangan yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Bagi
yang belum menikah beberapa pasangan bertanggung jawab dengan
melakukan pernikahan, sedangkan beberapa yang lain melakukan aborsi atau
pengguguran kandungan. Aborsi sebagian besar adalah aborsi criminal.
Kadang-kadang aborsi dilakukan tidak dengan cara aman sehingga dapat
mengakibatkan dampak-dampak tertentu.
Kehamilan tidak diinginkan bagi pasangan yang belum menikah dan
keluarganya merupakan sebuah aib terutama bagi masyarakat peradaban
timur seperti Indonesia. Bagi mereka ini adalah sebuah dilemma. Disatu sisi
kalau dipertahankan maka harus membuang rasa malu. Kalau diteruskan

tentunya harus ada yang “bertanggung jawab” terhadap calon bayi tersebut
agar mempunyai ayah. Disamping itu juga harus mempertimbangkan
pendidikan si calon ibu dan bagaimana dengan risiko yang akan dihadapi saat
bersalin. Disisi lain kalau digugurkan maka akan melanggar Undang-undang
serta norma dan ajaran agama. Kebanyakan mereka melakukan aborsi pada
tenaga dukun, dikarenakan rasa malu dan pihak laki-laki tidak mau
bertanggung jawab.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas didapatkan rumusan masalah adalah
bagaimana kehamilan remaja ditinjau dari aspek sosiologi?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas didapatkan tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kehamilan remaja ditinjau dari aspek sosioloogi.
D. Kerangka Pemikiran/Logical Frame Work
E. Metode penelitian yang dilakukan

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian
Istilah “Remaja” berasal dari bahasa latin “Adolescere” yang berarti
remaja. Jhon Pieget, (dalam Lapu,2010) mengungkapkan; secara psikologi
masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih
tua, melainkan berada dalam tingkat yang sama.
Lapu (2010) juga menuliskan bahwa masa remaja adalah masa transisi
atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis & psikososial. Masa

remaja

memanglah masa-masa yang paling indah. Karena pencarian jati diri
seseorang terjadi pada masa remaja. Namun, di masa remaja seseorang
dapat terjerumus ke dalam kehidupan yang dapat merusak masa depan. Hal
itu dapat terjadi apabila remaja melakukan hal-hal menyimpang yang biasa
disebut dengan kenakalan remaja.
Menurut para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang ilmuan
sosiologi, (dalam Lapu, 2010) mengemukakan pendapatnya bahwa kenakalan
remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency

merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu
bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang.
Anonim (2010) menyebutkan kenakalan remaja meliputi semua
prilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dialukukan
oleh remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
sekitarnya. Sedangkan Daryanto (1997) menyebutkan kenakalan dengan kata
dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak
menurut, sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik
dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang
melanggar norma kehidupan masyarakat.
Dalam tulisan-tulisan lain, kenakalan remaja diartikan sebagai suatu
outcome dari suatu proses yang menunjukkan penyimpangan tingkah laku

atau pelanggaran terhadap norma-norma yang ada.

Kenakalan remaja

disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi, faktor keluarga yang
merupakan lingkungan utama (Willis, 1994), maupun faktor lingkungan

sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang anak.
(Mulyono, 1995).
Berbagai macam faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja,
yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan hubungan orang tua–anak, gaya
pengasuhan orang tua, pola disiplin orang tua, serta pola komunikasi dalam
keluarga) dan faktor lain di luar keluarga (seperti hubungan dengan kelompok
bermain atau ‘peer group’, ketersediaan berbagai sarana seperti gedung
bioskop, diskotik, tempat-tempat hiburan, televisi, VCD, internet, akses
kepada obat-obat terlarang dan buku-buku porno serta minuman beralkohol).
(Gunarsa,1995).
Dari berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja, seks
bebas selalu menjadi bahasan menarik dalam berbagai tulisan selain kasus
narkoba dan tawuran pelajar. Seks bebas merupakan tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku.
Faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah menonton
film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan
kurangnya

peran


dan

perhatian

orang

tua

kepada

anaknya.

(Anonim, 2010).
Anonim (2009) juga menyatakan bahwa seks bebas adalah hubungan
seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau
dalam dunia prostitusi. Perilaku seksual diluar nikah terjadi sebagai akibat
masuknya kebudayaan barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat
bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial pada masyarakat
Indonesia. Masuknya paham Children Of God (COG) sangat bertentangan
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya COG adalah

Free Sex (seks bebas) merupakan kebebasan hubungan seksual di luar nikah.

DAFTAR PUSTAKA
http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2010/07/14/seks-bebas-dikalangan-remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalanatau-gaya-hidup/