SURAT GUGATAN NEW FINAL 1

SURAT GUGATAN

Jakarta, 18 Agustus 2015
Perihal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Jl. Ampera Raya No.133, Ps. Minggu.
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Anbiya Annisa, SH., L.LM.
2. Arfia Alyani, SH., L.LM.
3. Cut Taltha Azaria, SH., MH.
4. Diana Virda Ekaningrum, SH., MH. B.Bus.
5. Dionisia Widyarini, SH., MH.
6. Nuruzzhahrah Diza, SH., MH., M.Kn.
7. Putri Apriyanti, SH., MH.
8. Septina, SH., L.LM.
9. T. Adiesta Clarizka, SH., LL.M.

10. Yovani Dewi Swantika, SH., MH. M.Kn.

Advokat yang berkantor kantor hukum HRDY Councelor At Law yang beralamat di Sampoerna
Strategic Building, Suite 02, Lt. 31, Jalan. Jenderal Sudirman Kav. 45-46, Setiabudi, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12930 berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 10 Agustus 2015
Nomor. 44/SKK/10.08/PMH/2015 yang bertindak baik bersama-sama maupun sendiri mewakili :
ALFIAN HELMI HASYIM, warga negara Indonesia, yang beralamat di Jalan. Bintaro
Raya No. 10A, Kav 4. Kompleks Garuda Food, Tanah Kusir Jakarta Selatan selanjutnya
disebut sebagai --------------------------------------------------------------------PENGGUGAT;
Dalam hal ini telah memilih tempat kediaman hukum (domisili hukum) di kantor kuasanya
tersebut di atas, hendak mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap :
Randall Cafferty M.D., D.C yang beralamat di Pakubuwono Residence, Jalan
Pakubuwono VI No. 68 Suite 103, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut
sebagai------------------------------------------------------------------------------TERGUGAT I;
Klinik Chiropractic First The Spine & Nerve Clinic yang beralamat di Pondok lndah
Mall

l,

Jalan.


Metro

Pondok

lndah,

Jakarta

Selatan,

selanjutnya

disebut

sebagai------------------------------------------------------------------------------------------------TERGUGAT II;
PT Chiro First Indonesia yang beralamat di Tifa Building Lt. 3 Suite 301 ll. Kuningan
Barat 26, Kuningan Barat Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut
sebagai----------------------------------------------------------------------------TERGUGAT III.
TERGUGAT I, TERGUGAT II, dan ERGUGAT III untuk selanjutnya secara bersama-sama

disebut sebagai PARA TERGUGAT.
Bahwa alasan, dasar fakta, dan dasar hukum diajukannya gugatan oleh Penggugat adalah sebagai
berikut :
I.
-

Kewenangan Absolut dan Kewenangan Relatif Pengadilan
Kewenangan Absolut Pengadilan

Bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 25 ayat 2 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009, yang menyatakan “Peradilan umum berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara pidana dan perkara perdata”. Sehingga, apabila merujuk pada ketentuan
yang diatur dalam Pasal 25 ayat 2 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, maka Pengadilan
Negeri sebagai Peradilan Umum berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
perkara perdata, yaitu perkara perbuatan melawan hukum dan perkara wanprestasi.
-

Kewenangan Relatif Pengadilan



Bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 118 ayat 2 HIR, yang
menyatakan “Jika tergugat lebih dari satu orang, sedang mereka tidak tinggal
dalam wilayah Pengadilan Negeri yang sama, maka gugatan diajukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang berada pada salah satu domisili atau tempat tinggal
dari tergugat, yang dipilih oleh penggugat”.



Bahwa Tergugat I yang beralamat di Pakubuwono Residence, Jalan Pakubuwono
VI No. 68 Suite 103, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; Tergugat II yang
beralamat di Pondok lndah Mall l, Jalan. Metro Pondok lndah, Jakarta Selatan;
dan Tergugat III yang beralamat di Tifa Building Lt. 3 Suite 301 ll. Kuningan
Barat 26, Kuningan Barat Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.



Sehingga, apabila merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 118 ayat 2
HIR, maka Penggugat memilih untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
yang berada pada salah satu domisili dari beberapa Tergugat, yaitu mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri yang berada pada domisili dari Tergugat III, yaitu

mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dengan demikian,
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara ini.

II.
-

Legal Standing Para Pihak
Penggugat



Bahwa menurut R. Subekti dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum
Perdata mengatakan bahwa dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak
atau subyek di dalam hukum.



Bahwa Penggugat adalah pribadi kodrati yang berkedudukan di Jalan. Bintaro
Raya No. 10A, Kav 4. Kompleks Garuda Food, Tanah Kusir Jakarta Selatan.

(vide : KTP Penggugat).



Bahwa yang dapat menuntut ganti rugi adalah pihak yang mengalami kerugian.



Bahwa Penggugat adalah ayah dari Anak Penggugat Siska Nadya, yaitu korban
yang diterapi chiropractic oleh Tergugat I. (vide: Kartu Keluarga Penggugat).

-

Para Tergugat


Bahwa berdasarkan Pasal 100 Rv dikatakan bahwa seorang asing bukan penduduk
bahkan tidak berdiam di Indonesia dapat digugat di hadapan hakim Indonesia
untuk perikatan-perikatan yang dilakukan di Indonesia atau dimana saja dengan
warga Negara Indonesia.




Bahwa Tergugat I adalah seorang asing berkewarganegaraan Amerika dengan
nomor paspor xxx. (vide bukti paspor Tergugat I)



Bahwa Tergugat I merupakan therapist yang bekerja pada klinik Chiropractic
First Spinal and Nerve Clinic.



Bahwa Tergugat I melakukan kesalahan prosedural medis terhadap anak kandung
Penggugat yang bernama Anak Penggugat Siska Nadya, sehingga mengakibatkan
anak kandung Penggugat meninggal dunia, dimana berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang menyatakan “Setiap perbuatan
melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian, untuk mengganti kerugian
tersebut”.




Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I merupakan perbuatan melawan
hukum, karena terdapat kesalahan dalam perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat
I baik secara sengaja maupun lalai yang menimbulkan kerugian terhadap
Penggugat yaitu mengakibatkan anak kandung dari Penggugat yang bernama

Anak Penggugat

Siska Nadya meninggal dunia. (vide rekam medis, resume

medis, dan bukti surat kematian Anak Penggugat ).


Bahwa berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka Tergugat I
ditarik sebagai pihak dalam gugatan ini untuk bertanggung jawab terhadap
kerugian yang dialami oleh Penggugat sebagai akibat dari kesalahan yang
dilakukan oleh Tergugat I baik secara sengaja maupun lalai dan mewajibkan
Tergugat I karena kesalahannya yang menimbulkan kerugian terhadap Penggugat,

untuk mengganti kerugian tersebut.



Bahwa Tergugat II merupakan pimpinan cabang klinik Chiropractic First Spinal
and Nerve Clinic berdasarkan Surat Izin Pendirian dan Penyelenggaran Klinik
Chiropractic First Spinal and Nerve Clinic Nomor. 9573/JKSL/2010. (vide bukti
surat izin pendirian dan penyelenggaraan klinik) .



Bahwa Tergugat II merupakan Pimpinan Cabang Klinik Chiropractic First Spinal
and Nerve Clinic, tempat dimana anak Penggugat melakukan terapi chiropractic.



Bahwa Tergugat II merupakan klinik yang mempekerjakan Tergugat I sebagai
therapist yang tidak memiliki izin dan lisensi yang sah untuk melakukan praktik
chiropractic harus bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
Tergugat I baik secara sengaja maupun lalai yang menimbulkan kerugian terhadap

Penggugat, dimana berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1367 ayat (3)
KUHPerdata, yang menyatakan “Bahwa majikan dan mereka yang mengangkat
orang lain untuk mewakili urusan mereka bertanggung jawab terhadap kerugian
yang ditimbulkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan
pekerjaannya”.



Bahwa berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka Tergugat II
ditarik sebagai pihak dalam gugatan ini untuk bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukan oleh Tergugat I, dimana Tergugat II sebagai Pimpinan Cabang
Klinik Chiropractic First Spinal and Nerve Clinic yang mempekerjakan Tergugat
I, sudah sepatutnya melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap kinerja dari
Tergugat I, sehingga Tergugat II harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang
dialami oleh Penggugat sebagai akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh

Tergugat I baik secara sengaja maupun lalai dalam melakukan pekerjaannya
sebagai therapist.



Bahwa Tergugat III merupakan kantor pusat yang memiliki beberapa cabang
pengobatan penyakit tulang belakang di Indonesia, yang salah satunya adalah
Tergugat II yang merupakan anak perusahaan dari Tergugat III dan merupakan
tempat yang mempekerjakan Tergugat I, dimana berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata, yang menyatakan “Bahwa majikan
dan mereka yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan mereka
bertanggung jawab terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh pelayan atau
bawahan mereka dalam melakukan pekerjaannya”, dengan demikian Tergugat III
sebagai kantor pusat harus bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan
oleh bawahannya yang menimbulkan kerugian terhadap Penggugat, karena sudah
sepatutnya Tergugat III sebagai kantor pusat (perusahaan induk) harus
mengetahui dan melakukan pengawasan secara intensif terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh bawahannya, sehingga Tergugat III harus bertanggung jawab
terhadap kerugian yang dialami oleh Penggugat sebagai akibat dari kesalahan
yang dilakukan oleh bawahannya, yaitu Tergugat I dan Tergugat II baik secara
sengaja maupun lalai.

III.

TENTANG DUDUKNYA PERKARA
a. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang telah diuraikan di atas, diketahui
bahwa pada tanggal 5 Agustus, Anak Penggugat datang ke Chiropractic First
Spinal and Nerve Clinic untuk melakukan terapi dalam rangka penyembuhan
tulang belakangnya yang mengalami kelainan berupa kifosis, dan dalam
konsultasinya yang pertama itu Ia dihadapkan langsung dengan seorang terapis
yaitu Tergugat I, dimana dalam konsultasinya Anak Penggugat menyerahkan bukti
FOTO x-Ray (vide bukti foto X-Ray) yang menurut analisis Tergugat I mengalami
kelainan tulang belakang (vertebra) dan Tergugat I menyarankan agar Ank Korban
melakukan terapi sebanyak 40 kali. Penawaran ini ditolak oleh Anak Penggugat
karena Anak Penggugat akan meninggalkan Indonesia dalam waktu dekat untuk
menyelesaikan studinya di luar negeri. Dan berdasarkan keberatan Anak

Penggugat ini, pihak Tergugat I menyarankan kembali agar Anak Penggugat
melakukan terapi sebanyak 40 kali tetapi dibuat menjadi dua kali sehari untuk
mempersingkat waktu.
Bahwa pada tanggal 6 Agustus setelah menjalankan dua kali terapi, tepatnya
setelah terapi ke dua pada hari itu, Anak Pengugat mengeluh kesakitan di bagian
lehernya dan menyebabkannya dilarikan ke Rumah Sakit.
Bahwa diketahui karena tidak tertolong lagi nyawanya setalah mendapat
pertolongan medis, maka Anak Penggugat dinyatakan meninggal dunia pada
tanggal 7 Agustus 2015.
Bahwa diketahui dalam jangka waktu 4.5 jam setelah dilakukannya terapi oleh
Tergugat I kepada Anak Penggugat, Anak Penggugat mengeluhkan kesakitan di
bagian leher kepada Penggugat menyebabkan si Anak Penggugat ini dilarikan ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Bahwa diketahui waktu meninggalnya Anak Penggugat hanya berselang tujuh (7)
jam saja sejak terakhir Ia mengeluh kesakitan di bagian lehernya.
Bahwa berdasarkan fakta dan alat bukti visum et repertum (vide VER) dinyatakan
bahwa meninggalnya Anak Penggugat adalah karena pecahnya pembuluh darah di
bagian tengkuk.
Bahwa berdasarkan fakta tersebut diketahui bahwa Tergugat I melakukan tindakan
medis berupa penggerakan kepala korban Anak Penggugat ke kanan dan ke kiri
(vide bukti rekam medis dan resume medis)
Bahwa berdasarkan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa karena ketidakhatihatian dalam praktik prosedural medis yang dilakukan oleh Tergugat I
menyebabkan terjadinya pecah pembuluh darah pada Anak Penggugat

yang

menyebabkan Anak Penggugat meninggal dunia.
b. Bahwa berdasarkan fakta (vide rekam medis) diketahui pula bahwa Tergugat I
menyarankan agar terapi yang dilakukan oleh Anak Penggugat dilakukan menjadi
dua kali sehari untuk mempersingkat waktu.
c. Berdasarkan hal-hal tersebut maka perbuatan Tergugat I menyarankan Anak
Penggugat untuk melakukan terapi menjadi 2 kali sehari merupakan salah satu

tindakan yang tidak mengikuti SOP dan tidak menerapkan prinsip kehati-hatian
(precautionary principle).
d. Bahwa karena tidak dilaksanakannya SOP yang ada serta tidak diterapkannya
prinsip kehati-hatian dalam tindakan medis yang dilakukan oleh Tergugat I maka
hal ini menyebabkan pecahnya pembuluh darah Anak Penggugat yang akhirnya
berimplikasi pada kematian (vide surat rekam medis, resume medis, surat
kematian).
e. Bahwa Tergugat I melakukan perbuatan melawan hukum terhadap anak
penggugat, hingga mengakibatkan anak penggugat tersebut meninggal dunia
sebagaimana yang diatur dalam ketentan Pasal 1365 KUHPerdata.
f. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 ayat (2) huruf (a) Keputusan
Menteri

Kesehatan

“chiropractor dimasukkan

1076/MENKES/SK/VII/2003,
dalam

kategori

pengobatan

yang

menyatakan

tradisional

dengan

keterampilan” dan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 103 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan tradisional, yang menyatakan
“bahwa tenaga kesehatan tradisional warga negara asing dapat berpraktik di
Indonesia, dengan adanya persyaratan-persyaratan seperti, mengikuti evaluasi
kompetensi terhadap kelengkapan administratif dan kemampuan untuk praktik,
Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional sementara bagi tenaga
kesehatan tradisional warga negara asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya, dan Surat Izin Praktek Tenaga
Kesehatan Tradisional bagi tenaga kesehatan tradisional warga negara asing
berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun
berikutnya”. Dalam hal ini Tergugat I tidak memenuhi kualifikasi sebagai tenaga
kesehatan tradisional warga negara asing yang dapat berpraktik di Indonesia
sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 53 Peraturan Pemerintah No. 103 tahun
2014.
g. Tergugat I dalam menjalankan praktiknya di Indonesia sebagai chiropractor tidak
memiliki lisensi, hal ini melanggar ketentuan Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang
No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

h. Bahwa karena tidak terpenuhinya syarat-syarat menjadi dalam Pasal 53 Peraturan
Pemerintah No. 103 tahun 2014 dan Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No. 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan maka seharusnya menunjukkan bahwa
tenaga medis tersebut tidak memiliki kompetensi sebagai tenaga medis yang
terkualifikasi sehingga rawan dalam melakukan praktik dan prosedur terapi
chiropractor yang aman.
i. Bahwa Tergugat I juga terbukti telah menyalahi prosedur terapi chiropractic yang
aman sebagaimana diatur dalam Bagian 2 : Panduan Mengenai Chiropraktik
Yang Aman, Panduan WHO Mengenai Pelatihan Dasar Dan Keselamatan
Dalam Chiropraktik, Jenewa, 2005, dengan demikian Tergugat I tidak menaati
standar profesi, standar pelayanan, dan etika profesi sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 24 ayat (2) Permenkes No.317 Tahun 2010.
j. Tergugat I tidak melakukan kewajiban hukumnya yaitu memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan Pasal 7 huruf (b) Undang-Undang No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.

BAHWA TERGUGAT I TELAH MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
BERDASARKAN PASAL 1365 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
Berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, yang menyatakan :
“Setiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian, untuk mengganti
kerugian tersebut”.
Sehingga, untuk menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang merupakan suatu
perbuatan melawan hukum dan bahwa untuk dapat menuntut pertanggungjawaban kepada
seseorang yang digugat dengan dalil perbuatan melawan hukum, maka unsur perbuatan, unsur
melawan hukum, unsur kesalahan, unsur kerugian, dan unsur hubungan kausalitas (hubungan
sebab-akibat) antara perbuatan melawan hukum yang mengandung unsur kesalahan dengan
akibat yang terjadi yaitu berupa kerugian yang dialami oleh pihak lain harus terpenuhi secara
keseluruhan.
BAHWA TERGUGAT I TELAH MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
TERHADAP ANAK PENGGUGAT
Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari pelakunya. Umumnya
diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (dalam arti
aktif), maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif). Menurut Achmad Ichsan, Hukum
Perdata, (Jakarta: PT. Pembimbing Masa, 1969), hlm. 250), yang menyatakan perbuatan adalah
tindakan yang nampak secara aktif, juga termasuk tindakan yang nampak secara tidak aktif
artinya tidak nampak adanya suatu perbuatan, tetapi sikap ini bersumber pada kesadaran dari
yang bersangkutan akan tindakan yang harus dilakukan tetapi tidak dilakukan.
Perbuatan melawan hukum telah ditafsirkan secara luas, menurut M.A Moegni
Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1979), hlm. 32, yang
mencakup salah satu unsur dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut :


Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak pelaku yang
bersangkutan tersebut.



Perbuatan yang bertentangan dengan hak subyektif orang lain.



Perbuatan yang bertentangan dengan kaidah kesusilaan.



Perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan. ketelitian, dan kehati-hatian yang
berlaku di kalangan masyarakat.

-

Bahwa Tergugat I melakukan perbuatan aktif, yaitu terapi chiropractic terhadap Anak
Penggugat Siska Nadya.

-

Bahwa Tergugat I dalam melakukan terapi chiropractic terhadap Anak Penggugat Siska
yang dilakukan secara melawan hukum, yaitu melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan kepatutan. ketelitian, dan kehati-hatian yang berlaku di kalangan masyarakat.
Adapun perbuatan Tergugat I yang bertentangan dengan kepatutan. ketelitian, dan kehatihatian yang berlaku di kalangan masyarakat diuraikan sebagai berikut :
1. Kepatutan
Bahwa Tergugat I dalam melakukan terapi chiropractic terhadap Anak Penggugat
dilakukan dengan tanpa memiliki lisensi, sehingga dalam hal ini Tergugat I tidak
memiliki kompetensi untuk bertindak sebagai Chiropractor.
2. Ketelitian
Bahwa Tergugat I mengabaikan hasil foto X-ray yang dibawa oleh Anak Penggugat
pada saat berkonsultasi dengan Tergugat I, padahal menurut council chiropractic
America pemeriksaan yang seharusnya dilakukan sebelum melakukan terapi
chiropractic adalah :
a. Melakukan pemeriksaan awal (diagnosa);
b. Neurologic Medical Imaging (dalam hal ini X-ray atau MRI).
3. Kehati-hatian


Bahwa Tergugat I tidak melakukan scanning awal untuk mendeteksi kondisi
tubuh terakhir Anak Penggugat , sehingga perlakuan terapi terhadap Anak
Penggugat dilakukan secara tidak berdasar.



Bahwa terapi yang dijalani oleh Anak Penggugat baik pertama maupun kedua ini
dikerjakan langsung oleh Tergugat I dengan cara meminta Anak Penggugat untuk
tengkurap di ranjang kemudian Tergugat I menggerakkan kepala Anak Penggugat

ke kiri dan kanan beberapa kali hingga terdengar suara “kreeek” dari tulang leher
Anak Penggugat .


Bahwa implikasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap
Anak Penggugat

tersebut dapat menimbulkan bahaya, karena terjadinya

mobilisasi terhadap sendi Anak Penggugat dalam kondisi yang aktif dengan
adanya dorongan yang tiba-tiba,


Bahwa sebelum melakukan terapi chiropractic, kondisi Anak Penggugat baikbaik saja, Namun dalam waktu satu hari setelah melakukan terapi chiropractic
tersebut, Anak Penggugat

mengalami kesakitan pada bagian lehernya dan

kemudian di bawa ke Unit Gawat Darurat (UGD RSPI) dan dinyatakan meninggal
dunia pada tanggal Agustus 2015 pukul 06.00. Dengan demikian hal ini
menunjukkan adanya ketidakhati-hatian dalam proses penajalanan terapi yang
dilakukan oleh Tergugat I terhadap Anak Penggugat .
-

Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, maka Tergugat I telah
terbukti melakukan perbuatan melawan hukum yang bertentangan dengan kepatutan.
ketelitian, dan kehati-hatian yang berlaku di kalangan masyarakat.

BAHWA TERGUGAT II BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESALAHAN YANG
DILAKUKAN OLEH TERGUGAT I BERDASARKAN PASAL 1367 AYAT 3
KUHPERDATA
-

Tergugat II dalam mempekerjakan tenaga kesehatan tradisional warga negara asing tidak
memenuhi persyaratan berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 103
Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, dimana seharusnya Tergugat I
memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional (STRTKT) sementara
dan Surat Izin Praktek Tenaga Kesehatan Tradisional (SIPTKT).

-

Tergugat II tidak memiliki izin praktik yang jelas untuk melakukan praktik pengobatan
tradisional, dimana dalam hal ini Tergugat II melakukan praktik pengobatan tradisional
secara illegal yang melanggar ketentuan Pasal 53 ayat (5) huruf (b) PP No. 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.

-

Bahwa Tergugat II sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan yang mempekerjakan
Tergugat I telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum dengan tidak melakukan

pengawasan secara intensif kepada Tergugat I dalam melakukan praktik Chiropractic,
sehingga Tergugat II bertanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat
I sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata.
BAHWA TERGUGAT III BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESALAHAN YANG
DILAKUKAN OLEH TERGUGAT I DAN TERGUGAT II BERDASARKAN PASAL
1367 AYAT 3 KUHPERDATA.
-

Bahwa Tergugat III telah terbukti melakukan tindakan perbuatan melawan hukum,
dimana Tergugat III sebagai perusahaan induk tidak melakukan pengawasan secara
intensif dalam menjalankan usahanya dengan membuka fasilitas kesehatan pada beberapa
Chiropractic First The Spine and Nerve Clinic, yang salah satunya adalah Chiropractic
First The Spine and Nerve Clinic Cabang Pondok Indah Mall (Tergugat II) dengan tidak
memiliki izin yang mempekerjakan Randall Cafferty M.D., D.C (Tergugat I) sebagai
tenaga kerja chiropractor berkewarganegaraan asing yang tidak memiliki lisensi, yang
mana hal ini melanggar ketentuan Pasal 52 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, yang menyatakan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tradisional dapat mendayagunakan tenaga kesehatan tradisional warga negara
asing sesuai dengan persyaratan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 52 ayat
(2) sampai dengan Pasal 52 ayat (6) Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional.

-

Bahwa Tergugat III sebagai perusahaan induk dalam menjalankan usahanya telah
membuka fasilitas kesehatan pada beberapa Chiropractic First The Spine and Nerve
Clinic, yang salah satunya adalah Chiropractic First The Spine and Nerve Clinic Cabang
Pondok Indah Mall (Tergugat II) dengan tidak memiliki izin yang mempekerjakan
Randall Cafferty M.D., D.C (Tergugat I) sebagai tenaga kerja chiropractor
berkewarganegaraan

asing

yang

tidak

memiliki

lisensi,

harus

melakukan

pertanggungjawaban sebagai berikut :


Tergugat III sebagai perusahaan induk bertanggungjawab terhadap tindakan yang
dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II sebagai anak perusahaan sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata, dimana dalam hal

ini Tergugat III melalaikan kewajiban hukumnya untuk melakukan pengawasan
terhadap kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Tergugat I dan
Tergugat II sebagai anak perusahaan, agar Tergugat I dan Tergugat II sebagai
anak perusahaan tidak melakukan perbuatan melawan hukum.


Tergugat III sebagai perusahaan induk atas dasar tanggung jawab terhadap
perbuatan Tergugat I dan Tergugat II sebagai anak perusahaan yang menjadi
tanggungannya (vicarious liability), dimana dalam hal ini Tergugat III sebagai
perusahaan induk yang merupakan pelaku usaha wajib untuk bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.

-

Bahwa, dari uraian diatas terbukti akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Tergugat I, II dan III telah menyebabkan kerugian bagi Penggugat yang merupakan ayah
Anak Penggugat , mengingat setelah menjalani terapi yang dilakukan Tergugat I, kondisi
anak Penggugat memburuk sehingga harus menjalani penanganan darurat di UGD RS
Pondok Indah, yang kemudian tidak dapat menolong nyawa anak Penggugat, mengingat
kondisinya yang sudah sangat parah. Dan usaha penanganan gawat darurat hingga Anak
Penggugat meninggal, Penggugat telah mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar
biaya Rumah Sakit, biaya ambulans dan pemakaman anak Penggugat.

-

Bahwa, selain itu Penggugat telah kehilangan anak perempuannya yang memiliki masa
depan cemerlang, mengingat statusnya sebagai Mahasiswa berprestasi yang mendapatkan
bantuan pendidikan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Perancis. Adapun dalam rangka
pendidikan tersebut, Penggugat telah membayar seluruh biaya-biaya selama anak
Penggugat bersekolah di Perancis.

-

Bahwa, setelah menyelesaikan pendidikan S2 di Perancis, anak Penggugat telah
dipersiapkan promosi jabatan sebagai manajer di kantor anak Penggugat disertai
peningkatan gaji, tunjangan serta fasilitas. Dengan demikian maka Tergugat I, Tergugat
II dan Tergugat III telah terbukti menimbulkan kerugian materiil dan imateriil bagi
Penggugat dan untuk itu dapat digugat.

-

Bahwa, adapun kerugian yang ditimbulkan oleh Tergugat I, II dan III meliputi sebagai
berikut:
a. Kerugian materiil
-

Biaya UGD RS Pondok Indah

Rp.

6.000.000

-

Biaya Ambulans

Rp

2.000.000

-

Biaya Terapi Chiropractic

Rp

17.000.000

-

Biaya Pemakaman San Diego Hills

Rp.

100.000.000

-

Biaya Pendidikan Kuliah S2 di Perancis

Rp.

900.000.000

-

Biaya tiket pesawat Jakarta – Perancis

Rp.

12.000.000

-

Biaya pengurusan Visa

Rp

4.000.000

-

Biaya apartemen di Perancis selama 1 tahun

Rp

180.000.000

-

Biaya asuransi kesehatan di Perancis

Rp

200.000.000

-

Total Kerugian Materiil

Rp 1.421.000.000

b. Kerugian immateriil
Penghasilan Anak Penggugat Rp 20.000.000 x 12 bulan x 20 tahun
=
-

Rp 4.800.000.000

Bahwa untuk menjamin agar putusan ini dapat dilaksanakan sehingga tidak
menjadi suatu putusan yang sia-sia maka Penggugat mohon agar Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cq Ketua Majelis Hakim yang memeriksa dan
memutus perkara ini berkenan meletakkan sita jaminan atas harta benda bergerak
maupun harta benda tidak bergerak yang dimiliki Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, yaitu sebagai berikut :
1. Mobil sedan Alphard milik Tergugat I dengan Nomor Polisi B 1961 RCF
milik Tergugat I.
2. Bangunan dan berikut dengan isinya yang terletak di Pondok lndah Mall l,
Jalan. Metro Pondok lndah, Jakarta Selatan, yang setempat dikenal dengan
nama Chiropractic First The Spine & Nerve Clinic.
3. Bangunan dan berikut dengan isinya yang terletak di Tifa Building Lt. 3
Suite 301 ll. Kuningan Barat 26, Kuningan Barat Mampang

Prapatan, Jakarta Selatan, yang setempat dikenal dengan nama PT.
Chiro First Indonesia.
-

Bahwa dikhawatirkan Para Tergugat lalai dalam melaksanakan putusan perkara
ini, maka Penggugat mohon agar Para Tergugat dihukum untuk membayar uang
paksa kepada Penggugat sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk
setiap hari keterlambatannya memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak
tanggal putusan perkara ini diucapkan.

-

Bahwa berdasarkan Pasal 180 HIR, mohon agar putusan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad), walaupun terdapat Verzet, Banding,
maupun Kasasi.

Berdasarkan alasan-alasan hukum dan bukti-bukti sebagaimana diuraikan tersebut diatas, maka
jelas gugatan Penggugat sangat beralasan dan patut untuk dikabulkan seluruhnya. Oleh karena
itu Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cq Majelis Hakim
yang memeriksa dan memutus perkara ini berkenan untuk memutus sebagai berikut :
Dalam Provisi :
-

Sebelum memeriksa perkara ini mohon agar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
berkenan melaksanakan sita jaminan terlebih dahulu atas harta benda bergerak
maupun harta benda tidak bergerak yang dimiliki Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, yaitu sebagai berikut :
1. Mobil sedan Alphard milik Tergugat I dengan Nomor Polisi B 1961 RCF
milik Tergugat I.
2. Bangunan dan berikut dengan isinya yang terletak di Pondok lndah Mall l,
Jalan. Metro Pondok lndah, Jakarta Selatan, yang setempat dikenal dengan
nama Chiropractic First The Spine & Nerve Clinic.
3. Bangunan dan berikut dengan isinya yang terletak di Tifa Building Lt. 3
Suite 301 ll. Kuningan Barat 26, Kuningan Barat Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, yang setempat dikenal dengan nama PT.
Chiro First Indonesia.

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum.
3. Menyatakan secara hukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III bertanggung jawab
secara tanggung menanggung.
4. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III untuk membayar ganti rugi
materiil sebesar Rp. 1.421.000.000 (satu miliar empat ratus dua puluh satu juta rupiah)
kepada Penggugat secara tunai.
5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III untuk membayar ganti rugi
materiil sebesar Rp. 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) kepada
Penggugat secara tunai.
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas harta benda bergerak maupun harta benda
tidak bergerak yang dimiliki Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III.
7. Menyatakan putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad),
walaupun terdapat Verzet, Banding, maupun Kasasi.
8. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III secara tanggung menanggung
untuk membayar uang paksa kepada Penggugat sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) untuk setiap hari keterlambatannya memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak
tanggal putusan perkara ini diucapkan.
9. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III secara tanggung menanggung
untuk membayar biaya perkara.
Atau apabila Hakim berpendapat lain, mohon untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku (ex aequo et bono).

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat

Anbiya Annisa, SH., L.LM.

Arfia Alyani, SH., L.LM.

Cut Taltha Azaria, SH., MH.

Diana Virda Ekaningrum, SH., MH. B.Bus.

Dionisia Widyarini, SH., MH.

Nuruzzhahrah Diza, SH., MH., M.Kn.

Putri Apriyanti, SH., MH.

Septina, SH., L.LM.

T. Adiesta Clarizka, SH., LL.M.

Yovani Dewi Swantika, SH., MH. M.Kn.