PENGARUH LATIHAN PASCA STROKE TERHADAP TEKANAN DARAH, DENYUT NADI DAN KEKUATAN OTOT PADA PENDERITA PASCA STROKE DI KABUPATEN OKU Ni Ketut,. M.Kes

  PENGARUH LATIHAN PASCA STROKE TERHADAP TEKANAN DARAH, DENYUT NADI DAN KEKUATAN OTOT PADA PENDERITA PASCA STROKE DI KABUPATEN OKU TAHUN 2014 NI KETUT SUJATI, M.Kes

  (xviii + 76 Halaman + 14 tabel + 5 Lampiran)

  

ABSTRAK

  Latihan pasca stroke adalah kegiatan fisik yang regular dan merupakan salah satu cara mempercepat pemulihan cedera pasca stroke, yang dalam pelaksanaannya menggunakan gerakan-gerakan aktif maupun pasif (kwakkel, 2004)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas latihan pasca stroke terhadap tekanan darah, denyut nadi dan kekuatan otot pada penderita pasca stroke di kabupaten OKU, dengan subjek 17 orang pasca stroke dirumah mereka pada bulan Mei, metode yang dipilih menggunakan penelitian Quasi Eksprimen dengan desain pre test dan post test pada subjek yang sama.

  Penelitian ini menganalisis perbedaan mean variable sistole, diastole, denyut nadi dan kekuatan otot sebelum dan setelah 2 kali latihan. Ada perbedaan mean denyut nadi (p. value = 0,002) dan kekuatan otot (p. value = 0,001) stelah 2 kali latihan. Dan tidak ada perbedaan mean sistole (p. value = 0,1) dan diastole (p. value = 0,431) setelah 2 kali latihan.

  Latihan pasca stroke terbukti mempercepat pemulihan cedera pasca stroke, terutama sangat berpengaruh pada kekuatan otot. Referensi : 16 (1997-2014)

  Pendahuluan

  Stroke merupakan bencana pada setiap orang yang merasakan, banyak harapan, cita-cita yang direncanakan terpaksa tertunda. Gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau stroke merupakan penyebab kecacatan utama pada golongan umur 45 tahun keatas, stroke sering menimbulkan permasalahan yang komplek, baik dari segi kesehatan, ekonomi maupun sosial serta membutuhkan penanganan yang komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam jangka waktu lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien. (Mulyatsih, 2003)

  Menurut data World

  Healthy Organitation (WHO),

  stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian didunia, diantara penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan jantung. Konferensi Stroke International yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 juga mengungkapkan bahwa dikawasan Asia setiap tahun terus terjadi peningkatan jumlah kasus stroke. (http // www. Wikipedia:data stroke.com, diakses tanggal 16 maret 2011)

  Setiap tahun stroke membunuh lebih dari 160.000 penduduk Amerika. Sebanyak 75 % pasien stroke di Amerika menderita kelumpuhan dan mengakibatkan kehilangan pekerjaannya. Stroke adalah penyebab kematian nomor tiga di Aerika Serikat (Gordon, 2000). Di Eropa ditemukan kasus stroke sekitar 650.000 kasus tiap tahunnya. Di Inggris stroke menduduki peringkat ke tiga sebagai pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker. (http // www. Wikipedia:data stroke.com, diakses tanggal 16 maret 2011)

  Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke jumlahnya sekitar 23.000 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau pasien stroke yang tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit jumlah pastinya tidak diketahui (http // www. Wikipedia:data stroke.com, diakses tanggal 16 maret 2011). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke diwilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten seluruh Indonesia mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat , hasilnya adalah penyakit stroke merupakan pembunuh utama dikalangan penduduk di perkotaan. Sekitar 28,5 % penderita stroke meninggal dunia, selebihnya lumpuh sebagian atau bahkan lumpuh total, sisanya 15% dapat sembuh total. (Waluyo, 2009) Berdasarkan data dari badan statistik nasional, menjelaskan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular (PTM) semakin meningkat dari tahun ke tahun seperti DM, Stroke dan Jantung. (http // www. Wikipedia:data stroke.com, diakses tanggal 16 maret 2011)

  Dari laporan tahunan dinas kesehatan propinsi Sumatra Selatan tahun 2009, menunjukkan pada tahun 2009 berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke, prevalensi stroke di propinsi Sumatra Selatan adalah 7 per 1000 penduduk. Kabupaten OKU menempati urutan ke 5 dalam jumlah pasien stroke di Sumatra selatan, dengan prevalensi stroke berkisar antara 3 ‰ – 6 ‰ (dinas kesehatan kabupaten oku, 2009). Data dari Rumah Sakit Ibnu Sutowo Baturaja, pada tahun 2010 stroke menduduki kasus atau kejadian terbanyak ke 9 dari 10 penyakit terbesar rawat inap dengan jumlah pasien mencapai 142 pasien. Dan menduduki kasus terbanyak ke 8 dari 10 penyakit tidak menular rawat jalan dengan jumlah pasien mencapai 12 pasien. (profil RS Ibnu Sutowo, Baturaja 2010)

  Setelah serangan stroke, tonus otot yang normal menghilang. Tanpa pengobatan, penderita akan melakukan kompensasi gerakan dengan menggunakan bagian tubuhnya yang tidak lumpuh sehingga seumur hidupnya bagian tubuh yang lumpuh akan tetap lumpuh atau hanya bisa berjalan dengan kaki spastic dan tangan yang cacat. Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah dengan rehabilitasi (Jhonstone, 1991). Untuk tercapainya harapan ini, diperlukan latihan-latihan yang pada hakekatnya merupakan proses belajar kembali. Sambil menunggu terjadinya dan sekaligus memacu perbaikan- perbaikan fungsional di otak, latihan-latihan juga bertujuan mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi sehingga tercapai keselarasan antara perbaikan ditingkat pusat dan terpeliharanya kondisi otot-otot penggerak. (Mulyatsih, 2003)

  Berdasarkan penelitian

  systematic review, task oriented exercise training tahun 2007

  latihan-latihan pasca stroke memiliki pengaruh kecil hingga sedang pada kemampuan motorik penderita stroke, terutama jika dilakukan secara intensif dan lebih dini (Kwakkel, 2007). Namun, belum diketahui apakah latihan ini juga memiliki pengaruh terhadap nilai tekanan darah, denyut nadi dan kekuatan otot pada penderita pasca stroke.

  Rumusan Masalah

  Belum diketahuinya efektifitas latihan pasca stroke terhadap nilai tekanan darah, denyut nadi dan kekuatan otot pada penderita pasca stroke di kabupaten OKU Tahun 2014

  Pertanyaan Penelitian 1.

  Bagaimana efektifitas latihan pasca stroke terhadap nilai tekanan darah pada pendarita pasca stroke ?

  2. Bagaimana efektifitas latihan pasca stroke terhadap denyut nadi pada penderita pasca stroke ?

  3. Bagaimana efektifitas latihan pasca stroke terhadap kekuatan otot pada penderita pasca stroke ? Factor-faktor yang berperan dalam perubahan aliran aliran balik: 1.

  Meningkatkan aliran balik:  Peningkatan volume darah  Vasokontriksi  Inspirasi  Kontraksi otot rangka  Fase sistolik  Permulaan diastole 2.

  Menurunkan aliran balik:  Penurunan volume darah  Vasodilatasi  Ekspirasi  Pembuluh darah vena yang tidak kompeten  Gravitasi Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi eksperimen dengan desain pre-test dan post-test rancangan ini dipilih agar dapat melihat efektifitas latihan pasca stroke terhadap nilai Tekanan darah, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot pasien pasca stroke sebelum dan sesudah pelatihan pasca stroke. Rancangan ini diilustrasikan: Kelompok eksperimen

  Populasi Penelitian

  Populasi penelitian ini adalah semua pasien pasca stroke yang ada di Kabupaten OKU tahun 2014

  Sampel Penelitian

  Sampel penelitian ini adalah Accidential Sampling yaitu orang-orang yang ditemukan dengan gejala stroke pada waktu penelitian dibulan Mei s.d. Juli 2014. dengan jumlah sampel 17 sampel.

  X X

  X Pretest Latihan Postes t

  A. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten OKU dan waktu penelitian pada bulan Mei s.d. Juli 2014.

  B. Teknik dan Instrumen Penelitian 1.

  Tehnik mengukur variabel Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot diukur 15 menit sebelum dan sesudah latihan pasca stroke.

2. Instrumen Penelitian

  Variabel efektivitas hasil latihan pasca stroke diobservasi dengan pedoman format pengamatan dan penilaian efektifitas latihan pasca stroke terhadap Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot.

  HASIL: Bertujuan untuk mengetahui rata-rata nilai pre dan post-test.

  Dengan rumus: Σ.n

  X : N

  Keterangan: X : Rata-rata hitung (mean)

  : Jumlah nilai yang benar Σ n : Jumlah sampel yang diteliti

  1. Bivariat Bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara nilai Tekanan Darah,

  Denyut Nadi dan Kekuatan Otot pada pasien pasca stroke sebelum dan sesudah latihan pasca stroke. T dependent dengan rumus: d

  T : SD-d/Vn

  Keterangan: d : Rata-rata deviasi / selisih sampel 1 dengan sampel 2. SD-d :Standar deviasi dari deviasi / selisih sampel 1 dan sampel 2. Syarat-syarat ketentuan uji T adalah:

  1. Distribusi data normal

  2. Kedua kelompok data dependent / pair

  3. Jenis variabel numeric dan kategorik (dua kelompok) a. Perbedaan Nilai Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot Sebelum dan Setelah Pelatihan Hari Pertama.

  Table 5.3

  Rata-Rata Nilai Sistole, Diastole, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot Sebelum dan Setelah Latihan Pasca Stroke hari Pertama.

  2,12 2,00 2,00

  b.

  4. Pada table 5.3 ditunjukkan mean kekuatan otot sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean kekuatan otot setelah latihan (2,12) sama besar dengan mean kekuatan otot sebelum latihan (2,12) dengan standar deviasi yang sama besar pula (0,485).

  3. Pada table 5.3 ditunjukkan perbedaan mean denyut nadi sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean denyut nadi setelah latihan lebih tinggi (83,06) dengan standar deviasi 5,006 dibanding mean denyut nadi sebelum latihan (79,06) dengan standar deviasi 5,750.

  2. Pada table 5.3 ditunjukkan perbedaan mean distole sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean distole setelah latihan lebih tinggi (111,81) dengan standar deviasi 8,660 dibanding mean distole sebelum latihan (110,00) dengan standar deviasi 8,575.

  Pada table 5.3 ditunjukkan perbedaan mean sistole sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean sistole sebelum latihan lebih tinggi (184,12) dengan standar deviasi 19,384 dibanding mean sistole setelah latian (172,12) dengan standar deviasi 19,384.

  0,118 1.

  2 0,485 0,485 0,118

  2

  1,214 Kekuatan otot sebelum latihan Kekuatan otot setelah latihan 2,12

  Variable Mean Median Mode SD SE Sistole sebelum latihan Sistole setelah latihan 172,35

  88 5,750 5,006 1,395

  76

  83,06 80,00 84,00

  2,080 Dentut nadi sebelum latihan Denyut nadi setelah latihan 79,06

  120 8,660 8,575 2,100

  111,18 110,00 110,00 100

  4,701 Diastole sebelum latihan Diastole setelah latihan 110,00

  200 20,775 19,384 5,039

  184,12 180,00 190,00 160

  Perbedaan Nilai Sistole, Diastole, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot Sebelum dan Setelah Pelatihan Hari Kedua.

  Table 5.4 Distribusi Rata-Rata Nilai Sistole, Diastole, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot Sebelum dan Setelah Latihan Pasca Stroke Hari Kedua.

  Variable Mean Median Mode SD SE Sistole sebelum latihan 171,18 20,580 160 20,580 4,991 Sistole setelah latihan 184,71 20,346 180 20,346 4,935 Diastole sebelum latihan 109,41 110,00 100 8,269 2,006 Diastole setelah latihan 111,18 110,00 120 8,575 2,080 Denyut nadi sebelum latihan 81,41 84,00

  84 4,887 1,185 Denyut nadi setelah latihan 85,18 84,00 84 7,038 1,707 Kekuatan otot sebelum latihan 2,29 2,00 2 0,588 0,413 Kekuatan otot setelah latihan 2,88 3,00 3 0,781 0,189 1.

  Pada table 5.4 ditunjukkan perbedaan mean sistole sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean sistole setelah latihan lebih tinggi (184,71) dengan standar deviasi 20,346 dibanding mean sistole sebelum latihan (171,18) dengan standar deviasi 20,580.

  2. Pada table 5.4 ditunjukkan perbedaan mean distole sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean distole setelah latihan lebih tinggi (111,81) dengan standar deviasi 8,269 dibanding mean distole sebelum latihan (109,41) dengan standar deviasi 8,575.

  3. Pada table 5.4 ditunjukkan perbedaan mean denyut nadi sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean denyut nadi setelah latihan lebih tinggi (85,18) dengan standar deviasi 7,038 dibanding mean denyut nadi sebelum latihan (81,41) dengan standar deviasi 4,887.

  4. Pada table 5.4 ditunjukkan perbedaan mean kekuatan otot sebelum dan setelah latihan pasca stroke ternyata mean kekuatan otot setelah latihan lebih tinggi (2,88) dengan standar deviasi 0,781 dibanding mean kekuatan otot sebelum latihan (2,29) dengan standar deviasi 0,588.

A. Analisa Bivariat dengan Uji Dua Mean Dependent

  Pada uji bivariat, peneliti menganalisis perbedaan mean sistole, diastole, denyut nadi dan kekuatan otot sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan pada hari kedua. Tabel 5.5 Distribusi Nilai Rata-Rata Sistole, Diastole, Denyut Nadi dan Kekuatan Otot Sebelum Latihan Hari Pertama dan Setelah Latihan Hari Kedua.

  

Variable Mean Perbedaan SD SE P N

Mean Sistole sebelum latihan hari 1 172,35 12,353 9,701 2,35 0,1

  17 Sistole setelah latihan hari 2 184,71 Diastole sebelum latihan hari 1 110,00 1,176 6,002 1,45 0,431

  17 Diastole setelah latihan hari 2 118,81 Denyut nadi sebelum latihan hari 1 79,06 6,118 6,002 1,456 0,002

  17 Denyut nadi setelah latihan hari 2 85,15 Kekuatan otot sebelum latihan hari 1 2,12 0,765 0,437 0,106 0,001

  17 Kekuatan otot setelah latihan hari 2 2,88

  Berdasarkan tabel diatas terlihat: 1.

  Perbedaan nilai mean antara sistole sebelum latihan hari pertama dan sistole setelah latihan hari kedua 12,353 dengan standar deviasi 9,701. Hasil uji statistik dengan uji T dependent didapatkan p. value 0,1 maka dapat disimpulkan secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata sistole sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua.

  2. Perbedaan nilai mean antara diastole sebelum latihan hari pertama dan diastole setelah latihan hari kedua 1,176 dengan standar deviasi 6,002. Hasil uji statistic dengan uji T dependent didapatkan p. value 0,431 maka dapat disimpulkan secara statistik tidak ada perbedaan yang sugnifikan antara nilai rata-rata diastole sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua.

  3. Perbedaan nilai mean antara denyut nadi sebelum latihan hari pertama dan denyut nadi setelah latihan hari kedua 6,118 dengan standar deviasi 6,002. Hasil uji statistik dengan uji T dependent didapatkan p. value 0,002 maka dapat disimpulkan secara statistik ada perbedaan nilai rata-rata denyut nadi sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua.

4. Perbedaan nilai mean antara kekuatan otot sebelum latihan hari pertama dan kekuatan otot setelah latihan hari kedua 0,765 dengan standar deviasi 0,437.

  Hasil uji statistik dengan uji T dependent didapatkan p. value 0,001 maka dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik ada perbedaan nilai rata-rata kekuatan otot sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua.

  Hasil Penelitian 1.

  Gambaran efektifitas latihan pasca stroke terhadap tekanan darah.

  a.

  Sistole Hasil penelitian ini menunjukkan mean sistole sebelum latihan hari pertama 172,35 sedangkan sistole setelah latihan hari kedua 184,71 maka terlihat mean sistole setelah latihan hari kedua lebih tinggi dibanding sistole sebelum latihan hari pertama. Perbedaan mean sistole sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua 12,353 dengan standar deviasi 9,701 dan hasil uji statistik didapatkan p. value 0,1.

  Secara statistik tidak ada pengaruh latihan pasca stroke terhadap sistole. Hal ini bisa disebabkan oleh usia subjek penelitian ini rata- rata berusia tua (diatas 45 tahun), hal ini terkait dengan proses degenerasi fungsi sistem kardio vaskuler yang lambat berespon terhadap rangsangan aktifitas. Menurut Muttaqin tahun 2009, salah satu faktor yang mempengaruhi sistole adalah aktifitas. Namun diusia tua, reflek baroreseptor mulai menurun. Hal ini justru menguntungkan bagi penderita pasca stroke terutama bagi penderita pasca stroke hemoragi. Bila latihan pasca stroke tidak mempengaruhi sistole, itu berarti latihan pasca stroke aman untuk penderita pasca stroke. Karena tidak meningkatkan Cerebral

  Blood Flow , Sehingga

  resiko pendarahan otak bisa di eliminir (Muttaqin, 2009).

  b.

  Diastole Hasil penelitian ini menunjukkan mean diastole sebelum latihan hari pertama 110,00 sedangkan diastole setelah latihan hari kedua 111,18 maka terlihat mean diastole setelah latihan hari kedua lebih tinggi dibanding diastole sebelum latihan hari pertama. Perbedaan mean diastole sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua 1,176 dengan standar deviasi 6,002 dan hasil uji statistic didapatkan p. value 0,431.

  Secara statistik tidak ada pengaruh latihan pasca stroke terhadap diastole. Hal ini bisa disebabkan oleh usia subjek penelitian ini rata- rata berusia tua (diatas 45 tahun), hal ini terkait dengan proses degenerasi fungsi sistem kardio vaskuler yang lambat berespon terhadap rangsangan aktifitas. Menurut Muttaqin tahun 2009, salah satu faktor yang mempengaruhi diastole adalah aktifitas. Namun diusia tua, reflek baroreseptor mulai menurun. Hal ini justru menguntungkan bagi penderita pasca stroke terutama bagi penderita pasca stroke hemoragi. Bila latihan pasca stroke tidak mempengaruhi diastole, itu berarti latihan pasca stroke aman untuk penderita pasca stroke. Karena tidak meningkatkan Cerebral

  Blood Flow , Sehingga

  resiko pendarahan otak bisa di eliminir (Muttaqin, 2009) 2. Gambaran Pengaruh latihan pasca stroke terhadap denyut nadi.

  Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan mean denyut nadi sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua, mean denyut nadi sebelum latihan hari pertama 79,06 sedangkan diastole setelah latihan hari kedua 85,18 maka terlihat mean denyut nadi setelah latihan hari kedua lebih tinggi dibanding mean denyut nadi sebelum latihan hari pertama. Perbedaan mean denyut nadi sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua 6,118 dengan standar deviasi 6,651 dan hasil uji statistic didapatkan p. value 0,002.

  Maka berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh yang signifikan pada uji denyut nadi ini, dengan demikian latihan pasca stroke efektif meningkatkan kerja jantung karena latihan meningkatkan peregangan saraf otot yang meningkatkan tahanan pada dinding pembuluh darah, maka akan berdampak pada peningkatan denyut nadi.

  3. Gambaran Pengaruh latihan pasca stroke terhadap kekuatan otot.

  Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan mean kekuatan otot sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua, mean kekuatan otot sebelum latihan hari pertama 2,12 sedangkan kekuatan otot setelah latihan hari kedua 2,88 maka terlihat mean kekuatan otot setelah latihan hari kedua lebih tinggi dibanding mean kekuatan otot sebelum latihan hari pertama. Perbedaan mean kekuatan otot sebelum latihan hari pertama dan setelah latihan hari kedua 0,765 dengan standar deviasi 0,437 dan hasil uji statistic didapatkan p. value 0,01.

  Maka berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh yang signifikan pada uji kekuatan otot ini, dengan demikian latihan pasca stroke efektif meningkatkan kekuatan otot. Penegangan otot atau kontraksi otot terjadi apabila otot menerima rangsangan yang mengakibatkan otot mengalami pemendekan sehingga otot berkontraksi lebih kuat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

  systematic review task oriented exercise training tahun 2007 , yang

  menyimpulkan latihan-latihan pasca stroke memiliki pengaruh kecil hingga sedang pada kemampuan motorik penderita stroke, terutama jika dilakukan secara intensif dan lebih dini (Kwakkel, 2007).

  1. Bagi dinas kesehatan OKU Latihan pasca stroke yang dilakukan dua kali, telah menunjukkan ada pengaruh terhadap nadi dan kekuatan otot.

  Hasil ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi dinas kesehatan OKU untuk menyusun programnya, khususnya seksi P2PL yang membidangi tentang penyuluhan kesehatan..

  2. Bagi petugas kesehatan Latihan pasca stroke yang dilakukan dua kali, telah menunjukkan ada manfaat terhadap nadi dan kekuatan otot.

  Hasil ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam memberikan pelatihan-pelatihan atau penyuluhan tentang latihan pasca stroke pada pasien maupun keluarga penderita pasca stroke.

  3. Bagi institusi pendidikan Agar tetap memasukkan latihan pasca stroke kedalam silabus pengajarannya.

  4. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai refrensi, misalnya dapat melakukan penelitian berikutnya dengan lebih mendalam dan dalam waktu yang lebih lama.

  Kesimpulan 1.

  Berdasarkan uji statistik tidak ada pengaruh yang signifikan, latihan pasca stroke terhadap tekanan darah (sistole, diastole) sebelum latihan dan setelah latihan. Hal ini justru menguntungkan bagi penderita pasca stroke terutama bagi penderita pasca stroke hemoragi. Bila latihan pasca stroke tidak mempengaruhi tekanan darah, itu berarti latihan pasca stroke aman untuk penderita pasca stroke. Karena tidak meningkatkan Cerebral

  Blood Flow , Sehingga resiko pendarahan otak bisa di eliminir.

  2. Ada perbedaan nilai mean kekuatan otot dan denyut nadi sebelum latihan dan setelah latihan. Yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan latihan pasca stroke terhadap denyut nadi dan kekuatan otot. Mean kekuatan otot setelah latihan lebih tinggi dibanding mean sebelum latihan, yang menunjukkan peningkatan kekuatan otot yang berkontraksi jika mendapat rangsangan berupa latihan yang mengakibatkan otot mengalami pemendekan sehingga otot berkontraksi lebih kuat. Begitu juga mean denyut nadi setelah latihan lebih tinggi dibandingkan mean sebelum latihan, yang menunjukkan peningkatan kerja jantung yang dapat meningkatkan sirkulasi atau aliran darah. Yang jika dipertahankan pada zona latihan, maka kemampuan kerja, daya tahan jantung serta otot-otot akan meningkat dan system kardiovaskuler akan semakin tangguh.

Dokumen yang terkait

Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Gunardi Pome,S.Ag,. M.Kes

1 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN UPAYA MENJAGA KEBUGARAN PADA LANSIA DI DESA LUBUK BATANG LAMA Nelly Rustiatu, S.Km,. M.Kes

0 0 10

STUDY KOMPARASI TEKNIK PENGUKURAN SUHU ORAL DAN REKTAL PADA PASIEN ANAK DI RRI ANAK RSUD. DR. IBNU SUTOWO BATURAJA Ni Ketut Sujati,. M.Kes

0 0 18

LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RRI BEDAH RS IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2013 Ni Ketut Sujati Kestina, M.Kes Poltekkes Palembang prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA PENGARINGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGARINGAN KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2013

0 0 15

Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013. Gunardi Pome. Febri Triana P

0 0 11

Efektivitas Akupuntur terhadapPersepsi Nyeri Dan Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Ni Ketut,. M.Kes

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DAN GANGUAN POLA TIDUR DENGAN IMT PADA SISWA KELAS XI SMA Y BATURAJA D Eka Hasanto,. S.Kp,. M.Kes

0 0 5

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA NEGERI PAKUAN Nelly Rustiati, SKM,. M.Kes

0 0 11

Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI selama 2 tahun di kelurahan sukaraya wilayah kerja puskesmas Sukaraya Gunardi Pome,. S.Ag,. M.Kes

0 1 6