makalah pendidikan kewarganegaraan ( 1)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, makin tingginya pohon,makin banyak pula
serangan yang menghadapi, begitu pula Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar dari terbentuknya konstitusi mulai tergoyahkan. Banyak oknum – oknum,
dan ormas baru sesudah rezim Soeharto tumbang dan meningkat saat era
reformasi di zaman pemerintahan SBY melakukan de-Pancasilais dan
menggantinya dengan Syariat Islam dan sistem pemerintahan khilafah versi
mereka sendiri. yang mengatas namakan agama yang hanya mementingkan diri
sendiri,tampa memikirkan kedepan dan efeknya ingin mengganti ideologi
Pancasila.
Pancasila memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Sehingga pancasila tidak dapat dirubah dengan cara
apapun. Dalam makalah ini akan dibahas konstitusi tidak boleh roboh karena
tumbangnya demokrasi pancasila akibat khilafah.

1

1.2


Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan konstitusi negara dengan dasar negara?
2. Apa perbedaan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia dengan sistem
khilafah di Negara islam?
3. Apa latar belakang didirikannya negara islam di Indonesia?
4. Mengapa NKRI tidak dapat tergantikan dengan pendirian Negara Islam?
5. Bagaimana bangsa Indonesia mempertahankan konstitusi dengan sistem
demokrasi Pancasila ?

1.3

Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan konstitusi negara dengan dasar negara
2. Untuk mengetahui perbedaan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia
dengan sistem khilafah di Negara islam
3. Untuk mengetahui latar belakang didirikannya negara islam di Indonesia
4. Untuk mengetahui bahwa NKRI tidak dapat tergantikan dengan
pendirian Negara Islam
5. Untuk mengetahui cara bangsa Indonesia mempertahankan konstitusi

dengan sistem demokrasi Pancasila

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Hubungan konstitusi negara dengan dasar Negara

1. Konstitusi
Kata konstitusi berasal dari bahasa Latin Constitutio, bahasa Perancis :
Constutuere, bahasa Inggris : Constitution dan bahasa Belanda : Constitutie yang
artinya membentuk. Hal ini berarti pembentukan atau menyusun dan menyatakan
suatu Negara. Maksudnya hukum dasar yang memuat aturan-aturan pokok yang
menggambarkaan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara.
Dalam arti yang luas: konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu
keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem
ketatanegaraan negara. Dalam arti tengah: konstitusi adalah hukum dasar, yaitu

keseluruhan aturan dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
arti sempit: konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa
dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok.
1) Kedudukan Konstitusi :
 Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar dan sekaligus hukum
tertinggi dalam suatu negara.
 Konstitusi menjadi dasar dan sumber bagi peraturan perundangan lain
yang ada dalam suatu negara.
 Konstitusi berkedudukan paling tinggi dalam tata urutan peraturan
perundangan satu negara.

3

2) Sifat Konstitusi :
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes), atau juga rigid
(kaku). Konstitusi dikatakan fleksibel apabila konstitusi itu memungkinkan
adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan masyarakat. Sedangkan
konstitusi dikatakan rigid apabila konstitusi itu sulit diubah kapan pun.
3) Fungsi Konstitusi :
Fungsi pokok konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah membatasi

kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
negara akan terlindungi. Gagasan ini dinamakan Konstitusionalisme
Negara-negara komunis umumnya menolak gagasan konstitusionalisme
karena

negara

berfungsi

ganda:

pertama,

mencerminkan

kemenangan-

kemenangan yang telah dicapai dalam perjuangan ke arah tercapainya
masayarakat komunis dan merupakan pencatatan formil dan legal dari kemajuan

yang telah dicapai; kedua, Undang-Undang Dasar membirakan rangka dan dasar
hukum

untuk

perubahan

masyarakat

yang

dicita-citakan

dalam

tahap

perkembangan berikutnya.
4) Substansi konstitusi
Pada umumnya kontitusi atau UUD berisi:

 Pernyataan tentang ideologi dasar negara atau gagasan-gagasan moral
kenegaraan .
 Ketentuan tentang struktur organisasi Negara.
 Ketentuan tentang perlindungan hak-hak asasi manusia.

4

 Ketentuan tentang prosedur mengubah undang-undang dasar.
 Larangan mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar
2. Dasar Negara Pancasila
Dalam Ensiklopedi Indonesia, kata “dasar” (filsafat) berarti asal yang
pertama. Bila dihubungkan dengan negara (dasar negara), kata “dasar” berarti
pedoman dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan negara
yang mencakup berbagai bidang kehidupan. Ajaran ini sering disebut dengan
idiologi. Idiologi adalah nilai-nilai dasar (hasil konsensus) yang ingin diwujudkan
di dalam negara tersebut.
Idiologi selalu berupa gagasan-gagasan yang memiliki sifat-sifat pokok :
 Gagasan-gagasan dalam idiologi bersifat sistematis
 Gagasan-gagasan itu berfungsi atau dipergunakan oleh penganutnya
sebagai pedoman dalam kehidupan bernegara.

 Gagasan-gagasan yang ada dalam sebuah idiologi masih berupa gagasan
dasar atau umum, sehingga memerlukan penjabaran agar bisa
dilaksanakan.
Setiap Negara yang merdeka dan berdaulat memiliki dasar Negara yang
berbeda. Perbedaan dasar Negara itu sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
social,budaya,patriotisme dan nasionalisme yang telah terkristalisasi dalam
perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara yang hendak
dicapainya.
Sebagai dasar Negara pancasila tercantum dalam alinea pembukaan 4
pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat
disebut sebagai ideologi Negara. Sebagai dasar Negara pancasila mempunyai

5

kekuatan

mengikat

secara


hukum

sehingga

semua

peraturan

hukum

ketatanegaraan yang bertentangan dengan pancasila harus dicabut. Perwujudan
nilai-nilai pancasila sebagai dasar Negara dalam bentuk peraturan perundangundangan bersifat imperaktif (mengikat)bagi :
 Penyelenggara Negara
 Lembaga kenegaraan
 Kemasyarakatan
 Warga Negara Indonesia dimanapun berada
 Penduduk diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bagi bangsa Indonesia, dasar negara yang dianut adalah Pancasila. Dalam
tinjauan yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara berkedudukan
sebagai norma obyektif dan norma tertinggi dalam negara, serta sebagai sumber

segala sumber hukum sebagaimana tertuang di dalam TAP.MPRS No.
XX/MPRS/1966,

jo.TAP.

MPR

No.V/MPR/1973,

jo.TAP.

MPR

No.

IX/MPR/1978. Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar Negara tercantum
dalam TAP. MPR No. XVIII/MPR/1998.
3. Keterkaitan Dasar Negara dan Konstitusi
Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan
dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Mukadimah atau

Pembukaan Undang-Undang Dasar suatu negara. Dari dasar negara inilah
kehidupan negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan
diatur

dan

diwujudkan.

Salah

satu

perwujudan

dalam

mengatur

dan


menyelenggarakan kehidupan ketatanegaraan suatu negara adalah dalam bentuk
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

6

Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi, karenanya
dasar Negara menempati kedudukan sebagai norma dasar tertinggi Negara.
Sebagai norma dasar tertinggi, dasar Negara menjadi sumber pembentukan
norma-norma Negara di bawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma dasar
tertinggi. Isi konstitusi haruslah bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung
dalam dasar Negara. Sebagai norma dasar tertinggi, dasar Negara merupakan cita
dasar dari Negara yang mempunya fungsi regulative dan fungsi konstitutif. Fungsi
regulative adalah sebagai tolok ukur untuk menguji apakah norma Negara yang
berlaku di bawahnya bertentangan atau tidak dan bersifat adil atau tidak. Sedang
fungsi konstitutif artinya sebagai pembentuk dasar bahwa tanpa adanya dasar
Negara tersebut maka norma Negara di bawahnya akan kehilangan maknanya
sebagai Peraturan Perundangan.
Hubungan antara dasar Negara Pancasila dan UUD 1945 dapar dilihat
dalampenjelasan UUD 1945 (sebelum di amandemen) yaitu pada penjelasan
Umum angka II sebagai berikut : “Undang undang dasar menciptakan pokokpokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan di dalam pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-citaNegara (rechtsidee) yang
menguasai dasar Negara baik dasar yang tertulis (undang undang dasar)
maupun yang tidak tertulis .Undang undang dasar menciptakan pokok-pokok
pikiran ini dalam pasal-pasalnya”. Dalam penjelasan tersebut jelaslah bahwa
pancasila adalah cita-cita dasar (rechtsidee) yang menguasai dasar Negara baik
tertulis maupun tidak tertulis.
Untuk mewujudkan jiwa dasar Negara, maka konstitusi mewajibkan
terwujudnya Negara hukum dan untuk itu :

7

 TAP MPR No. III/MPR/2000 menetapkan Pancasila sebagai sumber
hukum dasar nasional
 Presiden bersama DPR menetapkan UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan untuk berbagai persyaratan
yang berkaitan dengan sistem, asas, tata cara penyiapan dan pembahasan,
teknik penyusunan maupun pemberlakuannya.
Dalam hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar dan idiologi Negara serta
sekaligus dasar filosofis bangsa dan Negara sehingga setiap materi muatan
Peraturan Perundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalan Pancasila.

2.2

Perbedaan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia dengan sistem
khilafah di Negara islam
Istilah demokrasi diturunkan dari bahasa Yunani demos (rakyat) dan

kratos (kepemimpinan) yang definisi kerennya bisa dibilang: Sebuah sistem
kepemipinan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Ciri utama demokrasi adalah
persamaan hak politik setiap warga negara baik untuk memilih pemimpin,
mengatur undang-undang maupun kebebasan berpendapat dan adanya persamaan
derajat setiap warga negara di hadapan hukum. Bila pemerintah melakukan
kesalahan masyarakat berhak mengoreksinya dan bila pemerintah melanggar
hukum maka akan tetap diproses sama seperti rakyat biasa.
Menurut buku “Struktur Pemerintahan Khilafah” terbitan tahun 2008
khilafah adalah suatu sistem pemerintahan yang terdiri dari seorang khalifah
sebagai pimpinannya yang dipilih langsung oleh masyarakat, Mu’âwin at-Tafwîdh
8

yakni jabatan setara dengan menteri, Wuzarâ’ at-Tanfîdz yang menangani urusan
sekretariat negara dan para pimpinan setingkat gubernur dan walikota yang
disebut wali, dan departemen-departemen lainnya yang kesemuanya ditunjuk dan
bertanggung jawab secara langsung pada khalifah.
Sekilas secara struktural memang hampir tidak ada perbedaan antara
khilafah dan demokrasi presidensial, namun ada perbedaan yang sangat
fundamental diantara keduanya yaitu kewenangan membuat peraturan. Dalam
demokrasi undang-undang disusun dan dibuat oleh DPR sementara pemerintahan
khalifah secara penuh mengimplementasikan hukum-hukum islam dalam
pemerintahan. Untuk masalah-masalah yang tidak diatur secara ekspilist dalam
hukum islam maka akan diatur berdasarkan kesepakatan para ulama. Dengan
sistem ini diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan
sejahtera.
Perbandingan antara sistem khilafah dan demokrasi di bawah ini:
NO

ASPEK

DEMOKRASI

KHILAFAH

1

Kedaulatan Rakyat

YA

TIDAK

2

Pemerintahan
persetujuan

berdasarkan YA
dari

YA

yang

diperintah
3

Kekuasaan Mayoritas

YA

YA

4

Hak-hak Minoritas

YA

TIDAK

5

Jaminan Hak Asasi Manusia

YA

TIDAK

6

Pemilihan yang bebas, adil, YA

TIDAK

dan jujur
9

7

Persamaan di depan hukum

YA

TIDAK

8

Pembatasan Pemerintahan

YA

TIDAK

9

Pola Kepemimpinan Kolektif

YA

TIDAK

10

Penghargaan

pada YA

TIDAK

Kebhinekaan
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih banyak pilihan TIDAK dibanding
YA dalam sistem khilafah. Ini artinya, sistem khilafah tidak kompatibel dengan
kekinian. Untuk zaman sekarang, sistem khilafah lebih banyak minus-nya
dibanding plus-nya. Jika sistem ini tidak sempurna, sangat jelas bahwa ia tidak
datang dari yang Mahasempurna. Bisa jadi ia hanya hasil kreasi manusia biasa.
Pertama, kedaulatan rakyat. Sistem khilafah menempatkan Tuhan sebagai
pusat segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. Tuhan, sebagai zat yang
maha tinggi diangggap tidak mungkin berbuat suatu kesalahan layaknya manusia.
Namun di sisi lain, pemerintah kerap menjadikan Tuhan sebagai alat legitimasi
atas kebijakannya, yang bisa jadi kebijakan tersebut menyengsarakan rakyat
banyak.
Kedua, hak-hak minoritas. Sistem pemerintahan ala khilafah cenderung
kurang ramah terhadap minoritas, terutama minoritas terkait agama. Bagaimana
hak-hak nonmuslim dalam dalam kepemimpinan, hak dipilih dan memilih, hak
dalam pekerjaan (militer atau hakim, misalnya), dalam sistem khilafah tidak
sembarang nonmuslim bisa leluasa mengaksesnya. Termasuk pula pada sektesekte Islam yang dianggap sesat, seperti syiah, ahmadiyah, dan juga kepercayaan
local.

10

Ketiga, jaminan hak asasi manusia. Seperti tergambar dalam rancangan
undang-undang negara khilafah, kesetaraan hak antar warga negara dibedakan
berdasarkan gender, keyakinan, dan bahkan orientasi seksual. Wanita, nonmuslim,
atau kaum LGBT menjadi warga negara kelas dua. Mereka tidak bisa menjadi
walikota/bupati, gubernur, apalagi khilafah.
Keempat, pemilu yang bebas. Mungkin saja dalam system khilafah
diselenggarakan pemilu, tapi bisakah ia menerima partai-partai berbasis liberal,
sekuler, sosialis, atau bahkan komunis? Kemungkinan tidak. Inilah masalahnya.
Pemilu dalam system khilafah hanya dijadikan bemper seolah-olah system ini
mengakomodasi hak-hak politik masyarakat, padahal sejatinya tidak.
Kelima, persamaan di depan hukum. Lagi-lagi, kelompok minoritas dan
perempuan mendapatkan posisi yang tidak setara. Bisa jadi hal ini berasal dari
beberapa hokum Islam yang sering ditasirkan secara tektual. Soal kesaksian
perempuan yang berbeda dari laki-laki, soal hak waris yang berbeda, soal hak
perempuan memilih pasangan, soal poligami, dan lain sebagainya. Bagaimana
pula sikap pemerintahan terhadap mualaf dan murtadin. Bisa jadi akan
diperlakukan secara berbeda.
Keenam, pembatasan pemerintahan. Secara resmi tidak ada pembatasan
masa pemerintahan dalam sistem khilafah. Khalifah biasanya dijabat seumur
hidup. Padahal seharusnya dibatasi untuk menjadikan negara tidak terpaku pada
sosok, tapi pada sistem bernegara itu sendiri. Jika khalifahnya zhalim, maka
secara hukum ia tetap tidak bisa diganti di tengah perjalanan. Penentang khalifah
akan dianggap sebagai bughot atau minimal disebut khawariz.

11

Ketujuh,

pola

kepemimpinan

kolektif.

Dalam

khilafah,

sistem

kepemimpinan adalah tunggal, yaitu di tangan khilafah. Kepemimpinan tunggal
sangat berbahaya, karena tidak ada check and balance. Dalam sistem khilafah,
kekuasaan hanya ada di tangan khalifah seorang, ia adalah eksekutif, legislative,
sekaligus juga yudikatif. Padahal, pepatah mengatakan, “Power tends to corrupt,
and absolute power corrupts absolutely. Great men are almost always bad
men.“—Lord Acton.
Kedelapan, penghargaan pada kebhinekaan budaya. Budaya nusantara
yang beragam saat ini menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Dalam sistem
khilafah, budaya yang ‘dianggap’ tidak sesuai syariat akan dimatikan. Tari
jaipong, topeng, kecak, dan lain-lain, bisa jadi masuk dalam daftar seni budaya
local yang akan dilarang. Selain itu, kebiasaan muslim tradisional bisa jadi pula
akan terancam, seperti: ziarah kubur, tahlilan, atau juga muludan, dan juga
praktik-praktik sufi. Bisa jadi hanya akan ada satu sekte Islam yang akan diakui,
dan selain sekte tersebut semuanya akan diberangus.

2.3

Latar belakang didirikannya negara islam di Indonesia
Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam

yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw. Pada kenyataannya, berbagai
sistem pemerintahan yang ada didunia saat ini sangat jauh dari sistem
pemerintahan Islam, baik dari segi bentuk maupun isinya. Dari segi isinya, hal itu
sangat jelas bagi kaum Muslim, yakni bahwa semua sistem pemerintahan
kontemporer saat ini tidak diambil dari al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya serta apa

12

yang ditunjukkan oleh keduanya. Sistem sistem yang ada saat ini bertentangan
dengan sistem Islam. Kenyataan ini dapat diindera dan diraba oleh kaum Muslim;
mereka tidak berbeda pendapat dalam hal ini. Akan tetapi, yang mungkin
menimbulkan kebingungan dalam diri kaum Muslim adalah dugaan mereka,
bahwa sistem pemerintahan dalam Islam dilihat dari

segi strukturnya tidak

berbeda dengan sistem-sistem pemerintahan kontemporer. Karena itu, mereka
tidak melihat adanya keberatan jika di dalam sistem Islam itu terdapat kabinet,
para menteri, dan semisalnya, dengan realita dan wewenang sebagaimana yang
ada dalam sistem pemerintahan yang ada saat ini.
Adanya kesetujuan antara kaum muslim, maka negara islam mempunyai
beberapa latar belakang yang mendasari dibangunnya negara Islam di Indonesia.
Pertama: Sistem Pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta
adalah sistem Khilafah. Di

dalam sistem Khilafah

ini

Khalifah

diangkat

melalui baiat berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya untuk memerintah
sesuaidengan wahyu yang Allah turunkan.
Kedua: Sistem Pemerintahan Islam (Khilafah) berbeda dengan seluruh
bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia; baik dari segi asas yang
mendasarinya; dari segi pemikiran,pemahaman, maqâyîs(standar), dan hukumhukumnya untuk mengatur berbagai urusan; dari segi konstitusi dan undang
undangnya yang dilegislasi untuk diimplementasikan dan diterapkan; ataupun
dari segi bentuknya yang mencerminkan Daulah Islam sekaligus yang
membedakannya dari semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini. Hal ini
karena: Sistem Pemerintahan Islam bukan sistem kerajaan. Islam tidak mengakui
sistem kerajaan. Sistem pemerintahan Islam juga tidak menyerupai sistem

13

kerajaan. Hal itu karena dalam sistem kerajaan, seorang anak (putra mahkota)
menjadi raja karena

pewarisan.

Umat

tidak

memiliki

andil

dalam

pengangkatan raja. Adapun dalam sistem Khilafah tidak ada pewarisan. Akan
tetapi, baiat dari umatlah yang menjadi metode untuk mengangkat khalifah.
Sistem kerajaan juga memberikan keistimewaan dan hak-hak khusus kepada raja
yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari individu rakyat. Hal itu menjadikan raja
berada di atas undang-undang dan menjadikannya simbol bagi rakyat, yakni ia
menjabat sebagai raja tetapi tidakmemerintah, seperti yang ada dalam beberapa
sistem kerajaan. Atau ia menduduki jabatan raja sekaligus memerintah untuk
mengatur negeri dan penduduknya sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa
nafsunya, sebagaimana yang ada dalam beberapa sistem kerajaan yang lain. Raja
tetap tidak tersentuh hukum meskipun ia berbuat buruk atau zalim. Sebaliknya,
dalam sistem Khilafah, Khalifah tidak diberi kekhususan dengan keistimewaan
yang menjadikannya berada di atas rakyat sebagaimana seorang raja. Khalifah
juga

tidak

diberi

mengistimewakannyadi

kekhususan
hadapan

dengan

hak-hak

khusus

yang

pengadilan dari individu-individu umat.

Khalifah juga bukanlah simb ol umat dalam pengertian seperti raja dalam sistem
kerajaan. Akan tetapi, Khalifah merupakan wakil umat dalam menjalankan
pemerintahan dan kekuasaan. Ia dipilih dan dibaiat oleh umatuntuk menerapkan
hukum-hukum syariah atas mereka. Khalifah terikat dengan hukum-hukum
syariah dalam seluruh tindakan, kebijakan, keputusan hukum, serta pengaturannya
atas urusanurusan dan kemaslahatan umat.
Sistem Pemerintahan Islam juga bukan sistem imperium (kekaisaran) .
Sebab, sesungguhnya sistem imperium itu sangat jauh dari Islam. Berbagai

14

wilayah yang diperintah oleh Islam meskipun penduduknya berbeda-beda suku
dan warna kulitnya, yang semuanya kembali ke satu pusat tidak diperintah dengan
sistem imperium, tetapi dengan sistem yang bertolak belakang dengan sistem
imperium. Sebab, sistem imperium tidak menyamakan pemerintahan di antara
suku-suku di wilayah-wilayah dalam imperium. Akan tetapi, sistem imperium
memberikan keistimewaan kepada pemerintahan pusat imperium; baik dalam
hal pemerintahan, harta, maupun perekonomian.
Metode Islam dalam memerintah adalah menyamakan seluruh orang yang
diperintah di seluruh wilayah negara. Islam memberikan berbagai hak pelayanan
dan kewajib ankewajiban kepada non-Muslim yang memiliki kewarganegaraan
sesuai dengan hukum syariah. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang
sama dengan kaum Muslim secara adil.

Bahkan lebih dari itu, Islam tidak

menetapkan bagi seorangpun di antara rakyat di hadapan pengadilan—apapun
mazhabnya—sejumlah hak istimewa yang tidak diberikan kepada orang lain,
meskipun ia seorang Muslim. Sistem pemerintahan Islam, denganadanya
kesetaraan ini, jelas berbeda dari imperium. Dengansistem demikian, Islam tidak
menjadikan berbagai wilayah kekuasaan dalam negara sebagai wilayah jajahan,
bukan sebagaiwilayah yang dieksploitasi, dan bukan pula sebagai “sapi perah”
yang diperas untuk kepentingan pusat saja. Akan tetapi, Islam menjadikan
semua wilayah kekuasaan negara sebagai satukesatuan meskipun jaraknya
saling berjauhan dan penduduknya berbeda-beda suku. Semua wilayah dianggap
sebagai bagian integral dari tubuh negara. Seluruh penduduk wilayah memiliki
hak

seperti

penduduk

pusat

atau

wilayah

lainnya.

Islam menetapkan

kekuasaan, sistem, dan peraturan pemerintahanadalah satu untuk semua wilayah.

15

Sistem Pemerintahan Islam bukan sistem federasi. Dalam sistem federasi,
wilayah-wilayah negara terpisah satu samalain dengan memiliki kemerdekaan
sendiri, dan mereka dipersatukan dalam masalah pemerintahan (hukum) yang
bersifat umum. Sistem pemerintahan Islam adalah sistem kesatuan. Dalam
sistem pemerintahan Islam, Marokes di barat dan Khurasan di timur dinilai
sebagaimana Propinsi al-Fiyum jika ibukota negaranya di Kairo. Keuangan
seluruh wilayah (propinsi) dianggap sebagai satu-kesatuan dan APBN-nya juga
satu, yang dibelanjakan untuk kemaslahatan seluruh rakyat tanpa memandang
propinsinya.

Seandainya

suatu

propinsi pemasukannya tidak mencukupi

kebutuhannya, maka propinsi itu dibiayai sesuai dengan kebutuhannya, bukan
menu rut pemasukannya. Seandainya pemasukan suatu propinsi tidak mencukupi
kebutuhannya maka hal itu tidak diperhatikan, tetapi akan dikeluarkan biaya dari
APBN sesuai dengan kebutuhan propinsi itu, baik pemasukannya mencukupi
kebutuhannya ataupun tidak.
Sistem Pemerintahan Islam bukan sistem republik. Sistem

republik

pertama kali tumbuh sebagai reaksi praktis terhadap penindasan sistem kerajaan
(monarki). Sebab,

raja memiliki kedaulatan dan kekuasaan sehingga ia

memerintah dan bertindak atas negeri dan penduduk sesuai dengan kehendak dan
keinginannya. Rajalah yang menetapkan undang-undang menurut keinginannya.
Lalu datanglah sistem republik, kemudian kedaulatan dan kekuasaan dipindahkan
kepada rakyat

dalam apa yang disebut dengan demokrasi. Rakyatlah yang

kemudian membuat undang-undang; yang menetapkan halal dan haram, terpuji
dan tercela. Lalu pemerintahan berada di tangan presiden dan para menterinya
dalam sistem republik presidentil dan di tangan kabinet dalam sistem republik

16

parlementer. (Contoh mengenai pemerintahan di tangan kabinet ada di dalam
sistem monarki yang kekuasaan pemerintahannya dicabut daritangan raja; ia
hanya menjadi simbol: ia menjabat raja, tetapi tidak memerintah).
Ketiga: Sesungguhnya struktur negara Khilafah berbeda dengan struktur
semua sistem yang dikenal di dunia saat ini, meski ada kemiripan dalam sebagian
penampakannya. Struktur negara Khilafah diambil (ditetapkan) dari struktur
negara yang ditegakkan oleh Rasulullah saw. di Madinah setelah Beliau hijrah ke
Madinah dan mendirikan Daulah Islam di sana. Struktur negara Khilafah adalah
struktur yang telah dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin setelah Rasulullah saw.
wafat. Dengan penelitian dan pendalaman terhadap nash-nash yang berkaitan
dengan struktur negara itu, jelaslahbahwa struktur negara Khilafah dalam bidang
pemerintahan dan administrasinya adalah sebagai berikut:
 Khalifah. Khalifah

adalah

orang

yang

mewakili

menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan

umat

dalam

hukumhukum

syariah. Hal itu karena Islam telah menjadikan pemerintahan dan
kekuasaan sebagai milik umat.
 Para Mu’âwin at-Tafwîdh(Wuzarâ’ at-Tafwîdh). Mu‘âwin adalah pembantu
yang

telah

diangkat

oleh Khalifah untuk

membantunya

dalam

mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan.
 Wuzarâ’ at-Tanfîdz. Wazîr at-Tanfîdzadalah wazir yang ditunjuk oleh
Khalifah sebagai pembantunya dalam implementasi

kebijakan, dalam

menyertai Khalifah, dan dalam menunaikan kebijakan Khalifah.

17

 Para Wali. Wali adalah orang yang diangkat oleh Khalifah sebagai
penguasa (pejabat pemerintah) untuk suatu wilayah (propinsi) serta menjadi
amîr (pemimpin) wilayah itu.
 Amîr al- Jihâd. Jihad adalah perang di jalan Allah untuk meninggikan
kalimat Allah.
 Keamanan Dalam Negeri, Departemen

Keamanan

Dalam

Negeri

merupakan departemen yang mengurusi segala bentuk gangguan keamanan.
 Urusan Luar Negeri. berkaitan dengan hubungan negara Khilafah dengan
negara-negara asing, apapun jenis perkara dan bentuk hubungan luar negeri
itu; baik perkara yang berkaitan denganaspek politik dan turunannya seperti
perjanjian, kesepakatan damai, gencatan senjata, pelaksanaan berbagai
perundingan, tukarmenukar duta, pengiriman berbagai utusan dan delegasi,
serta pendirian berbagai kedutaan dan konsulat ataupun perkara yang
berkaitan

dengan

aspek

ekonomi,

pertanian,

perdagangan,

pos,

telekomunikasi, komunikasi nirkabel dan satelit, dan lain sebagainya.
 Industri. mengurusi

semua

masalah

yang

berhubungan

dengan

perindustrian,
 Peradilan. menyampaikan keputusan hukum yang bersifat mengikat.
Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota
masyarakat,

mencegah hal-hal

yang dapat membahayakan hak-hak

jamaah, atau mengatasi perselisihan yang terjadi antara rakyat dan seseorang
yang duduk dalam struktur pemerintahan; baik ia seorang penguasa atau
pegawainegeri, Khalifah ataupun selain Khalifah

18

 Mashâlihan-Nâs (Kemaslahatan Umum). kepentingan masyarakat ditangani
oleh departemen, jawatan, serta unit-unit yang didirikan untuk menjalankan
urusan-urusan

negara

dan

memenuhi

kepentingan-kepentingan

masyarakattersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang

direktur

jenderal.
 Baitul Mal. Baitul Mal digunakan untuk menyebut tempat penyimpanan
berbagai pemasukan negara dan sekaligusmenjadi tempat pengeluarannya.
 .Lembaga Informasi. mengurusi kepentingan masyarakat
 Majelis Umat (Syûrâdan Muhâsabah). sebagai tempat merujuk bagi
Khalifah untuk meminta masukan/nasihat mereka dalam berbagai urusan.
Sebenaranya gerakan ini sudah lama ada. Bahkan persiapannya juga sudah
lama. Paling tidak sesudah rezim Soeharto tumbang dan meningkat saat era
reformasi di zaman pemerintahan SBY. Gerakan mereka pada awalnya
merupakan gerakan berkedok gerakan moral yang pada akhirnya nanti melakukan
de-Pancasilais dan menggantinya dengan Syariat Islam dan sistem pemerintahan
khilafah versi mereka sendiri.
Langkah-langkah mereka
 Menyusupkan orang-orangnya ke tubuh pemerintahan
 Menghapus matapelajaran/matakuliah Budi Pekerti dan Pancasila
 Memanfaatkan peristiwa G-30-S/PKI
 Melengserkan rezim orba
 Memperjuangkan reformasi
 Membentuk ormas anarki yang didukung oknum TNI yang pro Syariat
Islam
19

 Membentuk parpol Islam radikal
 Melakukan brainwashing berkedokkan agama Islam
 Memenangkan pilkada dengan segala cara
 Mempersatukan parpol dan ormas Islam
 Memenangkan parpol dan capres Islam pada Pemilu 2014 atau 2019
 Jika menang, akan mengganti Pancasila denagn Syariat serta sistem
pemerintahan khalifah versi mereka.

2.4

NKRI tidak dapat tergantikan dengan pendirian Negara Islam

1. Indonesia Adalah Negara Pancasila
Indonesia adalah negara berdasarkan Pancasila, jadi bukan negara Islam,
juga bukan negara sekuler. Kalimat ini, bagi kelompok Islam seperti di atas,
mungkin masih dirasa ambigu dan memang bagi mereka yang tidak familiar
dengan problem ideologi suatu bangsa, kalimat diatas akan terdengar absurd.
Akan tetapi, fakta historis telah membuktikan bahwa itulah cara terbaik bagi
masyarakat Indonesia untuk mendiskripsikan ideologi negara mereka. Sebab,
kalimat di atas merupakan ringkasan dari kompromi dan persetujuan (yang
sebelumnya amat sulit dicapai) diantara para founding fathers pendiri negara ini.
Kesulitan ini mengingatkan kita pada beberapa bulan sebelum dan sesudah
kemerdekaan negara dideklarasikan pada 17 Agustus 1945, dan itu bermula ketika
para anggota Dokuristu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, disingkat BPUPKI), yang disponsori pemerintah

20

kolonial Jepang berdebat tentang dasar ideologi-filosofis yang akan digunakan
negara kita.
Ada dua aliran yang muncul yakni golongan Islamis yang ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dan golongan nasionalis (yang
kebanyakan anggotanya juga beragama Islam), yang menginginkan pemisahan
urusan negara dan urusan Islam, pendek kata, tidak menjadikan Indonesia sebagai
negara Islam. Golongan nasionalis menolak menjadikan Indonesia sebagai negara
Islam karena melihat kenyataan bahwa non-Muslim juga ikut berjuang melawan
penjajah untuk mencapai kemerdekaan. Golongan ini juga menegaskan bahwa
untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam akan secara tidak adil
memposisikan penganut agama lain (non-Muslim) sebagai warga negara kelas
dua.
Bagi tokoh golongan nasionalis seperti Sukarno, ia berpendirian bahwa
Islam tidak relevan sebagai dasar negara karena rasa persatuan yang mengikat
bangsa dan melahirkan negara ini adalah spirit kebangsaan (yang tercetus sumpah
pemuda pada tahun 1928). Dasar kebangsaan bukan dalam pengertian yang sempit
sehingga mengarah kepada chauvinisme, melainkan dalam pengertian yang
menginternasionalisme. Tanpa pelembagaan Islam-pun, dalam negara sebenarnya
aspirasi umat Islam bisa terwadahi melalui forum demokrasi. Di sana ada asas
musyawarah untuk mufakat. Dalam forum inilah, segala aspirasi rakyat dapat
disalurkan. Adapun dua azaz lagi yang terakhir menurut Sukarno yakni
kesejahteraan sosial dan ketuhanan. Kesejahteraan sosial dimaksudkan agar
demokrasi yang dibangun bukanlah demokrasi politik semata, melainkan juga
juga demokrasi yang menyangkut kesejahteraan sosial. Sedang ketuhanan

21

merupakan upaya untuk tetap memelihara nilai luhur dan keyakinan spiritual yang
dimiliki warga negara. Ini adalah bagian dari usul Sukarno tentang Pancasila
sebagai dasar ideologi negara dalam pidatonya pada 1 Juni 1945. Urutannya
yakni: kebangsaan, perikemanusiaan, permufakatan, kesejahteraan sosial dan
ketuhanan. Bagi Sukarno, Pancasila ini dapat disarikan menjadi trisila yakni:
sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan, yang trisila ini bahkan bisa
diperas lagi menjadi ekasila yakni: gotong-royong.
Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan pengikat negara kesatuan.
Tanpa pancasila, maka dengan sendirinya negara kesatuan ini akan berakhir dan
mungkin berubah nama menjadi negara lain. Walaupun mayoritas masyarakat
Indonesia adalah pemeluk agama Islam, tetapi sistem pemerintahannya bukan
berasas Islam. Islam merupakan bagian yang menjadi warna tersendiri bagi
pemeluknya, demikian pula bagi yang beragama lain, memiliki warna tersendiri.
Sehingga pancasila adalah wadah pemersatu bagi semua warna-warna ini.
Pancasila memberikan tempat dan jaminan hukum bagi semua agama, golongan
yang mau bersatu di dalam semangat negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Demokrasi Pancasila Lebih Mewadahi Muslim Indonesia daripada system
Khilafah Negara islam
68 tahun yang lalu, para pendiri negara Republik Indonesia, diantaranya
Sukarno, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, Alexander Andries Maramis,
Ahmad Subardjo, Ki Hadikusumo, Wahid Hasyim, Agus Salim and Abikusno
merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dalam
perumusan tersebut, disepakati untuk menolak usulan sila “Ketuhanan dengan

22

kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi
“Ketuhanan yang Maha Esa”.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika, merupakan pemersatu keberagaman di
Indonesia. Karena Indonesia memang terdiri dari beragam suku, bahasa, budaya,
bahkan agama. Berbagai agama impor, membaur dengan budaya lokal. Islam di
Jawa berbaur dengan kepercayaan lokal menjadi Islam kejawen. Kristen di Jawa,
berbaur dengan kepercayaan lokal menjadi Kristen kejawen.
Kemerdekaan Indonesia, adalah hasil kerja sama bahu membahu semua
pihak, semua etnis, semua suku, baik orang Jawa, orang Cina, orang Batak,
Menado, Sunda, Bali, Padang, Makassar, secara bersama-sama mengupayakan
kemerdekaan Indonesia. Sehingga semboyan Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan
UUD 45 adalah konsep yang paling tepat untuk mewadahi keberagaman di
Indonesia.
Namun, pihak muslim radikal hingga saat ini tetap mendesak pemerintah
untuk mengganti Pancasila menjadi Syariah, dengan alasan: Perintah Tuhan.
Menerapkan syariah di negara yang plural ini, merupakan pemaksaan
keberagaman menjadi keseragaman. Hal ini malah menciderai Islam sendiri
sebagai rahmat bagi semua mahluk. Artinya, rahmat bagi masyarakat yang
beragam. Bukan rahmat bagi masyarakat yang seragam. Menerapkan syariah di
Indonesia menciderai ajaran islam yang menghormati kebebasan beragama dan
menciptakan kedamaian global.
Mari kembali melihat pembentukan Negara Republik Indonesia. Lihatlah
konsep Dasar Negara, semboyan Bhineka Tunggal Ika dan Undang-Undang
Dasar. Semua adalah bentukan manusia. Bentukan BPUPKI. Seluruh konsep

23

negara-negara yang ada di dunia adalah bentukan manusia. Tidak pernah ada satu
negara pun yang dibentuk oleh Tuhan.Tidak ada. Tidak negara republik, kerajaan,
kesultanan, kekhalifahan, institusi politik, tidak satupun yang dibuat oleh Tuhan.
Semua adalah buatan manusia.
Begitu juga Negara Islam. Tidak ada satu negara islam dimanapun
sepanjang sejarah dibentuk oleh Tuhan. Semua negara Islam yang pernah ada di
muka bumi ini dibentuk oleh manusia. Tuhan tidak membentuk negara. Hukum
syariah yang diterapkan pun, merupakan produk interpretasi akal manusia semata.
Dengan sumber yang sama, hukum syariah yang satu tidak sama dengan
hukum syariah yang lain. Hukum syariahnya Arab Saudi tidak sama dengan
hukum syariahnya Taliban, tidak sama dengan hukum syariahnya Iran, tidak sama
dengan hukum syariahnya Aceh. Artinya: penerapan hukum syariah merupakan
produk manusia dan produk interpretasi akal manusia. Bukan produk Tuhan.
Tuhan ada satu, tapi penerapan hukum syariah ada banyak versi. Artinya,
penerapan hukum syariah adalah bentukan manusia.
Membentuk negara Islam, hanyalah meniru-niru negara Kristen jaman
dahulu, tanpa mampu belajar dari sejarah, bahwa agama tidak bisa dijadikan dasar
bernegara dan berbangsa.
Mempropaganda pembentukan negara Islam Indonesia adalah tindakan
memanipulasi massa, untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jauh dari semangat
toleransi, dan damai Islam itu sendiri. Mari lihat berbagai contoh negara Islam di
dunia. Tidak satupun yang benar-benar menjalankan damai Islam sebagai hukum
negaranya. Tidak satupun yang mewadahi keberagaman. Yang ada hanyalah
keseragaman. Sampai warna pakaianpun dipaksakan seragam satu negara. Tidak

24

satupun yang mengangkat harkat hidup masyarakat miskinnya. Ujung-ujungnya
hanya melindungi elit politik yang korupsi.
Bahkan Aceh pun, menduduki peringkat ke-2 propinsi terkorup seIndonesia. Bandingkan dengan DKI yang menempati posisi pertama dengan
jumlah penduduk 10 juta. Aceh berpenduduk 4 juta orang. Artinya, tingkat
korupsi dibandingkan populasi penduduk, Aceh menempati Juara Pertama.
Kemudian, lihatlah tingkat pendidikan. Aceh menempati Juara Pertama pencetak
pelajar tidak lulus ujian negara. Pembangunan Aceh pasca tsunami pun, secara
gotong royong dibantu oleh luar negeri negara-negara non syariah. Artinya,
penerapan

hukum

syariah

tidak

mampu

mengangkat

kesejahteraan

masyarakatnya. Syariah digunakan sebagai kamuflase untuk melindungi
keserakahan elit politiknya.
Indonesia

tidak

memerlukan

negara

Islam.

Tidak

memerlukan

pembohongan publik oleh politisi-politisi serakah yang membungkus keserakahan
dengan agama. Yang kita perlukan sudah kita miliki: Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika, dan UUD45, yang mewadahi seluruh elemen masyarakat Indonesia yang
beragam.
Mari kita tolak propaganda palsu orang-orang yang menjual Islam untuk
tujuan kekayaan pribadi dan kelompok sendiri.

3. Sistem khilafah tidak ada dalam Al Qur-an
Al Qur-an tidak pernah menerangkan dan menganjurkan sistem
kenegaraan yang disebut khilafah, sistem ini tidak ada dalam Al Qur-an. Negara

25

yang disebut dalam Al Qur-an ada dua yaitu : 1. Negara Thoyyibah. 2. Negara
Khobitsah.
Negara Thoyyibah adalah negara yang baik dan negara Khobitsah adalah
negara yang buruk. Dalam surat Al A'rof ayat 58 disebutkan : "Wal baladut
thoyyibu yakhruju nabatahu biidznihi robbihi walladzi khobutsa la yakhruju illa
nakida. Kadzalika nushorriful ayati liqoumin yaskurun"artinya: Dan negara yang
baik adalah yang muncul banyak buah buahan denga izin tuhannya. Dan negara
yang buruk tidak ada yang keluar kecuali kesengsaraan. Demikianlah kami
jelaskan tanda tanda bagi hamba yang bersyukur.
Dan sistem untuk bisa mencapai negara yang Thoiyyibah menurut Al Quran harus dicapai melalui management syukur, sebagaimana dalam surat Saba'
ayat 15 :"Wasykuru lahu baldatun thoyyibatun warobbun ghofur" Dan
bersyukurlah kepada Alloh, negaramu akan menjadi negara yang baik dan Alloh
selalu memberikan ampunanan Nya.
Negara kita indonesia dilihat dari segi konstitusinya sebetulnya sudah
sesuai dengan ayat tersebut diatas, terbukti dengan adanya pembukaan UUD 45
alenia ke 3 disebutkan : "Atas berkat Rohmat Alloh yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya".
Berdasarkan alenia ini kita tahu bahwa bangsa indonesia adalah bangsa
yang bersyukur kepada Alloh S.W.T.
Demikian juga kalau dilihat dari sila yang pertama dari pancasila yaitu :
ketuhanan yang maha esa, kita faham bahwa negara kita adalah negara yang
berdasarkan tauhid, artinya imam kepada Alloh dan hari akhir.

26

Jadi sesuai dengan do'a nabi Ibrohim dalam surat al Baqoroh ayat 126, yang
artinya : "Ketika berdoa Ibrohim, ya Alloh jadikan negeri ini negeri yang aman
sentosa, dan berilah rizqi berupa buah buahan kepada warganya, yaitu yang
beriman kepada Alloh dan hari akhir".
Demikian juga sila sila seterusnya didalam pembukaan UUD 45, kalau kita
teliti dan kita kaji semuanya tidak ada yang bertentangan dengan Al Qur-an dan
Hadits, semuanya sesuai dengan Islam. Para pendiri negara kita adalah ulama'
ulama' Islam yang jempolan, hebat. Mereka bukan orang yang bodoh. KH.
Wachid Hasyim, KH. Agus Salim, KH. Abdul Qohar Mudzakir dll, bukanlah
ulama' sembarangan. Sudah mereka pertimbangkan masak masak mana yang
terbaik buat bangsa kita.
Mengenai sistim negara khilafah yang di dengung dengungkan oleh
kelompok umat Islam garis keras sebetulnya faham tersebut banyak yang
bertentangan dengan Al Qur-an dan Hadits.
Pertama, sistim tersebut tidak pernah ada adalah sistim syukur. Kedua,
mereka berusaha menghapus negara kebangsaan. Bahwa Al Qur-an mengatakan
bahwa Alloh menciptakan manusia terdiri atas bangsa bangsa dan suku suku
untuk saling kenal mengenal, menghargai satu sama lain juga menghargai hak
haknya sebagai bangsa.(lihat dalam surat hujurot ayat 13)
Yang ketiga, mereka berusaha menghilangkan sistim demokrasi. Kata
mereka sistim demokrasi adalah sistim orang kafir. Padahal sistim demokrasi
muncul dari musyawaroh. Dan musyawaroh di perintah dalam Al Qur-an dalam
surat Syuro 38 di sebutkan " Wa am ruhum syuro bainahum" ( Dan menghadapi
perkaramu hendaklah kamu bermusyawarah diantara kalian ),

27

Ingat dalam sejarah, ketika Rosul wafat, beliau tidak mewasiatkan
penggantinya. Maka berkumpullah para sahabat muhajirin dan anshor untuk
bermusyawarah mencari pengganti Nabi. Dalam musyawarah tersebut, kaum
muhajirin mengajukan jagonya. Demikian juga kaum anshor juga mengajukan
jagonya. Dan akhirnya dalam musyawarah tersebut terpilihlah sahabat Abu Bakar
Shiddiq sebagai kholifah pengganti Rosululloh secara demokratis.
Demikian juga dengan terpilihnya Sayyidina Umar bin Khotob, Sayyidina
Utsman bin Affan, Sayyidina Ali bin Abi Tholib, mereka diangkat kholifah
melalui pilihan yang demokratis.
Apakah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali yang menyetujui adanya pilihan
demokratis ini juga kafir? (Naudzu billah min dzalik).
Jangan jangan mereka itu warisan kaum Khowarij yang mengkafirkan
sahabat Utsman, Ali, Abu Musa Al Asy'-ari yang akhirnya membunuh sahabat
Ali R.a. Mereka adalah kaum yang mudah mengkafirkan orang yang tidak
sefaham.
Apakah kita rela kalau nantinya negara republik Indonesia ini hilang,
kemudian diganti dengan imperium tirani yang mereka cita-citakan dan mereka
kuasai dengan berkedok Islam.

4. Ada Jejak-jejak demokrasi dalam
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos (rakyat) dan kratos
(kekuasaan). Aristoteles dalam bukunya “Organon” bab Retorika ketika
menyandingkan bentuk-bentuk pemerintahan dalam: Demokrasi, Oligarki,
Aristokrasi, dan Monarki mendefinisikan pemerintahan demokrasi sebagai jika

28

kekuasaan dalam pemerintahan itu dibagi-bagi menurut pemilihan atau
kesepakatan.
Ibn Rusyd (Averroes) seorang filosof muslim Andalusia termasyur
sekaligus pensyarah buku-buku Aristoletes menerjemahkan demokrasi dengan
“politik kolektif” (as siyasah al jama’iyah).
Sedang dalam ilmu sosiologi, demokrasi adalah sikap hidup yang berpijak
pada sikap egaliter (mengakui persamaan derajat) dan kebebasan berpikir.
Meski demokrasi merupakan kata kuno, namun demokrasi moderen merupakan
istilah yang mengacu pada eksperimen orang-orang Barat dalam bernegara
sebelum abad XX.
Orang-orang Islam mengenal kata demokrasi sejak jaman transliterasi
buku-buku Yunani pada jaman Abbasiyah. Selanjutnya kata itu menjadi bahasan
pokok para filosof muslim jaman pertengahan seperti Ibnu Sina (Avicenna), dan
Ibn Rusyd ketika membahas karya-karya Aristoteles.
Istilah demokrasi dalam sejarah Islam tetaplah asing, karena sistem demokrasi
tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin sejak awal. Orang-orang Islam hanya
mengenal kebebasan (al hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang
diwarisi semenjak jaman Nabi Muhammad (Saw.), termasuk di dalamnya
kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syuro),
kebebasan mengkritik penguasa, kebebasan berpendapat.
Sikap bebas dan demokratis merupakan ciri kehidupan yang hilang dari tengantengah sebagian besar ummat Islam pada saat ini, baik dalam bermasyarakat
maupun bernegara

29

5. Merah Putih Bendera Rosullulloh SAW
Sebagian umat Islam sukar untuk mengerti bahwa bendera Rasulullah saw
terdiri dari dua unsur warna Merah Putih. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
sistem deislamisasi dalam penulisan Sejarah Indonesia.
Dampaknya dikisahkan Merah Putih bukan warna bendera Rasulullah saw.
Penulisan yang demikian itu untuk mendiskreditkan umat Islam. Padahal Sang
Saka Merah Putih berasal dari bendera Rasulullah saw yang dikembangkan oleh
umat Islam Indonesia, sejak abad ke-7 hingga menjadi milik bangsa dan negara
Indonesia. Tentu sukar memahaminya.
Dalam penuturan Imam Muslim dalam Shahihnya Kitab al Fitan, Jilid X,
hlm. 340, dari Hamisy Qasthalani yang memperoleh beritanya dari Zubair bin
Harb, Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna, Ibnu Basyayar, Mu’adz bin
Hisyam, Qatadah , Abu Qalabh, Abu Asma’ Ar Rahabiy, Tsauban bahwa
Rasulullah saw bersabda:
Innallaha zawalliyal ardha - Sesungguhnya Allah memperlihatkan dunia kepadaku
Masyariqahaa wa magharibahaa. - Aku ditunjukkan pula timur dan baratnya. Wa
a’thoniil kanzaini: Dan aku dianugrahi warna yang indah Al Ahmar wal Abyadh
Merah Putih.
Tentu umat Islam Indonesia mengenal ajaran Merah Putih tersebut, sejak
awal masuknya agama Islam ke nusantara pada abad ke-7M. Sejak itu pula umat
Islam akrab sekali dengan warna merah. Tidak tabu terhadap warna merah seperti
sekarang ini. Karena Islam juga mengajarkan bahwa istri Nabi dari Nabi Adam as
hingga Rasulullah saw disebut merah. Misalnya Siti Hawa ra artinya Merah.
Menurut Ismail Haqqi Al Buruswi dalam Tafsir Ruhul Bayan, menjelaskan bahwa

30

Hawa sama dengan Hautun artinya Merah. Dan Siti Aisyah ra sering dipanggil
oleh

Rasulullah

saw

dengan

Humairoh

artinya

juga

Merah.

Oleh karena itu, para ulama pendahulu di Indonesia, dalam membudayakan dan
mengabadikan warna Merah Putih, antara lain melalui enam upacara:
Setiap pembangunan rumah, pada kerangka atap suhunan dikibarkan Merah
Putih, Dengan harapan memperoleh syafaat dari Rasulullah saw.
Pada setiap Tahun Baru Islam atauTahun Hijriah diperingati dengan
membuat Bubur Merah Putih.
Pada saat pemberian nama anak, juga dengan disertai pembuatan Bubur
Merah Putih. Mengapa? Bubur Merah Putih, saat bayi dilahirkan sebagai
lambang darah ibu (QS 96:2). Selama 9 bulan 10 hari dalam rahim, bayi
mengonsumsi darah ibu Merah warnanya Setelah lahir masih tetap
membutuhkan darah ibu, Asi( air susu ibu), selama 20 bulan 20 hari.
Warnanya Putih. Dengan demikian, seorang anak bayi membutuhkan darah
ibu yang berwarna Merah dan Putih selama 30 bulan (QS 46: 15).
Apakah terkait dengan pengertian di atas ini pula, maka plafon Ka’bah
berwarna Merah, dan Lantai Ka’bah berwarna Putih.
Dalam pengucapan kata pengantar disebutnya dengan lambang Sekapur
Sirih dan Seulas Pinang. Kapur dan sirih akan menghasilkan warna merah.
Dan pinang yang diiris akan menampakkan warna putih. Jadi kata Sekapur
Sirih dan Seulas Pinang bermakna Merah Putih. Di masyarakat Islam
Minang akrab dengan warna Merah. Demikian pula busana kebesarannya
dan busana penarinya menam pilkan warna Merah atau warna emas.

31

Di kalangan masyarakat Islam Sunda menyatakan rasa gembira dan syukur,
dengan bahasa simbol seperti kagunturan madu -memperoleh madu dan
karagragan menyan putih -kejatuhan menyan putih. Madu sebagai lambang
merah. Dan menyan putih, jelas simbol warna putih yang harum. Jadi,
makna kedua hal tersebut adalah Merah Putih. Dan sebaliknya untuk
melambangkan jiwa yang serakah terhadap materi atau uang, maka
disebutnya bermata hijau.
Para Walilullah menuliskan Alquran, pada penulisan Allah dan Asma
Pengganti-Nya, dengan warna merah di atas lembar kertas yang putih warna
nya.

6. Indonesia adalah Rumah Bersama berbagai suku bangsa di Indonesia
Islam sejatinya tak pernah mewajibkan umat mendirikan negara Islam.
Dasar negara suatu bangsa, tempat di mana Islam tumbuh dan berkembang, adalah
konsensus rakyatnya. Mereka bebas membentuk dan mendasari negaranya dengan
dasar Islam, sekuler atau dasar lain. Mengingat Indonesia memiliki beragam
kultur dan agama maka dasar negara yang dianggap tepat adalah yang bisa
mengayomi semua agama, etnis, dan golongan.
Pancasila yang menjadi dasar NKRI merupakan rumah besar bagi rakyat
Indonesia yang beragam agama, suku, dan golongan. Seluruh rakyat bebas
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing. Pancasila memang bukan
wahyu Tuhan tapi di dalamnya mengandung kebenaran-kebenaran yang didukung
tiap agama. Karena itu, konsesus bangsa ini harus dihormati dan tidak dikhianati

32

oleh rakyatnya sendiri. Pancasila harus dijaga dan dilindungi dari tangan-tangan
yang ingin menggantinya dengan ideologi lain.

2.5

Upaya dalam mempertahankan konstitusi dengan sistem demokrasi
pancasila
Pancasila adalah milik bangsaIndonesia. Oleh karena itu pancasila adalah

menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari bagi bangsa
Indonesia. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku
bangsa, beradat istiadat yang berbeda-beda,bertutur bahasa daerah yang berbeda
pula, serta memeluk agama yang berbeda,ideologi pancasila mempersatukan kita
semua dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia.
Selain

itu dengan

ideologi

pancasila

bangsa

Indonesia mampu

menyelesaikan berbagai persoalan dan cobaan yang dihadapi bangsa Indonesia
semenjak awal kemerdekaan hingga sekarang ini. Berbagai permasalahan dan
cobaan bangsa Indonesia itu ditunjukkan oleh adanya upaya-upaya sistematis
untuk melemahkan pengalaman ideologi pancasila. Berbagai pihak entah dari
dalam maupun dari luar selalu berusaha menggoyang ideologipancasila dengan
berbagai cara. Oleh karena itu kita sebagai bangsa Indonesia merasa wajib untuk
membela Negara dari rongrongan, ancaman, dan serangan musuh. UUD1945
mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan Negara. Termasuk mempertahankan ideologi pancasila. Upayaupayaitu dapat dilakukan antara lain, sebagai berikut:

33

 Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai luhur pancasila
 Melaksanakan ideologi pancasila secara konsisten
 Menempatkan pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan
peraturan perundangan nasional.
 Menempatkan pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.
Pentingnya mempertahankan Pancasila, karena Pancasila merupakan dasar
Negara dan keunggulan sila-sila Pancasila. Kita menggunakan Pancasila sebagai
dasar atau pondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dasar negara
Pancasila dapat memenuhi keinginan semua pihak. Pancasila juga mempersatukan
bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, agama, dan bahasa. Cara-cara
mempertahankan Pancasila juga dapat dilakukan denagan cara berikut:
 Dengan melaksanakan sila-sila Pancasila dalam kehidupan bernegara.
 Dengan melaksanakan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
 Mengajarkan materi Pancasila melalui kegiatan pembelajaran.

34

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara konstitusi Negara dan dasar Negara adalah dasar Negara
sebagai sumber dari pembentukan konstitusi
2. Sistem demokrasi pancasila secara structural tidak berbeda jauh dengan
system khilafah namun pe