Hubungan Antara Ekonomi Dengan Kehidupan

Sistem sosial budaya Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sistem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia Indonesia
harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah negara Pancasila ke dalam segala segi kehidupan
berbangsa dan bernegara.[1] Asas yang melandasi pola pikir, pola tindak, [[fungsi], struktur, dan proses
sistem sosial budaya Indonesia yang diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai- nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem social budaya harus tetap
berkepribadian Indonesia.[1]

Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia
Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya (secara
formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain merupakan bukti yang jelas. Peristiwa
ini merupakan suatu konsensus nasional yang mampu membuat masyarakat Indonesia terintegrasi di atas
gagasan Bineka Tunggal Ika. Konsensus adalah persetujuan atau kesepakatan yang bersifat umum tentang
nilai-nilai, aturan, dan norma dalam menentukan sejumlah tujuan dan upaya mencapai peranan yang harus
dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu sistem sosial.Model konsensus atau model integrasi yang
menekankan akan unsur norma dan legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sbb:


Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan




Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kelangsungan masyarakat tersebut sebagai
suatu sistem keseluruhan



Unsur dalam masyarakat itu terintegrasi dan seimbang



Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan nilai-nilai

Kehidupan sosial tergantung pada persatuan dan kesatuan
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda merupakan
konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia yang didasarkan pada
asas penting, yaitu sebagai berikut ini.[1]
1. Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui

semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara,
bahkan kemerdekaan itu adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa. [1]
2. Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga, masyarakat, dan bangsa
yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dan kewajiban bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan itu.[1]
3. Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah dan sebagainya telah
membentuk Negara Republik Indonesia yang meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial
budayanya.[1]

4. Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan
golongan/pribadi.[1]
5. Asas adil dan makmur
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak dan adil sehingga
pekerjaan, pendidikan, [[profesi], kesehatan, pangan, pakaian, perumahan, dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa menjadi hak yang dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. [1]


Pola Pikir, Pola Tindak, dan Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah air, yang memiliki
berbagai macam ragam budaya.[1] Sehingga menimbulkan keanekaragaman institusi dalam masyarakat.[1]
Institusi adalah suatu konsep sosiologi yang paling luas digunakan, walau memiliki pengertian yang
berlainan:
1. Digunakan untuk merujuk suatu badan, seperti universitas dan perkumpulan
2. Organisasi yang khusus atau disebut pula institusi total, seperti penjara atau rumah sakit
3. Suatu pola tingkah laku yang telah menjadi biasa atau suatu pola relasi sosial yang memiliki tujuan sosial
tertentu

Bronislaw menganggap institusi sosial merupakan konsep utama untuk memahami masyarakat, yang setiap
institusi saling berkaitan dan masing-masing memiliki fungsinya.[1] Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
institusi itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaan yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:


Wujud idiil



Wujud kelakuan




Wujud fisik dari kebudayaan

Koentjaraningrat mengatakan, bahwa seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tertentu bisa
diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam bermasyarakat.
[1]
Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan institusi sosial, yaitu
suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkait, yang telah disusun
guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial. Komponen-komponen dari pranata social adalah:
Sistem Norma, Manusia, dan Peralatan fisik.[1]

Pola Pikir Sistem Sosial Budaya Indonesia
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Kehidupan Beragama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus dapat mewujudkan
kepribadian bangsa Indonesia yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. [1]
2. Negara Persatuan
Negara Republik Indonesia adalah negara persatuan yang mendasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan kehidupan negara harus berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Maka, pembangunan nasional adalah pengamalan
Pancasila dan hakikatnya pembangunan nasional itu adalah pembangunan seluruh manusia Indonesia dalam
kehidupan manusia yang serba cepat dan canggih. [1]
3. Demokrasi Pancasila
Dalam negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan, kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus mampu memilih perwakilannya dan pemimpinnya yang dapat bermusyawarah untuk
mufakat dalam mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan golongan dan perseorangan demi
terselenggaranya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Karena itu, sistem menejemen sosial perlu
ditegakkan, baik melalui peraturan perundang- undangan maupun moral.[1]
4. Keadilan Sosial bagi Semua Rakyat
Letak geografis Indonesia, sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus mempunyai politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan yang berkeadilan
bagi semua rakyat.[1]
5. Budi Pekerti
6. Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. [1] Berarti bahwa
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan dan pengajaran menjadi hak warga negara yang

membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional.[1] Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang timbul
sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerahseluruh Indonesia. [1] Kebudayaan harus
menuju kearah kemajuan serta tidak menolak bahan- bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.[1]

Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia
1. Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap kebersamaan dan tenggang rasa,
baik dalam duka maupun suka, kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. [1]
2. Prasaja
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang sederhana, hemat,
cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan.[1]
3. Musyarawah untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golongan atau perorangan dapat menemui
perbedaan yang tidak yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan, maupun pertentangan. [1]
4. Kesatria
Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian, kejujuran,
kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi kehidupan bersama. [1]


5. Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan zaman, sehingga waktu
sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat. [1]

Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia
1. Dalam Keluarga
Keluarga adalah lahan pembibitan manusia seutuhnya. Keluarga adalah organisasi alami yang penuh kasih
sayang.[2]
2. Dalam Masyarakat
Organisassi sosial kemasyrakatan ini adalah lahan pengkaderan, sebagai keluarga buatan, gotong royong
buatan, yang penuh perbedaan kepentingan. [2]
3. Dalam Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara dan pemerintah harus mengutamakan
kepentingan umum.[2]

Struktur Sistem Sosial Budaya Indonesia
Raymond firth mengemukakan bahwa konsep struktur sosial merupakan alat analisis yang diwujudkan untuk
membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial. [3] Dasar yang penting dalam
struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang jelas penting dalam menentukan tingkah laku manusia, yang

apabila relasi sosial itu tidak dilakukan, maka masyarakat itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga dapat
ditinjau dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma, dan institusi sosial dalam suatu relasi. [3] Nilai adalah
pembentukan mentaliatas yang dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan
yang hakiki, baik, dan perlu dihargai.[3] Dari pendapat Raymond Firth dan Max Weber , sistem nilai yang
harus diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
ditemukan dalam proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi Negara.[3]
Jadi, struktur system sosial budaya indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila yang terdiri atas :


Tata nilai

Tata nilai ini meliputi:


Nilai agama; * Nilai kebenaran; * Nilai moral; * Nilai vital; * Nilai material. [4]



Tata sosial


NKRI adalah Negara hukum, semua orang adalah sama di mata hukum. Tata hukum di Indonesia adalah
sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruhu rakyat Indonesia.[4]


Tata laku

Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada normanorma yang berlaku, yaitu : norma agama, norma kesusilaan/kesopanan, norma adat istiadat, norma hukum
setempat, norma hukum Negara.[4]

Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia
Masyarakat mempunyai bentuk – bentuk struktural, yang dinamakan struktur sosial. [5] Struktur sosial ini
bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan perubahan sosial. Masyarakat yang
mempunyai bentuk – bentuk strukturalnya tentu mengalami pola – pola perilaku yang berbeda – beda juga
tergantung dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut. [5] Perubahan dan perkembangan masyarakat
yang mengarah pada suatu dinamika sosial bermula dari masyarakat tersebut melakukan suatu komunikasi
dengan masyarakat lain, mereka membina hubungan baik itu berupa perorangan atau kelompok sosial.[5]
Tetapi sebelum suatu hubungan dapat terjadi perlu adanya suatu proses berkaitan dengan nilai – nilai sosial
dan budaya dalam masyarakat.[5] Dengan suatu masyarakat yang mengetahui nilai sosial dan budaya
masyarakat lain maka hubungan dapat terbentuk.[5] Maka dapat diartikan bahwa proses sosial adalah sebagai

pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.[5]

Proses sistem sosial budaya Indonesia sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
proses pembangunan nasional
Pengamalan Pancasila, yang pada hakikatnya pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Maka pada dasarnya
proses sistem sosial budaya Indonesia selalu berkaitan dengan pembangunan nasional di mana ia
berlangsung beriringan dengan pebangunan nasional, bahkan kadang bisa mendahului pembangunan
nasional agar masyarakat dapat menerima pembaharuan sebagai hasil pembangunan nasional.[1] Setelah
menyiapkan masyarakat agar mampu menerima pembangunan, maka kemudian menyiapakan agar manusia
dan masyarakat dapat berperan serta dalam proses pembangunan nasional tersebut dengan memiliki kualitas
sebagai berikut:


Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa



Berbudi pekerti luhur




Berkepribadian



Bekerja keras



Berdisiplin



Tangguh



Bertanggung jawab



Mandiri



Cerdas dan terampil



Sehat jasmani dan rohani



Cinta tanah air



Memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial



Percaya pada diri sendiri dan memiliki [[[harga diri]]



Inovatif dan kreatif



Produktif dan berorientasi ke masa depan

Karena pembangunan nasional yang selalu beriringan dengan proses sistem sosial budaya Indonesia maka
jika manusia atau masyarakat ikut serta dalam pembangunan nasional mereka juga ikut berperan serta dalam
proses sistem sosial budaya Indonesia sehingga komunikasi akan terjadi di antara mereka yang kemudian
suatu hubungan dapat terjalin.[1] Hal ini dapat menyebabkan dinamika sosial terjadi yang akan menuju pada
perubahan dan perkembangan pada masyarakat tersebut yang ke arah lebih baik.[1]

Transformasi Sistem Sosial Budaya Indonesia
Pembangunan nasional merupakan suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan dalam masyarakat,
yaitu transformasi budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya masyarakat industri modern dan
masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia. Namun sistem feodalisme yang masih bercokol
dalam kehidupan masyarakat Indonesia membawa dampak negatif yakni berupa kelemahan mentalitas.
Kelemahan mentalitas ini dapat menghambat pembangunan nasional.[1]

Menurut Koentjaraningrat terdapat 2 jenis mentalitas dalam masyarakat Indonesia
Mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan
1. Tidak berspekulasi tentang hakikat kehidupan, karya, dan hasil karya manusia, tetapi manusia itu bekerja
keras untuk dapat makan.[1]
2. Menghargai waktu, artinya selalu memperhitungkan tahapan-tahapan aktivitas dalam lingkaran waktu. [1]
3. Tidak merasa tunduk pada alam, sebaliknya juga tidak merasa mampu menguasainya. Hidup harus selaras
dengan alam sekelilingnya.[1]
4. Memiliki rasa kehidupan bersama.[1]
5. Pada hakikatnya manusia tidak berdiri sendiri melainkan selalu membutuhkan bantuan dari sesamanya.
Hanya saja sisi negatifnya adalah jangan dengan sengaja berusaha menonjolkan diri di atas orang lain. [1]

Mentalitas yang tidak cocok dengan jiwa pembangunan
1. Tidak bersumber kepada suatu nilai yang berorientasi terhadap hasil karya manusia itu sendiri, tetapi hanya
terhadap amal dari karya ibarat orang sekolah, tidak mengejar pengetahuan dan ketrampilan, melainkan
mengejar ijazahnya saja.[1]
2. Masih terdapat rasa sentimen yang agak berlebihan terhadap benda-benda pusaka nenek moyang, mitologi
dan banyak hal mengenai masa lampau. [1] Hal ini bukannya melemahkan mentalitas, hanya saja suatu
orientasi yang terlampau banyak terarah ke zaman dulu akan melemahkan kemampuan seseorang untuk
melihat masa depan.[1]
3. Berspekulasi tentang masalah hubungan antarmanusia dengan alam, serta terlalu menggantungkan diri pada
nasib. Dalam menghadapi kesulitan hidup cenderung berlari ke alam kebatinan (klenik). [1]
4. Mentalitas yang orientasinya mengarah pada orang yang berpangkat tinggi, senior, dan orang-orang tua,
sehingga hasrat untuk berdiri sendiri dan berusaha sendiri masih lemah. [1] Seperti rendahnya disiplin pribadi
yang murni, orang cenderung taat jika ada pengawasan dari atas. Juga mentalitas yang selalu menunggu
restu dari atasan.[1]
5. Sifat -sifat kelemahan yang bersumber pada kehidupan keragu-raguan dan hidup tanpa orientasi yang tegas
antara lain:


Sifat mentalitas yang meremehkan mutu



Sifat mentalitas yang suka mengambil jalan pintas



Sifat kurang percaya diri



Sifat tidak berdisiplin murni



Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh

Agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tetap mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu
diciptakan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses transformasi system
sosial budaya Indonesia =
1. Mewajibkan sebagai syarat suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan
2. Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi
3. Pandangan hidup yang menilai tinggi hasil karya
4. Sikap lebih percaya kepada kemempuan sendiri
5. Berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri
6. Menghilangkan rasa, kepekaan terhadap mutu dan mentalitas mencari jalan pintas
7. Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya yang parah, seperti krisis otoritas, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kemacetan administrasi, dan korupsi secara menyeluruh yang sekarang masih mengganas
dalam masyarakat

Cara merubah mentalitas yang lemah
1. Memberi contoh yang baik.[1] Asumsinya ialah karena banyak orang Indonesia mempunyai mentalitas
beorientasi kearah pembesar-pembesar, maka asal saja orang-orang pembesar itu memberi contoh yang
benar dari atas, itu dapat dikembangkan, misalnya sifat hemat dll. [1]
2. Memberi perangsang yang cocok sebagai motivasi. Motivasi dapat untuk menggerakkan orang untuk
bersikap.[1] Contoh, yaitu perangsang yang bisa mendorong orang menjadi lebih berhasrat untuk menabung
uangnya di bank adalah tentu tidak hanya bunganya yang menarik misalnya, namun perlu ada perangsang
lain, yaitu pelayanan yang baik.[1]
3. Melaksanakan persuasif dan penerangan merupakan jalan lain yang sebenarnya harus di intensifkan oleh
para ahali penerangan dan ahli media masa, karena meraka mempunyai imajinasia yang besar. [1]
4. Menanamkan suatu mentalitas pembangunan yang baru.[1]
5. Hal itu tentunya hanya mungkin pada generasi yang baru,yaitu anak-anak yang harus diasuh dan dibina
dengan kesadaran yang tinggi agar 15 tahun lagi mereka akan menjadi manusia Indonesia baru yang bangga
akan usaha dan kemampuannya sendiri, mempunyai hasil karya yang tinggi, mempunyai rasa disiplin, berani
bertanggung jawab sendiri dan mempunyai perasaan yang peka terhadap mutu. [1]

Bentuk dan Dampak Perubahan Sosial Budaya Lengkap
Diposkan oleh Admin di09.58

Bentuk dan Dampak Perubahan Sosial Budaya - Halo pelajar semua. Ketemu lagi sama Eduspensa.com. Kalian
sedang belajar mengenai perubahan sosial? Nah kalau iya artikel yang satu ini cocok banget buat kalian.
Kalau sebelumnya kita sudah bahas mengenai pengertian perubahan sosial budaya yang mencakup faktor
pendorong dan penghambat perubahan sosial, kali ini kita akan belajar mengenai bentuk dan dampak perubahan
sosial
budaya
tersebut
lebih
lanjut.
Jadi, poin penting yang harus kalian pahami pada artikel ini ialah :
1.
Bentuk-bentuk
2.
Dampak
Positif
3. Dampak Negatif Perubahan Sosial Budaya
Scroll

kebawah

Perubahan
Perubahan

yuk

Sosial
Sosial

buat

mulai

Budaya
Budaya
belajar.

Baca juga : Contoh Perubahan Sosial Budaya

Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Untuk bentuk perubahan sosial dan budayanya sendiri dibedakan menjadi 4, apa saja?

1. Dilihat dari Proses
a) Evolusi (Perubahan Secara Lambat)
Perubahan evolusi merupakan perubahan yang lama dengan diikuti perubahan kecil. Pada evolusi, perubahan yang
terjadi tanpa ada tekanan atau terjadi dengan sendirinya, kenapa? Karena raktya biasanya selalu berusaha
menyesuaikan diri dengan keadaan atau kondisi yang baru timbul di lingkungannya.
Contoh : Perubahan dari masyarakat tradisional ke modern.
b) Revolusi (Perubahan Secara Cepat)
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang terjadi secara cepat dalam dasar atau sendi-sendir pokok yang
terdapat dalam masyarakat. Peubahan ini dapat direncanakan terlebih dahulu dan biasanya harus ada pemimpin
kelompok masyarakat.
Contoh : Revolusi industri.

Bentuk dan Dampak Perubahan Sosial Budaya

2. Dilihat dari Pengaruhnya

a) Pengaruh Kecil
Merupakan perubahan yang kurang menghasilkan pengaruh langsung bagi masyarakat, jadi tidak sampai
menghasilkan keributan.
Contoh : Perubahan model gaya rambut atau fashion.
b) Pengaruh Besar
Merupakan perubahan yang membawa dampak besar dalam unsur-unsur kehidupan masyarakat yang penting
seperti stratifikasi sosial dan sebagainya.
Contoh : Industrialisasi.

3. Dilihat dari Penyebab
a) Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang sudah direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak yang
hendak melakukan perubahan dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki melakukan perubahan disebut agent of
change. Agent of Change merupakan orang kepercayaan atau pimpinan lembaga masyarakat.
Contoh
:
program
Keluarga
Berencana,
imunisasi.
b)
Perubahan
yang
Tidak
Dikehendaki
Yang satu ini merupakan hal yang tidak bisa dalam kendali masyarakat dan biasanya menghasilkan masalah yang
memicu
kendala
dalam
masyarakat.
Contoh : bencana alam.

4. Dilihat dari Hasil
a) Progress
Progress merupakan perubahan sosial yang sangat diharapkan masyarakat. Perubahan yang membawa kemajuan ini
menguntungkan masyarakat seperti bergantinya masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern
Contoh : penemuan alat komunikasi,
transportasi.
b) Regress
Regres atau perubahan menuju kemunduran disebabkan oleh penggunanya itu sendiri. Biasanya terjadi karena
penyalahgunaan perangkat teknologi.
Contoh : Misal saja internet disalahgunakan untuk melakukan tindak kejahatan atau mengakses situs yang tidak
pantas

Dampak Perubahan Sosial Budaya
Kita lanjut ke pembahasan berikutnya yaitu mengenai dampak perubahan sosialnya. Perubahan sosial budaya
memberikan dampak tersendiri secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut juga didukung akibat
modernisasi dan globalisasi.

Dampak Positif Perubahan Sosial Budaya :

1. Eratnya integrasi masyarakat. Hal tersebut bisa terjadi jika masyarakat dapat menyikapinya dengan baik sehingga
tidak terjadi konflik.
2. Kemajuan teknologi. Teknologi seiring zaman terus maju, hampir semua orang sudah bisa memanfaatkan
tekonologi di sekitarnya sehingga bisa meningkatkan taraf hidup mereka.
3. Tingkat kehidupan yang lebih baik. Seperti yang sudah Admin sebutin di poin ke 2 dimana teknologi membawa
perubahan besar dalam kehidupan seseorang dan kita dapat menggunakannya untuk kebaikan produktifitas manusia.
4. Pola pikir yang lebih maju. Kalau dulu mungkin saja masyarakat pikiran mereka masih primitive dan terisolir, berkat
modernisasi dan pengetahuan mereka dapat berfikir lebih maju dan meninggalkan pemikiran lama.
5. Perubahan nilai dan tata sikap. Terjadinya difusi dan inovasi dalam kebudayaan dapat mengubah nilai dan sikap
masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
6. Menumbuhkan sikap menghargai waktu dan mau bekerja keras.
7. Munculnya sistem pembagian pekerjaan antara pria dengan wanita menurut kemampuan mereka juga semakin
kecilnya tingkat diskriminasi terhadap wanita.

Dampak Negatif Perubahan Sosial Budaya :
1. Munculnya perilaku hidup konsumtif. Kemampuan daya beli masyarakat yang meningkat membuat para pengusaha
memproduksi segala macam barang kebutuhan menyebabkan adanya pola hidup konsumtif.
2. Terjadinya ketertinggalan budaya. Ketertinggalan budaya atau yang bisa disebut sebagai cultural lag
merupakan suatu keadaan dimana terjadi unsur – unsur kebudayaan tertentu yang tertinggal perkembangannya di
tengah berbagai kemajuan unsur kebudayaan yang lain. Biasanya ini terjadi karena masyarakat memiliki laju
pertumbuhan budaya yang lambat.
3 Dekadensi Moral. "Ha? paan tuh?" ini tuh menurun atau merosotnya moral seseorang yang ditunjukkan dari
perilakunya yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, contohnya pergaulan bebas
yang tidak patut dicontoh.
4. Sikap individualis. Semakin kesini persaingan hidup semakin ketat sehingga nilai kemanusiaan semakin menurun.
Budaya di Indonesia seperti Gotong Royong-pun sangat tertinggal, contoh saja kebanyakan masyarakat kota yang
mungkin jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
5. Kriminalitas. Perubahan sosial budaya juga bisa mengakibatkan kriminalitas, faktornya ya seperti persaingan hidup
yang semakin ketat dan juga perilaku konsumtif manusia yang tidak diimbangi dengan pemasukan yang ada dapat
menimbulkan seseorang berbuat nekat demi keinginannya.
6. Gaya hidup. Gaya hidup masyarakat tertentu bisa berubah karena adanya globalisasi, mereka mengikuti gaya orang
luar yang mungkin saja dianggap tidak pantas di negara sendiri.

7. Kesenjangan sosial. Perubahan kebudayaan biasanya hanya dinikmati oleh segelintir orang saja dan biasanya
Itu dia bentuk-bentuk perubahan sosial beserta dampaknya. Jika temen-temen pengen tahu lebih lanjut mengenai
perubahan sosial bisa stalk aja Eduspensa.com atau silahkan berkomentar di bawah artikel ini.

Hubungan Antara Ekonomi Dengan Kehidupan Sosial Budaya

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa faktor ekonomi memang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia.Ekonomi memang mencakup banyak bidang dalam hidup ini contohnya dalam bidang
sosial budaya yang akan Saya jelaskan hubungannya.
Faktor Ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat memegang peranan penting dalam menentukan
tingkatan status sosial seseorang atau sekelompok orang di dalam lingkungannya.Sebenarnya di dalam
kehidupan bermasyarakat ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat status sosial seseorang,yaitu
faktor ekonomi,faktor pendidikan,faktor keturunan dan pekerjaan seseorang.Tetapi dalam kehidupan
bermasyarakat di Indonesia umumnya faktor ekonomi adalah hal dapat dikatakan sebagai tolok ukur status
sosial seseorang.
Seseorang dengan tingkat kekayaan yang tergolong tinggi akan berbeda pola hidup dan kebiasaannya
dibandingkan dengan orang yang tingkat ekonominya dibawah standar pada masyarakat tersebut.Jika
seseorang yang ekonominya menunjang,umumnya dia tidak akan pergi makan di restoran – restoran murah
pinggir jalan atau berrekreasi di tempat-tempat lokal,sedangkan untuk orang-orang yang tingkat ekonominya
rendah mereka lebih sering makan di warung-warung nasi atau paling tidak mereka membeli bahan makanan
dan memasaknya sendiri.Perbedaan yang terlihat jelas juga tampak dalam bagaimana mereka berpenamilan
dan bertutur kata.Orang-orang dengan tingkat status tinggi akan berpenampilan lebih elegan dan berbicara
dengan sopan dan halus,sedangkan untuk masyarakat dengan status sosial rendah umumnya berpenampilan
tidak menarik dan kurang memperhatikan penampilannya,dalam berbicara pun mereka sering menggunakan
kata-kata yang kasar dan kurang sopan di dengar.Dan dengan adanya perbedaan kebiasaan dan pola hidup
tersebut muncullah yang disebut stratifikasi social atau bisa disebut juga kasta.
Stratifikasi sosial tentunya memiliki memiliki beberapa dampak yang terjadi dalam kehidupan
sosial,selain dampak negatif ada pula dampak positifnya.Berikut dampak positif dan negatif dari stratifikasi
sosial:
1. Dampak positif Stratifikasi Sosial
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan
untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat
naik ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan
dimasa depan. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang
lebih baik.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada.

Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan
jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan
kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
Kurang tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat
diraih dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Mereka yang mempunyai kendaraan lebih
bagus atau mewah dari pada yang lain maka akan berkedudukan diatas yang lainnya yang tidak mempunyai
kendaraan yang lebih mewah. Mewah tidaknya kendraan dan banyaknya kendaraa pribadi yang dimiliki
menempatkan pemiliknya pada status social yang lebih tinggi.
2. Dampak negativ Stratifikasi Sosial
Umumnya ada tiga dampak negative dalam stratifikasi sosial yaitu :
1. Konflik antar kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan
pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan
kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul
konflik antarkelas.Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik
antara kelas buruh dengan pengusaha.
2. Konflik antar kelompok social
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial
berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai
kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
3. Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah
yang ingin mengadakan perubahan.Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di
Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Jadi kesimpulannya faktor ekonomi dalam kehidupan bersosial budaya memberi dampak yang besar
bagi masyarakat mulai dari setiap lapisan masyarakat.Faktor ekonomi juga merubah sistem kehidupan
bermasyarakat dan pola hidup dan pergaulan mereka serta memberi dampak negatif dan juga dampak
positif.Selama ekonomi dan beberapa faktor lain yang mempengaruhi stratifikasi sosial masih ada maka
perbedaan dalam masyarakat dalam berperilaku,pola kebiasaan dan jaringan pertemanan akan selalu ada.
Awal Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya di Indonesia Manusia adalah mahluk yang memiliki
perbedaan dengan binatang. Perbedaan utama manusia dengan binatang adalah manusia memiliki akal
sedangkan binatang tidak. Akal yang dimiliki oleh manusia itulah yang menjadi penyebab utama kehidupan
manusia mengalami perkembangan. Perkembangan ini terjadi ketika manusia berinteraksi dengan
lingkungan alam. Dengan akal yang dimilikinya, manusia mencoba memecahkan tantangan alam yang
dihadapinya. Sedangkan binatang, dalam menghadapi tantangan cenderung melakukan adaptasi secara fisik.
Misalnya di daerah yang beriklim dingin binatang memiliki kulit yang tebal, di dalam air binatang memiliki
sirip dan insang untuk bernapas, dan yang lainnya. Binatang yang tidak mampu beradaptasi dengan alam

cenderung akan punah. Adaptasi yang dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi dengan tantangan alam,
lebih banyak menggunakan akal.
Manusia dengan akal yang dimilikinya, mencoba berpikir bagaimana memecahkan tantangan hidup yang
dihadapi yang disebabkan oleh kondisi alam. Jawaban yang dilakukan oleh manusia dalam menghadapi
tantangan tersebut, yaitu dengan menciptakan berbagai peralatan hidup. Manusia secara fisik tidak
melakukan adaptasi seperti yang terjadi pada binatang. Perkembangan yang terjadi justru pada alatalat
kehidupan yang digunakan. Dari zaman ke zaman, peralatan kehidupan manusia berkembangan.
Perkembangan itu terjadi, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Perubahan terjadi mulai dari
bahan yang digunakan hingga pada bentuk, misalnya mulai dari bahan yang menggunakan batu, tulang,
kayu, hingga logam dan besi. Dari segi bentuk, mulai dari yang kasar hingga yang halus, mulai dari bentuk
hiasan yang sederhana hingga menjadi hiasan yang indah. Peralatan-peralatan yang diciptakan oleh manusia
merupakan hasil kebudayaannya. Perkembangan kehidupan manusia, terjadi bukan hanya pada hubungan
manusia dengan lingkungan alam. Interaksi di antara sesama manusia mengalami perkembangan pula.
Interaksi ini terjadi disebabkan oleh adanya saling membutuhkan di antara individu-individu, karena secara
fitrahnya manusia merupakan makhluk sosial. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Interaksi manusia
akan melahirkan bentuk kehidupan sosial, ekonomi, dan keluarga.
Kebutuhan yang menjadi dasar hubungan antarmanusia dapat berupa kebutuhan yang bersifat materi
maupun nonmateri. Kebutuhan nonmateri, misalnya kebutuhan biologis. Hubungan manusia yang berdasar
pada kebutuhan biologis akan melahirkan suatu perkawinan, yang kemudian membentuk suatu keluarga.
Pembentukan keluarga akan berkembang pada pembentukan kelompok masyarakat yang lebih luas. Di
antara anggota keluarga atau kelompok masyarakat akan terjadi ketergantungan kebutuhan materi.
Hubungan materi ini akan melahirkan kehidupan ekonomi. Kebutuhan ekonomi dalam suatu kelompok
keluarga dilakukan biasanya melalui pembagian kerja. Pada kelompok keluarga manusia purba, biasanya
kaum laki-laki mencari berburu ke hutan mencari binatang untuk dijadikan makanannya. Mereka berburu
secara berkelompok, dengan tujuan demi keamanan. Sedangkan kaum wanita dan anak-anak biasanya hanya
mencari makanan atau tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal sementara mereka. Kehidupan sosial dan
ekonomi merupakan dua aspek kehidupan yang saling berkait. Sebagaimana telah dikemukakan, kehidupan
manusia purba mencari makanan secara berkelompok. Dalam mencari makanan ini pun kemudian
mengalami perkembangan. Semula mereka bergantung pada alam, lambat laun mereka mengolah sumber
makanan yang disediakan oleh alam. Hal ini terjadi disebabkan sumber makanan yang disediakan oleh alam
memiliki ketersediaan yang menipis dan terbatas. Dampak dari ini pula, manusia mengalami perkembangan
dalam hal tempat tinggal. Semula, hidupnya berpindah-pindah, kemudian menjadi menetap. Dengan
demikian kehidupan sosial ekonomi pun mengalami perubahan. Kebutuhan nonmateri lainnya yaitu
kepercayaan. Kehidupan kepercayaan manusia pun mengalami perkembangan. Suatu kepercayaan pada
manusia, biasanya timbul disebabkan adanya keyakinan pada diri manusia terhadapnya kekuatankekuatan
gaib yang menguasai kehidupan manusia. Kekuatan gaib tersebut dapat dipersonifikasikan ke dalam bendabenda fisik yang ada di sekitarnya, misalnya pohon, batu, bahkan juga binatang. Benda-benda tersebut
dianggap keramat. Sebagai wujud adanya kepercayaan maka lahirlah kegiatan-kegiatan ritual atau upacaraupacara penyembahan.Upacara penyembahan pun mengalami perkembangan mulai dari menyembah
terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan yang gaib, sampai dengan mempercayai adanya
Dewa dan Tuhan.

Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alam, Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Posted by Nanang Ajim | Posted on 11:19 PM | with No comments | Print
Interaksi merupakan merupakan suatu bentuk hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dan
kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Interaksi manusia bukan hanya dengan individu dan kelompok saja,
melainkan mencakup interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Dalam interaksi
tersebut, terjadi berbagai macam permasalahan yang disebut dengan dinamika interaksi. Dinamika ini, mendorong
terbentuknya suatu perubahan kepada hal yang baik atau pun hal yang sebaliknya.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup merupakan proses
saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Lingkungan hidup memiliki pengaruh besar bagi manusia karena

merupakan komponen penting dari kehidupan manusia. Begitupun sebaliknya, manusia memiliki pengaruh besar
terhadap lingkungan hidup dalam hal pemeliharaan dan pelestarian. Lingkungan hidup manusia terdiri atas
lingkungan alam, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi.
1. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah lingkungan yang terbentuk secara alamiah tanpa campur tangan manusia. Lingkungan alam
mencakup semua benda hidup dan tak hidup yang terjadi secara alamiah di bumi. Lingkungan alam terdiri atas
komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan yang bukan makhluk
hidup. Lingkungan biotik adalah segala benda hidup yang ada di lingkungan.
Dalam lingkungan alam terjadi interaksi antara lingkungan abiotik dengan lingkungan biotik atau sebaliknya. Bahkan,
antar komponen lingkungan biotik dan antar komponen lingkungan abiotik juga terjadi saling keterkaitan. Contoh
interaksi antara komponen abiotik dengan biotik adalah tanah, suhu dan curah hujan yang memengaruhi jenis
tanaman yang tumbuh suatu daerah.
Lingkungan biotik juga dapat memengaruhi lingkungan abiotik. Contohnya daerah yang banyak tumbuhannya akan
membuat suhu udara menjadi lebih sejuk. Daerah yang masih banyak tumbuhannya juga dapat menyimpan air tanah
lebih
banyak
karena
tanah
di
bawahnya
dapat
menyerap
air
lebih
banyak.
Interaksi antara manusia dan alam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu interaksi yang menyesuaikan diri dengan
alam dan interaksi yang mendominasi alam.


Interaksi manusia yang menyesuaikan diri dengan alam contohnya adalah hidup dekat dengan sumber
makanannya. Manusia menyesuaikan waktu tanam dengan musim penghujan, waktu untuk berlayar
menyesuaikan dengan keadaan cuaca, menghindari tinggal di daerah rawan bencana alam, dan lain-lain.



Interaksi manusia yang mendominasi alam. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia
cenderung melakukan upaya mengambil sumber daya alam. Bahkan, manusia berupaya memodifikasi cuaca
dengan mengembangkan teknologi hujan buatan.

Namun demikian, sampai saat ini manusia belum mampu memperkirakan kapan gempa bumi akan terjadi, jam
berapa gunung akan meletus, dan seterusnya. Manusia juga tidak mampu menghentikan gelombang tsunami,
menghentikan banjir dan lain-lain. Dalam hal ini manusia cenderung berupaya menyesuaikan diri. Sebagai contoh,
penduduk yang tinggal di daerah gempa mengembangkan teknologi rumah atau bangunan yang tahan gempa.
2.
Interaksi
Manusia
dengan
Lingkungan
Sosial
Manusia perlu berhubungan atau berkomunikasi dengan yang lainnya. Maka terjadilah apa yang dinamakan proses
sosial. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan saling memengaruhi antarmanusia. Proses sosial ini akan
terjadi kalau ada interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok
manusia,
maupun
antara
orang
perorangan
dan
kelompok
manusia.
Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus secara timbal balik dilakukan oleh kedua belah pihak. Artinya
kedua belah pihak harus saling merespon. Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang
berinteraksi melakukan kontak sosial dan komunikasi.

Menurut Soerjono Soekanto (2003), kata “kontak” berasal dari bahasa Latin, yaitu berasal dari kata con dan tangere
(bersama, menyentuh). Kontak berarti bersama-sama saling menyentuh secara fisik. Dalam pengertian gejala sosial,
kontak sosial ini dapat berarti hubungan masing-masing pihak tidak hanya secara langsung bersentuhan secara fisik,
Kontak dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, sms, dan lain-lain. Dengan demikian hubungan fisik bukan
syarat
utama
terjadinya
interaksi
sosial.
Menurut Karl Mannheim, (2003: 65) kontak dapat dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu kontak primer dan kontak
sekunder. Kontak primer adalah kontak yang dikembangkan dalam media tatap muka, sedangkan kontak sekunder
terjadi tidak dalam media tatap muka dan ditandai dengan adanya jarak. Kontak Sekunder dapat dibagi lagi ke dalam
dua bagian:


Kontak Sekunder langsung, yaitu kontak yang terjadi antara masing-masing pihak melalui alat tertentu,
misalnya telepon, internet, surat, sms, dan lain-lain.



Kontak Sekunder tidak langsung, yaitu kontak yang memerlukan pihak ketiga. Misalnya, Ahmad minta tolong
kepada Fauzi untuk dikenalkan kepada Fatimah.

Kontak sosial juga dapat berlangsung dalam tiga kegiatan atau bentuk, yaitu:


Antara orang perorangan . Contohnya, seorang bayi yang baru lahir, ia akan melakukan kontak sosial dengan
ibunya dan keluarga secara langsung.



Antara perorangan dengan kelompok. Misalnya seorang siswa sedang belajar bersama atau berdiskusi dalam
kelompok belajarnya.



Antara kelompok dengan kelompok. Contohnya, seperti kelompok pelajar dari suatu sekolah melakukan studi
banding ke sekolah yang lain.

Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didorong oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Imitasi
Menurut Gabriel Tarde (2003: 66), imitasi berasal dari kata imitation, yang berarti peniruan. imitasi merupakan
proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Untuk dapat meniru, menurut Choros (2003: 66) ada syaratsyarat tertentu, antara lain: (1) Harus menaruh minat terhadap sesuatu yang akan diimitasi. (2) mengagumi hal-hal
yang akan diimitasi. (3) memberikan penghargaan sosial yang tinggi terhadap objek yang akan menjadi objek imitasi
kita. (4) memiliki pengetahuan tentang pihak atau sesuatu yang akan diimitasi.
b. Faktor Sugesti
Sugesti artinya pengaruh yang dapat menggerakan hati orang. Faktor sugesti ini akan terjadi apabila kemampuan
berpikir seseorang terhambat sehingga orang itu melakukan pandangan orang lain. Selain itu sugesti akan terjadi

kalau orang yang memberi sugesti memiliki wibawa/terpandang di bidangnya atau juga sugesti itu terjadi jika
pandangan itu didukung oleh sebagian orang (mayoritas).
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi
sama dengan orang lain. Proses ini dapat berlangsung dengan sendirinya, sehingga pandangan dan sikap orang lain
bisa masuk ke dalam jiwanya. Misalnya, kita mengidolakan seseorang sehingga semua tingkah laku orang itu kita
lakukan.
d. Faktor Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Simpati akan muncul melalui
perasaan yang memegang peranan sangat penting. Faktor simpati yang utama adalah ingin mengerti dan ingin
bekerjasama dengan orang lain.
3. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Budaya
Manusia tidak bisa hidup sendiri untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai kecendrungan
untuk hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus dapat beradaptasi dengan
lingkungan, termasuk dalam hal perilaku, aturan, nilai, norma, kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku di
lingkungan tersebut.
Perilaku, aturan, nilai, norma, kepercayaan dan adat istiadat merupakan bagian dari kebudayaan. Kebudayaan
merupakan salah satu unsur penting yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Melalui kebudayaan itu, dapat terlihat ciri
khas setiap suku. Kita seharusnya mengetahui tentang kebudayaan bangsa yang beranekaragam hingga dapat
menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan dan cara-cara beradaptasi terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan agar
keberadaan kita dapat diterima dalam suatu kelompok masyarakat.
4. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi adalah faktor ekonomi yang memengaruhi jalannya usaha atau kegiatan ekonomi. Faktor
pendukung kegiatan ekonomi adalah kebijakan ekonomi pemerintah, pendapatan masyarakat, sumber daya ekonomi
yang tersedia dan sebagainya.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan lingkungan ekonominya. Mereka melakukan
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya ekonomi yang tersedia. Sumber daya ekonomi adalah alat
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik berupa barang maupun jasa. Sumber daya alam, tenaga
kerja, modal dan kewirausahaan merupakan sumberdaya ekonomi. Sumber daya alam dapat berupa lahan, bahan
tambang, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Tenaga kerja merupakan sumber daya untuk menghasilkan barang dan
jasa.