HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA NEGERI PAKUAN Nelly Rustiati, SKM,. M.Kes

  HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA NEGERI PAKUAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMETUNG BASUKI KECAMATAN BUAY PEMUKA PELIUNG KABUPATEN OKU TIMUR tahun 2014

  NELLY RUSTIATI, SKM, M.Kes

  

ABSTRAK

Latar Belakang : Chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit

  yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, dan Asia sejak diidentifikasi tahun 1952 di Afrika Timur.

  (Nurcahyo,2014) Di Sumatera Selatan tercatat sebanyak 160 warga dari tiga kecamatan di Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan OKU Induk. Di kawasan Batumarta Kecamatan Madang Suku III di Unit 5-10 tercatat sebanyak 101 warga yang dirawat.

  Sedangkan di OKU Induk di Kecamatan Lubukraja Unit 1-4 dan Kecamatan Sinar Peninjauan Unit 11-16, dengan total penderita sebanyak 110 orang lebih. Akibatnya, warga tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya (Taufik Wijaya, 2014).

  

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor perilaku

  dengan kejadian penyakit chikungunya di desa negeri pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komeing Ulu Timur Tahun 2014

  

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan

  menggunakan desain penelitian cross sectional , Populasi Penelitian adalah keluarga yang keluarganya menderita Chikungunya dan berobat ke Puskesmas kecamatan Pemetung Basuki. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner dengan teknik porpusive sampel,dan dengan besar sampel sebanyak 87 responden.

  

Hasil : didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor perilaku

  masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya. Dengan nilai Correlation Coefficien tingkat adalah signifikasi ...

  

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor perilaku

  masyarakat dengan kejadian Chikungunya. Hubungan bersifat negatif, yang artinya semakin baik perilaku masyarakat dalam kesehatan maka semakin rendah tingkat kerentanan masyarakat.

  Kata Kunci : Kejadian Chikungunya, Perilaku masyarakat

  PENDAHULUAN

  Menurut Situs Universitas Standford, virus Chikungunya pertama kali ditemukan di dataran Tanzania Afrika Timur Tahun 1952, tidak heran bila namanya berasal dari bahasa Swahlii. Artinya adalah yang berubah bentuk atau bungkuk. Postur penderitanya pun kebanyakan membungkuk akibat nyeri hebat dipersendian tangan dan kaki. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, yang di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Negara Negara yang terjangkit adalah Uganda (1963), Sinegal (1967) ,Angola (1972) ,Afrika Selatan (1976),dan di Negara Negara Afrika Tengah seperti Zaire dan Zambia pada tahun 1978 1979 dari Afrika penyakit ini menyebar ke Negara Negara Amerika dan Asia.(WHO,2007)

  Chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, dan Asia sejak diidentifikasi tahun 1952 di Afrika Timur. (Nurcahyo,2012)

  Demam chikungunya tidak berakibat fatal. Akan tetapi, dalam kurun waktu 2005-2006, telah dilaporkan terjadi 200 kematian yang dihubungkan dengan chikungunya di pulau Reunion dan KLB yang tersebar luas di India, terutama di Tamil, dan Kerala. Ribuan kasus terdeteksi di daerah-daerah di India dan di negara- negara yang bertetangga dengan Sri Lanka, setelah hujan lebat dan banjir pada bulan Agustus 2006. Di selatan India (Negara bagian Kerala), 125 kematian dihubungkan dengan chikungunya. Pada bulan Desember 2006, dilaporkan terjadi 3500 kasus di

  Maldives, dan lebih dari 60.000 kasus di Sri Lanka, dengan kematian lebih dari 80 orang. Di Pakistan pada bulan Oktober 2006 telah dilaporkan terjadi lebih dari 12 kasus chikungunya. Data terbaru bulan Juni 2007, telah dilaporkan terjadi KLB yang menyerang sekitar 7000 penderita di Kerala, India (Widoyono, 2008).

  Di indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan terjadi demam chikungunya di Samarinda tahun 1973.

  Pada laporan selanjutnya terjadi di Kuala Tungkal Jambi tahun 1980, dan Martapura, Ternate, serta Yogyakarta tahun 1983. Selama hampir 20 tahun (1983-2000) belum ada laporan berjangkitnya penyakit ini, sampai adanya laporan KLB demam chikungunya di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, dan Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang sekitar 120 orang di Semarang (Nurcahyo, 2009).

  Selama tahun 2008, di Indonesia terjadi KLB penyakit chikungunya di beberapa provinsi. 718 kasus ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berturut-turut terdapat 718, 26 dan 368 kasus. 32 kasus di Kalimantan, 99 kasus di Lampung dan 581 kasus di Sumatera Selatan serta 444 kasus tercatat di Sumatera Utara (Aditama, 2009).

  Chikungunya merupakan penyakit yang diawali dengan gejala seperti demam mendadak yang mencapai 39

  C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik- bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal ruam. (Nurcahyo, 2009).

  Di Sumatera Selatan tercatat sebanyak 160 warga dari tiga kecamatan di Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan OKU Induk. Di kawasan Batumarta Kecamatan Madang Suku III di Unit 5-10 tercatat sebanyak 101 warga yang dirawat. Sedangkan di OKU Induk di Kecamatan Lubukraja Unit 1-4 dan Kecamatan Sinar Peninjauan Unit 11- 16, dengan total penderita sebanyak 110 orang lebih. Akibatnya, warga tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya (Taufik Wijaya, 2014).

  Berdasarkan data dari dinas kesehatan OKU Timur pada tahun 2013 tercatat 11.028 kasus chikungunya (Dinas Kesehatan OKU Timur, 2014)

  Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Pemetung Basuki pada tahun 2008 didapatkan penderita Chikungunya sebanyak 392 orang dari 8.957 kasus chikungunya yang ada di wilayah OKU Timur, sedangkan di Desa Negeri Pakuan terdapat 101 penderita dari 392 penderita di wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki .

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti merumuskan masalah belum diketahuinya Hubungan Faktor Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay

  Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014.

  B. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Diketahuinya Hubungan Faktor

  Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014.

  2. Tujuan Khusus

  a. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Kejadian. Penyakit Chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014

  b. Diketahuinya Hubungan Sikap Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014.

  c. Diketahuinya Hubungan Tindakan Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014.

A. Rumusan Masalah

  C. Manfaat Penelitian .

  Bagi Petugas Puskesmas Pemetung Basuki hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pustaka bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kinerja dari tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit chikungunya.

  

METODE PENELITIAN penelitian berlangsung.

1. Desain Penelitian (Notoatmodjo, 2002)

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei

  1. Populasi Penelitian analitik dengan desain penelitian Populasi dalam penelitian ini

  

cross sectional. Tujuan desain adalah seluruh Kepala Keluarga yang

  penelitian ini adalah untuk melihat ada di desa Negeri Pakuan wilayah dinamika korelasi antara faktor- kerja Puskesmas Pemetung Basuki faktor risiko (sebab), dengan faktor Kabupaten OKU Timur Tahun 2009 efek (akibat) dimana pengumpulan berjumlah 903 Kepala Keluarga. data dilaksanakan pada saat 2.

  Sampel Penelitian Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002) sampel penelitian ini ditentukan dengan metode acak atau random sampling. Jadi, sampel pada penelitian ini berjumlah 87 orang. Yang ditentukan dengan rumus (Iwan Ariawan, 2002) yaitu : 2 Z 1-

  α/2.P (1-P).N n = 2 2 d (N 1-

  • – 1) + Z α/2.P (1-P)

  keterangan :

  N : Besar populasi 903 Z .1-

  α/2 : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95% (1,96) P : Proporsi pada populasi 0,5 d : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presisi digunakan 0,1 n : Jumlah sampel yang diharapkan n = 86,894 Dibulatkan menjadi 87 sampel

  4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa Negeri Pakuan wilayah kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

  5. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari - mei 2014.

  6. Tehnik Pengumpulan Data Data yang diproleh langsung dari lapangan melalui wawancara dan observasi dengan responden dalam bentuk pengisian daftar pertanyaan (kuesioner dan chek list).

HASIL PENELITIAN

  Analisa Univariat 1.

  Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur No Pengetahuan Jumlah Persentase

  Distribusi frekuensi responden menurut Sikap Keluarga dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka

  3. Sikap Masyarakat tentang Kejadian Penyakit Chikungunya Tabel 5.3

  Jumlah 87 100% Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 70 responden (80,5%), dan sisanya yang berpengetahuan rendah sebanyak 17 responden (19,5%).

  17 80,5 19,5

  70

  2 Tinggi Rendah

  1

  Distribusi frekuensi responden menurut Pengetahuan Keluarga dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay

  Kejadian penyakit chikungunya Tabel 5.1.

  2. Pengetahuan Masyarakat tentang Kejadian Penyakit Chikungunya Tabel 5.2

  Jumlah 87 100% Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui responden yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 35 responden (40,2%), dan sisanya yang tidak pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 52 responden (59,8%)

  52 40,2 59,8

  35

  2 Pernah Menderita Tidak Pernah Menderita

  1

  No Kejadian Penyakit Jumlah Persentase

  Distribusi frekuensi responden menurut Kejadian Penyakit Chikungunya Di Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

  Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur No Sikap Jumlah Persentase

  1 Positif 61 70,1

  2 Negatif 26 29,9 Jumlah 87 100%

  Berdasarkan tabel diatas,dapat diketahui responden yang bersikap positif sebanyak 61 responden (70,1%), dan sisanya bersikap negatif sebanyak 26 responden (29,9%).

4. Tindakan Masyarakat tentang Kejadian Penyakit Chikungunya

  Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden menurut Tindakan Keluarga dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

  No Tindakan Jumlah Persentase

  1 Baik 47 54,0%

  2 Tidak Baik 40 46,0% Jumlah 87 100%

  Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 47 responden (54,0%), dan sisanya yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 40 responden (46,0%).

   Analisa Bivariat 1.

  Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya

  Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Kejadian Penyakit

  Chikungunya Di Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

  Pengetahuan Kejadian Penyakit Total p.value keluarga Pernah Tidak Pernah Tinggi

  24

  46 70 0,044 (34,3%) (65,7%) (100%) Rendah

  11

  6

  17 (64,7%) (35,3%) (100%) Total

  35

  52

  87 Berdasarkan table 5.5 didapatkan bahwa dari hasil analisis Bivariat antara variabel tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit chikungunya didapatkan bahwa dari 70 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi, terdapat 24 (34,3%) responden yang pernah mengalami kejadian Chikungunya, sedangkan yang tidak pernah menderita penyakit chikungunya 46 (65,7%). Selanjutnya dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang pernah mengalami kejadian penyakit Chikungunya sebanyak 35 (40,2%), sedangkan yang tidak pernah mengalami kejadian penyakit Chikungunya 6 (25,3).

  Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p.value = 0,044 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian penyakit chikungunya.

2. Hubungan Sikap Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya

  Tabel 5.6 Hubungan Sikap Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di

  Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

  Sikap Kejadian penyakit Total p.value Masyarakat Pernah Tidak pernah Positif

  17

  44 61 0,001 (27,9%) (72,1%) (100%) Negatif

  18

  8

  26 (69,2%) (30,8%) (100%) Total

  35

  55

  87 (40,2%) (59,8%) (100%)

  Berdasarkan table 5.6, didapatkan bahwa dari 61 responden dengan sikap positif dalam menyikapi kejadian penyakit Chikungunya yang pernah mengalami kejadian penyakit Chikungunya adalah sebanyak 17 (27,9%) responden, sedangkan yang tidak pernah mengalami kejadian Chikungunya sebanyak 44 (72,1%) responden. Selanjutnya dari 26 responden dengan sikap masyarakat antara sikap dengan kejadian penyakit chikungunya diperoleh bahwa ada sebanyak 17 dari 61 responden (27,9%) dengan sikap positif yang pernah menderita penyakit chikungunya, sedangkan ada sebanyak 18 dari 26 responden (69,2%) dengan sikap negatif yang pernah menderita penyakit chikungunya.

  Berdasarkan hasilkan uji chi-square menunjukkan bahwa p.value = 0,001 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian penyakit chikungunya.

3. Hubungan Tindakan Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Chikungunya

  Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p.value = 0,018 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian penyakit chikungunya

  Dengan keterbatasan penelitian penelitian maka peneliti hanya meneliti salah satu faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap , tindakan sebagai variable independen, dan kejadian penyakit sebagai variable dependen.

  factor, dan reinforcing factor.

  Menurut teori L. Green (1980) bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3faktor yaitu : predisposisi factor, enabling

  adalah untuk melihat dinamika korelasi antara faktor resiko (sebab) dengan faktor efek (akibat), dimana pengumpulan data dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung.

  sectional . Tujuan desain penelitian ini

  1. Keterbatasan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penilaian survei analitik dengan desain penelitian cross

  PEMBAHASAN

  Tabel 5.7 Hubungan Tindakan Masyarakat dengan Kejadian Penyakit

  Chikungunya Di Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014

  87 (100%) Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan kejadian penyakit chikungunyadi Desa Negeri Pakuan Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2009 dilaksanakan pada bulan april - mei 2009.

  35 (40,2%) 52 (59,8%)

  40 (100%) Total

  22 (55,0%) 18 (45,0%)

  47 (100%) 0,018 Tidak baik

  13 (27,7%) 34 (72,3%)

  Baik

  Tindakan masyarakat Kejadian penyakit Total p.value Pernah Tidak pernah

  Berdasarkan table 5.7, dari hasil analisis bivariat antara tindakan dengan kejadian penyakit chikungunya diperoleh bahwa ada sebanyak 13 dari 47 responden (27,7%) dengan tindakan baik yang pernah menderita penyakit chikungunya, sedangkan ada sebanyak 22 dari 40 responden (55,0%) dengan tindakan tidak baik yang pernah menderita penyakit chikungunya.

  Alat pengumpulan data utama dalam kegiatan ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengkajian secara mendalam sehingga data yang didapat adalah bentuk angka-angka yang telah dikegorikan sesuai kebutuhan peneliti, dengan bentuk pertanyaan seperti yang penulis maksudkan maka informasi yang didapatkan hanya sebatas identifikasi terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya di desa negeri pakuan.

  2. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hubungan pengetahuan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya Dari 70 responden dengan pengetahuan tinggi yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 24 responden (34,3%), dan yang tidak pernah menderita sebanyak 46 responden (65,7%).

  Sedangkan dari 17 responden dengan pengetahuan rendah yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 11 responden (64,7%) dan yang tidak pernah menderita sebanyak 6 responden (35,3%).

  Berdasarkan hasil uji chi-

  square menunjukkan bahwa p.value =

  0,044 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya.

  Penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian chikungunya juga pernah dilakukan oleh Hj. Rusni (2009). Hasil penelitian nya terdapat hubungan pengetahuan dengan penyakit chikungunya.

  Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam sumber misalnya media masa, elektronik, buku petunjuk petugas kesehatan, dan poster-poster. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat di desa negeri pakuan yaitu kurangnya penyuluhan kesehatan tentang penyakit chikungunya, rendahnya minat masyarakat untuk memperoleh informasi pengetahuan melalui media lain (televisi,dan membaca) sehingga masyarakat kurang mendapatkan informasi tentang penyakit chikungunya. Faktor lain adalah pekerjaan atau aktivitas di luar rumah sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti penyuluhan kesehatan.

  Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran.

  2. Hubungan sikap masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya

  Dari 61 responden dengan sikap positif yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 17 responden (27,9%), dan yang tidak pernah menderita sebanyak 44 responden (72,1%). Sedangkan dari

  26 responden dengan sikap negatif yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 18 responden (69,2%) dan yang tidak pernah menderita sebanyak 8 responden (30,8%).

  Berdasarkan hasilkan uji chi- square menunjukkan bahwa p.value = 0,001 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hj. Rusni (2008) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit chikungunya di desa sukaraja kecamatan wilayah kerja puskesmas sukaraja kabupaten OKU Timur, dari hasil penelitiannya diketahui memang ada hubungan sikap dengan kejadian penyakit chikungunya dengan p.value =0,001.

  Menurut Notoatmodjo (2007) sikap dapat diartikan suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah ada dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

  3. Hubungan tindakan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya

  Dari 47 responden dengan tindakan baik yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 13 responden (27,7%), dan yang tidak pernah menderita sebanyak

  34 responden (72,3%). Sedangkan dari 40 responden dengan tindakan tidak baik yang pernah menderita penyakit chikungunya sebanyak 22 responden (55,0%) dan yang tidak pernah menderita sebanyak 18 responden (45,0%).

  Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p.value : 0,018 dengan derajat kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya.

  Kemauan atau kehendak merupakan kecendrungan untuk melakukan suatu tindakan. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan (tindakan) adalah sarana dan prasarana. Seseorang atau keluarga atau masyarakat yang sudah bisa mencukupi sarana, prasarana, fasilitas atau dana untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku kesehatan, ini berarti telah mempunyai kemampuan untuk hidup sehat. (Notoatmodjo, 2007).

  M. KESIMPULAN

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014

  2. Ada hubungan yang bermakna antara sikap masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya di Desa Negeri Pakuan

  Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni .Rineka Cipta: Jakarta.

  

  Notoatmodjo, Soekidjo.2007.

  Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Rineka Cipta: Jakarta.

  Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.

  Metodologi Penelitian Kesehatan .

  Notoatmodjo, Soekidjo. 2002.

  Penyakit Infeksi di Indonesia.Airlangga : Surabaya.

  Pustaka: Yogyakarta. Nasronudin, dr. SpPD. 2007.

  Mengenal, mencegah, dan mengobati penularan penyakit dari infeksi .Citra

  Spesialis Info Penyakit Menular.2010, diakses 19 februaru 2012.

  Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Depok.

  Analisa Data .

  Referensi Hastono, Sutanto. 2001.

  2.Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam meningkatkan kegiatan home care terutama dalam memandirikan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang bersih, termasuk tentang pencegahan dan cara mengatasi penyakit Chikungunya.

  Agar masyarakat mampu lebih mandiri dalam masalah kesehatan, dalam hal ini upaya menghindari atau mencegah penyakit Chikungunya dengan cara senantiasa meningkatkan daya tahan tubuh juga senantiasa dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan, terutama dengan membiasakan tidur memakai kelambu, menguras bak mandi seminggu sekali, dan menutup rapat tempat penampungan air, serta mengubur barang-barang bekas.

  1.Bagi masyarakat desa Negeri Pakuan

  Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut :

   SARAN

  3. Ada hubungan yang bermakna antara tindakan masyarakat dengan kejadian penyakit chikungunya di Desa Negeri Pakuan Wilayah Kerja Puskesmas Pemetung Basuki Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2014 N.

  • chikungunya/widoyono,2008. Mahdiana, Ratna. 2010.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013 Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan PHBS terhadap Kejadian Diare pada

0 0 15

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI ZAT BESI (Fe)PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBER WARAS KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 ZURAIDAH,SKM, MKM Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang A

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMAN 2 KABUPATEN OKU TAHUN 2013 D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes Poltekkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKO

0 1 7

Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Gunardi Pome,S.Ag,. M.Kes

1 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN UPAYA MENJAGA KEBUGARAN PADA LANSIA DI DESA LUBUK BATANG LAMA Nelly Rustiatu, S.Km,. M.Kes

0 0 10

STUDY KOMPARASI TEKNIK PENGUKURAN SUHU ORAL DAN REKTAL PADA PASIEN ANAK DI RRI ANAK RSUD. DR. IBNU SUTOWO BATURAJA Ni Ketut Sujati,. M.Kes

0 0 18

LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RRI BEDAH RS IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2013 Ni Ketut Sujati Kestina, M.Kes Poltekkes Palembang prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA PENGARINGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGARINGAN KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2013

0 0 15

Efektivitas Akupuntur terhadapPersepsi Nyeri Dan Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Ni Ketut,. M.Kes

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DAN GANGUAN POLA TIDUR DENGAN IMT PADA SISWA KELAS XI SMA Y BATURAJA D Eka Hasanto,. S.Kp,. M.Kes

0 0 5