MANAJEMEN PROYEK KONSTRUK SIFINISH PEMBAH
PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DALAM
INDUSTRI KONSTRUKSI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Ibu Novi Eka Susilowati, S.Pd, M.Pd.
Oleh
Afifuddin Arifin
Anang Rifki Widyama
Danny Setiawan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
April 2016
PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DALAM
INDUSTRI KONSTRUKSI
1. PENDAHULUAN
Manajemen Proyek di Indonesia mulai berkembang pada tahun
1970─1990 an, diawali dengan semakin banyaknya proyek-proyek infrastruktur
yang membutuhkan professional di bidang
Manajemen proyek. Manajemen
proyek sendiri adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
koordinasi dari suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek
sehingga menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat
mutu.
Pentingnya Manajemen Proyek bagi suatu organisasi yang menjalankan
sebuah proyek dapat dianalogikan dalam sebuah pernyataan bahwa sebuah
permainan tetap akan dapat berlangsung tanpa adanya strategi, namun hal tersebut
berpotensi menimbulkan disharmoni dalam permainan tersebut. Tanpa adanya
strategi yang matang, permainan berlangsung tanpa konsep, arah, dan tujuan yang
jelas akan berimbas pada kegagalan dalam mencapai tujuan akhir yaitu
kemenangan. Dengan adanya Manajemen Proyek maka akan terlihat batasan
mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tanggung jawab yang
dilakukan secara bersamaan (Ahadi, 2011).
Salah satu bentuk pengaplikasian Manajemen Proyek yaitu di bidang
industri konstruksi. Secara luas, proyek-proyek konstruksi dapat dibagi atau
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu, konstruksi gedung, konstruksi teknik, dan
konstruksi industri Halpin (dalam Widiasanti dan Lenggogeni, 2013). Konstruksi
sendiri merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Secara
ringkas konstruksi merupakan keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagianbagian struktur. Konstruksi dapat juga didefnisikan sebagai susunan
(model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain
sebagainya) . Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda (Wikipedia).
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer
proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini
bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi
buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fsik sebuah konstruksi (Wikipedia).
Di Indonesia pelaksanaan proyek konstruksi sering
dipegaruhi oleh
variable dan faktor-faktor tak terduga. Salah satu dari faktor tersebut adalah
Manajemen Proyek yang lemah, kemampuan manajer proyek yang kurang sesuai
dan dukungan manajemen pusat yang tidak selaras dengan lapangan. Manajemen
proyek yang lemah juga berimbas pada proyek pembangunan infrastruktur yang
seringkali mengalami kerugian bukan hanya dari aspek finansial saja. Sebagai
contoh yaitu pembangunan jembatan Pasopati, Bandung. Proyek yang
dilaksanakan pada tahun 2001─2005 ini memang memberi solusi jalan pintas dari
Pasteur menuju Surapati, tapi di sisi lain menimbulkan masalah baru, kemacetan
yang parah terjadi di terusan Pasteur dan Gasibu, dimana Gasibu merupakan
pertemuan berbagai arah. Padahal Managemen Proyek yang baik bukan hanya
menangani finansial dan sumber daya semata, akan tetapi harus dapat mengelola
proyek agar prosesnya berjalan baik sehingga menghasilkan sebuah solusi baik
dalam cakupan sebagai sistem maupun subsistem.
Dari paparan diatas, dapat kita ketahui bahwa Manajemen Proyek di
Indonesia harus segera dibenahi. Perlu banyak pihak untuk mewujudkan harapan
tersebut. Sehingga nantinya segala bentuk kerugian di bidang konstruksi dapat di
minimalisir.
Tulisan ini berusaha untuk mendeskripsikan (1) bagaimanakah bentuk
Organisasi Manajemen Proyek konstruksi beserta, (2) tujuan Manajemen Proyek
konstruksi, serta (3) peranan Manajemen Proyek konstruksi.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
terhadap pembaca tentang bentuk dan pentingnya Manajemen proyek, serta
peranannya dalam bidang konstruksi. Dengan demikian, setiap orang dalam dunia
konstruksi diharapkan mampu mengoptimalkan Manajemen Proyek sehingga
dapat meminimalisir terjadinya kerugian.
2. PEMBAHASAN
a. Bentuk Organisasi Manajemen Proyek Konstruksi
Kegiatan ini bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan
kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
harapan. Tahap ini menjadi sangat penting karena ketidaktepatan pengaturan
dan pengelompokan kegiatan yang terjadi akan berakibat langsung terhadap
tujuan proyek.
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan menyusun jenis kegiatan
dari yang besar hingga yang tercekil. Penyusunan ini disebut Work
Breakdown Structure (WBS). Penyusunan tersebut kemudian dilanjutkan
dengan menetapkan pihak yang nantinya bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerja tersebut. Proses ini disebut Organization Breakdown
Structure (OBS).
1. Definisi Organisasi
Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya
kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih dibawah satu organisasi, dan
berfungsi mempertemukan mereka menjadi satu tujuan. Semakin banyak
individu atau kelompok yang terlibat dengan macam kegiatan atau jenjang
kewenangan yang beragam, bentuk organisasi akan menjadi semakin
kompleks. Fungsi organisasi yang kompleks adalah mengubah sesuatu (dapat
berupa material, informasi, ataupun masyarakat) melalui sesuatu tatanan
terkoordinasi yang mampu memberikan nilai tambah, sedemikian rupa
sehingga kemungkinan organisasi mencapai tujuannya dengan baik.
2. Proses Pembetukan Organisasi
Proses pembuatan organisasi yang kompleks diawali dengan pembentukan
sekelompok orang, dimana sekelompok orang tersebut dapat dimulai dengan
bertemunya dua orang atau lebih. Grup kecil ini akan bisa menjadi besar
seiring peningkatan kompleksitas tujuan organisasi serta fungsi organisasi.
Secara umum, tahap-tahap yang biasanya dilalui dalam pembentukan
organisasi
yaitu
(1)
role:
adalah
perilaku
seseorang
yang
dapat
menempatkannya dalam lingkungan sosial, (2) norms: menerima standar yang
ditetapkan, (3) status: menempatkan pada level yang bergengsi dalam grup,
dan (4) group cohesiveness: bagaimana setiap anggota saling terkait dalam
grup dan berpandangan yang sama.
3. Jenis Organisasi Proyek Konstruksi
Seiring masuknya unsur-unsur eksternal kedalam lingkup internal, dengan
sendirinya akan mengakibatkan pergeseran suatu sistem yang telah dirancang.
Kondisi demikian berlaku juga pada suatu organisasi yang sejak awal telah
menetapkan tujuannya. Pihak manajemen harus tanggap terhadap perubahan
yang terjadi diluar organisasi sehingga dengan cepat merombak strukturnya
untuk mengantisipasi atau meningkatkan kinerja organisasi tersebut.
Lingkungan yang mampu mengubah struktur organisasi antara lain
peningkatan iklim kompetisi dalam pasar, perubahan teknologi, kebutuhan
pengendalian sumber daya dalam perusahaan yang menghasilkan aneka ragam
produk, dan lain-lain.
Pada umumnya, pihak manajemen tidak melihat dengan cermat kebutuhan
organisasi yang sesungguhnya sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
menentukan sikap untuk kepentingan organisasi.
Adapun hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek
umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang
berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal)
yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu
dokumen kontrak. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan
dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor.
Dari bahasan diatas, maka jelas bahwa pengelompokan fungsi menjadi
dasar terjadinya berbagai bentuk atau pola organisasi dalam proyek
konstruksi.
Pada
hakikatnya,
jenis-jenis
organisasi
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi lima bentuk organisasi atau pendekatan manajemen,
yaitu
tradisional(traditional/classical
organization),
swakelola
(force
account), proyek putar kunci (turnkey project), proyek yang memisahkan
kegiatan perencanaan dengan kegiatan pengawasan pelaksanaan proyek, dan
proyek yang menggunakan konsultan manajemen sebagai manajer konstruksi.
4. Bentuk Organisasi
Adapun bentuk/tipe organisasi dalam suatu manajemen proyek konstruksi
dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu (1) Organisasi Garis, (2) Organisasi
Garis dan Staf, (3) Organisasi Fungsional, (4) Organisasi Matrik, dan (5)
Organisasi Panitia.
b. Tujuan Manajemen Proyek Konstruksi
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas.
Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai
suatu hasil dalam bentuk banguna atau infrastruktur.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan penerapan) secara sistematis pada
suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada sercara efektif dan
efisien agar tercapai tujuan proyek secara maksimal.
Manajemen proyek konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan
waktu. Manajen material dan manajemen tenaga kerja yang lebih ditekankan.
Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan
sisannya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnnya pengendalian biaya
dan waktu proyek.
Manajemen proyek konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuai antara pelaksanna dan
perencanaan.
2. Mengantisipasi terjandinnya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti
dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan.
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal ini
dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan, dan bulanan.
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah- masalah yang terjadi di lapangan.
5. Fungsi manajerial dalam manajemen merupakan sistem informasi yang
baik untuk menganalisis performa di lapangan.
Sasaran manajemen proyek konstruksi adalah mengelola fungsi atau
mengatur pelaksanaan pembanguna sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan
biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap-tahap lain sesuai dengan tujuan
dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MPK dapat diterapkan pada
tahap-tahap proyek sebagai berikut.
1. Manjemen proyek konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahap proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini
mencakup pengeloalaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan-masukan atau keputusan yang berkaitan
dengan teknis
operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahap proyek,
mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan
penyerahan proyek.
2. Tim manajemen proyek konstruksi sudah berperan sejak awal desain,
pelelengan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak (feasible) mulai dari tahap desain.
3. Tim manajemen proyek konstruksi akan memberikan masukan atau
keputusan dalam menyempurnakan desain sampai proyek selesai.
4. Manajemen ptoyek konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.
(Haryono,2012)
Seorang manager proyek merupakan seorang professional dalam bidang
manajemen proyek. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek
harus dimanage dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas baik serta
memiliki kompetensi yang disyaratkan. Seorang manager proyek yang baik
harus memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu pengetahuan
(knowledge), kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsure ini
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek.
Sebuah proyek akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat menyelesaikan
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, ruang linbgkup dan biaya yang
sudah direncanakan. Manager proyek merupakan individu yang paling
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu proyek. Karena dalam hal ini
manager proyek yang memegang peranan penting dalam mengintegrasikan,
mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas keberhasilan dalam pencapaian sasran proyek
Untuk menjadi manager proyek yang baik, terdapat 9 ilmu yang harus
dikuasai antara lain: Manajemen ruang lingkup, manajemen waktu,
manajemen biaya, manajemen kualitas, manajemen sumber daya manusia,
manajemen pengadaan, manajemen komunikasi, manajemen resiko, dan
manajemen integrasi.
Seorang manajemen proyek yang baik juga harus mempersiapkan dan
melengkapi kemampuan diri sendiri yang bisa diperoleh melalui kursus
manajemen proyek. Adapun panduan refrensi standart internasional yang
kerap dipergunakan dalam bidang manajemen proyek adalah PMBOK
(Project Management Body Of Knowledge). Setelah manajemen proyek dirasa
cukup menguasai bidang pekerjaan yang dijalani, maka disarankan untuk
mengambil sertifikasi manajenem proyek. Mereka yang berhasil mendapat
sertifikasi
ini
akan
memperoleh
gelar
PMP
(Project
Management
Professional). (Wikipedia)
c. Peranan Manajemen Proyek Konstruksi
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi
adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses
konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani
semua tahap konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-konstruksi,
kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan
penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah
spesifkasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefnisikan
dengan
baik,
kontraktor
pekerjaan
untuk
dilanjutkan
memulai
oleh
pembangun
membangun
aktual
dan
bawah
pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen
dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi.
netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak
memihak
menyarankan
kontraktor,
yang
klien
pada
memungkinkan
pilihan
klien
konsultan
untuk
dan
mendapatkan
manfaat maksimal. (Wikipedia)
Pada sebuah proyek konstruksi berskala besar biasanya
konsultanlah
yang
memegang
peranan
sebagai
pengelola
manajemen proyek konstruksi. Konsultan sendiri adalah seorang
tenaga professional yang menyediakan jasa kepenasihatan
(consultancy service) dalam bidang keahlian tertentu. Yang
membedakan serang konsultan dan ahli biasa adalah sang
konsultan
bukan
peggunalayanan,
usahanya
sendiri
kepenasihatan,
merupakan
melainkan
atau
serta
pegawai
seseorang
bekerja
di
berurusan
perusahaan
sang
yang
menjalankan
sebuah
perusahaan
dengan
penggunalayanan dalam satu waktu (Wikipedia).
berbagai
Konsultan
Manajemen
Konstruksi
sebagai
pendamping
konsultasi bagi user, maka harus mampu memahami dan
menampung semua masukan dari user, kemudian mengawasi
dan mendampingi perencanaan dalam menuangkannya dalam
desain. Proses ini bisa terjadi berulang-ulang, dimana pada
umumnya pihak pengguna memiliki banyak kebutuhan dan
keinginan yang harus diakomodasi (apalagi jika klien/pengguna
terdiri dari beberapa orang /pihak terkait, seperti banyak terjadi
pada proyek-proyek instansi
pemerintahan). Proses diskusi,
mendesain, presentasi, revisi desain/mendesain ulang hingga
seterusnya. Untuk itu konsultan dituntut harus cerdas dalam
menyikapi segala sesuatu, sehingga tidak akan mengganggu
proses konstruksinya.
Selain harus cerdas, seorang konsultan Manajemen Konstruksi
harus
memiliki
tanggung
jawab,
seperti
yang
dinyatakan
Construction Management Association of America (CMAA) yaitu
tanggungjawab
manajemen
manajemen
terhadap
harga,
perencanaan
manajemen
kualitas,
proyek
waktu,
administrasi
manajemen,
manajemen
kontrak,
harga,
manajemen
keselamatan, dan praktik profesional.
Peranan Manajemen Konstruksi pada tahapan proyek
konstruksi
dapat
dibagi
menjadi
Agency
Construction
Management (ACM), Extended Service Constructon (ESCM),
Ownwer
Construction
Management
(OCM),
dan
Guaranted
Maximum Price Construction Management (GMPCM) (Dewi, 2013)
:
1. Agency Construction Management (ACM)
Pada sistem ini konsultan managemen proyek konstruksi
mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai
koordinator “penghubung’’ (interface) antara perancangan dan
pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan Managemen
Konstruksi dapat dilibatkan mulai dari mulai fase perencanaan.
Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan
beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang
telah disiapkan.
2. Extended Service Construction Managemen(ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana
atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa
Manajemen
karena
Konstruksi,
peninjauan
akan
terhadap
terjadi
proses
“konfik-kepentingan”
perancangan
tersebut
dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini
akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini pada tipe yang
lain
kemungkinan
melakukan
jasa
Manajemen
Konstruksi
berdasarkan permintaan pemilik ESCM/ kontraktor.
3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen
konstruksi
profesional
yang
bertanggungjawab
terhadap
manajemen proyek yang dilaksanakan.
4. Guarented
Maximum
Price
Construction
Management
(GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih ke arah kontraktor umum dari
pada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak
melakukan
pekerjaan
konstruksi
tetapi
bertanggungjawab
kepada pemilik mengenai waktu, biaya, dan mutu. Jadi dalam
surat perjanjian kerja/kontrak , konsultan GMPCM bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
Manajemen konstruksi juga memiliki beberapa fungsi yaitu,
sebagai Quality Control, mengantisipasi terjadinya perubahan
kondisi di lapangan, memantau kemajuan dan prestasi proyek yg
telah dicapai, hasil evaluasi dan manajerial dari manajemen yang
merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis
performa di lapangan (Dewi, 2013).
3. PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, dapat diketahui pentingnya
manajemen proyek konstruksi. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proyek umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan
yang berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal)
yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen
kontrak. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu
proyek konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor.
Sasaran manajemen proyek konstruksi adalah mengelola fungsi atau
mengatur pelaksanaan pembanguna sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya
(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
DAFTAR RUJUKAN
Ervianto. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi.
Ahadi. 2011. Manajemen Proyek. (Online), (http://www.ilmusipil.com/manajemenproyek), diakses tanggal 12 April 2016.
Widiasanti, Lenggogeni. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Haryono. 2012. Tujuan dan Manfaat Manajemen Proyek Bagian Konstruksi. (Online),
(http://manproimam.blogspot.co.id/2012/01/tujuan-dan-manfaat-manajemenproyek.html), diakses tanggal 12 April 2016.
Wikipedia. Konstruksi. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi), diakses
tanggal 13 April 2016.
Wikipedia. Manajemen Proyek. (online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek), diakses tanggal 13 April
2016.
Wikipedia. Manajemen Konstruksi. (online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_konstruksi), diakses tanggal 13 April
2016.
Wikipedia. Konsultan. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Konsultan), diakses tanggal
13 April 2016.
INDUSTRI KONSTRUKSI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Ibu Novi Eka Susilowati, S.Pd, M.Pd.
Oleh
Afifuddin Arifin
Anang Rifki Widyama
Danny Setiawan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
April 2016
PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DALAM
INDUSTRI KONSTRUKSI
1. PENDAHULUAN
Manajemen Proyek di Indonesia mulai berkembang pada tahun
1970─1990 an, diawali dengan semakin banyaknya proyek-proyek infrastruktur
yang membutuhkan professional di bidang
Manajemen proyek. Manajemen
proyek sendiri adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
koordinasi dari suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek
sehingga menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat
mutu.
Pentingnya Manajemen Proyek bagi suatu organisasi yang menjalankan
sebuah proyek dapat dianalogikan dalam sebuah pernyataan bahwa sebuah
permainan tetap akan dapat berlangsung tanpa adanya strategi, namun hal tersebut
berpotensi menimbulkan disharmoni dalam permainan tersebut. Tanpa adanya
strategi yang matang, permainan berlangsung tanpa konsep, arah, dan tujuan yang
jelas akan berimbas pada kegagalan dalam mencapai tujuan akhir yaitu
kemenangan. Dengan adanya Manajemen Proyek maka akan terlihat batasan
mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tanggung jawab yang
dilakukan secara bersamaan (Ahadi, 2011).
Salah satu bentuk pengaplikasian Manajemen Proyek yaitu di bidang
industri konstruksi. Secara luas, proyek-proyek konstruksi dapat dibagi atau
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu, konstruksi gedung, konstruksi teknik, dan
konstruksi industri Halpin (dalam Widiasanti dan Lenggogeni, 2013). Konstruksi
sendiri merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Secara
ringkas konstruksi merupakan keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagianbagian struktur. Konstruksi dapat juga didefnisikan sebagai susunan
(model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain
sebagainya) . Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda (Wikipedia).
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer
proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini
bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi
buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fsik sebuah konstruksi (Wikipedia).
Di Indonesia pelaksanaan proyek konstruksi sering
dipegaruhi oleh
variable dan faktor-faktor tak terduga. Salah satu dari faktor tersebut adalah
Manajemen Proyek yang lemah, kemampuan manajer proyek yang kurang sesuai
dan dukungan manajemen pusat yang tidak selaras dengan lapangan. Manajemen
proyek yang lemah juga berimbas pada proyek pembangunan infrastruktur yang
seringkali mengalami kerugian bukan hanya dari aspek finansial saja. Sebagai
contoh yaitu pembangunan jembatan Pasopati, Bandung. Proyek yang
dilaksanakan pada tahun 2001─2005 ini memang memberi solusi jalan pintas dari
Pasteur menuju Surapati, tapi di sisi lain menimbulkan masalah baru, kemacetan
yang parah terjadi di terusan Pasteur dan Gasibu, dimana Gasibu merupakan
pertemuan berbagai arah. Padahal Managemen Proyek yang baik bukan hanya
menangani finansial dan sumber daya semata, akan tetapi harus dapat mengelola
proyek agar prosesnya berjalan baik sehingga menghasilkan sebuah solusi baik
dalam cakupan sebagai sistem maupun subsistem.
Dari paparan diatas, dapat kita ketahui bahwa Manajemen Proyek di
Indonesia harus segera dibenahi. Perlu banyak pihak untuk mewujudkan harapan
tersebut. Sehingga nantinya segala bentuk kerugian di bidang konstruksi dapat di
minimalisir.
Tulisan ini berusaha untuk mendeskripsikan (1) bagaimanakah bentuk
Organisasi Manajemen Proyek konstruksi beserta, (2) tujuan Manajemen Proyek
konstruksi, serta (3) peranan Manajemen Proyek konstruksi.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
terhadap pembaca tentang bentuk dan pentingnya Manajemen proyek, serta
peranannya dalam bidang konstruksi. Dengan demikian, setiap orang dalam dunia
konstruksi diharapkan mampu mengoptimalkan Manajemen Proyek sehingga
dapat meminimalisir terjadinya kerugian.
2. PEMBAHASAN
a. Bentuk Organisasi Manajemen Proyek Konstruksi
Kegiatan ini bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan
kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
harapan. Tahap ini menjadi sangat penting karena ketidaktepatan pengaturan
dan pengelompokan kegiatan yang terjadi akan berakibat langsung terhadap
tujuan proyek.
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan menyusun jenis kegiatan
dari yang besar hingga yang tercekil. Penyusunan ini disebut Work
Breakdown Structure (WBS). Penyusunan tersebut kemudian dilanjutkan
dengan menetapkan pihak yang nantinya bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerja tersebut. Proses ini disebut Organization Breakdown
Structure (OBS).
1. Definisi Organisasi
Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya
kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih dibawah satu organisasi, dan
berfungsi mempertemukan mereka menjadi satu tujuan. Semakin banyak
individu atau kelompok yang terlibat dengan macam kegiatan atau jenjang
kewenangan yang beragam, bentuk organisasi akan menjadi semakin
kompleks. Fungsi organisasi yang kompleks adalah mengubah sesuatu (dapat
berupa material, informasi, ataupun masyarakat) melalui sesuatu tatanan
terkoordinasi yang mampu memberikan nilai tambah, sedemikian rupa
sehingga kemungkinan organisasi mencapai tujuannya dengan baik.
2. Proses Pembetukan Organisasi
Proses pembuatan organisasi yang kompleks diawali dengan pembentukan
sekelompok orang, dimana sekelompok orang tersebut dapat dimulai dengan
bertemunya dua orang atau lebih. Grup kecil ini akan bisa menjadi besar
seiring peningkatan kompleksitas tujuan organisasi serta fungsi organisasi.
Secara umum, tahap-tahap yang biasanya dilalui dalam pembentukan
organisasi
yaitu
(1)
role:
adalah
perilaku
seseorang
yang
dapat
menempatkannya dalam lingkungan sosial, (2) norms: menerima standar yang
ditetapkan, (3) status: menempatkan pada level yang bergengsi dalam grup,
dan (4) group cohesiveness: bagaimana setiap anggota saling terkait dalam
grup dan berpandangan yang sama.
3. Jenis Organisasi Proyek Konstruksi
Seiring masuknya unsur-unsur eksternal kedalam lingkup internal, dengan
sendirinya akan mengakibatkan pergeseran suatu sistem yang telah dirancang.
Kondisi demikian berlaku juga pada suatu organisasi yang sejak awal telah
menetapkan tujuannya. Pihak manajemen harus tanggap terhadap perubahan
yang terjadi diluar organisasi sehingga dengan cepat merombak strukturnya
untuk mengantisipasi atau meningkatkan kinerja organisasi tersebut.
Lingkungan yang mampu mengubah struktur organisasi antara lain
peningkatan iklim kompetisi dalam pasar, perubahan teknologi, kebutuhan
pengendalian sumber daya dalam perusahaan yang menghasilkan aneka ragam
produk, dan lain-lain.
Pada umumnya, pihak manajemen tidak melihat dengan cermat kebutuhan
organisasi yang sesungguhnya sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
menentukan sikap untuk kepentingan organisasi.
Adapun hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek
umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang
berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal)
yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu
dokumen kontrak. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan
dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor.
Dari bahasan diatas, maka jelas bahwa pengelompokan fungsi menjadi
dasar terjadinya berbagai bentuk atau pola organisasi dalam proyek
konstruksi.
Pada
hakikatnya,
jenis-jenis
organisasi
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi lima bentuk organisasi atau pendekatan manajemen,
yaitu
tradisional(traditional/classical
organization),
swakelola
(force
account), proyek putar kunci (turnkey project), proyek yang memisahkan
kegiatan perencanaan dengan kegiatan pengawasan pelaksanaan proyek, dan
proyek yang menggunakan konsultan manajemen sebagai manajer konstruksi.
4. Bentuk Organisasi
Adapun bentuk/tipe organisasi dalam suatu manajemen proyek konstruksi
dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu (1) Organisasi Garis, (2) Organisasi
Garis dan Staf, (3) Organisasi Fungsional, (4) Organisasi Matrik, dan (5)
Organisasi Panitia.
b. Tujuan Manajemen Proyek Konstruksi
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas.
Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai
suatu hasil dalam bentuk banguna atau infrastruktur.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan penerapan) secara sistematis pada
suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada sercara efektif dan
efisien agar tercapai tujuan proyek secara maksimal.
Manajemen proyek konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan
waktu. Manajen material dan manajemen tenaga kerja yang lebih ditekankan.
Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan
sisannya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnnya pengendalian biaya
dan waktu proyek.
Manajemen proyek konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuai antara pelaksanna dan
perencanaan.
2. Mengantisipasi terjandinnya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti
dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan.
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal ini
dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan, dan bulanan.
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah- masalah yang terjadi di lapangan.
5. Fungsi manajerial dalam manajemen merupakan sistem informasi yang
baik untuk menganalisis performa di lapangan.
Sasaran manajemen proyek konstruksi adalah mengelola fungsi atau
mengatur pelaksanaan pembanguna sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan
biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap-tahap lain sesuai dengan tujuan
dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MPK dapat diterapkan pada
tahap-tahap proyek sebagai berikut.
1. Manjemen proyek konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahap proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini
mencakup pengeloalaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan-masukan atau keputusan yang berkaitan
dengan teknis
operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahap proyek,
mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan
penyerahan proyek.
2. Tim manajemen proyek konstruksi sudah berperan sejak awal desain,
pelelengan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak (feasible) mulai dari tahap desain.
3. Tim manajemen proyek konstruksi akan memberikan masukan atau
keputusan dalam menyempurnakan desain sampai proyek selesai.
4. Manajemen ptoyek konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.
(Haryono,2012)
Seorang manager proyek merupakan seorang professional dalam bidang
manajemen proyek. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek
harus dimanage dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas baik serta
memiliki kompetensi yang disyaratkan. Seorang manager proyek yang baik
harus memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu pengetahuan
(knowledge), kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsure ini
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek.
Sebuah proyek akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat menyelesaikan
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, ruang linbgkup dan biaya yang
sudah direncanakan. Manager proyek merupakan individu yang paling
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu proyek. Karena dalam hal ini
manager proyek yang memegang peranan penting dalam mengintegrasikan,
mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas keberhasilan dalam pencapaian sasran proyek
Untuk menjadi manager proyek yang baik, terdapat 9 ilmu yang harus
dikuasai antara lain: Manajemen ruang lingkup, manajemen waktu,
manajemen biaya, manajemen kualitas, manajemen sumber daya manusia,
manajemen pengadaan, manajemen komunikasi, manajemen resiko, dan
manajemen integrasi.
Seorang manajemen proyek yang baik juga harus mempersiapkan dan
melengkapi kemampuan diri sendiri yang bisa diperoleh melalui kursus
manajemen proyek. Adapun panduan refrensi standart internasional yang
kerap dipergunakan dalam bidang manajemen proyek adalah PMBOK
(Project Management Body Of Knowledge). Setelah manajemen proyek dirasa
cukup menguasai bidang pekerjaan yang dijalani, maka disarankan untuk
mengambil sertifikasi manajenem proyek. Mereka yang berhasil mendapat
sertifikasi
ini
akan
memperoleh
gelar
PMP
(Project
Management
Professional). (Wikipedia)
c. Peranan Manajemen Proyek Konstruksi
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi
adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses
konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani
semua tahap konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-konstruksi,
kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan
penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah
spesifkasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefnisikan
dengan
baik,
kontraktor
pekerjaan
untuk
dilanjutkan
memulai
oleh
pembangun
membangun
aktual
dan
bawah
pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen
dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi.
netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak
memihak
menyarankan
kontraktor,
yang
klien
pada
memungkinkan
pilihan
klien
konsultan
untuk
dan
mendapatkan
manfaat maksimal. (Wikipedia)
Pada sebuah proyek konstruksi berskala besar biasanya
konsultanlah
yang
memegang
peranan
sebagai
pengelola
manajemen proyek konstruksi. Konsultan sendiri adalah seorang
tenaga professional yang menyediakan jasa kepenasihatan
(consultancy service) dalam bidang keahlian tertentu. Yang
membedakan serang konsultan dan ahli biasa adalah sang
konsultan
bukan
peggunalayanan,
usahanya
sendiri
kepenasihatan,
merupakan
melainkan
atau
serta
pegawai
seseorang
bekerja
di
berurusan
perusahaan
sang
yang
menjalankan
sebuah
perusahaan
dengan
penggunalayanan dalam satu waktu (Wikipedia).
berbagai
Konsultan
Manajemen
Konstruksi
sebagai
pendamping
konsultasi bagi user, maka harus mampu memahami dan
menampung semua masukan dari user, kemudian mengawasi
dan mendampingi perencanaan dalam menuangkannya dalam
desain. Proses ini bisa terjadi berulang-ulang, dimana pada
umumnya pihak pengguna memiliki banyak kebutuhan dan
keinginan yang harus diakomodasi (apalagi jika klien/pengguna
terdiri dari beberapa orang /pihak terkait, seperti banyak terjadi
pada proyek-proyek instansi
pemerintahan). Proses diskusi,
mendesain, presentasi, revisi desain/mendesain ulang hingga
seterusnya. Untuk itu konsultan dituntut harus cerdas dalam
menyikapi segala sesuatu, sehingga tidak akan mengganggu
proses konstruksinya.
Selain harus cerdas, seorang konsultan Manajemen Konstruksi
harus
memiliki
tanggung
jawab,
seperti
yang
dinyatakan
Construction Management Association of America (CMAA) yaitu
tanggungjawab
manajemen
manajemen
terhadap
harga,
perencanaan
manajemen
kualitas,
proyek
waktu,
administrasi
manajemen,
manajemen
kontrak,
harga,
manajemen
keselamatan, dan praktik profesional.
Peranan Manajemen Konstruksi pada tahapan proyek
konstruksi
dapat
dibagi
menjadi
Agency
Construction
Management (ACM), Extended Service Constructon (ESCM),
Ownwer
Construction
Management
(OCM),
dan
Guaranted
Maximum Price Construction Management (GMPCM) (Dewi, 2013)
:
1. Agency Construction Management (ACM)
Pada sistem ini konsultan managemen proyek konstruksi
mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai
koordinator “penghubung’’ (interface) antara perancangan dan
pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan Managemen
Konstruksi dapat dilibatkan mulai dari mulai fase perencanaan.
Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan
beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang
telah disiapkan.
2. Extended Service Construction Managemen(ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana
atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa
Manajemen
karena
Konstruksi,
peninjauan
akan
terhadap
terjadi
proses
“konfik-kepentingan”
perancangan
tersebut
dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini
akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini pada tipe yang
lain
kemungkinan
melakukan
jasa
Manajemen
Konstruksi
berdasarkan permintaan pemilik ESCM/ kontraktor.
3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen
konstruksi
profesional
yang
bertanggungjawab
terhadap
manajemen proyek yang dilaksanakan.
4. Guarented
Maximum
Price
Construction
Management
(GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih ke arah kontraktor umum dari
pada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak
melakukan
pekerjaan
konstruksi
tetapi
bertanggungjawab
kepada pemilik mengenai waktu, biaya, dan mutu. Jadi dalam
surat perjanjian kerja/kontrak , konsultan GMPCM bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
Manajemen konstruksi juga memiliki beberapa fungsi yaitu,
sebagai Quality Control, mengantisipasi terjadinya perubahan
kondisi di lapangan, memantau kemajuan dan prestasi proyek yg
telah dicapai, hasil evaluasi dan manajerial dari manajemen yang
merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis
performa di lapangan (Dewi, 2013).
3. PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, dapat diketahui pentingnya
manajemen proyek konstruksi. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proyek umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan
yang berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal)
yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen
kontrak. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu
proyek konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor.
Sasaran manajemen proyek konstruksi adalah mengelola fungsi atau
mengatur pelaksanaan pembanguna sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya
(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
DAFTAR RUJUKAN
Ervianto. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi.
Ahadi. 2011. Manajemen Proyek. (Online), (http://www.ilmusipil.com/manajemenproyek), diakses tanggal 12 April 2016.
Widiasanti, Lenggogeni. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Haryono. 2012. Tujuan dan Manfaat Manajemen Proyek Bagian Konstruksi. (Online),
(http://manproimam.blogspot.co.id/2012/01/tujuan-dan-manfaat-manajemenproyek.html), diakses tanggal 12 April 2016.
Wikipedia. Konstruksi. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi), diakses
tanggal 13 April 2016.
Wikipedia. Manajemen Proyek. (online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek), diakses tanggal 13 April
2016.
Wikipedia. Manajemen Konstruksi. (online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_konstruksi), diakses tanggal 13 April
2016.
Wikipedia. Konsultan. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Konsultan), diakses tanggal
13 April 2016.