ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN KEGEMUKAN DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU Nelly

  ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN, KEGEMUKAN, DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2015

  

Nelly Rustiati, SKM, MKes

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan sebutan

  Rematik Tulang. Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk dunia. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang dewasa yang kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia pernah mengalami sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.

  WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter, sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).

  Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia mencapai 23,6 %

  • – 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam-jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari 2011).

  

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara Pekerjaan,

  Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.

  

Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan pendekatan cross sectional.

  Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia. Jumlah sampel penelitian keluarga, dan pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah questioner upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansia di rumah.

  

Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden terhadap kejadian

  Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor kegemukan responden terhadap kejadian Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Dan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor Keturunan terhadap kejadian Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,006).

  

Kesimpulan : Pekerjaan, Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit

  Rematik di Desa Kota Baru Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur. Hubungan bersifat positif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan keluarga, maka semakin tinggi dalam upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansianya.

  Kata kunci : Kejadian Rematik, Pekerjaan, Kegemukan, Keturunan

A. PENDAHULUAN

  • – 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam- jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari 2011).

  Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan sebutan Rematik Tulang. Penderita Rheumatoid Arthritis di dunia berjumlah sekitar 1 persen, dan terus meningkat terutama di derita oleh wanita. Pada studi Mayo Clinik menunjukkan terjadi kenaikan setelah empat dekade, kemudian terjadi penurunan mulai pertengahan 1990-an, menurut study kasus antara 1995 penderita wanita mencapai 54 dari 100 ribu orang, sedangkan pada pria rasionya tetap 29 per 100 ribu orang, rata-rata responden berusia 56,5 tahun (Kompas.com., 2011 ) .

  Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk dunia. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang dewasa yang kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia pernah mengalami sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.

  WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter, sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).

  Data Devisi penyakit Rheumatologi Dalam RSCM 2008 mencatat sekitar 14 lebih jenis penyakit tulang dan persendian dari total 844 kasus terkumpul. Kasus yang terkumpul sering adalah Rematik akibat Osteoarthitis (pengapuran) 28 persen. Diikuti oleh rematik ekstra artikuler (Rematik jaringan lunak) sebanyak 21 persen (http : Tempo interaktif, diakses 13

  Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia mencapai 23,6 %

  Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun 2009-2011 dengan sepuluh penyakit terbanyak, Rematik pada tahun 2009 menempati urutan ke tiga dengan penderita sebanyak 13.618 orang, pada tahun 2010 tetap pada urutan ke tiga dengan jumlah penderita 10.710 orang, sedangkan pada tahun 2011 masih di urutan ke tiga dengan jumlah penderita 10.076 orang. (Data

  Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu Timur ).

  Berdasarkan data Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur angka kejadian Rematik pada tahun 2009 sebanyak 619 orang, pada tahun 2010 sebanyak 285 orang, dan pada tahun 2011 sebanyak 273 orang. Di desa Kotabaru Induk Wilayah Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun 2011 tercatat sebanyak 250 orang yang menderita Rematik (Rekapitulasi data Puskesmas Kotabaru Martapura)

  B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pekerjaan, kegemukkan dan faktor keturunan dengan kejadian Rematik di Desa Kota Baru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2015.

  2. Tujuan Khusus

  Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya. (Dra. Adelia S,2011 :

  g. Pada pemeriksaan radiologis pada pergelangan tangan yang lurus berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi. ( Th. Endang Purwoastuti,2009: 15-

  f. Pada pemeriksaan darah terdapat titer abnormal faktor rematoid kurang dari 5%.

  e. Nodul Rhematoid ( benjolan ) di bawah kulit pada penonjolan tulang.

  d. Pembengkakan pada kedua belah sendi yang sama (simetris).

  c. Pembengkakan sekurang-kurangnya pada satu persendian tangan.

  b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian pada sekurang-kurangnya tiga sendi secara bersamaan.

  a. Kekakuan pada pagi hari ( morning stiffnes) pada persendian dan sekitarnya, selama satu jam sebelum perbaikan.

  Gejala utama Rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabakan aktivitas sehari-hari terhambat. Menurut American Rheumatism Association pada tahun 1987, gejala khas Artritis Reumatooid adalah sebagai berikut :

  5) Gejala Penyakit Rematik

  3)

  a. Diketahuinya hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru

  Penyakit Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. (Th. Endang Purwoastuti,2009:

  Rematik adalah penyakit persendian yang terutama mengenai otot- otot sekelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun pada wanita. (Brunner & Suddarth,2002: 1781)

  E. Konsep Penyakit Rematik

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru dengan variabel Independen faktor keturunan dan kegemukan serta variabel dependen kejadian Rematik dengan alat ukur kuisioner / lembar pertanyaan yang disiapkan.

  D. Ruang Lingkup Penelitian

  2. Bagi Instansi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam perencanaan Program kesehatan, terutama motivasi dalam meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.

  1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam menambah wawasan pengetahuan, dan lebih mandiri dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan.

  C. Manfaat Penelitian

  c. Diketahuinya hubungan faktor keturunan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru

  b. Diketahuinya hubungan kegemukan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru

  16)

  Jenis Penyakit Rematik

  Jenis rematik lebih dari seratus, namun ada empat jenis reumatik yang paling sering dijumpai di masyarakat kita, yaitu Rematik karen pengapuran (Osteoarthritis), Rematik yang disebabkan oleh peradangan di antaranya karena asam urat (Gout arthritis), karena autoimun (Sistemik Lupus Erimatosus) dan tidak diketahui penyebabnya (Rhematoid arthritis).

  1. Reumatik jenis Pengapuran atau pengeroposan (Osteoarthritis) Osteoathritis adalah kekakuan pada daerah sendi yang banyak terjadi pada kaum lanjut usia. Osteoathiritis merupakan peradangan pada sendi yang disebabkan karena rapuhnya atau pengeroposan kapsul sendi, sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup permukaan ujung- ujung tulang.

  Osteoarthiritis bisa menyerang sendi- sendi tubuh, seperti lutut, pinggul dan tulang belakang. Gejala Osteoarthiritis berupa nyeri dan kaku pada sendi, terutama pada waktu akan berdiri dan berjalan setelah lama duduk, apabila lutut dan pinggul yang terserang. Penyebab Osteoarthiritis karena degenerasi atau ausnya kartilago (jaringan elastis) yang seharusnya melingkari ujung-ujung tulang pada persendian.

  2. Reumatik jenis Peradangan Rematik jenis peradangan yang sering terjadi di Indonesia ada 3 di antaranya a. Gout arthiritis

  Adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). (Minsadiarly,2007: 37) Gout arthiritis adalah rematik yang disebabkan oleh asam urat. Rematik karena asam urat ini banyak dijumpai pada pria berusia 30-an dan 40-an tahun. (Dra.Adellia S,2011: 14)

  b. Sistemik Lupus Erimatosus (SLE) Sistemik Lupus Erimatosus merupakan gangguan autoimun (kekebalan) juga termasuk jenis Rematik yang disebabkan oleh peradangan. (Th. Endang

  Purwoastuti,2009: 22). Pada

  Rematik jenis ini sistem kekebalan tubuh menyerang persendian dari tubuh penderita, sehingga disebut sebagai autoimun

  c. Rheumatoid Arthiritis (RA) Peradangan pada Rheumatoid Arthiritis bersifat kronis , sistemik dan progresif dan terjadi pada jaringan synovial yang terdapat di dalam persendeian. Jaringan ini berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi.

  (Dra.Adellia S,2011: 15)

  F. Faktor – faktor Resiko Rematik

  1. Infeksi Rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tanda berupa demam , nyeri pada persendian tulang dan otot, disertai dengan peradangan.

  3. Jenis kelamin Gabriel (2008) ketua penelitian dari Mayo Clinic As, menjelaskan dibandingan dengan masa lalu, rata- rata 36 wanita diantaranya seratus ribu pasien menderita rematik setiap tahunnya dan sekarang melompat menjadi 54 wanita diantara seratus ribu pasien, sedangkan pada laki-laki hanya 29 orang perseratus ribu.

  Sedangkan Leon (2000) menyatakan sejak ekonomi Asia mengalami peningkatan, penyakit ini mulai sering ditemukan pada usia muda, banyak ditemui wanita mengalami penyakit sendi.

  4. Pekerjaan Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat mengakibatkan sakit pinggang.

  Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan pukulan back hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan otot siku yang disebut dengan teniss elbow. Penelitian Cooper (2006) bahwa aktifitas fisik yang berulang- ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses

  Osteoarthritis pada lutut.

  Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang otot atau “salah urat” yang bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis, namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari Arthritis (http://wrm-

  Indonesia.org, diakses 13 Februari 2011).

  5. Lingkungan Kondisi lingkungan yang tidak sehat pencemaran lingkungan yang mengandung zat aditif atau bahan kimia dalam makanan yang dapat masuk kedalam tubuh sebagai racun dalam darah. Jika darah dibebani oleh sisa buangan atau racun maka kandugan O2 dan unsur nutrisi menjadi kecil akibatnya, perbaikan jaringan tidak efisien. Racun dalam darah tersebut dapat memburuk kerusakan jaringan tubuh dan munculnya gejala Arhritis.(Hembing

  Wijayakusuma, 2006: 5)

  Seorang tokoh di Dunia kedokteran, Hippocrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubunganya dengan fenomena alam dan lingkunganya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan ligkungan hidupnya.

  6. Makanan Menurut ahli gizi Hera Nurlita, salah satu pencetus utama tingginya asam urat adalah pola makan yang tidak tepat. Penyebabnya adalah metabolisme abnormal purin, purin sebagai salah satu bagian dari protein.

  Kandungan purin banyak terdapat dalam sumber-sumber protein seperti daging dan jeroan sehingga pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang sangat tinggi dan dalam kurun waktu yang panjang bisa mencetus terbentuknya penumpukan asam urat. Menurut Hera, ada beberapa pola diet yang bisa dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pertama, manajemen nutrisi satu, diberikan sampai dengan kadar asam urat darah dan berat badan normal. Dimana Rendah Purin I adalah 1.500 kkal dan Rendah Purin II adalah 1.700 kkal. Diet Protein 10-15% kebutuhan energi. Untuk kelompok ini hindari bahan makanan kandungan purin diatas 150mg/100 gr dan lemak 10-12 Makanan yang perlu dipantang untuk penderita Asam Urat adalah :

  1. Sayuran : daun bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, asparagus, buncis dan kembang kol.

  2. Buah-buahan : durian, alpukat, nanas, air kelapa.

  3. Makanan/lauk pauk : jeroan seperti hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak. Makan laut (udana, kerang, cumi, kepiting), makanan kaleng (kornet, sarden, dan ekstrak daging, telur, kaldu atau kuah

  4. Kacang-kacangan dan emping melinjo : kacang tanah. Kacang hijau, kacang kedelai, tempe, toucho, tauge, oncom, susu kedelai.

  b. Laser untuk mengurangi nyeri.

  (http:// Tanbiyah.blog.friendster.com13 Konsep Pekerjaan

  c. Parem 5 siung bawang merah, + 2 ruas jahe yang ditumbuk, + ½ cangkir tepung terigu, + air, dibutuhkan.

  b. Obat gosok 2 ruas jahe diparut, + 2 sendok makan minyak tanah, dioles.

  Bawang putih 5 dimemarkan, + 1 genggam daun kumis kucing, direbus, dari 1 menjadi ½ gelas di minum tiap sebelum tidur.

  Obat anlgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin penyebab timbulnya peradangan, Atau golongan obat lain yaitu kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang. Obat tradisional pada penderita rematik : a. Obat dalam

  (http://Tanbiyah.blog.friendster.co m,13 februari 2011) Pengobatan

  d. Latihan fisik, sangat membantu untuk menghindari rematik kambuh dengan beberapa pola gerak dan ketentuan : latihan lingkup gerak sendi, latihan aerobic jalan di alam terbuka sepeda statis/dinamis, sebelum melakukan latihan fisik bila perlu minum obat.

  c. Pemberian alat bantu/ortose yang berguna untuk mencegah deformitas, terutama sendi penopang berat badan.

  a. Terapi panas dan dingin, yaitu : mandi air hagat, berendam, mandi uap panas atau kompres dengan es.

  5. Minuman dan makanan beralkohol : bir, wiski, anggur, tape, tuak.

  Wijayakusuma, 2006: 5) Penatalaksanaan

  rematik artikuler ini menyerang tulang belakang yang disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam tubuh penderita. Faktor keturunan juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu bentuk kelainan dari osteoartritis.(Hembing

  ankylosing spondylitis. Jenis

  8. Faktor Keturunan Faktor keturunan hanya berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada semua jenis rematik, misalnya pada

  (Sumber: http://www.suarakarya.com)

  7. Obesitas Berat badan yang berlebih akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.

  d, diakses 13 Februari 2011).

  books.google.co.i

  6. Menghisap rokok juga dapat meningkatkan resiko perkembangan RA. (http://

  Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan pukulan back hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan otot siku yang disebut dengan teniss elbow. (Hermanto, Penelitian Cooper C memperlihatkan bahwa aktifitas fisik yang berulang- ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.

  Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang otot atau “salah urat” yang bila terjadi berkali- kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis, namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari Arthritis (http : // wrm- Indonesia.org, diakses 10 Maret 2011)

  (Tinggi Badan(cm/100)

  Penyakit rematik sangat banyak jenisnya. Di antara berbagai jenis Rematik, ada yang erat kaitannya dengan faktor genetik. Kelompok penyakit yang ditimbulkan oleh faktor genetik ini berhubungan dengan faktor imunogenetik yang disebut human leukocyte antigens (HLA). HLA merupakan faktor genetik yang ada di dalam sel darah putih. Pada Rematik genetik, terdapat HLA-B27. Jika seseorang memiliki HLA-B27 dalam sel darah putihnya, maka ia memiliki kecenderungan untuk terserang rematik genetik, termasuk varian-variannya.

  2010: 94-95) Konsep Keturunan

  e. Obat-obatan Obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa antidepresi bisa menyebabkan penambahan berat badan. (Sutanto,

  d. Faktor Kesehatan Beberapa penyakit bisa menyebabakan obesitas, antara lain hipotiroidisme, sindron cushing, dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

  Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan cara makan.

  b. Faktor Lingkungan Gen merupakan faktor yang penting, tetapi lingkungan juga banyak berperan dalam berbagai kasus obesitas, yang dimaksud dengan lingkungan adalah termasuk perilaku atau gaya hidup. c. Faktor Psikis Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.

  Secara ilmiah, obesitas terjadi yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara asupan dan pembakaran kalori tersebut masih belum jelas, namun Obesitas terjadi karena beberapa faktor berikut : a. Faktor Genetik Obesitas cenderung diturunkan atau di wariskan secara genetik. Meski demikian, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan atau gaya hidup yang berpotensi mendorong terjadinya obesitas.

  2

  Konsep Obesitas

  IMT = Berat Badan (Kg) )

  >100% Cara pengukuran dengan rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) :

  Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 40-100% c. Obesitas berat : kelebihan berat badan

  Barasi, 2007: 102)

  Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh sevara berlebihan. Pada pria, kandungan lemak tubuh yang sehat berjumlah 15% dari keseluruhan berat badan; sedangkan pada wanita berjumlah 25%, perbedaan kadar ini mencerminkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antar jenis kelamin (Mary E.

  2010: 92)

  Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. (Sutanto,

1. Penyebab Kegemukan / Obesitas

  Namun, kecenderungannya orang dengan HLA-B27 lebih banyak yang terkena

  H. Definisi Operasional

  Rematik genetik. Penyakit ini terdapat dalam darah, jadi dapat diturunkan orang

  Definisi Operasional :

  tua pada anaknya. Jika darah orang tua

  Keadaan yang terjadi di sekitar sendi

  mengandung HLA B27 maka bisa jadi si

  responden yang di tandai dengan rasa sakit,

  anakpun akan terserang. sendi menjadi kaku bengkak dan kelemahan

  pada sendi Cara Ukur : Wawancara

  HLA-B27 juga memiliki kelaziman

  Alat ukur : Lembar pertanyaan yang berbeda pada tiap-tiap ras. Skala Ukur : Nominal

  Contohnya, bangsa Afrika, yang kelaziman HLA-B27-nya 0. Pada ras kulit putih

  1. Variable Independen

  seperti Kanada dan Amerika, kelaziman HLA-B27-nya 40-50 persen, dan pada ras

  a. Pekerjaan

  Cina, kelazimannya 2-9 persen. Jadi

  Definisi Operasional :

  kelazimannya memang cenderung

  Kegiatan menyerang ras kulit putih (Kaukasia).

  • – sehari

  Itulah sebabnya, di Indonesia yang terkena hari yang

  dilakukan

  penyakit ini kebanyakan keturunan kulit

  oleh

  putih atau mereka yang berdarah

  responden

  campuran. Meski tak ada data pasti, di

  di luar

  Indonesia penyakit ini juga banyak

  rumah

  menyerang keturunan Cina. (Sumber:

  Cara Ukur Tabloid nova,2011)

  : Wawanca ra

  F. Kerangka Teori Alat ukur : Lembar pertanyaan

  Menurut teori Hendrik L. Blum

  Hasil ukur : Beresiko, bila responden

  kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yitu :

  Mean (2) menjawab pertanyaan “YA” ≥

  layanan kesehatan, herediter, lingkungan

  Tidak Beresiko, bila

  dan perilaku. (Notoatmojo, 2007)

  responden menjawab pertanyaan “YA” <Mean (1) G. Kerangka Konsep

  Skala Ukur : Nominal

  Berdasarkan latar belakang dan tinjauan

  b. Kegemukan

  teoritis yang dikemukakan sebelumnya

  Definisi Operasional :

  menurut teori H.L. Blum, kesehatan

  Kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan yang di alami responden

  lingkungan, keturunan, perilaku, dan

  Cara Ukur : Observasi pelayanan kesehatan.

  Alat ukur : Lembar pertanyaan Hasil ukur : bila responden Obesitas, memiliki berat badan lebih dari

  Perilaku : Pekerjaan

  normal.(2) Tidak, bila berat badan responden dalm batas normal

  Perilaku : Kegemukan Kejadian Penyakit Rematik

  (1) Skala Ukur : Nominal

  Keturunan

  Variabel dependen

c. Keturunan

  Definisi Operasional :

  Waktu penelitian dilakukan pada bulan April tahun 2015. Etika Penelitian

  Random Sampling).

  Jadi sampel penelitian masyarakat yang ada di desa Kotabaru di Wilayah kerja Puskesmas Martapura adalah 84 orang.

   Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabubaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015.

  Waktu Penelitian

  Persetujuan pihak Puskesmas Kotabaru untuk melakukan penelitian dan setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya.

  1. Informed Concent

  Timur yang diolah dengan cara pengambilan sampel secara acak (Sample

  Skala Ukur : Nominal

  tidak ada riwayat keluarga yang menderita rematik (1)

  Keturunan, jika

  jika ada riwayat keluarga yang menderita rematik (2) Tidak Ada

  Cara Ukur : Wawancara Alat ukur : Lembar pertanyaan Hasil ukur : Ada Keturunan,

  Suatu Keadaan yang didapat / diturunkan dari orang tua responden

I. Hipotesis

  2. Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah sebagian masyarakat desa Kotabaru Induk diwilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu

  1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di desa

  Populasi dan Sampel Penelitian

  melihat dinamika hubungan antara pekerjaan, faktor keturunan dan kegemukan sebagai variabel independent dan kejadian penyakit Rematik sebagai variable dependent.

  cros sectional. Tujuannya adalah untuk

  Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dengan desain adalah rancangan

  J. Metode Penelitian Desain Penelitian

  3. Ada Hubungan antara Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

  2. Ada Hubungan antaraKegemukkan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

  2. Anonimity (tanpa nama)

  Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.

  3. Confidentiality (kerahasiaan)

  Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu dan sesuai dengan kebutuhan peneliti yang akan dilaporkan saat penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika reponden menolak untuk diteliti maka

  1. Ada Hubungan antara Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

  Kotabaru Induk di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, dengan jumlah 621 orang. peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Teknik pengumpulan data

  a. Data Primer Data yang diperoleh melalui pengisian lembar pertanyaan yang telah disiapkan, peneliti membantu mengarahkan responden dalam melakukan pengisian kuisioner tanpa mempengaruhi jawaban responden.

  b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur dan Puskesmas

  Kotabaru. Instrumen Penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar pertanyaan (kuesioner).

  > α berarti tidak ada hubungan yang bermakna, dengan tingkat kepercayaan 95%.

  dengan batasan kemaknaan (α 0,05) artinya diperoleh dari p.value ≤ α ada hubungan yang bermakna antara variable independent dengan variable dependent, bila p.value

  square

  2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel independent yaitu faktor Keturunan dan Obesitas dengan variabel dependent kejadian penyakit Rematik menggunakan uji statistic chi-

K. HASIL PENELITIAN

  3. Processing (Pemasukan data)

  Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.

  4. Cleaning (Pembersihan Data)

  Data yang telah yang telah dimasukkan ke dalam perangkat komputer diperiksa kembali untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan yang terjadi. (Hastono, 2001)

  Memberi kode atau menandai jawaban-jawaban respoden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner.

  1. Analisa Univariat Analisa Univariat yaitu analisa yang berguna mengetahui distribusi frekuensi masing- masing variable.

  2. Coding ( Pengkodean)

  Meneliti kembali isian formulir atau kuesioner apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan kosisten. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.

  1. Editing (pengeditan)

  Teknik Pengolahan Data

  1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

  Puskesmas Kota Baru merupakan salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Puskesmas Kota Baru didirikan pada tahun 1992 dan diresmikan menjadi puskesmas rawat jalan pada tahun 1993. Pada tahun 1993 Puskesmas Kota Baru di pimpin oleh Dr. Destri Ariani, pada tahun 1996 digantikan oleh Dr. Ida Trikandiani, setelah itu pada tahun 1999 dipimpin oleh Dr. Ratna Maladewi Anggraini, pada tahun 2000 dipimpin oleh Dr. Firda Arianti, sedangkan pada tahun 2006 sampai sekarang Puskesmas Kota Baru dipimpin oleh Dr. Eka Meiliastini, MM.Kes.

  2. Visi dan Misi Puskesmas

  Visi : Tercapainya Puskesmas Kota Baru sebagai pusat pelayanan prima, aman dan bermartabat. Misi :

  1) Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak. 2) Meningkatkan profesionalisme provider dan pemberdayaan masyarakat.

  Analisa Data

  3) Meningkatkan sarana dan prasarana . kesehatan yang bermutu.

  2 4) Menetapkan standar pelayanan Data demografi penduduk kesehatan. wilayah kerja Puskesmas Kota Baru tahun 2015

  Desa Jumlah Penduduk Kota Baru Induk 4.536 Jiwa

3. Letak Geografis

  Kota Baru Barat 2.941 Jiwa Wilayah Puskesmas Kota Baru

  Kota Baru Selatan 2.062 Jiwa berada dibawah wilayah kerja dinas Sukomulyo 1.467 Jiwa kesehatan Kabupaten OKU Timur yang

  Jumlah 11.006 Jiwa terletaknya sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan luas

  2

  5. Jenis Pelayanan

  wilayah ± 415 KM dan berbatasan Jenis pelayanan di Puskesmas Kota dengan:

  Baru terdiri dari : unit rawat jalan (balai

  : Desa

  Sebelah utara pengobatan), poli gigi, poli MTBS, poli

  Tanjung Kemala

  KIA-KB, gizi, imunisasi, laboratorium,

  : Kecamatan

  Sebelah selatan dan apotek.

  Waytuba Lampung : Desa

  Sebelah timur

  Perjaya

  Sebelah barat : Desa

  Peracak

  Wilayah kerja Puskesmas Kota Baru meliputi satu kecamatan yang terdiri dari 4 desa yaitu: Desa Kota Baru Induk, Desa Kota Baru Barat, Desa Kota Baru Selatan dan Desa Sukomulyo.

  Tabel 5.1 Data demografi luas wilayah kerja Puskesmas

  Kota Baru Tahun 2015

  2 Luas Wilayah (KM )

  Desa Kota Baru Induk

  40 Kota Baru Barat 140 Kota Baru Selatan 175 Sukomulyo

  60 Jumlah 415

4. Penduduk

  Jumlah penduduk yang ada di wilyah kerja Puskesmas Kota Baru dapat dilihat dari tabel berikut ini:

  T a b e l

  5

  Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun

  2. Gambaran Umum Desa Kota

  2015 . Tabel diatas menunjukan bahwa dari

  Baru Induk

  Desa Kota Baru Induk 84 responden ada 60 responden (71,4%)

  2

  memiliki luas wilayah ± 40 KM . Desa yang memiliki pekerjaan yang beresiko dan ini terdiri dari 3 kampung yaitu I, II, III ada 24 responden (28,6%) yang tidak Secara Umum Desa Kota Baru Induk memiliki pekerjaan yang beresiko. berbatasan dengan :

  1 Sebelah : Berbatasan dengan Desa

  Obesitas 3.

  . Timur Suko Mulyo Tabel 5.6

  2 Sebelah : Berbatasan dengan Desa Distribusi Frekuensi Obesitas Dengan

  . Barat Kota Baru Barat Kejadian Penyakit Rematik

  3 Sebelah : Berbatasan dengan Sungai di Desa Kota Baru Induk Kecamatan . Utara Komering dan Ds. Tj. Kemala

  Martapura Tahun 2015

  4 Sebelah : Berbatasan dengan Kota . Selatan Baru Selatan

  Obesitas Jumlah Persentase (%)

  Tidak 77 91,7

C. Analisa Univariat

  Ya 7 8,3 Jumlah 84 100

  Analisa Univariat dilakukan pada semua variabel yaitu rematik, Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 pekerjaan, kegemukkan, faktor responden ada 77 responden (91,7%) yang keturunan dengan menggunakan tabel tidak menderita Obesitas dan ada 7 frekuensi. responden (8,3%) yang menderita Obesitas.

  Kejadian Penyakit Rematik 1.

  4. Keturunan

  Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Penyakit

  Tabel 5.7 Rematik

  Distribusi Frekuensi Keturunan Dengan

  Di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura

  Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota

  Tahun 2015

  Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun Rematik Jumlah Persentase (%)

  2015

  Ya 67 79,8 Tidak 17 20,2

  Persentase

  Jumlah 84 100

  Keturunan Jumlah (%)

  Ada Keturunan 61 72,6 Tabel diatas menunjukan

  Tidak ada Keturunan 23 27,4 bahwa dari 84 Responden ada 67 Jumlah 84 100 responden (79,8 %) yang menderita penyakit rematik dan

  Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 ada 17 responden (20,2%) yang responden ada 61 responden (72,6 %) yang memiliki penyakit rematik. memiliki keturunan yang menderita rematik dan 23 responden (27,4%) yang tidak

2. Pekerjaan

  memiliki keturunan yang menderita

Tabel 5.5 rematik.

  Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota

  D. Analisa Bivariat Persentase

  Analisa yang dilakukan adalah

  Pekerjaan Jumlah (%)

  menghubungkan masing-masing variabel Tidak Beresiko 24 28,6 independen dengan variabel dependen.

  Beresiko 60 71,4 Metode uji statistic yang digunakan adalah

  chi-square

  6

  Tabel 5.9 Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian

  Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

  Kejadian Rematik Obesitas Rema tik Tidak Jum p.value Remat ik (

  ∑ ) Tidak Obesitas

  61

  16

  77 (79,2%)

  (20,8 %) (100%) 1,000

  Obesitas

  1

  54 responden (90%) dibandingkan dengan responden yang beraktivitas tidak beresiko yaitu sejumlah 13 responden (54,2%). Dan berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p.value 0,001 (p.value < 0,05) jadi H0 di Tolak dan bermakna. Berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki pekerjaan yang beresiko memiliki peluang lebih besar menderita rematik di banding responden yang memiliki pekerjaan tidak beresiko.

  7 (85,7%)

  (14,3 %) (100%)

  Jumlah

  67

  17

  84 Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden yang tidak menderita obesitas lebih banyak menderita rematik sejumlah 61 responden (79,2%) dan yang menderita obesitas lebih sedikit yang menderita rematik sejumlah 6 responden (85,7%) Dan berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan

  p.value 1,000 (p.value > 0,05). Jadi H0

  Gagal, di Tolak dan tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit rematik.

  3. Hubungan Keturunan dengan Kejadian Penyakit Rematik

  Tabel 5.10 Hubungan Keturunan Dengan Kejadian

  2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Rematik

  84 Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko lebih banyak mengalami rematik yaitu sejumlah

  dengan batasan kemaknaan (α ≥ 0,05) artinya diperoleh p.value

  54

  < α berarti

  ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan bila p.value >

  α berarti tidak

  ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

  1. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik Tabel 5.8

  Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan

  Martapura Tahun 2015

  Kejadian Rematik Pekerj aan Rem atik Tidak Ju mla h p.valu e (

  ∑ ) Beresiko

  6

  17

  60 (90%) (10%)

  (100% )

  0,001 Tidak beresiko

  13

  11

  24 (54,2%)

  (45,8% )

  (100% )

  Jumlah

  69

  Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015 Didapatkan bahwa ada 53 responden (86,9%) yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik dan ada 14 responden (60,9%) yang tidak memiliki keturunan rematik juga menderita rematik.

  Dan berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p.value 0,019 (p.value < 0,05), Jadi H0 di tolak dan bermakna. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara faktor keturunan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang lebih besar menderita rematik di banding responden yang tidak memiliki keturunan rematik.

  Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik. Hal ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Hollander (2010) yang menyebutkan bahwa kegemukkan berpengaruh dengan terjadinya rematik.

  artikuler ini menyerang tulang belakang yang disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam tubuh penderita. Faktor keturunan juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu bentuk kelainan dari osteoartritis.

  ankylosing spondylitis. Jenis rematik

  Menurut Hembing Wijayakusuma (2006) faktor keturunan berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada semua jenis rematik, misalnya pada

  Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki keturunan rematik. Hal ini di dukung oleh teori sebagai berikut :

  Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,019 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara faktor keturunan dengan kejadian penyakit rematik.

  2. Hubungan Faktor Keturunan dengan kejadian Rematik

  Dan berdasarkan pengamatan saya selama melakukan penelitian di Desa Kota Baru Induk memang responden dengan berat badan yang normal pun dapat menderita penyakit rematik.

  Menurut Hollander (2010) berat badan yang berlebih akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.

L. PEMBAHASAN

  1. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik.

  Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 1,000 (p > 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukan dengan kejadian penyakit rematik.

  Kejadian penyakit Rematik

  2. Hubungan Kegemukkan dengan

  Menurut Hollander (2010) Tekanan yang berlebihan pada fisik dan mental dapat memunculkan penyakit rematik, karena beban kerja yang berlebihan menyebabkan persendian menjadi aus.

  Menurut Copper (2006) melaporkan bahwa aktivitas fisik yang berulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses rematik.

  Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko akan memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan tidak berisiko. Hal ini didukung oleh beberapa teori sebagai berikut :

  Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,001 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik.

  Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan penelitian ada 80% responden yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik, oleh sebab itu hasil yang didapatkan bahwa keturunan memiliki hubungan dengan kejadian rematik.

  Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Ada hubungan yang signifikan antara Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik (p.value <0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015.

  2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik (p.value >0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015

  3. Adat hubungan yang signifikan antara faktor keturunan dengan kejadian penyakit rematik (p.value

  <0,05), di Desa Kotabaru Induk

  wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015

  N. SARAN

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMAN 2 KABUPATEN OKU TAHUN 2013 D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes Poltekkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKO

0 1 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN UPAYA MENJAGA KEBUGARAN PADA LANSIA DI DESA LUBUK BATANG LAMA Nelly Rustiatu, S.Km,. M.Kes

0 0 10

STUDY KOMPARASI TEKNIK PENGUKURAN SUHU ORAL DAN REKTAL PADA PASIEN ANAK DI RRI ANAK RSUD. DR. IBNU SUTOWO BATURAJA Ni Ketut Sujati,. M.Kes

0 0 18

LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RRI BEDAH RS IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2013 Ni Ketut Sujati Kestina, M.Kes Poltekkes Palembang prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA PENGARINGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGARINGAN KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2013

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DAN GANGUAN POLA TIDUR DENGAN IMT PADA SISWA KELAS XI SMA Y BATURAJA D Eka Hasanto,. S.Kp,. M.Kes

0 0 5

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA NEGERI PAKUAN Nelly Rustiati, SKM,. M.Kes

0 0 11

PENGARUH LATIHAN PASCA STROKE TERHADAP TEKANAN DARAH, DENYUT NADI DAN KEKUATAN OTOT PADA PENDERITA PASCA STROKE DI KABUPATEN OKU Ni Ketut,. M.Kes

0 0 12

PERBEDAAN NILAI GLASGOW COMA SCALE (GCS),TENSI,NADI DAN RESPIRASI PADA 72 JAM PASCA TRAUMA KEPALA PADA USIA MUDA DAN LANSIA DI RSUD Dr.IBNU SUTOWO Ni Ketut,. M.Kes

0 0 10

TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PENDERITA DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK RSUD CIAMIS

0 0 5