Strategi promosi Pariwisata di Yogyakar

”Strategi promosi Budaya Yogyakarta di tengah Modernisasii“
(studi deskriptif pada Dinas Kebudayaan DIY)
PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi syarat skripsi

Oleh :
Dwi Okta Jelita
10080012347
Public Relations

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PUBLIC RELATIONS
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Strategi promosi Budaya Yogyakarta di Tengah Modernisasi“
(studi deskriptif pada Dinas Kebudayaan DIY)

Disusun Oleh :
Dwi Okta Jelita

10080012347

PROPOSAL
Proposal Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Syarat Skripsi Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung

Telah disetujui oleh Ketua Program Studi Public Relations pada tangal seperti tertera dibawah ini :
Bandung,.....

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Humas / Public Relations

Dr. Nurrahwati, Dra.,M.S.i

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang/konteks penelitian
Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,

arus globalisasi juga semakin menyebar ke segenap penjuru dunia. Penyebarannya
berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan
miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses yang saling terkait
satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Dalam konteks itu,
globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte 2001).Semua
golongan, suka atau tidak suka, harus menerima kenyataan bahwa globalisasi merupakan
sebuah virus mematikan yang bisa berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budayabudaya lokal atau sebuah obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit
tradisional yang berakar pada kemalasan, kejumudan, dan ketertinggalan. Karena
globalisasi diusung oleh negara-negara maju(Barat) yang memiliki budaya berbeda
dengan negara - negara berkembang, maka nilai-nilai Barat bisa menjadi ancaman bagi
kelestarian nilai- nilai lokal di negara negara berkembang, termasuk Indonesia.
Harus diakui, aktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah negara negara
maju.Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk disebarkan ke
seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah melakukan itu
karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas batas negara
bangsa. Sebaliknya, pada saat yang sama,negara- negara berkembang tak mampu

menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya,
negara negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya
nilai-nilai negara maju yang dianggap nilai- nilai global ke wilayah negaranya.
Bagi Indonesia, merasuknya nilai-nilai Barat yang menumpang arus globalisasi ke
kalangan masyarakat Indonesia merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan

lokalitas khas daerah-daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk,
ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya
budaya pop khas Barat yang semakin diminati masyarakat karena dianggap lebih modern.
Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro toleransi, keramahtamahan,
penghormatan pada yang lebih tua juga digempur oleh pergaulan bebas dan sikap
individualistik yang dibawa oleh arus globalisasi. Dalam situasi demikian, kesalahan
dalam merespon globalisasi bisa berakibat pada lenyapnya budaya lokal. Kesalahan
dalam merumuskan strategi mempertahankan eksistensi budaya lokal juga bisa
mengakibatkan budaya lokal khususnya jogjakarta semakin ditinggalkan masyarakat yang
kini kian gandrung pada budaya yang dibawa arus globalisasi.
Inilah masalah terbesar budaya lokal di era kekinian. Ketika gelombang globalisasi
menggulung wilayah Indonesia, kekuatannya ternyata mampu menggilas budaya-budaya
lokal. Menurut Saidi(1998), proses itu sudah berlangsung sejak dimulainya era liberalisasi
Indonesia pada zaman Presiden Soeharto. Sejak masa liberalisasi, budaya-budaya asing

masuk Indonesia sejalan dengan masuknya pengaruh-pengaruh lainnya. Sementara,
Wilhelm (2000) berpendapat bahwa perusakan budaya dimulai sejak masa teknologi
informasi seperti satelit dan internet berkembang. Sejak masa itu, konsumsi informasi
menjadi kian tak terbatas. Masa-masa yang haram untuk mengkonsumsi sesuatu ternyata
menjadi halal begitu saja. Anakanak kecil dapat begitu saja melihat gambar-gambar
porno. Remaja-remaja yang seharusnya menjadi tonggak kebudayaan bangsa malah
mengagung-agungkan hedonisme dan modernitas. Karena itu, di era kontemporer
sekarang ini, ujian terbesar yang dihadapi budaya lokal adalah mempertahankan
eksistensinya di tengah terpaan globalisasi. Strategi-strategi yang jitu dalam menguatkan
daya tahan budaya lokal perlu dirumuskan. Indonesia sedang berada dalam masa-masa
transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk secara
bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh
dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.
Kebudayaan memiliki arti luas yang melibatkan pikiran, karsa dan hasil karya
manusia yang tidak berakar pada nalurinya sehingga dapat dicetuskan oleh manusia setelah
mengalami proses belajar. Konsep ini menyangkut hampir seluruh kegiatan manusia di dalam
mengarungi kehidupannya. Unsur universal kebudayaan yang ada di seluruh dunia
(Koentjaraningrat 2004) meliputi: (1) religi, (2) organisasi kemasyarakatan, (3) pengetahuan,
(4) bahasa, (5) mata pencaharian, (6) kesenian, dan (7) teknologi dan peralatan. Namun,
pengembangan kebudayaan asli yang sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia, hanya pada


satu unsur dari tujuh unsur kebudayaan tersebut, yaitu kesenian (Koentjaraningrat, 2004),
karena unsur yang lain mengalami akulturasi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka titik
fokus upaya pelestarian kebudayaan di Yogyakarta adalah pada unsur kebudayaan yang
dapat dikembangkan dan dapat diunggulkan agar menjadikan Yogyakarta sebagai pusat
pariwisata kebudayaan terkemuka di tahun 2020. Dalam konteks ini Yogyakarta selain
sebagai “kota pelajar” juga menjadi daerah tujuan wisata penting di Indonesia yang bertumpu
pada sumberdaya ekonomi kreatif (cultural economic) yaitu kebudayaan, terutama pada
kekhasan sejarah,pusat pendidikan, dan berbagai kesenian seperti perayaan adat dan pesta
rakyat. Dengan ditunjang karya seni-budaya, Yogyakarta dapat menjadi tempat ideal untuk
pengembangan pariwisata budaya dan etnik (Smith 1977), dengan menekankan observasi
terhadap ekspresi dan gaya hidup masyarakat yang eksotik. Pariwisata budaya meliputi
kunjungan ke industri dengan obyek kuliner, kesenian, baik seni rupa (bangunan dan upacara
tradisional, tata rias, pementasan tari) maupun seni suara (kerawitan, mancapat). Senirupa
meliputi seni arsitektural bangunan, seni rias (terutama seni pakaian kebaya yang telah
menjadi kebudayaan nasional dengan seni batik dan lurik), seni kerajinan (kulit atau wayang).
Selain itu, seni suara yang ada di Yogyakarta meliputi seni vokal dan instrumental (karawitan
dan macapat) yang tergabung dengan seni tari. Ruang lingkup keduanya berkembang pesat.
Namun, proses globalisasi yang cepat telah mengubah konstelasi kebudayaan. Usaha
ekonomi yang memproduksi barang kebudayaan (cultural goods) sebagai pendukung atraksi

dan amenitas pariwisata budaya banyak dikuasai asing. Sebagai contoh, kuliner asing seperti
hamburger McDonald mengalahkan geplak atau jajan pasar, seni kerawitan dan kebaya
termarjinalisasi instrumen musik dan busana bangsa Eropa, sedangkan kuda lumping
dikalahkan break dance bahkan permainan anak-anak seperti gobak sodor dan dakon sudah
lama punah dilumpuhkan computer game dan play station.Upaya revitalisasi kebudayaan
lokal agar unggul bersaing dengan mancanegara dalam industri kreatif (cultural industry)
sudah berulang-kali dilakukan tetapi hasilnya belum signifikan. Sayangnya, pariwisata
budaya pun selama ini justru dikembangkan secara universal dan uniformitas tanpa melihat
keanekaragaman yang dimilikinya. Ketidak-berhasilan upaya tersebut ditengarai pula karena
ketidak-tahuan ataupun ketiadaan strategi yang tepat dalam melestarikan budaya lokal
sehingga arah pencapaiannya bias.
Atas latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
mengangkat skripsi ini dengan judul “Strategi Promosi Budaya Yogyakarta di Tengah
Modernisasi “

1.2 Fokus Penelitian dan pertanyaan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Suroto,
Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224,
Indonesia.
Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana strategi promosi budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan
Yogyakarta ditengah era modernisasi dalam mempertahankan budaya ?
2. Apa

saja

hambatan

yang

dihadapi

dinas

kebudayaan Yogyakarta

dalam

mempertahankan budaya Yogyakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini sesuai dengan masalah yang telah
dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan strategi promosi budaya yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan Yogyakarta di tengah modernisasi dalam mempertahankan Budaya
2. Untuk mengetahui hambatan yang dialami Dinas kebudayaan Yogyakarta dalam
mempertahankan Yogyakarta

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian sejenis dan pengembangan studi lmu komunikasi.
2. Kegunaan Praktis
A. Bagi peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan,serta dapat
menjadi wahana pengembangan ide-ide ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang Ilmu komunikasi

B. Bagi Dinas Kebudayaan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan strategi promosi
budaya dan pemasaran wisata.

C. Bagi Universitas Islam Bandung
Untuk menambah referensi perpustakaan sehingga dapat digunakan sebagai bahanbahan bagi mahasiswa Ilmu komunikasi atau pihak yang berkepentingan untuk bahan
penelitian sejenis.
1.5 Settingan Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2017.
Alasan memilih dinas kebudayaan Yogyakarta adalah karena sesuai dengan subjek penelitian.
Penelitian ini mendeskripsikan strategi promosi budaya Yogyakarta dalam mempertahankan
budaya di tengah modernisasi.
.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 MODERNISASI
A. Definisi Modernisasi

Menurut para ahli :
a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola

ekonomis
dan
politis.
b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah
yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai
berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan
masyarakat
secara
menyeluruh
dan
merata.
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat.

2.1.1 . FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GLOBALISASI
1.Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk kemudahan dalam

transaksi ekonomi antar negara.
2.Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan
antarnegara yang terjalin dengan erat.
3.Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah dalam jasa
transport dan pengiriman barang keluar negeri.
2.1.2 CIRI-CIRI GLOBALISASI
1. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan
antarmanusia di seluruh dunia
2. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
3. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh

perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
4. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). S aat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka
ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
5.

Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman
baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa
sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker
menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

2.1.3 DAMPAK GLOBALISASI DI BIDANG BUDAYA
A.Dampak positif globalisasi dalam bidang sosial budaya di Indonesia antara lain:
a. Dapat bertukar gagasan/pikiran dengan dunia luar.
b. Dapat mempromosikan budaya Indonesia di kancah dunia, sehingga budaya

Indonesia akan

terkenal.
c. Dapat menarik para wisatawan baik lokal maupun internasional dengan keindahan dan
keunikan budaya Indonesia.
d. Berkembangnya pola sosial seperti pola kerja masyarakat Indonesia.
e. Berkembang prinsip multiculturism, sehingga memungkinkan rasa keterbukaan terhadap
budaya baru.
f. Berkembangnya masyarakat sosialita, yang senantiasa memperhatikan perkembangan mode
Internasional seperti busana, film, dan lain-lain.
g. Maraknya event atau kegiatan berskala nasional bahkan internasional yang digelar Indonesia.
B. Dampak negatif globalisasi dalam bidang budaya di Indonesia antara lain:
a. Munculnya budaya baru yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia dengan mudah
diterima masyarakat tampa filterisasi yang berujung pada lunturnya budaya asli Indonesia.

b. Berkembangnya pola masyarakat individualisme. Sehingga tradisi tradisi seperti gotong
royong mulai hilang.
c. Semakin banyaknya imigrasi dari luar negeri yang menetap di Indonesia dengan perilaku
sosial budaya yang bertolak belakang dengan Indonesia.
d. Terpengaruhnya masyarakat khususnya para remaja oleh budaya manca yang cenderung
bebas mengakibatkan kemerosotan moral bagi generasi penerus Indonesia.
e. Akibat munculnya kaum sosialita berkembang pola hidup konsumtif.
f. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
g. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.

2.2 KEBUDAYAAN
A.Definisi Kebudayaan
Menurut Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta : Yayasan
Tubuh Penerbit Fakultas Ekonomi Kampus Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan
kebudayaan sebagai segala hasil karya, cipta, serta rasa masyarakat. Karya masyarakat
membuahkan tehnologi serta kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang dibutuhkan oleh manusia untuk kuasai alam sekitarnya supaya kemampuan dan
akhirnya bisa diabdikan untuk kepentingan orang-orang.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris yaitu culture. adalah satu arti yang relatif baru
lantaran arti culture sendiri dalam bhs inggris baru nampak pada pertengahan era ke-19.
Diawalnya pada th. 1843 beberapa pakar antropologi berikan arti kebudayaan sebagai
langkah mengolah tanah, usaha bercocok tanam, seperti tercermin dalam arti agriculture serta
holticulture.
E.B. Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt-istiadat, kebiasaan serta kemampuankemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Koentjaningrat (1985) kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar

2.2.1 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya
sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup,
2. Sistem mata pencaharian hidup
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Sistem Religi
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor
dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini.
Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk
mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan
hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli
negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara
sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya universal yaitu :
1. Sistem Teknologi dan Peralatan
Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin banyaknya masyarakatyang hidup
modern. Teknologi sangat diperlukan akan tetapi tidak untukmelakukan perbuatan yang
melanggar

norma-norma

alat teknologi

khususnya

yang berlaku.
internet.

Sekarang banyak

Tidak

yang

sedikitmasyarakat

menyalah
yang

gunakan

tertipu

atau

melakukan perbuatan asusila dengan internet. Haltersebut harus kita perhatikan. Jangan
sampai kebudayaan kita menjadi minus dimata negara lain. contoh lainnya dari sistem
teknologi dan peralatan adalahperalatan kantor, rumah tangga, pertanian, nelayan, tukang
kayu, peralatanibadah dan sebagainya lagi.Unsur kebudayaan secara universal sangat

beragam. Kita bisa pelajari denganbaik maka akan dapat banyak sekali pengetahuan yang
sangat bermanfaat.
2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk
memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan,
pedangan. buruh dan seterusnya. Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus
kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata
pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak
bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.
3. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak. Terdapat masyarakat Jawa,Sunda, Batak,
Bugis

dsb. Dari

macam-macam

kebudayaan

tersebut,

perluditanamkan

nilai-nilai

kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul dengankebudayaan yang lain. Dan saling
berinteraksi dengan rukun. Di Indonesiabanyak terdapat kebudayaan yang harus di lestarikan
bersama. Jangan kitasaling bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan
lain, karena itusama saja kita memecahbelahkan kebudayaan yang sudah ditanam oleh
leluhursebelumnya.
4. Bahasa
Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya.Contohnya
bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasatersebut kita dapat
mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang dipelajari
berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari
untuk melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia.
5. Kesenian
Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian. Banyak hal yang bisa kitapelajari
mengenai kesenian. Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan lain sebagainya.
Hal tersebut bagian dari khas yang dimiliki setiap daerahmaupun setiap negara. Misalnya
untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahuidan mencari musik yang khas dari setiap daerah

maupun negara. Contohnyalagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang berasal dari
Kalimantan Selatanyang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.
6. Sistem Pengetahuan
Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan,perdagangan/bisnis,
hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politikdsb. Hal tersebut juga bagian dari
kebudayaan. Kita wajib mempelajarinyakarena dengan adanya sistem pengetahuan kita
menjadi tahu dunia luar dansangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada
pekerjaanseseorang

untuk

memenuhi

kebutuhan

hidupnya.

Tidak

perlu

semua

kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.
7. Sistem Upacara Keagamaan
Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut. Kepercayaan yang dianutdi Indonesia
ada 5, yaitu Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Darikelima agama tersebut
terdapat upacara keagamaan yang berbeda-beda. Akantetapi untuk masyarakat yang tinggal
dikota upacara keagamaan sepertinyasudah tidak dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal
tertentu saja. Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan
upacara keagamaan tersebut.

2.3 STRATEGI PROMOSI
-Menurut Rangkuti (2001:13), “Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta
prioritas alokasi sumber daya”. Sedangkan menurut Kotler (2000:91), strategi adalah
“Suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang dinginkan dari suatu unit bisnis”.
-Menurut Swastha dan Irawan (2008: 349): Promosi adalah “arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan
menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.
-Menurut Sigit (2007: 101): "Promosi adalah aktivitas-aktivitas sebuah perusahaan yang
dirancang untuk memberi informasi, membujuk, atau mengingatkan pihak lain tentang

perusahaan yang bersangkutan dengan barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan
olehnya".
-menurut Moekijat (2000 : 443) : “strategi promosi adalah kegiatan perusahaan untuk
mendorong penjualan dengan mengarahkan komunikasi-komunikasi yang meyakinkan
kepada para pembeli.”
-Sedangkan menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001 : 146) : “Strategi promosi adalah
rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi : periklanan,
hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan”. Di dalam pemasaran
produk terdapat beberapa strategi promosi yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan.
Kegiatan ini merupakan variabel – variabel strategipromosi yang disebut dengan bauran
promosi (promotional mix).
-Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001 :147), “bauran promosi adalah kombinasi dari
alat promosi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, dan promosi penjualan yang
digunakan untuk mencapai pasar sasaran dan memenuhi tujuan organisasi secara
keseluruhan”.
-Menurut

Kotler

&

Armstrong

(2002:656)

variabel-variabel

yang

ada

di

dalampromotional mix ada lima, yaitu:
a.

Periklanan (advertising)

Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi
non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.
b.

Penjualan Personal (personal selling)

Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan
dan membangun hubungan dengan pelanggan.
c.

Promosi penjualan (sales promotion)

Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
d.

Hubungan masyarakat (public relation)

Membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun
"citra perusahaan" yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa
yang dapat merugikan.

e.

Pemasaran langsung (direct marketing)

Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh
tanggapan langsung.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi promosi terdiri dari :
1.

Strategi Promosi Periklanan

2.

Strategi Promosi Penjualan

3.

Strategi Promosi Pemasaran Langsung

4.

Strategi Promosi Hubungan Masyarakat dan Publisitas

5.

Strategi Promosi Penjualan Pribadi

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk menggali fakta tentang strategi promosi Budaya Yogyakarta. Data atau informasi yang
diperoleh di deskripsikan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan dan disajikan dalam
bentuk kata atau kalimat untuk ditarik suatu kesimpulan.

3.2 Subjek penelitian
Pemilihan Subjek dalam penelitian ini didasarkan pada orang-orang yang dipandang mampu
memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan berkaitan dengan bidang yang diteliti,
sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.Informan penelitian pada penulisan
ini adalah Kepala dinas kebudayaan Yogyakarta dan pengamat budaya jogja (budayawan)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang lengkap dalam penelitian
ini adalah:
1.Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mengamati kegiatan promosi dan kegiatan-kegiatan lain di
Dinas Kebudayaan. Yogyakarta yang meliputi berbagai agenda kegiatan yang telah
dijadwalkan oleh dinas kebudayaan, yang meliputi program peningkatan pengembangan dan
pengelolaan budaya, peningkatan sarana dan prasarana pengembangan budaya, peningkatan
obyek budaya unggulan dan meningkatkan mutu sarana dan prasarana budaya, serta
peningkatan kerjasama dibidang kebudayaan. Pengamatan inidilakukan selama kunjungan di
Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
2.Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan yang berisi maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Wawancara dalam penelitian
dilakukan dengan teknik wawancara mendalam.peneliti akan bertanya kepada informan
tentang fakta suatu peristiwa disamping opini mereka tentang peristiwa yang ada. Peneliti
juga akan meminta informan untuk mengemukakan pendapatnya dan menggunakannya
sebagai dasar penelitian selanjutnya. Jenis pertanyaannya adalah open ended dan mengarah
pada kedalaman informasi guna menggali pandangan subyek yang diteliti mengenai banyak
hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut. Pihak yang akan
diwawancarai adalah kepala dinas budaya Daerah Istimewa yogyakarta, Wawancara ini
dilakukan berulang-ulang pada informan yang sama dengan pertanyaan semakin terfokus
pada

suatu

masalah

sebagai

informasi

yang

dikumpulkan

semakin

terinci

mendalam.Pelaksanaan wawancara ini antara lain strategi promosi budaya, faktor pendukung,
hambatan mempromosikan obyek budaya dan langkah penyelesaian menangani berbagai
hambatan tersebut .
3.Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang telah tersedia dalam bentuk arsip atau
buku yang mendukung penelitian. Pengumpulan data yang diperoleh dari hasil laporanlaporan dan keterangan-keterangan tertulis, tergambar, terekam maupun tercetak yaitu
gambaran umum Dinas Kebudayaan dan data-data mengenai budayaYogyakarta.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu data
yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumen dokumen dan hasil observasi dalam penelitian
ini dihimpun dan dideskripsikan.Tahap-tahap analisis data, yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, sabstraksi data kasar yang ada
dalam catatan lapangan. Reduksi data ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan
penelitian dan dalam kegiatan ini data yang tidak berguna atau tidak diperlukan untuk
kepentingan kegiatan
analisis akan dibuang. Peneliti dalam kegiatan analisisnya akan selalu melakukan reduksi
data dari sebelum pengumpulan data di lapangan sampai proses verifikasi selesai dan tidak
membutuhkan data baru lagi.
Reduksi juga bisa dinyatakan sebagai bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, mengurangi hal-hal yang tidak penting dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga simpulan akhir dapat dilaksanakan.
2. Penyajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, gambaran dalam bentuk narasi
lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian
data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan
dengan
menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca,akan bisa mudah dipahami. Sajian data
dalam penelitian ini selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis

matriks, gambar/skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan serta tabel sebagai pendukung
narasinya. Semuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah
dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuknya yang lebih kompak.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan simpulan merupakan komponen analisis yang memberikan penjelasan secara
sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan.Simpulan yang diperoleh
dari penyajian data bersifat sementara sebab masih terus berkembang sejalan dengan
penemuan data baru.Hal ini penting untuk mendapatkan simpulan akhir yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara akademis maupun secara keilmuannya.

3.5.Uji keabsahan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses triangulasi sebagai uji keabsahan data.
Peneliti memilih keabsahan data dengan pendekatan triangulasi metode untuk mengungkap
dan menganalisis masalah-masalah yang dijadikan objek penelitian dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan
demikian data dapat dikatakan absah apabila terdapat kesamaan dan kecocokan antara hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Penelitian, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2012

2.

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yogyakarta, 1998

3.

Indria Desy Rachmawati, Strategi Publik Relations Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Skripsi, FIS-UNY, Yogyakarta, 2005

4.

Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005

5.

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992