BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - Bab III

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamis Tahun 2014- 2019 sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD Kabupaten Ciamis pada pelaksanaan RPJMD Tahap Ketiga diprioritaskan pada penguatan dan merintis pemantapan peningkatan produksi daerah melalui pemantapan komoditi unggulan daerah yang mempunyai daya saing regional dan nasional, penguatan iklim berusaha dan investasi : penguatan promosi, kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung investasi, serta penguatan daya saing kelompok ekonomi produktif dan koperasi yang ditandai dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) berkualitas, tinggi dan meratanya PDRB perkapita, semakin menguatnya kemampuan daya beli masyarakat, dan meningkatnya jumlah investasi.

Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2013 (kondisi masih termasuk Kabupaten Pangandaran), dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan global, maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamismasih diprioritaskan pada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB yaitu sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Jasa-jasa. Ketiga sektor ini memberi kontribusi sebesar 74,16%, dengan demikian apabila fokus pembangunan diarahkan pada ketiga sektor tersebut, maka akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan kondisi setelah terbentuknya Kabupaten Pangandaran, maka sektor dominan masih tetap pada ketiga sektor tersebut. Sektor-sektor lain yang memiliki prospek yang baik dimasa datang yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Industri Pengolahan. Sementara itu, sektor lainnya diarahkan untuk menjadi pendukung. Kebijakan pembangunan ekonomi pada masing-masing sektor dapat diarahkan antara lain pada :

1. Sektor Pertanian : penguatan penataan agribisnis yang difokuskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi melalui intensifikasi tanaman dan ternak yang berbasis wilayah/kawasan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian melalui penguatan infrastruktur pendukung, penguatan pengembangan sumberdaya manusia, penguatan pengembangan usaha bidang pertanian, penerapan teknologi produksi pertanian (pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan), peningkatan ketahanan pangan, pembinaan industri hasil pertanian, peningkatan mutu dan standarisasi produk, fasilitasi sertifikasi komoditi unggulan, pencegahan dan penanggulangan hama/penyakit, konservasi lahan, diversifikasi usaha, pengolahan hasil dan peningkatan nilai tambah di tingkat petani, fasilitasi pemasaran produk/pasca panen dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan 1. Sektor Pertanian : penguatan penataan agribisnis yang difokuskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi melalui intensifikasi tanaman dan ternak yang berbasis wilayah/kawasan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian melalui penguatan infrastruktur pendukung, penguatan pengembangan sumberdaya manusia, penguatan pengembangan usaha bidang pertanian, penerapan teknologi produksi pertanian (pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan), peningkatan ketahanan pangan, pembinaan industri hasil pertanian, peningkatan mutu dan standarisasi produk, fasilitasi sertifikasi komoditi unggulan, pencegahan dan penanggulangan hama/penyakit, konservasi lahan, diversifikasi usaha, pengolahan hasil dan peningkatan nilai tambah di tingkat petani, fasilitasi pemasaran produk/pasca panen dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Arah pembangunan perdagangan yaitu revitalisasi dan pengembangan prasarana perdagangan (salah satunya penataan pasar tradisional), pembinaan pelaku usaha perdagangan, serta pengembangan pasar modern untuk mendukung pemasaran produk unggulan daerah. Sedangkan pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi diupayakan pada fasilitasi pembinaan manjemen kelembagaan.Dalam rangka mendukung pengembangan industri dan perdagangan dilaksanakan melalui peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan antar daerah dan wilayah, peningkatan promosi investasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku industri kecil, peningkatan kualitas produk unggulan daerah yang dapat memenuhi standar dan kompetitif baik untuk pasar lokal maupun ekspor, penyediaan bahan baku lokal, penguasaan teknologi, optimalisasi sistem tata niaga, pengendalian kenaikan harga-harga yang menurunkan daya beli masyarakat, mengurangi ketergantungan sektor industri, perdagangan dan UMKM terhadap bahan baku penolong dan jasa dari luar daerah, optimalisasi peranan pelaku industri, perdagangan, koperasi & UMKM dalam sektor perekonomian daerah, dan fasilitasi permodalan usaha (peningkatan akses permodalan) dan lembaga penjaminan kredit. Dalam sub sektor pariwisata (hotel dan restoran) diarahkan untuk meningkatkan promosi wisata, serta penguatan jejaring kepariwisataan, optimalisasi peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan, menciptakan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang sesuai dengan standar produk wisata serta menciptakan varian wisata baru yang kompetitif sesuai dengan tuntutan pasar.

3. Sektor Jasa-jasa : mengoptimalkan belanja pemerintah termasuk belanja aparat desa, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi peningkatan layanan pendidikan bagi siswa, kesejahteraan guru, penyediaan layanan kesehatan meliputi peningkatan layanan Rumah Sakit (pemerintah maupun swasta) dan Puskesmas, peningkatan peralatan medis, peningkatan jumlah dokter; peningkatan pelayanan jasa hiburan dan rekreasi; fasilitasi usaha jasa perorangan dan rumah tangga; serta peningkatan layanan palang merah, panti asuhan, rumah ibadat, dan sejenisnya.

3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan 2013

Kondisi ekonomi daerah menggambarkan kondisi dan analisis data statistik perekonomian daerah, yang antara lain mencakup : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat inflasi, sumbangan sektoral, dan indikator pembangunan daerah bidang ekonomi lainnya yang tersedia di daerah, baik pada tahun 2012 dan 2013. Secara garis besar, kondisi ekonomi makro tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut :

Secara umum kinerja perekonomian dilihat dari pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ciamis mengalami pertumbuhan positif, dimana pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,01%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikandimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 4,99%, sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami perlambatan Secara umum kinerja perekonomian dilihat dari pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ciamis mengalami pertumbuhan positif, dimana pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,01%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikandimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 4,99%, sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami perlambatan

Tabel 3.1

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2010 - 2013 (Persen)

Tahun KABUPATEN/PROVINSI

2013 2014 Kabupaten Ciamis (%)

Provinsi Jawa Barat (%)

6,06 5,07 Sumber : BPS Kabupaten Ciamis

Total angka Produksi Domestik Regional Bruto meningkat dari tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan positif.Hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi produksi secara umum senantiasa meningkat. Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Ciamis Tahun 2013 meningkat sebesar 3,066 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2012, peningkatannya lebih besar dibanding capaian tahun 2012 yang meningkat sebesar 1,835 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2011.

Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebesar 0,2% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai LPE sebesar 4,99%. Kemudian pada tahun 2013, sektor pertanian memberikan berkontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis yaitu berkontribusi sebesar 28,36% dengan percepatan laju pertumbuhan sektor pertanian dari 0,29% pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 0,67% pada tahun 2013.

Dilihat dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 9,27%, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 7,82%, dan sektor Jasa-jasasebesar 7,41%. Sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian,sektor Bangunan serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai pertumbuhan positif namun masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis, masing-masing sebesar 0,67%; 2,03%; 2,15%; dan 3,46. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif.

Beberapa hasil positif yang telah dicapai pada pembangunan skala nasional antara lain pulihnya stabilitas sistem keuangan, menguatnya nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat inflasi, dan cukup tingginya pertumbuhan ekonomi; telah memupuk optimisme dalam perencanaan pembangunan di Jawa Barat. Namun demikian, asumsi yang ditetapkan pada saat itu tidak semuanya berjalan sesuai rencana sehingga proyeksi yang ditetapkan oleh Provinsi Jawa Barat dirasakan terlalu tinggi sehingga dilakukan penyesuaian dengan kondisi dan perkembangan yang terjadi di Kabupaten Ciamis.

Berikut ini disajikan data proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis tahun 2011 – 2013 :

Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2011-2013 Lapangan Usaha

Sektor Primer

6.875.873,78 28,36 2 Pertambangan dan

Sektor Sekunder

3 Industri Pengolahan

1.651.547,16 6,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor Tersier

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

6.657.779,26 6,81 7 Pengangkutan dan

2.277.862,07 0,72 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

Produk Domestik Regional Bruto

Keterangan : ***) BPS, Tahun 2014 (angka sangat-sangat sementara)

Tabel 3.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-20123 Lapangan Usaha

2013 ***) Sektor Primer

2.271.891,00 26,39 2 Pertambangan dan

Sektor Sekunder

653.758,09 7,59 4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3 Industri Pengolahan

Sektor Tersier

2.459.633,57 28,57 7 Pengangkutan dan

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

678.669,70 7,88 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

Produk Domestik Regional Bruto

Keterangan : ***) BPS, Tahun 2014 (angka sangat-sangat sementara)

Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013, Menurut Lapangan Usaha (Persen)

TAHUN LAPANGAN USAHA

2 Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

7 Pengangkutan dan Komunikasi

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kinerja perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2013 yang tergambarkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 8,61 Trilyun dari tahun 2012 yang sebesar Rp 8,199 Trilyun. Pada tahun 2013, nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 5,01% menjadi Rp 8,61 trilyun. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektor- sektor pada tahun 2013 dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata LPE Kabupaten Ciamis (>5,01%), terdiri dari Listrik, Gas dan Air Bersih (9,27%); sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,82%); Jasa-jasa (7,41%); Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (7,05%); sertaIndustri Pengolahan (6,78%).

2. Kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis (<5,01%), terdiri dari Pengangkutan dan Komunikasi (3,46%);Bangunan (2,15%);Pertambangan dan Penggalian (2,03%); serta Pertanian (0,67%).

3. Kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Tidak ada sektor yang masuk ke dalam kelompok ini.

Sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; kemudian sektor Jasa-jasa. Nilai PDRB ketiga sektor tersebut, atas dasar harga berlaku masing-masing sebesar Rp. 6,875 Trilyun (Pertanian), Rp. 6,657 Trilyun (PHR) dan Rp. 4,447 Trilyun (Jasa-jasa), sedangkan atas dasar harga konstan, nilai PDRB sektor Pertanian sebesar Rp 2,271 Trilyun, sektor Perdagangan Hotel & Restoran Rp 2,459 Trilyun dan sektor Jasa-jasa sebesar Rp 1,524 Trilyun.

Berdasarkan pengelompokan kegiatan ekonomi yang dibedakan ke dalam sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier, kinerja masing-masing sektor atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 – 2013, masih didominasi oleh sektor tersier, primer, dan yang terakhir sekunder. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) dari sektor tersier pada tahun 2013 mencapai Rp. 14,808 Trilyun atau meningkat 0,89 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai Rp.12,746 Trilyun. Sektor primer ada tahun 2011 mengalami pergeseran ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 1,11 persen yaitu dari kontribusi sebesar 30,23% pada tahun 2011 menjadi sebesar 29,12% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,47%menjadi sebesar 28,65%. Kelompok sekunder mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,42 persen atau dari Rp. 2,265 Trilyun (10,70%) pada tahun 2012 menjadi Rp. 2,491 Trilyun (10,28%) pada Tahun 2013.

Tingkat kemakmuran masyarakat secara makro yang digambarkan dengan indikator pendapatan perkapita. PDRB perkapita Kabupaten Ciamis terus mengalami peningkatan selama periode tahun 2012-2013. Tahun 2012, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp.13,55 juta, dan pada tahun 2013 sebesar Rp.15,47 juta. Sementara itu, PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 meningkat dari Rp 5.25 juta pada tahun 2012 menjadi Rp 5,49 juta pada tahun 2013.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 cukup memuaskan dan PDRB perkapita yang terus meningkat, dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Ketimpangan pendapatan sedikit berkurang yang tercermin dalam Indeks Gini(IG) pada tahun 2012 mencapai 0,27, dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 0,29.

Ketimpangan wilayah yang tercermin dari perbedaan nilai PDRB antar kecamatan di Kabupaten Ciamis, dimana Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Banjarsari merupakan wilayah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Ciamis. Dalam dua tahun terakhir nilai PDRB di dua kecamatan tersebut diatas 1 trilyun rupiah (atas dasar harga berlaku). Sedangkan Kecamatan Lumbung, Sukamantri dan Cimaragas memilki PDRB dibawah 250 milyar rupiah (atas dasar harga berlaku).

Struktur perekonomian suatu kecamatan sangat ditentukan olehbesarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang danjasa. Sektor pertanian merupakan sektor yangmasih memegang peranan penting dalam pembentukan PDRB diKabupaten Ciamis, hal ini karena sebagian besar kecamatan di KabupatenCiamis peranan sektor Pertanian cukup dominan.

Berdasarkan hasil survey BPS, pada tahun 2012sektor Pertanian memberikan kontribusi diatas 30% pada 20 kecamatan (55,6%) dari 36 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis (termasuk Kabupaten Pangandaran). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di 20 kecamatan tersebut masih sangat tergantung pada sektor pertanian, yaitu Kecamatan Mangunjaya,Banjarsari, Padaherang, Cipaku, Rajadesa, Panawangan, Langkaplancar, Cimerak, Cihaurbeuti, Sukadana, Parigi, Pamarican, Cisaga, Lakbok, Purwadadi, Cimaragas, Cijulang, Tambaksari, Cidolog, dan Cigugur.

Secara umum, pada tahun 2013 inflasi di Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam tingkat inflasi ringan atau inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi kurang dari 10% per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar dan belum mengganggu perekonomian secara menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini diyakini mampu mendorong peningkatan pendapatan nasional.

Tingkat inflasi Kabupaten Ciamis tahun 2013mencapai 7,21% dengan 9 kali inflasi bulanan dan tiga kali deflasi dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar

4,31%, dan berada di bawah tingkat inflasi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebesar 9,15% .

Pada tahun 2013 terjadi inflasi selama 9 bulan, sedangkan deflasi hanya terjadi selama bulan yaitu pada bulan April, September dan November. Inflasi tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 3,72 persen sedangkan deflasi tertinggi yaitu pada bulan April yaitu sebesar 0,25 persen.Pada awal tahun yaitu pada Januari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,83 persen. Kenaikan harga ini disumbang oleh kelompok Bahan Makanan dengan andil inflasi tertinggi sebesar 0,6193 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah kelompok Sandang sebesar 0,0399 persen. Bulan Februari terjadi inflasi sebesar 0,91 persen dengan kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,3137 persen. Pada bulan Maret terjadi inflasi sebesar 0,44 persen dengan Kelompok Bahan Makanan sebagai penyumbang tertinggi terjadinya inflasi yaitu sebesar 0,25 persen, kelompok bahan makanan deflasi sebesar 0,2191 persen.

Pada bulan April 2013 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen, dengan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah kempok makanan sebesar 0,2156 persen. Bulan Mei sampai dengan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen pada bulan Mei, sebesar 0,84 persen pada bulan Juni, sebesar 3,72 persen pada bulan Juli dan sebesar 0,36 persen pada bulan Agustus. Inflasi pada bulan Juli sangat tinggi bahkan hampir tidak diperkirakan sebelumnya sebagai akibat dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memberikan dampak melambungnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.

Pada bulan September kembali terjadi deflasi sebesar 0.03 persen. Kelompok penyumbang terjadinya deflasi pada bulan ini adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,2919 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil inflasi adalah kelompok sandang sebesar 0,2130 persen. Pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,11 persen, bulan November terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dan bulan Desember terjadi inflasi sebesar 0,16 persen.

Fluktuasi kenaikan harga komoditas bahan kebutuhan pokok khususnya beras relatif sering terjadi sepanjang tahun 2013. Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan kontrol terhadap perubahan harga komoditas bahan kebutuhan pokok agar lebih mudah mendeteksi kelangkaan pasokan dan dipersiapkan langkah dan strategi untuk mengatasinya agar masyarakat dapat terpenuhi.

Gambaran kondisi sosial masyarakat Kabupaten Ciamis dapat dilihat diantaranya dari indikator ketenagakerjaan dan kemiskinan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Ciamis, dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua pertiga penduduk Kabupaten Ciamis termasuk dalam angkatan kerja. Pasar tenaga kerja Kabupaten Ciamis juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai lebih dari 65,18 persen pada tahun 2012. Menurut struktur umurnya, penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2012 didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 1.018.746 orang (65,18%), sisanya kelompok usia muda (0-14 tahun) sebanyak 415.597 orang (26,72%) dan usia tua (75 tahun keatas ) sebanyak 126.540 orang (8,10%).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Ciamis Tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011, yaitu sebesar 8,44 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 5,28 pada Tahun 2012 walaupun jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan dari Tahun 2011 sebesar 711.501 orang menjadi 790.395 orang. Penurunan tingkat pengangguran ini ditunjang dengan tingkat kesempatan kerja yang menunjukkan peningkatan dari sebesar 91,56 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 94,72 pada Tahun 2012. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong penyerapan tenaga kerja yang besar terutama sektor perdagangan hotel dan restoran.

Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis terus mengalami peningkatan. UMK Kabupaten Ciamis meningkat dari Rp 741.800 pada tahun 2011 menjadi Rp. 854.075 pada tahun 2012.

Tabel 3.5 Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Kabupaten Ciamis Tahun 2012-2013

1 Penduduk Miskin

Jumlah (orang)

2 Indikator Ketenagakerjaan Angkatan Kerja (orang)

785.000 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

5,2 Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)

94,8 Upah Minimum Kabupaten (Rupiah)

3 Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita)

Sumber: BPS Kab. Ciamis, 2014

Ukuran kemiskinan yang digunakan untuk memberikan gambaran tingkat kemiskinan di Kabupaten Ciamis untuk mengukur kemajuan pengembangan wilayah menggunakan angka kemiskinan agregat, atau yang sering disebut angka kemiskinan makro. Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah pendekatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis Kemiskinan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan konsumsi rumah tangga. Angka Garis Kemiskinan tahun 2013 sebesar Rp.274.000,- per kapita/bulan, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar Rp.260.985,- per kapita/bulan. Tidak hanya faktor meningkatnya konsumsi rumah tangga, naiknya harga kebutuhan pokok makanan dan non makanan juga ikut memicu Ukuran kemiskinan yang digunakan untuk memberikan gambaran tingkat kemiskinan di Kabupaten Ciamis untuk mengukur kemajuan pengembangan wilayah menggunakan angka kemiskinan agregat, atau yang sering disebut angka kemiskinan makro. Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah pendekatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis Kemiskinan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan konsumsi rumah tangga. Angka Garis Kemiskinan tahun 2013 sebesar Rp.274.000,- per kapita/bulan, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar Rp.260.985,- per kapita/bulan. Tidak hanya faktor meningkatnya konsumsi rumah tangga, naiknya harga kebutuhan pokok makanan dan non makanan juga ikut memicu

Berbagai kebijakan telah disusun dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam bentuk program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan anggaran pusat, provinsi maupun pemerintah daerah tentunya tercermin dari penurunan jumlah peduduk miskin.

Penduduk miskin pada tahun 2013 di Kabupaten Ciamis menurut perhitungan sementara mencapai jumlah 147.292 jiwa atau 9,4%. Kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 148.600 jiwa atau 9,61% atau turun sebesar 0,21%, sehingga masih banyak upaya yang harus dilaksanakan untuk lebih menurunkan angka kemiskinan ini.

Gambaran perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, serta Proyeksi Tahun 2014 dan 2015 yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Makro Kabupaten Ciamis

Tahun 2011 – 2013 dan Proyeksi 2014 – 2015

Proyeksi No

Realisasi

Indikator Makro

Tahun 2014 Tahun 2015 1 2 3 4 5 7 8 9

1. PDRB (Harga Berlaku)

Juta Rupiah

2. PDRB (Harga Konstan)

Juta Rupiah

3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB Harga Konstan tahun tertentu

5,05 5,05 (LPE) 4. Tingkat Inflasi

5. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral

(Harga Berlaku) : - Pertanian

4.871.799,65 5.198.172,87 - Pertambangan dan

Juta Rupiah

33.807,42 36.705,98 - Industri Pengolahan

Penggalian

Juta Rupiah

1.592.397,78 1.817.653,18 - Listrik, Gas dan Air Bersih

Juta Rupiah

159.936,67 189.048,64 - Bangunan

Juta Rupiah

567.312,86 624.539,63 - Perdagangan, Hotel dan

Juta Rupiah

5.156.949,59 5.858.711,01 - Pengangkutan dan

Restoran

Juta Rupiah

2.296.263,73 2.474.192,02 - Keuangan, Persewaan

Komunikasi

Juta Rupiah

1.271.410,68 1.450.873,82 - Jasa-jasa

dan Jasa Perusahaan

Juta Rupiah

Juta Rupiah

6. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan: -

Pendapatan Perkapita

Rp.juta

Kemampuan Investasi

- Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Index)

- Besaran IPM

AMH (%) *15 Tahun +

AHH * (Tahun)

RLS *15 Tahun +

Daya Beli

Sumber : BPS Kab. Ciamis, 2014 Keterangan: Realisasi tahun 2011-2013, masih termasih Kab. Pangandaran

Proyeksi tahun 2014-2015, pasca terbentuk Kab. Pangandaran

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan PerkiraanTahun 2015

Perkembangan perekonomian Kabupaten Ciamis baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang berkembang saat ini dan yang akan datang, baik pada prospek tataran global, nasional, lingkungan regional Jawa Barat,

dan lingkungan Kabupaten Ciamis sendiri.

Global dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013 menjadi 3,1% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat.Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013 menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian Eropa akan lebih baik, keluar dari krisis, tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen.

Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada tahun 2014. Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5 persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri.Untuk perekonomian nasional, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat menjadi 5,3 persen pada tahun 2014, dari 5,6 persen pada tahun 2013. Sebagian besar dari perlambatan tersebut didorong oleh pengurangan pengeluaran investasi yang tumbuh hanya 4,5 persen pada kuartal ketiga, yang tercerminkan terutama dalam penurunan investasi mesin dan peralatan. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014, di kisaran 5,8 persen sampai 6,1 persen.

Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan diantaranya adanya bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50% populasi Indonesia adalah generasi muda usia produktif antara 14-54 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan, demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian besar masyarakat berusia produktif. Mereka akan menyumbang peningkatan kelas menengah dan tentu saja dapat menggerakkan perekonomian dalam negeri.Sumber daya alam dan energi yang dimiliki di Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui, kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya. Selain itu, SDA yang dimiliki negara ini juga beragam dan sangat banyak.Kelebihan

Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global yang melanda AS dan Eropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh bahkan diatas 6%. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat.

Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Indonesia terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh UMKM dan 90% pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk

dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah. Sebanyak 53% populasi di kotamenyumbangkan 71% GDP total dengan 55 juta tenaga kerja terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US$0,5 triliun per tahun.Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7 dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71% dan menyumbangkan 86% GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US$1,8 triliun.

Jawa Barat

Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional, dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 3.7. Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Jawa Barat Tahun 2015-2016

Proyeksi No.

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen)

2. Inflasi (persen)

4. Laju Pertumbuhan Investasi (persen)

5. Tingkat Pengangguran Terbuka

7,5 – 7,0 (persen)

8,0 - 7,5

Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional, maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016.Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada kisaran 6,8 – 5,9 persen dan tahun 2016 sekitar 5,9 – 5,0 persen. Sejalan dengan tingkat kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga akan memiliki kecenderungan trend Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional, maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016.Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada kisaran 6,8 – 5,9 persen dan tahun 2016 sekitar 5,9 – 5,0 persen. Sejalan dengan tingkat kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga akan memiliki kecenderungan trend

Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah. Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam bentuk investasi non bangunan.

Ekspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri.

Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014- 2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik dan memiliki ketergantungan impor tinggi. Sebagian industri di Jawa Barat mengandalkan bahan baku impor untuk produksinya, seperti sektor TPT dan komponen otomotif.

Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan semakin mereda, kondisi ini seiring dengan telah berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian, tekanan inflasi diperkirakan muncul dari berbagai pengaruh seperti kenaikan tarif listrik, faktor cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian.

Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2014-2016 yang dilakukan oleh Tim Ekonomi Makro Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan

a. Jumlah penduduk dan tingginya kunjungan penduduk luar wilayah merupakan potensi pasar

b. Minat perusahaan yang akan melakukan investasi di Jabar tinggi (info BKPPMD Jabar)

c. Ekspektasi positif pelaku usaha dan konsumen positif terhadap perekonomian Jabar ke depan (survei BI)

d. Permintaan akan meningkat sejalan dengan kenaikkan pendapatan d. Permintaan akan meningkat sejalan dengan kenaikkan pendapatan

f. Kredit meningkat

2. Kelemahan

a. Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksi

b. Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi

c. Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi

d. Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

e. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relative besar, sehingga program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja harus masih menjadi prioritas.

3. Peluang

a. Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerika

b. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektor usaha

c. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi

4. Tantangan

a. Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga

b. Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi

c. Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014, sehingga perlu adanya upaya-upaya yang kongkrit untuk mencapai target tersebut.

d. tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan. Perlu adanya upaya peningkatan produksi pangan melalui perbaikan system perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitas sarana produksi.

e. Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakin terasa, sehingga untuk antisipasinya perlu ada upaya peningkatan eksplorasi dan pengembangan sumber energy alternative.

f. Terjadinya penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa Barat di Pasar Global seperti tekstil dan lain-lain, perlu ada upaya peningkatan daya saing produk Jawa Barat.

g. Di bidang tekhnologi, peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relative rendah, sehingga perlu adanya upaya peningkatan peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penilitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan Jawa Barat.

h. Tuntutan upah minimum kerja semakin mencuat di beberapa daerah industri.

i. Penciptaan keterkaitan industri pengolah dengan sumber daya lokal.

j. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan.

Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek dalam menghadapi tantangan tersebut. Prospek perekonomian Jawa Barat adalah:

1. Internal

a. Bidang Pertanian/pangan Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede

b. Bidang Industri Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil dan mikro

c. Bidang Energi Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian.

d. Bidang Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak.

2. Eksternal

a. Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan olahannya.

b. Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia  Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang

dalam peningkatan sektor industri.  Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China (mewakili Pusat Perdagangan Luar Negeri China) melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar

Dagang dan Industri Jabar. Cina merencanakan akan membuka pabrik tekstil di Jawa Barat sebagai bentuk investasi Cina di bidang manufaktur di Indonesia

c. Kesiapan Jawa Barat menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan peningkatan daya saingnya (skill, dll), supaya berkontribusi dominan terhadap lapangan kerja AEC. Program Jabar mengembara pada tahun 2013 harus mampu mempersiapkan tenaga Jawa Barat dalam kancah AEC.

d. MP3EI Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek berupa kebijakan Jawa Barat dalam penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja industri Jawa Barat.

Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015 diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut:

1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota yang relatif rendah dengan memacu sektor unggulan masing-masing kabupaten/kota tersebut.

2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada pembangunan Jawa Barat tahun 2015.

3. Regulasi perizinan yang pro bisnis (perijinan kondusif) dan membenahi permasalahan yang menghambat laju investasi dan daya saing produk.

4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi kreatif.

5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian (irigasi dan jalan).

6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif.

7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR (peningkatan pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan).

8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya Asean Economic Community tahun 2015 (untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja Jawa barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha).

Sejalan dengan membaiknya perekonomian global, nasional dan regional Jawa Barat sedikit banyak berdampak pula pada pemulihan perekonomian Kabupaten Ciamis dengan karakteristik pada sisi produksi didominasi oleh sektor pertanian; Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Jasa-jasa. Berdasarkan data selama sepuluh tahun terakhir, sektor-sektor ini yang masih akan berpengaruh besar terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis. Namun demikian laju pertumbuhan sektor pertanian sangat lambat dibandingkan dengan sektor lainnya, sedangkan sektor Industri Pengolahan menunjukan peningkatan laju pertumbuhan yang semakin baik. Berdasarkan data historis dari tahun 2001 sampai tahun 2013 serta memperhatikan berbagai fenomena global maupun nasional, perekonomian Ciamis pada tahun 2014setelah terbentunya Kabupaten Pangandaran diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,05%; dan pada tahun 2015 akan tetap sebesar 5,05%.

Kekhawatiran dampak ACFTA dan AEC pada tahun 2015 sebaiknya tidak dianggap sebagai sebuah ancaman, namun sebagai peluang bagi industri di kabupaten Ciamis untuk lebih meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Sehingga untuk menghadapi dunia usaha yang kompetitif, maka sinergitas antara pelaku usaha, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta instansi terkait perlu terus ditingkatkan. Permasalahan yang menghambat daya saing produk harus segera dibenahi seperti perbaikan infrastruktur, Kekhawatiran dampak ACFTA dan AEC pada tahun 2015 sebaiknya tidak dianggap sebagai sebuah ancaman, namun sebagai peluang bagi industri di kabupaten Ciamis untuk lebih meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Sehingga untuk menghadapi dunia usaha yang kompetitif, maka sinergitas antara pelaku usaha, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta instansi terkait perlu terus ditingkatkan. Permasalahan yang menghambat daya saing produk harus segera dibenahi seperti perbaikan infrastruktur,

Begitupun halnya dengan prioritas pembangunan di dalam dokumen rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Ciamis. Pertama, pengembangan sarana dan prasarana pendukung investasi dapat menunjang kegiatan investasi baik oleh pelaku ekonomi lokal maupuan dari luar. Pengembangan tersebut berpotensi besar untuk menarik investor dalam mengembangkan usahanya di Kabupaten Ciamis. Sarana dan prasarana pendukung investasi yang memadai dapat mengurangi tekanan biaya transaksi bagi seluruh pelaku usaha termasuk investor, sehingga memberikan keadaan ekonomi yang dapat menunjang profitabilitas usahanya. Kedua, penataan agribisnis dapat mengungkit salah satu masalah pada sektor pertanian. Khususnya, pada sektor hilir, penataan agribisnis dapat memperluas informasi permintaan pasar produk pertanian primer, dan lebih dari itu dapat mempertajam sinyal pasar bagi petani dan pelaku usaha yang menjadi rantai berikutnya. Ketiga, profesionalisme manajemen pariwisata berpotensi untuk menambah arus masuk wisatawan ke Kabupaten Ciamis. Implikasinya, kegiatan ekonomi perdagangan-hotel- restoran akan turut terungkit, dan sektor tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang. Bahkan rencana tersebut akan paralel dengan potensi pengembangan investasi. Sektor pariwisata menjadi alternatif investasi bagi calon investor. Keempat, pengembangan kawasan agropolitan dan lumbung padi, berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekonomi sektor pertanian, perdagangan komoditi pertanian, dan industri pengolahannya. Prioritas pembangunan ini dapat berjalan bersama dengan program pengembangan industri rumahtangga pengolan produk pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan baru. Kelima, revitalisasi dan pengembangan sarana perdagangan dan pengembangan pasar modern berpotensi untuk semakin memperkuat peranan ekonomi sektor perdagangan di Kabupaten Ciamis. Keenam, program peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan dan investasi sangat berpotensi untuk meningkatkan nilai produksi sektor ekonomi yang merespon permintaan di luar Kabupaten Ciamis. Program kerjasama investasi juga dapat memperluas peluang arus masuk investor ke Kabupaten Ciamis. Secara operasional, arah pengembangan dalam dokumen perencanaan jangka panjang telah difasilitasi oleh informasi mengenai lokasi pengembangannya yang tertera pada dokumen RTRW Kabupaten Ciamis.

Kegiatan ekonomi Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten Ciamis. Implikasi ekonomi dibalik kinerja ekonomi lapangan usaha tersebut memberikan optimisme bagi perbaikan perekonomian ke depan. Kecenderungan produksi yang meningkat pada setiap lapangan usaha memberikan indikasi bahwa ke depan akan terjadi penyerapan tenaga kerja pada setiap lapangan usaha, dan konsekuensinya memerlukan ketersediaan modal untuk menopang perkembangan tersebut, baik modal buatan manusia, sumber daya alam dan modal manusianya sendiri. Lebih dari itu, memahami bahwa kegiatan ekonomi suatu lapangan usaha terkait dengan kegiatan ekonomi lapangan usaha lainnya, oleh karena itu secara agregat peningkatan produksi pada suatu lapangan usaha berpotensi untuk menggerek dan mendorong kegiatan produksi pada lapangan usaha lainnya. Tidak jarang Kegiatan ekonomi Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten Ciamis. Implikasi ekonomi dibalik kinerja ekonomi lapangan usaha tersebut memberikan optimisme bagi perbaikan perekonomian ke depan. Kecenderungan produksi yang meningkat pada setiap lapangan usaha memberikan indikasi bahwa ke depan akan terjadi penyerapan tenaga kerja pada setiap lapangan usaha, dan konsekuensinya memerlukan ketersediaan modal untuk menopang perkembangan tersebut, baik modal buatan manusia, sumber daya alam dan modal manusianya sendiri. Lebih dari itu, memahami bahwa kegiatan ekonomi suatu lapangan usaha terkait dengan kegiatan ekonomi lapangan usaha lainnya, oleh karena itu secara agregat peningkatan produksi pada suatu lapangan usaha berpotensi untuk menggerek dan mendorong kegiatan produksi pada lapangan usaha lainnya. Tidak jarang

Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan dua lapangan usaha yang memiliki kontribusi tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ciamis. Hampir separuh PDRB Kabupaten Ciamis bersumber dari kedua sektor tersebut, dan secara berurutan berikutnya diikuti oleh Jasa-jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Industri Pengolahan, Keuangan-Persewaan dan Jasa Perusahaan, Bangunan, Listrik-Gas-Air Bersih, serta Pertambangan dan Penggalian.