Gambar 5.1 Alur Proses Sub Bab dan Uraian pada Bab Simpulan dan Saran (Bab V)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Disertasi ini telah melalui tahap penyusunan Pendahuluan (Bab I),

  penyusunan Telaah Pustaka dan Pengembangan Model Penelitian (Bab II), penyusunan Metode Penelitian (Bab III) dan penyusunan Hasil dan Pembahasan (Bab IV). Saat ini, penyusunan Disertasi telah memasuki bagian terakhir, yaitu Bagian Penutup atau Bab V. Peragaan sub bab dan uraian-uraian yang terdapat di Bab V disajikan dalam gambar 5.1 berikut ini.

  Gambar 5.1

Alur Proses Sub Bab dan Uraian pada Bab Simpulan dan Saran (Bab V)

  

SIMPULAN DAN SARAN

(BAB V)

  

5.1 Simpulan

  

5.2 Saran

  

5.3 Keterbatasan dan Agenda

Penelitian Mendatang

5.1 Simpulan

  Studi ini berangkat dari pemasalahan penelitian mengenai belum terkonseptualisasikannya peubah luaran perilaku berbagi-pengetahuan dan menguji peubah yang terkonseptualisasikan secara terpilih pada aras individual, interaksional, dan keorganisasian secara empiris. Proses kajian empiris dan teoritis yang dilakukan studi ini, telah berhasil mengkonseptualisasikan peubah luaran perilaku berbagi-pengetahuan terpilih pada aras individual, yaitu pemerekan diri; pada aras interaksional, yaitu pengayaan kognitif bersama serta pada aras keorganisasian, yaitu organisasi-cerdas. Hasil kajian secara empiris pada ketiga peubah luaran tersebut menunjukkan bahwa perilaku berbagi-pengetahuan secara statistik terbukti dapat menjelaskan pemerekan diri, pengayaan kognitif bersama dan organisasi cerdas. Dari ketiga peubah yang dijelaskan, pemerekan diri merupakan peubah luaran paling besar yang dapat dijelaskan oleh perilaku berbagi-pengetahuan.

  Model yang dikembangkan dalam studi ini tidak dapat dilepaskan dari teori utama yang memayungi. Jurnal-jurnal terdahulu yang telah dikaji dalam studi ini menggunakan Teori Perilaku Terencana sebagai teori utama yang memayungi model yang dikembangkan dan diuji. Namun, di dalam studi ini, diasumsikan bahwa ketika individu menunjukkan suatu perilaku tertentu maka akan ada tujuan atau luaran yang akan dicapai. Asumsi ini tentunya memengaruhi pada pengembangan model penelitian. Keterpengaruhan perilaku dan tujuan individu dijelaskan dengan menggunakan Teori Penetapan Tujuan Berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa tujuan atau luaran ditentukan oleh perwujudan perilaku. Luaran perilaku tersebut dapat diperoleh pada aras individual, interaksional dan keorganisasian yang dalam studi ini telah ditentukan, yaitu pemerekan diri, pengayaan kognitif bersama, dan organisasi-cerdas.

  Merujuk pada hasil studi ini, maka Teori Perilaku Terencana saja tidak cukup untuk menjelaskan model perilaku berbagi-pengetahuan. Hal ini demikian karena model penelitian tidak berhenti pada peubah perilaku berbagi-pengetahuan. Model penelitian ini juga memasukkan luaran dari perilaku khususnya perilaku berbagi-pengetahuan yang dijelaskan oleh Teori Penetapan Tujuan Berkelanjutan.

  Oleh sebab itu, apa yang telah dibuktikan dan dihasilkan dari studi ini diperlukan perpaduan antara Teori Perilaku Terencana dan Teori Penetapan Tujuan Berkelanjutan untuk dapat menjelaskan model penelitian. Berpijak pada hal tersebut maka studi ini mengajukan sebuah teori, yaitu Teori Perilaku Bertujuan Terencana untuk dapat menjelaskan model yang dikembangkan dalam studi ini.

  Teori Perilaku Bertujuan Terencana ini menggantikan Teori Perilaku Terencana yang oleh penelitian terdahulu digunakan sebagai teori utama untuk memayungi atau menjelaskan perilaku berbagi-pengetahuan. Teori Perilaku Bertujuan Terencana digunakan untuk menjelaskan tidak hanya pada perilaku berbagi-pengetahuan tetapi hingga luaran perilaku berbagi-pengetahuan yang dapat dikaji dari aras individual, interaksional dan keorganisasian.

5.2 Saran

  Salah satu alasan empiris yang mendasari perilaku berbagi-pengetahuan adalah temuan mengenai rendahnya peta publikasi hasil penelitian Indonesia dibandingkan Malaysia dan Thailand. Fenomena tersebut dapat menjadi indikasi masalah perilaku berbagi-pengetahuan. Oleh sebab itu, temuan studi ini yang diperoleh melalui proses ilmiah dapat digunakan sebagai pijakan untuk merumuskan sara manajerial terkait peubah pemerekan diri, pengayaan kognitif bersama, dan organisasi-cerdas. Perumusan saran manajerial yang diajukan merujuk pada kesimpulan masalah penelitian dan hasil analisis deskriptif. Berikut ini saran manajerial yang diajukan:

  1. Saran Normatif

  Studi ini telah memetakan peubah luaran terpilih perilaku berbagi- pengetahuan pada aras individual, yaitu pemerekan diri; aras interaksional, yaitu pengayaan kognitif bersama serta aras keorganisasian, yaitu organisasi- cerdas. Tidak berhenti sampai di situ, penelitian ini juga telah menguji secara empiris perilaku berbagi-pengetahuan terhadap peubah luaran yang dikonseptualisasikan. Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku berbagi- pengetahuan terbukti dapat menjelaskan pemerekan diri, pengayaan kognitif bersama serta organisasi-cerdas. .

  2. Saran Manajerial a. Peubah Kerekatan Sosial-Emosional

  Kerekatan sosial-emosional yang diuji bersama peubah kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahuan merupakan peubah dominan yang menjelaskan peubah kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahuan. Oleh sebab itu, ketika persepsi responden terhadap kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahuan termasuk dalam kategori cukup maka hal ini dapat dijelaskan oleh kerekatan social-emosional yang juga dipersepsikan netral oleh responden. Artinya, responden tidak menyediakan loloh balik positif yang cukup yang memungkinkan responden untuk bersedia dan berperilaku berbagi-pengetahuan, responden tidak menyediakan masukan yang konstruktif terhadap kemungkinan kesediaan dan perilaku berbagi- pengetahuan, serta kurangnya dukungan responden terhadap pengembangan pengetahuan yang dilakukan insan intelektual lainnya.

  Masukan atau saran pada kegiatan orasi ilmiah, diseminasi pengetahuan lebih bersifat kritik dan menjatuhkan, masukan yang diberikan pada penelitian lebih bersifat destruktif, hal ini dilihat dari kritik yang dilontarkan dan minim saran, rekan sejawat sulit untuk diajak berdialog atau berdiskusi, rata-rata sibuk dengan urusan masing-masing merupakan tanggapan-tanggapan yang berhasil dirangkum dalam penelitian ini terkait dengan kerekatan sosial-emosional.

  Mengingat, bahwa kerekatan sosial-emosional memiliki peran dominan dalam membangun kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahuan maka diperlukan upaya untuk memperkuat kerekatan sosial-emosional. Hilirisasi kerekatan sosial-emosional dapat diperkuat melalui pengelolaan kecerdasan emosional. Oleh sebab itu, saat ini kecerdasan intelegensia tidak lagi mampu berdiri sendiri. Diperlukan kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan emosional yang menjadi modal hubungan interaksional. Kecerdasan emosional dosen perlu dikelola agar tumbuh suatu empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, pengendalian amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat. Kemampuan- kemampuan inilah yang nantinya akan menentukan tingkat kerekatan sosial-emosional.

b. Peubah Kebergairahan Pembelajar

  Peubah kebergairahan pembelajar bersama dengan peubah kerekatan sosial-emosional telah diuji kemampuannya dalam menjelaskan kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahun. Meskipun pengaruhnya tidak dominan, namun kebergairahan pembelajar terbukti dapat menjelaskan kesediaan dan perilaku berbagi-pengetahuan. Studi ini menemukan bahwa persepsi responden pada peubah kebergairahan pembelajar hanya termasuk pada kategori netral. Ini artinya, insan intelektual kurang memiliki komitmen intelektual, integritas, keikhlasan, keberanian, pencurahan pengetahuan seutuhnya dan pelibatan diri sepenuhnya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ilmuwan untuk mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Temuan ini diperkuat dengan tanggapan responden yang disampaikan secara terbuka dalam kuesioner penelitian seperti alasan bekerja sebagai dosen lebih karena ketersediaan peluang kerja, moralitas dan totalitas menjadi pendidik masih rendah, kegiatan Tri Dharma masih menjadi rutinitas dan tuntutan profesi belum menjadi kegiatan yang dilakukan dengan keikhlasan, kesadaran dan tanggung jawab, penelitian yang dilakukan dengan tema-tema yang monoton menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dengan setengah hati hanya sebagai pemenuhan tanggung jawab, dosen masih menggunakan penelitian-penelitian mahasiswa untuk memenuhi kewajiban penelitiannya serta dosen lebih suka pada jam mengajar yang tinggi, penciptaan dan pengembangan pengetahuan melalui penelitian belum dilakukan dengan penuh kesadaran. Oleh sebab itu, untuk menguatkan kesediaan berbagi-pengetahuan yang kemudian terefleksi dalam perilaku berbagi-pengetahuan, maka perlu kebijakan manajerial yang mengarah pada penguatan kebergairahan pembelajar.

  Kebergairahan pembelajar merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu. Kebergairahan pembelajar erat kaitannya dengan kecerdasan jiwa. Namun hal ini dapat dibangun dan dikuatkan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memfungsikan kecerdasan emosional dan spiritual individu. Kecerdasan emosional dan spiritual merupakan elemen esensial bagi seorang pemimpin. Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang memungkinkan seorang pemimpin untuk membangun hubungan yang positif dengan orang yang dipimpinnya. Kecerdasan spiritual akan mengarahkan seseorang untuk senantiasa menjalankan kecerdasan intelektual dan spiritualnya pada kebaikan. Kecerdasan intelektual dan emosional yang tidak didasari oleh kecerdasan spiritual berpotensi untuk menggunakan kecerdasannya tersebut pada jalan yang salah.

c. Peubah Iklim Pembelajar

  Pengujian peubah iklim pembelajar sebagai pemoderasi pengaruh kesediaan berbagi-pengetahuan terhadap perilaku berbagi-pengetahuan menunjukkan bahwa dengan adanya iklim pembelajar yang kondusif akan memperkuat kesediaan berbagi-pengetahuan menjadi perilaku berbagi-pengetahuan. Iklim pembelajar yang kondusif ini ditunjukkan dari komitmen organisasi yang kuat pada pengembangan pengetahuan, perbaikan secara berkelanjutan dan memiliki sikap keterbukaan pada lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperkuat agar kesediaan berbagi- pengetahuan menjadi perilaku berbagi-pengetahuan, merumuskan implikasi manajerial untuk memperbaiki iklim pembelajar merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan.

  Proses pembelajaran memerlukan suatu iklim pembelajaran yang kondusif agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat berjalan dan diperbaiki secara terus menerus. Mengembangkan humanistic education di lingkungan perguruan tinggi dapat menjadi alternatif untuk membangun iklim pembelajar, memberlakukan kontrak sosial terhadap dosen, kegiatan diseminasi hasil penelitian dilakukan secara terprogram.

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang

  5.3.1 Keterbatasan Penelitian

  Model yang dikembangkan dalam penelitian ini tentu bukanlah model yang sempurna, masih terdapat beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam studi ini, yaitu: 1.

  Nilai GFI dan AGFI pada pengujian model penelitian termasuk dalam kategori marginal.

  2. Nilai Squared Multiple Correlation pada peubah pengayaan kognitif bersama dan organisasi cerdas masih di bawah 50% sedangkan nilai Squared Multiple

  Correlation pada peubah pemerekan diri melebihi 50%. Temuan ini dapat

  menjadi indikasi bahwa antara peubah individual, interaksional dan keorganisasian tidak dapat disejajarkan.

  5.3.2 Agenda Penelitian Mendatang

  Merujuk pada keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini maka agenda penelitian mendatang adalah:

  1. Untuk meningkatkan nilai GFI dan AGFI pada pengujian kelayakan model penelitian dilakukan dengan meningkatkaan kriteria nilai standardized regression weight pada analisis konfirmatori.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 15

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Model - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 20

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 4.1 Kesimpulan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

0 0 89

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Luaran Perilaku Berbagi-Pengetahuan pada Insan Intelektual: Studi pada Dosen PTS di Wilayah Kopertis 6

0 1 23

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Luaran Perilaku Berbagi-Pengetahuan pada Insan Intelektual: Studi pada Dosen PTS di Wilayah Kopertis 6

0 1 64

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Luaran Perilaku Berbagi-Pengetahuan pada Insan Intelektual: Studi pada Dosen PTS di Wilayah Kopertis 6

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Luaran Perilaku Berbagi-Pengetahuan pada Insan Intelektual: Studi pada Dosen PTS di Wilayah Kopertis 6

0 0 74