Ragam Pakaian Adat di Wilayah Adat Tigo

Ragam Pakaian Adat di Wilayah Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung
Hafiful Hadi Sunliensyar1
Peneliti Independen
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan mendeskripsikan ragam pakaian
adat yang digunakan di wilayah adat Tigo Luhah Tanah Sekudung SIulak, kabupaten Kerinci.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi dilapangan dan melakukan
wawancara kepada para pemangku adat diwilayah ini. Selanjutnya, di buatlah sketsa dari
berbagai pakaian adat yang digunakan beserta dengan aksesoris-aksesorisnya. Diharapkan
pakaian adat yang merupakan identitas bangsa ini dilestarikan dan diketahui oleg generasi
muda.
Kata Kunci: Pakaian, Adat, kerinci

Pendahuluan
Tigo Luhah Tanah Sekudung adalah salah satu wilayah adat yang berada dalam kabupaten
Kerinci provinsi Jambi. Saat ini, wilayah Tanah Sekudung meliputi enam kecamatan yaitu
Kecamatan Siulak, kecamatan Siulak mukai, kecamatan Gunung kerinci, kecamatan Kayu
Aro, Kecamatan Kayu Aro barat dan Kecamatan Gunung Tujuh. Walaupun Tanah sekudung
memiliki wilayah yang luas dengan puluhan desa yang berdiri disana, terdapat tiga desa
yang dianggap menjadi cikal bakal berdirinya desa lain. Desa tertua itu adalah desa Siulak
Mukai, desa Siulak Gedang dan desa Siulak Panjang, inilah wilayah yang disebut dengan Tigo

Luhah. Masyarakat asli yang menghuni wilayah ini menyebut diri mereka sebagai uhang
Kinci ataupun Uhang Sulak, yang menurut para ahli mereka ini tergolong sebagai Proto
Melayu, hal ini dibuktikan dengan penemuan situs kubur tempayan di Siulak Tenang dan
Situs Nekara Perunggu di Siulak Panjang. Walaupun pada zaman penjajahan Belanda banyak
pendatang yang berasal dari Jawa dan Minangkabau. Wilayah ini memiliki berbagai macam
budaya, adat Istiadat dan kearifan lokal yang unik. Hal ini mebedakannya dari wilayah adat
lain di Kerinci.
Di dalam kehidupan sosial, mereka membagi diri menjadi dua bagian yaitu kaum laki-laki
yang disebut sebagai Anak jantan dan Kaum perempuan yang disebut anak Batino. secara
adat, Anak jantan umumnya memegang peranan penting dalam mengatur dan memerintah
anak batino dalam kelompoknya (kelebu). Oleh sebab itu, anak jantan dipilih dan diangkat
oleh anak Batino untuk memangku jabatan adat guna mengatur kehidupan kelompoknya
dan masyarakat. Struktur pemerintahan adat terdiri dari Dipati (Depati), Pemangku,
Permenti Ninek Mamak, Tuo Teganai dan Hulubalang. Dalam wilayah tigo luhah Tanah
1

Dibuat pada tanggal 19 April 2016, sebagai makalah yang dikirim untuk Dinas Pariwisata,
kebudayaan, pemuda dan olahraga kabupaten Kerinci

1


Sekudung terdapat tiga Depati tertinggi yaitu Depati Intan dari Siulak Mukai, Depati Mangku
Bumi dari Siulak Panjang dan Kiyai Depati Rajo Simpan Bumi di Siulak Gedang. Sedangkan
Anak Batino berkewajiban mematuhi Anak Jantan baik yang memakai gelar Sko (jabatan
adat) maupun yang tidak (disebut teganai), mereka diberikan hak untuk mengelola sawah
yang dianggap sebagi pusaka kaum. Selain itu, memegang peranan penting dalam berbagai
penyelenggaran upacara adat dan upacara ritual. Anak Batino sendiri terbagi menjadi dua
yaitu Anak Batino Tuo dan Anak Batino Dalam. Anak Batino Tuo, adalah anak batino yang
memakai gelar salih, sebab mereka menghuni rumah gedang. Sedangkan anak batino dalam
adalah selain daripada anak batino tuo, yang berpiuk gedang bertungku jarang.
Setiap penyelenggaraan upacara adat seperti kenduri Sko, mandi Balimau, manggin Dipati
Ninik Mamak dan lain sebagainya. Para pemangku adat akan memakai pakaian adat yang
berbeda satu sama lain, tergantung dari tingkat jabatan mereka. Pakaian adat Depati,
banyak dipengaruhi oleh unsur budaya Islam terutama dari Turki. Sebagaimana yang
diketahui dalam sejarahnya, Para Dipati di Tanah Sekudung pernah berhubungan erat
dengan bangsawan di kesultanan Jambi untuk memohon pengesahan wilayah. Sementara
itu kesultanan Jambi sendiri banyak dipengaruhi oleh Kesultanan Turki Usmani terutama
dalam hal cara berpakaian bangsawan dan pegawai kesultanan. Cara berpakaian ala turki ini
kemudian dipadu dengan pakaian asli suku kerinci sehingga memunculkan pakaian adat
yang unik. Pakaian Adat Permenti Ninek Mamak, merupakan perpaduan antara Kerinci,

Melayu dan Minangkabau, sedangkan Hulubalang merupakan pakaian prajurit perang
dengan tambahan pedang sebagai aksesorisnya.P akaian Adat Anak Batino, umumnya
dipengaruhi oleh unsur budaya Melayu dari baju kurung yang dipakai, sedangkan unsur
budaya asli Kerinci yang ditonjolkan dapat dilihat dari ikat kepala yang disebut dengan Kuluk
dengan berbagai aksesorisnya.
Pada perkembangan zaman saat ini, banyak yang tidak mengetahui kaidah-kaidah dalam
hal pakaian adat di Tanah Sekudung terutama generasi muda. Sehingga penulis terpanggil
untuk menulis tulisan ini sebagai pedoman dalam penggunaan dan pemakaian baju adat,
dalam rangka melestarikan buday bangsa.

Pembahasan
1. Pakaian Adat Depati
Depati atau Depati berasal daripada bahasa sa skerta yaitu Adipati ya g ber ak a U ggul
dari “ekalia Ora g . Depati erupaka jabata terti ggi dalam struktur pemerintahan adat
Kerinci dan memiliki tugas penting dalam mengatur masyarakat. Tugas Depati sebagaimana
pepatah adat disebut
e gga putuh, aka a ih , dala pepatah ya g lai Depati
dise utka
e ega g elak de ga piaga , e aga g a gkuk kara g setio, kalateh
payung kembang sekaki, kebawah lapik buntak perado mas, Dipati memegangkan Pancung

Sulo dendo sakti, munting breh incung kedalam, jatah Jati pesilak indah taring mestiko,
2

bawang dasun kulit manih, dio memegangkan Dendo Tujuh Bulek Batang . Dari pepatah
adat tersebut diketahui bahwa Dipati memiliki fungsi tertinggi dalam mengatur masyarakat
dan mengatur hubungan dengan masyarakat lain diluar wilayahnya, mereka juga disebut
e gga putuh, aka a ih artinya setiap perkara adat wajib terselesaikan oleh Depati.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pakaian adat Dipati merupakan pakaian yang
unik yang memadukan unsure budaya Islam dan budaya Asli kerinci, Maka penulis membagi
pakaian Dipati menjadi tiga yaitu Tutup kelapa yang disebut Tuguk, pakaian bagian Atas dan
pakaian bagian bawah.
1.1. Tutup kepala (Tuguk)
Tutup kepala Dipati biasanya menggunakan kopiah khas Turki yang disebut dengan Tuguk
Abang ataupun Kopiah yang mirip dengan Kopiah Makutop Aceh yang disebut dengan
Serban Kreh. Tuguk abang ataupun Serban kreh yang digunakan kemudian dililit sedemikain
rupa menggunakan kain berwarna Dasar Merah atau merah hati. Dulunya kain tersebut
disebut dengan kain salempuri tetapi sekarang sering digunakan kain surban bermotif
dengan rwarna jingga atau merah, sehingga terlihat seperti surban yang biasa dipakai
ulama. Pada bagian atas tuguk dihiasi dengan berbagai macam bunga-bungaan yang telah
dirangkai sedemikian rupa biasa dipakai dalam upacara ritual. Bunga-bunga tersebut

diantaranya : Bungo Pandan, Bungo Mas, Bungo Kembang Setahun, Bungo Susun, Bungo
Ayo Abang, Bungo teripuk Tebing, Daun Susun, bungo cino, bungo suli, dan bungo kembang
alo.

Gambar 1. Serban Kreh dan Tuguk Abang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar.2. Tuguk yang sudah dililit kain dan berhias bunga-bungaan

3

1.2. Pakaian Bagian Atas.
Pakaian bagian atas yang dipakai oleh dipati terdiri dari beberapa lapis. Lapisan pertama
adalah baju bagian dalam, biasanya dipakai baju teluk Belango atau baju lainnya dengan
lengan panjang. Pada lapisan kedua, dipakai Baju Lihih (Jubah) setengah tiang, Jubah yang
dipakai pada umumnya berwarna merah ataupun merah hati. Di sebut dengan jubah (baju
lihi) setengah tiang karena panjang jubah tidak melampaui mata kaki pemakainya. Pada
lapisan ketiga, dipakai rompi berwana hitam baik dengan motif ataupun tidak. Rompi yang
bermotif biasanya bermotif dengan benang emas mirip yang biasa dipakai pada zaman Turki
Usmani. Pada lapisan keempat, dipasang kain selapah pinang. Kain yang digunakan adalah

selendang songket ataupun kain panjang bermotif batik. Kain panjang atau selendang
tersebut biasanya dipakai menyilang dibagian dada maupun dibagian punggung sehingga
disebut dengan selapah pinang.
1..3. Pakaian Bagian Bawah
Sama halnya pakaian bagian atas, pakaian bagian bawah juga terdiri beberapa lapis. Lapisan
pertama digunakan Suwan panjang (celana panjang) warna hitam. Pada lapisan kedua
biasanya dipasang peramban. Peramban biasanya berupa kain sarung atau kain songket
yang dipasang sebagaimana memasang kain sarung namun bagian bawahnya hanya sedikit
melampaui lutut. Biasanya posisi peramban berada dalam jubah, tetapi ada juga yang
memasang diluar jubah dengan catatan amban yang dipakai menyerong, dengan sudut
runcing. Pada lapisan ketiga dipasang cinggang. Cinggang berfungsi untuk menguatkan
ikatan peramban. Pada zaman dulu cinggang yang digunakan dibuat dari kain merah yang
didalamnya berisi berbagai macam jimat ataupun biji-bijian dari sejenis pohon asam (bijinya
bulat pipih, keras dan berwarna merah). Namun sekarang, lebih sering digunakan kain
songket pula, posisinya mengikuti letak peramban, bila peramban berada dalam jubah
maka, cinggang haruslah berada dalam jubah, namun bila amban berada diluar jubah, maka
cinggang juga harus berada diluar jubah.
1.4. Aksesoris lainnya
Ada banyak aksesoris yang digunakan oleh para Dipati dalam memakai pakaian adat seperti
Uncang, Keris, Turai Keris, Pending dan Tungkat Paci. Uncang adalah sejenis tas yang

disandang dibahu, uncang tersebut dibuat dengan kain merah bermotif. Pada bagian
mulutnya dipasang berbagai hiasan gantungan yang terbuat dari bahan logam seperti gelang
perak, cincin anye, kunci-kunci dan sebagainya. Pada Zaman dulu uncang para dipati berisi
tempat sirih, kampin ukok, Blungkin, tumbuk sirih, tembakau, alat cukur dan pisau kecil.
Keris dan Turai Keris dipasang pada bagian cinggang, sedangkan pending logam berada
diluar cinggang.. Tungkat Paci adalah sejenis tongkat dari bahan besi yang dipegang pada

4

tangan kanan oleh Dipati. Keris dan Tungkat paci merupakan aksesoris yang wajib dipakai
Depati sedangkan yang lainnya merupakan unsur pelengkap yang boleh tidak dipakai bila
tidak ada.
2. Pakaian Adat Permenti Ninek Mamak
Permenti berasal dari kata Perdana Mentri atau Maha Mentri. Ninek berasal dari bahasa
melayu yang berarti yang dituakan sedangkan Mamak berarti saudara laki-laki dari Ibu. Jadi
Permenti Ninek Mamak merupakan jabatan dibawah depati yang dituakan dalam kelebu
dan dipilih dari saudara-saudara lelaki dari pihak Ibu mengikut jalur matrilineal. Tugas
Permenti Ninek mamak ialah mengajun mengarah anak buah anak ke e aka arti ya
mengatur kehidupan sosial masyarakat dengan terjun lansung dilapangan atas arahan dari
Depati. Dalam pepatah adat disebutkan Mano pulo pegang dio Permenti Ninek mamak, dio

bakebun ujo baladang lueh, melepas pagi mengurung petang, rantau jauh dio ulangi,
rantau parak dio karano, dio menaruh tebu panjang keladi berisi, uhang yuk uhang timpang,
uhang jebut beralih muko, dio menerimo duduk sko semendo menyemendo . Penulis
membagi pakaian adat Permenti ninek mamak atas Ikat Kepala (Lita), Pakaian Atas dan
pakaian bawah:
2.1. Lita
Lita dalam bahasa Kerinci, Deta dalam bahasa Minangkabau dan destar dalam bahasa
Melayu, adalah penutup kepala pria melayu yang dibentuk sedemikian rupa. Sekarang ini
Destar masih menjadi tutup kepala para Sultan di Malaysia. Ada banyak macam destar
menunjukkan ciri khas masing-masing daerah. Di Kerinci sendiri ada banyak macam peta
seperti Lita Seluk, Lita Bakau dan lain-lainnya. Lita yang dipakai permenti ninek mamak di
wilayah Tanah Sekudung berwarna hitam polos dengan hiasan benang emas dipinggir atau
dari kain motif batik berwarna dasar coklat tua. Lita diikat sedemikian rupa dikepala
sehingga terbentuk lita seperti gambar berikut.

5

Gambar.3. Lita yang dipakai Permenti Ninek Mamak (a). Tampak dari depan (b). Tampak dari samping

Lita seperti ini merupakan lita khas yang digunakan khusus oleh Permenti Ninek mamak

dalam wilayah Tanah Sekudung
2.2. Pakaian Atas
Baju digunakan adalah pakaian teluk belango lengan panjang tanpa kancing dan saku.
Umumnya berwarna hitam polos, tetapi boleh juga digunakan warna merah hati, ungu tua
atau biru tua. Di sekeliling kerah bagian leher, dan ujung lengan biasanya dihiasi oleh
sulaman benang emas. Selain itu, boleh juga dipasang selapah pinang sebagaimana halnya
yang dipakai pada pakaian Dipati.
2.3. Pakaian Bawah.
Pakaian Bawah permenti ninik mamak terdiri dari Suwan panjang, Peramban dan Cinggang.
Suwan panjang (Celana panjang) dengan hiasan sulaman benag emas dibagian ujung.
Adapun warnanya disesuaikan dengan warna baju. Peramban dan cinggang yang digunakan
seperti halnya dengan peramban Dipati, begitu juga dalam aturan pemasangannnya boleh
dipasang seperti memasang kain sarung dengan panjang sedikit melampaui lutut, atau
dipasang menyerong pada satu sisi. Cinggang yang digunakan terbuat dari kain songket
dengan rumbai-rumbai di ujungnya dan dipasang untuk menguatkan lilitan peramban.
2.4. Aksesoris Lain yang digunakan
Adapun aksesoris wajib yang digunakan oleh permenti ninek mamak adalah Keris dan
Uncang, sedangkan aksesoris lainnya seperti Turai Keris, Pending, Tungkat kayu atau manau

6


boleh dipakai bila ada. Uncang yang digunakan sama halnya dengan yang dipakai para
Depati, namun untuk tongkat digunakan tongkat kayu atau dari rotan manau.
3. Pakaian Hulubalang
Hulubalang atau dalam bahasa Minangkabau dan Melayu disebut Dubalang, yang berarti
Prajurit perang. Hulubalang bertugas mengamankan masyarakat dengan menggunakan
kekuatannya atas perintah Permenti Ninek mamak yang bertujuan untuk penegakan aturan
dan undang-undang adat, biasanya hulubalang dipilih dari para pemuda yang memiliki
kekuatan serta pandai bersilat. Dalam pepatah adat disebut epat kaki, ri ga ta ga ,
disuruh cepat pgi diimbau cepat datang, jiko tegak meninjau musuh kalau duduk meraut
ra jau, . Pakaian adat yang digunakan oleh Hulubalang lebih sederhana dibandingkan
dengan pakaian adat yang lain. Penulis membagi pakaian adat Hulubalang menjadi empat
bagian yaitu Lita, Baju, Serual dan amban serta pedang.
3.1. Lita
Lita yang digunakan berwarna dasar merah, namun dalam hal bentuk lilitannya berbeda
dengan lita yang dipakai permenti ninek mamak seperti gambar berikut:

Gambar 4. Bentuk lita yang dipakai Hulubalang
Lita seperti ini disebut dengan lita tanjak oleh masyarakat melayu.
3.2. Baju

Baju yang digunakan oleh Hulubalang adalah baju teluk belango lengan panjang dengan
warna hitam atau merah tanpa hiasan.

7

3.3. Suwan dan peramban
Adapun suwan yang digunakan adalah suwan panjang (celana panjang) warna hitam polos
tanpa hiasan. Sedangkan peramban terbuat kain sarung dengan pemasangannya harus
menyerong ke salah satu sisi lutut. Boleh juga ikatan amban diperkuat dengan cinggang.
3.4. Pedang
Pedang yang dipakai oleh Hulubalang adalah pedang panjang atau boleh juga menggunakan
pedang Kelewang. Pedang tersebut dipegang dengan tangan kanan, ujung pedang
diletakkan pada bahu kanan hulubalang dengan mata pedang menghadap ke depan.
4. Pakaian Adat Anak Batino
Anak batino memiliki tuga penting dalam kehidupan masyarakat Kerinci, terutama dalam
penyelenggaran upacara adat, upacara ritual dan berbagai penyelenggaraan pesta. Dalam
pepatah adat disebut ake a g lapik ake a g tika, apiuk geda g atu gku jara g,
akati sirih akati pi a g
Pada umumnya, Komponen pakaian adat yang dipakai oleh Anak Batino di Tigo luhah Tanah
sekudung adalah sama yaitu: Kuluk, Baju Kurung, Terap, Selendang, dan Aksesoris lainnya.
Namun terdapat perbedaan dari jenis kuluk dan berbagai aksesoris kuluk yang digunakan.
4.1. Kuluk
Kuluk adalah ikatan kepala yang dipakai oleh perempuan suku kerinci, yang dibuat
menggunakan kain merah berisi kapas. Kuluk biasanya terdiri dari dua tingkatan dimana
pada masing-masing kuluk tersebut dipasang cincin-cincin. Adapun cincin yang dipasang bisa
berupa cincin akik dengan warna, merah, biru, dan hitam , cincin anye ataupun cincin
berbentuk seperti kepingan uang logam. Pada perkembangannya, perempuan di Siulak
Mukai menambahkan manik-manik pada kuluknya. Pada bagian depan kuluk dipasang
hiasan-hiasan logam, begitu pula pada sisi kiri dan kanan juga dipasang hiasan turai logam
berupa Gambang (berbentuk lingkaran) dan kunci-kunci . Para Balian Salih dan peserta ritual
asyeik menambahkan hiasan Bunga Raut dan Turai Pabung dibagian belakang kuluk. Turai
Pabung terbuat dari empulur kayu dibentuk sedemikan rupa, sedangkan bungo raut berasal
dari kayu yang diraut sehingga berbentuk mengembang seperti bunga.

8

(a)

(b)

Gambar.5. (a). Kuluk bercincin akik (b). Kuluk bercincin akik dan kalung ringgit yang dipakai
anak batino Kerinci pada zaman Belanda

(a)

(b)

Gambar 6. (a). Turai pabung sebagai aksesoris kuluk (b) Kuluk dengan hiasan manik-manik

9

4.2. Baju Kurung
Sebagaimana halnya baju kurung melayu, perempuan suku kerinci juga menggunakan baju
Kurung sebagai pakaian adat mereka. Baju Kurung yang dipakai umumnya dengan panjang
melampau lutut dan warna yang dipilih adalah warna hitam. merah ataupun merah hati.
Pada bagian kerah baju dipasang berbagai hiasan dari sulaman benang emas, begitupun
pada bagian ujung lengan.
4.3. Terap
Terap fungsinya sama seperti sarung yang dipakai oleh lelaki tetapi terdapat perbedaan
dalam cara pemasangannya. Terap yang dipakai dalam pakaian adat adalah kain songket,
namun pada zaman dulu sebelum adanya kain, orang kerinci menggunakan kulit Kayu dari
pohon Terap, itulah yang menjadi cikal bakal penyebutan terap hingga sekarang. Cinggang
dipasang untuk menguatkan ikatan terap pada bagian dalam baju kurung, namun ketika
upacara ritual asyeik dilakukan, cinggang dari kain panjang juga dipasang dibagian luarnya,
Kadangkala juga dipakai pending ringgit bagi mereka yang memilikinya.
4.4. Kain Selapah Pinang
Selendang yang digunakan terbuat dari kain songket ataupun kain batik. Biasanya dipasang
menyamping di bahu atau dipasang menyilang dibagian depan dan belakang seperti pada
pemasangan selapah pinang.

4.5.Aksesoris yang digunakan
Adapun aksesoris yang digunakan adalah kalung ringgit, gelang, cincin dan jangki kecil.
Kalung ringgit berbentuk lingkaran dengan bahan logam kuningan, dulunya banyak dijual
dipasar dengan sebutan ringgit cap tongkat. Gelang yang digunakan sebanyak empat buah
yang dipasang masing-masing dua buah di tangan kanan dan dua buah di tangan kiri. Jangki
terbuat dari anyaman baku yang dibungkus dengan kain merah serta diberi hiasan manikmanik. Jangki tersebut berisi sirih pinang yang biasa di konsumsi oleh perempuan Kerinci
zaman dulu,. Jangki tersebut disandang pada bahu kiri.

Penutup
Pakaian adat merupakan salah satu dari bentuk budaya yang wajib dijaga kelestariannya
oleh pemerintah. Begitu pula dengan pakaian adat yang digunakan di wilayah tigo Luhah
Tanah Sekudung yang menunjukkan salah satu ciri dan identitas dari suku Kerinci.
Diharapkan pemerintah daerah berperan aktif dalam pelestarian pakaian adat ini dengan

10

cara digunakan dalam setiap even-even tingkat daerah, nasional maupun internasional
sekalipun. Selain itu, diharapkan pemerintah menyelenggarakan berbagai seminar-seminar
dalam rangkan memperkenalkan pakaian adat tradisionnal kepada generasi muda, sehingga
tata cara pemakaian pakaian adat ini tetap terjaga dan lestari.

11

Lampiran-Lampiran
1. Pakaian Adat Depati

Gambar 7. (a) Baju dalam (b). Selapah Pinang (c). Uncang (d) Rompi (e). keris (f). Pending (g)
Cinggang (h). peramban (i). Jubah-Baju lihih (j). Tungkat Paci (k) Suwan Panjang

12

Gambar 8. Depati Intan dengan menggunakan pakaian Adat yang lebih sederhana, di Siulak
Mukai pada tahun 19

13

2. Pakaian Adat Permenti Ninek Mamak

Gambar.9. (a) Baju Teluk Belango (b) Uncang (c) Keris (d) Cinggang (e) Turai Keris (f) Pending
(g) Peramban (h) Suwan Panjang

Gambar.10. Peramban yang dipasang dengan sisi menyerong

14

3. Pakaian Hulubalang

Gambar 11. (a) Baju teluk belango (b) Peramban (c) Suwan Panjang (d) Pedang

15

4. Pakaian Adat Anak Batino

Gambar.12. (a). Baju kurung (b) Kalung ringgit (c). Selapah Pinang (d) Jangki (e) Gelang (f)
Terap

16

Gambar.13. (g) Cinggang, Tambahan ikat
pinggang pada saat upacara asyeik

4. Aksesoris lainnnya yang dipakai pada pakaian Adat

Gambar.14. Turai Keris, biasanya dililit pada warangka Keris sebagai hiasan tambahan

17

Gambar.15. Uncang, dipakai oleh Depati dan permenti ninek mamak dengan cara disandang
di bahu

Gambar. 16. Salah satu bentuk Pending, dipasang diluar cinggang oleh Depati dan Permenti
Ninek Mamak

18

Gambar.17. Salah satu bentuk pending yang biasa digunakan

(a)

(b)

(c)

Gambar.18. (a) Gambang (b) Turai (c). Kunci-kunci, hiasan pada sisi kiri dan kanan kuluk

Gambar. 19. Hiasan logam di sisi depan kuluk

19

Gambar. 20. Gantungan pada uncang

Gambar.21. Jangki guyang, pada pakaian adat Anak Batino

20

Gambar.22. Gelang, yang dipakai pada pakaian adat anak batino

21

Gambar.23. Bungo Aut dan Turai Pabung,
hiasan kuluk pada pakaian adat anak batino

Gambar.24. Pakaian adat Depati.

22

Gambar.25. Keris yang dipasang dicinggang pada pakaian adat Depati dan Permenti Ninek
mamak

23