Lingkup Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

1. Bayi baru lahir normal
A. Pengertian
Menurut saifuddin, (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut donna l. Wong, (2003) bayi baru lahir adalah bayi dari
lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 –
42 minggu.
Menurut dep. Kes. Ri, (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut m. Sholeh kosim, (2007) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Ciri – ciri bayi baru lahir
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan
C. Reflek – reflek fisiologis
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau
pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya
kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus

sepanjang hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada
saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau
masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek
muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan
mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap


Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan
mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini
harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama
lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan
menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan
haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
1) Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang

menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba
serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari
membentuk “c” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas,
kaki dapat fleksi dengan lemah.
2) Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
3) Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan
dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi.

4) Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu
dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan
pelvis
5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
D. Penanganan segera bayi baru lahir

Menurut jnpk-kr/pogi, apn, (2007) asuhan segera, aman dan bersih
untuk bayi baru lahir ialah :
1. Pencegahan infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir delee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a.

Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

b.


Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah
maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme kehilangan panas
a.

Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
b.

Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda –

benda tersebut

c.

Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara
dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.

d.

Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :

a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c. Selimuti bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian asi harus
dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan
bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil
(suhu aksila antara 36,5º c – 37º c). Jika suhu tubuh bayi masih
dibawah 36,5º c, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti
keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi
tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami
masalah pernapasan
4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat
dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering
untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar

kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh
bayi setelah dimandikan.

5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan
kering
7) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering,
kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian
kepala bayi diselimuti dengan baik
8) Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan
diselimuti dengan baik
9) Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama
dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong
ibu untuk segera memberikan asi
4. Membebaskan jalan nafas nafas\
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis
spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,
penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar.

e. Alat penghisap lendir mulut (de lee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (apgar
score)
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau
mulut harus diperhatikan.
5. Merawat tali pusat
a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat
atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi
tubuh lainnya.
c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau
kain bersih dan kering.
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik
tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul
kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5%
h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(dep. Kes. Ri, 2002)

6. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi
merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat
sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat
(prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas
tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi
dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami
hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
 Keringkan bayi secara seksama
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
 Tutup bagian kepala bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
 Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (dep. Kes. Ri, 2002)
7. Pencegahan infeksi
a. Memberikan vitamin k
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin k
pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin
k per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri
vitamin k parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg im.
b. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama

persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam
setelah bayi lahir.
c. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
 Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan
benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
 Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
 Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop
dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi
dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah
digunakan). (dep.kes.ri, 2002)
8. Identifikasi bayi
a. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang
segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan.
b. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi

c. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
d. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi,
nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu
e. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (saifudin,, 2002)
2. Bayi baru lahir bermasalah
1.

Ikterik

a.

Definisi.
Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu
minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan puncaknya di hari
ke 5-7, kemudian akan menurun pada hari ke 10-14, peningkatannya
tidak melebihi 10 mg/ddl pada bayi atterm dan < 12 mg/dl pada bayi
prematur. Keadaan ini masih dalam batas normal.
Ikterik dibagi menjadi 2 :
 Ikterik fisiologis : ikterik yang timbul pada hari kedua dan
ketiga,tidak mempunyai dasar patologis, kadar tidak melampaui kadar
yang membahayakan. Dikatakan ikterik fisiologis apabila sesudah
pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukan dasar
patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern
icterus (suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak).
 Ikterik patologis : ikterik yang mempunyai dasar patologis, kadar
bilirubin mencapai hiperbilirubinemia

b.

Etiologi
 Kurangnya enzim glukoronil transferase,
 Pemberian minum, terutama asi yang kurang,
 Gangguan fungsi hati/ kerja hati yang bertambah berat, missal akibat
inkompatibilitas rhesus/ abo hati belum matang.

c.

Patofisiologi
 Peningkatan b. Indirek karena pemecahan sel darah merah sebelum
waktunya, fungsi hati belum matang.
 Asupan kalori dan cairan kurang
 Kadar normal bilirubin indirek adalah kurang lebih 5 mg%

d.

Komplikasi
Berpotensi patologi jika :
 Timbul 24 jam pertama
 Kadar b.indirek lebih dari 12,5 mg% pada bayi cukup bulan dan lebih
dari 10 mg% pada bayi premature.
 Peningkatan kadar bilirubin lebih dari 5 mg %/ hari.

e.

Penatalaksanaan
 Pemberian asi yang adekuat
Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak
setiap 2-3 jam
 Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9
pagi
Pemberian terapi sinar matahari sehingga bilirubin diubah menajdi
isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan tubuh karena
mudah larut dalam air

f.

Derajat kramer

Daerah

Luas ikterus

Kadar (mg %)

I

Kepala dan leher

5

Ii

Daerah i + badan atas
9
Daerah i, ii + badan bawah dan
11
tungkai
Daerah i, ii, iii + lengan dan kaki
12
dibawah lutut

Iii
Iv
V

g.

Daerah i, ii, iii, iv + tangan dan kaki

16

Diagnosis banding
Ikterus yang timbul 24 jam pertatama kehidupan mungkin akibat
eritroblstosis foetalis, sepsis, rubella atau toksoplasmosis congenital.
Ikterus yang timbul setelah hari ke 3 dan dalam minggu pertama, harus
dipikirkan kemungkinan septicemia sebagai penyebabnya. Ikterus yang
permulaannya timbul setelah minggu pertama kehidupan memberi
petunjuk adanya septicemia, atresia kongental saluran empedu, hepatitis
serum homolog, rubella, hepatitis herpetika, anemia hemolitik yang
disebabkan oleh obat-obatan dan sebagainya.
Ikterus yang persisten selama bulan pertama kehidupan memberi
petunjuk adanya apa yang dinamakan “inspissated bile syndrome”.
Ikterus ini dapat dihubungkan dengan nutrisi parenteral total. Kadang
bilirubin fisiologis dapat berlangsung berkepanjangan sampai beberapa
minggu seperti pada bayi yang menderita penyakit hipotiroidisme atau
stenosis pylorus.

h.

Terapi
Tujuan

utama

penatalaksanaan

ikterus

neonatal

adalah

untuk

mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang
dapat menimbulkan kernikterus/encefalopati biliaris, serta mengobati

penyebab langsung ikterus tersebut. Pengendalian bilirubin juga dapat
dilakukan dengan mengusahakan agar kunjugasi bilirubin dapat
dilakukan dengan megusahakan mempercepat proses konjugasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase
dengan pemberian obat seperti luminal atau fenobarbital.
Pemberian substrat yang dapat menghambat matabolisme bilirubin
(plasma atau albumin)
3. Kelainan-kelainan bayi barulahir
1. Labioskizis & labiopalatokisizis
a. Pengertian
 Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat
kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang
dan palatum anterior.
 Labiopalatokizis (cleft lift and clift palate) adalah suatu kelainan
yang ddapat terjadi pada daerah mulut, palatosis (sumbing
palatum), dan labiosis (sumbing pada bibir) untuk menyatu selama
perkembangan embrio.
b. Tanda dan gejala
 Terjadi pemisahan langit-langit
 Terjadi pmisahan bibir
 Infeksi telinga berulang
 Berat badan tidak bertambah
 Pada bayi trjadi regurgitasinasal ketika menyusui yaitu keluarnya
air susu dari hidung
c. Penanganan

 Tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya.
 Adanya kemajuan tekhnik bedah kosmetik serta kerjasama yang
baik antara ahli bedah, dokter anak, dokter tht, orthodontic serta
ahli wicara, maka hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringannya
kelainan yang ada maka tindakan bedah maupun tindakan
orthodontic dilakukan secara bertahap.
 Penutupan labioskizis biasanya di lakukan pada umur 3 bulan
sedangkan labiopalastokizis biasanya ditutup pada umur 9-12
bulan menjelang anak belajar bicara yang penting dalam operasi ini
adalah haruslah memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya (bisa
dicicil ) supaya anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai
kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang.
 Tahapan tindakan orthodontic di perlukan untuk perbaikan gusi
dan gigi
 Pendekatan terhadap orang tua sangat penting agar mereka
mengetahui masalah tindakan yang di perlukan untuk perawatan
anaknya.
Contohnya :
- Pemberian asi secara langsung dapat pula diupayakan kalau ibu
mempunyai reflek memancarkan air susu dengan baik yang
mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
- Bila anak sukar menghisap sebaiknya digunakan botol peras
( squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap dipakai
dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong
jatuh dibelakang mulut hingga dapat dihisap. Kalau anak tidak mau
berikan dengan cangkir dan sendok.
2.Atresia esophagus

a. Pengertian
Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan
lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan
primitif
Atresia berarti buntu jadi atresia esophagus adalah kelainan bawaan
dimana ujung saluran esophagus buntu 60 % biasanya disertai
hidramnion.
Atresia esophagus terjadi pada 1 dari 3.000-4.500 kelahiran hidup,
sektar 1/3 anak yang terkena lahir premature. Pada lebih 85 % kasus,
fistula antar trakea antara trakea dan esophagus distal menyertai
atresia. Lebih jarang, atresia esophagus atau fistula trakeoesophagus
menjadi sendiri-sendiri dengan kombinasi yang aneh.
b. Gejala/tanda
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara
lain :
 Hipersekresi cairan dari mulut
 Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
c. Penanganan
 Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap,
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
 Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
 Dilakukan tindakan pembedahan
4. Trauma pada bayi baru lahir
A. Definisi
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena
proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan

trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang
tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan
kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap
orang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis,
tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau
resusitasi.
B. Insidensi
Insidensi trauma lahir sekitar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak
5-8 per 100.000 lahir meninggal akibat trauma mekanik dan 25 per
100.000 lahir meninggal akibat trauma anoksik.
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
1. Makrosomia
2. Prematuritas
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Distosia
5. Persalinan lama
6. Persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7. Persalinan dengan sectio caesaria
8. Kelahiran sungsang
9. Presentasi bokong
10. Presentasi muka
11. Kelainan bayi letak lintang
C. Kelainan pada Bayi Baru Lahir Akibat Trauma Lahir
Beberapa kelainan pada bayi baru lahir akibat trauma lahir adalah
sebagai berikut :
1. Perlukaan jaringan lunak
a. Perlukaan kulit

Kelainan

ini

mungkin

timbul

pada

persalinan

yang

mempergunakan alat-alat seperti cunam atau vakum. Infeksi
sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul pada kejadian ini.
Karena itu, kebersihan dan pengeringan kulit yang terluka perlu
diperhatikan. Bila perlu dapat juga digunakan obat-obat antiseptik
lokal. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk penyembuhan.
b. Eritema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak subkutan
Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini yaitu
presentasi muka dan persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi
cunam dan ekstraksi vakum. Kelainan ini memerlukan pengobatan
khusus dan menghilang pada minggu pertama.
c. Perdarahan subaponeurotik
Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya venavena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di
dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi pada persalinan yang
diakhiri dengan alat, dan biasanya tidak mempunyai batas tegas,
sehingga kadang-kadang kepala berbentuk asimetris. Kelainan ini
dapat menimbulkan anemia, syok, atau hiperbilirubinemia.
Pemberian vitamin K dianjurkan pada perdarahan ringan,dengan
dosis 1-2 mg/kg BB/hari selama tiga hari dan transfuse darah bila
diperlukan.

d. Trauma m. Sternokleidomastoideus
Kelainan ini didapat pada persalinan sungsang karena usaha untuk
melahirkan kepala bayi. Kepala serta leher bayi cenderung miring
ke arah otot yang sakit dan jika keadaan dibiarkan, otot sembuh,
tetapi dalam keadaan lebih pendek dari normal. Sebelum hal itu
terjadi, perlu dilakukan fisioterapi dengan cara pengurutan
setempat dan peregangan leher secara pasif ke sisi yang

berlawanan. Jika setelah 6 bulan tidak berhasil maka harus
dilakukan pembedahan korektif.
e. Caput Succedaneum
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan
jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang
segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati
batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi
kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada
bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum
dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari .
f. Cephal hematoma
Istilah cephal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas
tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal
dan berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada tulang
temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa,
tetapi lebih sering paada persalinan lama atau persalinan yang
diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.
Gejala

lanjut

yang

mungkin

terjadi

yaitu

anemia

dan

hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang
tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.
Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak
memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang
dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak
luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.
g. Perdarahan subkonjungtiva
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan
biasa maupun pada yang sulit. Darah yang tampak di bawah
konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi setelah 1-2 minggu tanpa
diperlukan pengobatan apa-apa.

2. Perdarahan intra kranial
a. Perdarahan subdural
Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada tengkorak yang
dapat menimbulkan robekan falks cerebri atau tentorium cerebelli,
sehingga terjadi perdarahan. Hal ini biasanya ditemukan pada
persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dengan dipaksakan
untuk lahir pervaginam dan lebih sering ditemukan pada bayi
aterm dari pada bayi prematur.
b. Perdarahan subependimal dan intraventrikuler
Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan biasanya
terdapat pada bayi-bayi prematur.
c. Perdarahan subarakhnoidal
Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi-bayi premmatur dan
mempunyai hubungan erat dengan hipoksia pada saat lahir.
Bayi dengan perdarahan intra kranial menunjukkan gejala-gejala
asfiksia yang sukar diatasi. Bayi setengah sadar, merintih, pucat, sesak
nafas, muntah dan kadang-kadang kejang. Bayi dapat meninggal atau
hidup terus tanpa gejala-gejala lanjut atau dengan gejala-gejala
neurologik yang beraneka ragam, tergantung pada tempat dan luasnya
kerusakan jaringan otak akibat perdarahan.
Tindakan pada perdarahan intra kranial adalah sebagai berikut :
 Kelainan yang membawa trauma harus dihindari dan kalau ada
disproporsi harus dilakukan sectio caesaria
 Bayi dirawat dalam inkubator
 Temperatur harus dikontrol
 Kalau perlu diberikan tambahan oksigen
 Sekret dalam tenggorokan diisap keluar
 Bayi jangan terlampau banyak digerakkan dan dipegang
 Kalau ada indikasinya, vitamin K dapat diberikan
 Konvulsi dikendalikan dengan sedativ

 Kepala jangan direndahkan, karena tindakan ini bisa menambah
perdarahan
 Jika pengumpulan darah subdural dicurigai, pungsi lumbal harus
dikerjakan untuk mengurangi tekanan
 Diberikan antibiotik sebagai profilaktik.\
3. Patah tulang
a. Fraktur klavikula
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru
lahir,yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan
bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran
presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada
kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah
kelemahan

lengan

pada

sisi

yang

terkena,

krepitasi,

ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna
kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya
refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah
7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan
fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
b. Fraktur humeri
Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan
lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang
terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut
menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya
imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan
memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan
pemasangan gips. Dan akan membaik dalam waktu 2-4 minggu.
c. Fraktur tulang tengkorak
Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran
pervaginam sebagai akibat penggunaan cunam atau forceps yang

salah, atau dari simpisis pubis, promontorium, atau spina ischiadica
ibu pada persalinan dengan diproporsi sefalopelvik. Yang paling
sering adalah fraktur linier yang tidak menimbulkan gejala dan
tidak memerlukan pengobatan, serta fraktur depresi yang biasanya
kelihatan sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip lekukan pada
bola pingpong. Semua fraktur ini harus direposisi untuk
menghindari cedera korteks akibat tekanan yang terus-menerus
dengan menggunakan anesthesi lokal dalam minggu pertama dan
segera setelah kondisi bayinya stabil.
d. Fraktur femoris
Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya
disebabkan oleh kesalahan teknik dalam pertolongan pada
presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada penderita adalah
pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan
pasif pada tungkai. Pengobatan dilakukan dengan melakukan traksi
pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya terjadi unilateral.
Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4 minggu pengobatan.
e. Fraktur dan dislokasi tulang belakang
Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan
traksi kuat untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang
atau untuk melahirkan bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau
dislokasi lebih sering pada tulang belakang servikal bagian bawah
dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar dari perdarahan
setempat hingga destruksi total medulla spinalis pada satu atau
lebih aras (level) cerebral. Keadaan bayi mungkin buruk sejak
kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia.
Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai
menimbulkan kematian dalam beberapa jam. Pada bayi yang
selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan sering
terdapat cedera permanen.
4. Perlukaan susunan saraf

a. Paralisis nervus facialis
Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat
kelahiran. Hal ini sering tampak pada bayi yang lahir dengan
ekstraksi cunam Kelumpuhan perifer ini bersifat flasid, dan bila
kelumpuhan terjadi total, akan mengenai seluruh sisi wajah
termasuk dahi. Kalau bayi menangis, hanya dapat dilihat adanya
pergerakan pada sisi wajah yang tidak mengalami kelumpuhan dan
mulut tertarik ke sisi itu. Pada sisi yang terkena gangguan, dahinya
licin, mata tidak dapat ditutup, lipatan nasolabial tidak ada dan
sudut mulut kelihatan jatuh. Kelainan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa tindakan-tindakan khusus
b. Paralisis nervus frenikus
Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan
terjadinya paralisis diafragma. Kelainan sering ditemukan pada
kelahiran sungsang. Kelainan ini biasanya menyertai paralisis
Duchenne – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma
kanan. Pada paralisis berat bayi dapat memperlihatkan sindroma
gangguan pernafasan dengan dispneu dan sianosis. Diagnosis
ditegakkan

dengan

pemeriksaan

röntgen

foto

torak

atau

fluoroskopi dimana diafragma yang terganggu posisinya lebih
tinggi. Pengobatan biasanya simptomatik. Bayi harus diletakkan
pada sisi yang terkena gangguan dan kalau perlu diberi oksigen.
Infeksi paru merupakan komplikasi yang berat. Penyembuhan
biasnya terjadi spontan pada bulan ke-1 samapi ke-3.
c. Paralisis plexus brachialis
Kelainan ini dibagi atas :
 Paralisis Duchenne – Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian
tubuh yang disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari plexus
brachialis. Pada keadaan ini ditemukan kelemahan untuk fleksi,

abduksi, serta memutar ke luar disertai hilangnya refleks biseps
dan Moro.
 Paralisis Klumpke, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh
yang disarafi oleh cabang C8-Th 1 dari plexus brachialis.
Disini terdapat kelemahan oto-otot fleksor pergelangan,
sehingga bayi kehilangan refleks mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah
leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada
plexus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan sungsang
apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan
kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin dengan bahu lebar.
Penanggulangannya dengan jalan meletakkan lengan
atas dalam posisi abduksi 90° dan putaran ke luar. Siku berada
dalam fleksi 90° disertai supinasi lengan bawah dengan
ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap ke depan.
Posisi ini dipertahankan untuk beberapa waktu. Penyembuhan
biasanya setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan.
 Paralisis pita suara
Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan dengan
traksi kuat di daerah leher. Trauma tersebut dapat mengenai
cabang ke laring dari nervus vagus, sehingga terjadi gangguan
pita suara (afonia), stridor pada inspirasi, atau sindroma
gangguan pernafasan. Kelainan ini dapat menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan kadang-kadang
diperlukan tindakan trakeotomi pada kasus yang berat.
 Kerusakan medulla spinalis
Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang,
presentasi muka atau presentasi dahi. Hal ini terjadi akibat
regangan

longitudinal

tulang

belakang

karena

tarikan,

hiperfleksi, atau hiperekstensi pada kelahiran. Gejala yang

ditemukan tergantung dari bagian medulla spinalis yang
terkena dan dapat memperlihatkan sindroma gangguan
pernafasan, paralisis kedua tungkai, retensio urine, dan lainlain. Kerusakan yang ringan kadang-kadang tidak memerlukan
tindakan apa-apa, tetapi pada beberapa keadaan perlu dilakukan
tindakan bedah atau bedah saraf.
5. Perlukaan lain
Perdarahan intra abdominal, kelainan ini dapat terjadi akibat teknik
yang salah dalam memegang bayi pada ekstraksi persalinan
sungsang. Gejala yang dapat dilihat ialah adanya tanda-tanda syok,
pucat,

anemia,

dan

kelainan

abdomen

tanpa

tanda-tanda

perdarahan yang jelas. Ruptur hepar, lien dan perdarahan adrenal
merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan perdarahan
ini. Operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki prognosis
bayi.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65