SUNGAI LUK ULO PERSPEKTIF HISTORIS GEOLO

1|Su n ga i Lu k U lo

SUNGAI LUK ULO:
PERSPEKTIF HISTORIS, GEOLOGIS, EKONOMI
SERTA SOSIAL BUDAYA
Oleh:
Teguh Hindarto, MTh.

Sungai Luk Ulo dikenal sebagai sungai dengan kelokan-kelokan
yang membelah wilayah Kebumen menjadi bagian Barat dan Timur.
Berbagai aktifitas kerap terlihat di sepanjang aliran sungai Luk Ulo, mulai
dari penambangan pasir, pencari bahan batu yang akan diolah menjadi batu
akik, sampai aktifitas sehari-hari berupa mencuci baju atau mandi di aliran
sungai bagi beberapa kelompok orang.
Sungai Luk Ulo terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
bermuara ke Samudera Hindia. Sungai yang biasa disebut Kali Lukulo ini
mengalir dari utara ke selatan dan melintasi tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
sepanjang kurang lebih 68,5 Km. Luas keseluruhan DAS Luk Ulo adalah
675,53245 km2. Adapun yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365
km2. Sisanya masuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.

Sungai Luk Ulo berhulu di Pegunungan Sarayu Selatan dan memiliki hilir
di Samudera Hindia dengan nama Muara Tanggulangin1.
Sungai Luk Ulo memiliki nilai historis maupun geologis dan
ekonomis serta sosial budaya. Oleh karenanya kita akan melihat
1

Sungai Luk Ulo
https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Luk_Ulo

2|Su n ga i Lu k U lo

keberadaan sungai Luk Ulo dari tiga perspektif yaitu baik secara historis,
geologis maupun ekonomis serta sosial budaya.
Perspektif Historis Luk Ulo.
Perbatasan Wilayah Majapahit dan Pajajaran. Menurut tradisi
lisan, eksistensi sungai ini telah menjadi pembatas antara Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Pajajaran. Wilayah barat masuk wilayah kadipaten
Pasir Luhur yang menjadi bagian dari Kerajaan Pajajaran semantara
wilayah timur menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit 2. Sayangnya
pernyataan bahwa sungai Luk Ulo adalah wilayah batas Majapahit dan

Pajajaran sukar mendapatkanMengenai luas wilayah kekuasaan Majapahit
memang masih menjadi perdebatan. Hasan Djafar, seorang ahli arkeologi,
epigrafi, dan sejarah kuno mengatakan,”Wilayah Majapahit itu ada di
Pulau Jawa. Itu pun hanya Jawa Timur dan Jawa Tengah”3. Namun jika
membaca uraian dalam Kitab Negarakertagama akan menjadi jelas
mengenai luas wilayah Majapahit. Negarakretagama terdiri atas dua
bagian. Bagian pertama dimulai dari pupuh 1 – 49. Sedangkan bagian
kedua dimulai dari pupuh 50 – 98. Judul asli dari manuskrip ini adalah
Desawarnana yang artinya Sejarah Desa-Desa. Sejak ditemukan kembali
oleh para arkeolog, naskah ini kemudian dinamakan Negarakretagama
yang artinya Kisah Pembangunan Negara. Naskah ini selesai ditulis pada
bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi),
penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil
analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah
ini adalah Dang Acarya Nadendra , bekas pembesar urusan agama Budha
Sungai “Kali” Luk Ulo Kebumen
http://aguspriatmojoblp.blogspot.com/2011/03/sungai-kali-luk-ulo-kebumen.html
2

3


Faktanya, Nusantara Bukanlah Wilayah Majapahit
http://sains.kompas.com/read/2013/10/13/2012358/Faktanya.Nusantara.Bukanlah.
Wilayah.Majapahit

3|Su n ga i Lu k U lo

di istana Majapahit. Beliau adalah putera dari seorang pejabat istana di
Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis
naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama diusia senja
dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana.
Berikut adalah terjemahan lengkapnya dalam Bahasa Indonesia 4.
Mengenai luas wilayah Majapahit dapat dibaca pada Pupuh XIIIXIV sbb:
Pupuh 13
1. Terperinci pulau Negara bawahan, paling dulu M’layu, Jambi,
Palembang, Toba dan Darmasraya pun ikut juga disebut Daerah
Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane.
2. Lwas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga
Barus. Itulah terutama Negara-negara melayu yang telah tunduk.
Negara-negara di Pulau Tanjungnegara; Kapuas-Katingan, Sampit,

Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut
Pupuh 14
1.

Kandandangan, Landa, Samadang dan Tirem tak terlupakan. Sedu,
Barune (ng), Kalka, Saludung, Solor dan juga Pasir. Barito,
Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei. Malano tetap yang
terpenting di pulau Tanjungpura.
2. Di Hujung Medini Pahang yang disebut paling dahulu. Berikut
Langkasuka, Saimwang, Kelantan, serta Trengganu Johor, Paka,
Muar, Dungun, Tumasik, Kelang serta Kedah. Jerai, Kanjapiniran,
semua sudah lama terhimpun.
3. Disebelah timur Jawa, seperti yang berikut: Bali dengan Negara
yang penting Badahulu dan Lo Gajah. Gurun serta Sukun,

4

Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Kitab Negarakertagama
https://historynote.wordpress.com/2011/04/28/negarakertagama/


4|Su n ga i Lu k U lo

Taliwang, Pulau Sapi, dan Dompo. Sang Hyang Api, Bima, Seran,
Hutan Kendali sekaligus.
4. Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah. Dengan
daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya. Bantalayan di wilayah
Bantayan beserta Kota Luwuk. Sampai Udamaktraya dan pulau
lain-lainnya tunduk
5. Tersebut pula pulau-pulau Makasar, Buton, Bangawi Kunir, Galian,
serta Salayar, Sumba, Solot, Muar. Lagi pula, Wanda (n), Ambon
atau pulau Maluku, Wanin, Seran, Timor, dan beberapa lagi pulaupulau lain.
Mengenai wilayah barat dan timur kekuasaan Majapahit dijelaskan
dalam Pupuh XVI khususnya bagian 2 dan 4 sbb:
Pupuh 16
1. Pujangga-pujangga yang lama berkunjung di Nusantara. Dilarang
mengabaikan urusan Negara, mengejar untung. Seyogianya, jika
mengemban perintah ke mana juga. Menegakkan agama Siwa,
menolak ajaran sesat
2. Konon, kabarnya, para penderita penganut Sang Sugata. Dalam
perjalanan mengemban perintah Baginda Nata. Dilarang menginjak

tanah sebelah barat Pulau Jawa. Karena penghuninya bukan
penganut ajaran Budha.
3. Tanah sebelah timur Jawa terutama Gurun, Bali boleh dijelajah
tanpa ada yang dikecualikan. Bahkan, menurut kabaran mahamuni
Empu Barada serta raja pendeta Kuturan telah bersumpah teguh
4. Para pendeta yang mendapat perintah untuk bekerja. Dikirim ke
timur ke barat; dimana mereka sempat. Melakukan persajian seperti
perintah Sri Nata. Resap terpandang mata jika mereka sedang
mengajar
5. Semua Negara yang tunduk setia menganut perintah. Dijaga dan
dilindungi Sri Nata dari Pulau Jawa. Tapi, yang membangkang,
melanggar perintah, dibinasakan pimpinan angkatan laut, yang
telah masyhur lagi berjasa

5|Su n ga i Lu k U lo

Dalam salah satu blog yang mengulas dan mengomentari soal luas
kewilayahan Majapahit disebutkan bahwa Pupuh XVI khususnya bagian 2
dan 4 menganalogikan bahwa Sunda adalah bagian dari Majapahit namun
mendapat perlakuan khusus karena penghuninya tidak menganut

kepercayaan agama Budha5. Bahkan kajian dalam blog tersebut
menyangkal eksistensi peristiwa Perang Bubat yang disebutkan dalam
Kitab Pararaton dan Kidung Sunda dan menyebutnya sebagai karya yang
ditulis ratusan tahun setelah keruntuhan Majapahit dan dan naskah aslinya
tidak didapatkan serta diterjemahkan oleh ilmuwan Belanda sehingga
diragukan eksistensi historisnya 6.
Medan Pertempuran Pasukan Panjer dan VOC. Panjer adalah
nama sebuah wilayah kadipaten sebelum berubah nama menjadi Kebumen.
Nama Panjer sudah ada sejak zaman Mataram Islam dan dihubungkan
dengan sebuah wilayah pemerintahan di wilayah Kebumen masa kejayaan
Sultan Agung. Ada Panjer Rooma dan ada Panjer Gunung. Pada
zamannya, Panjer menjadi wilayah penyedia logistik (lumbung padi)
pasukan Sultan Agung saat akan menyerang Batavia. Eksistensi wilayah
Panjer tidak bisa dilepaskan dari dua dinasti yang pernah berkuasa namun
pada akhirnya saling berseteru yaitu Dinasti Arung Binang dan Dinasti
Kolopaking. Perseteruan yang terjadi dikarenakan Adipati Arungbinang
bekerjasama dengan VOC untuk menumpas Adipati Kolopaking yang
mendukung Pangeran Diponegoro. Kedua dinasti yang pernah berkuasa itu

5


Wilayah Kekuasaan Majapahit (Sebuah Pemaparan)
http://majapahit1478.blogspot.com/2013/12/wilayah-kekuasaan-kerajaanmajapahit.html
6

Perang Bubat: Sebuah Pembohongan Sejarah
http://majapahit1478.blogspot.com/2013/12/perang-bubat-sebuah-pembohongansejarah_12.html

6|Su n ga i Lu k U lo

sebenarnya dari satu garis keturunan yaitu Prabu Brawijaya V. Yang satu
berasal dari garis garwa padmi dan satunya berasal dari garwo ampilan7.
Nama Panjer dan Kutowinangun sudah disebut-sebut di era
Mataram Islam (zaman Sultan Agung memerintah, 1613-1645) bahkan
paska Perjanjian Giyanti (1755) dan sejak dulu masuk wilayah
Mancanegara Kilen bersama dengan Banyumas. Pernah menjadi wilayah
Karesidenan Bagelen maupun wilayah Karesidenan Banyumas di zaman
pemerintahan Hindia Belanda. Pengaruh kekuasaan administratif tersebut
tumpang tindih di Kebumen paska Perjanjian Giyanti. Sebagian wilayah
menjadi milik Kasultanan Yogyakarta dan sebagian wilayah menjadi milik

Kasunanan Surakarta.
Ketika pecah perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830)
kelompok elit di wilayah Kebumen (Panjer khususnya) terbelah menjadi
dua. K.R.A.T. Kolopaking IV memihak Pangeran Diponegoro sementara
Adipati Aroeng Binang IV memihak VOC dan Surakarta serta Yogyakarta.
Perselisihan dan pertempuran tidak terelakkan bahkan hingga berakhirnya
Perang Jawa dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro. Dikisahkan
Adipati Aroeng Binang IV beserta laskar kasunanan dan kasultanan serta
pasukan VOC menggempur benteng pertahanan yang ada di wilayah
Kutowinangun. Sekitar Fenruari 1831 seluruh kekuatan pasukan VOC di
bawah pimpinan Mayor Biscus dibantu laskar-laskar Surakarta dan
Yogyakarta serta Arung Binang IV berhasil menguasai Panjer Rooma.
Terjadi perang tanding yang cukup sengit antara K.R.A.T. Kolopaking IV
dan Adipati Aroeng Binang IV dan wilayah perkelahian tersebut di namai
Kupu Tarung (sekarang berdiri Tugu Lawet). Saat Adipati Aroeng Binang

7

P. Tirto Wenang Kolopaking, Sejarah Silsilah Wiraseba Banyumas, Ki Ageng
Mangir - Kolopaking – Arungbinang , Jakarta: Yayasan Trah Kolopaking, 2006,

hal 204-205, 216-217

7|Su n ga i Lu k U lo

IV terdesak pasukan VOC berbuat kecurangan dengan menembak dari
belakang tubuh K.R.A.T. Kolopaking IV sehingga tersungkur 8. Setelah
K.R.A.T. Kolopaking IV wafat dan pemerintahan berpindah tangan kepada
Adipati Aroeng Binang IV (Mangundiwiryo), Tahun 1833 Adipati Aroeng
Binang IV ditetapkan sebagai Bupati di Panjer Rooma dan pusat
pemerintahan dipindahkan ke utara dan dibangun sebuah rumah Kadipaten
(sekarang dipakai sebagai kantor Bupati) dan mulai saat itu dinamai
Kebumen yang berasal dari nama leluhurnya, yaitu Pangeran Bumidirjo
atau Ki Bumi sementara wilayah pemerintahan lama hanya tinggal
bernama Panjer tanpa menggunakan Rooma9. Tahun 1861 Arung Binang
IV digantikan oleh iparnya (karena tidak memiliki anak) yaitu Tirtorejo
(Patih Karanganyar) sehingga menjadi Arung Binang V 10.
Dalam konteks peperangan sisa-sisa pengikut Pangeran Diponegoro
di wilayah Panjer yang dipimpin K.R.A.T. Kolopaking IV, wilayah
Karangsambung dan desa-desa di tepian atau yang dilintasi sungai Luk Ulo
adalah medan pertempuran sengit di antara kedua belah pihak yang bertikai

seperti Banioro, Celapar, Kali Gending, Selorondo, Gagak Baning,
Kebagoran, Jemur dll. Pasukan VOC dipimpin oleh Mayor Van Rojen,
Mayor Biskus, Mayor Magelis dengan dibantu pasukan Arungbinang IV
serta pasukan Banyumas berhadapan dengan pasukan Panjer pimpinan
K.R.A.T. Kolopaking IV beserta pengikutnya seperti Senopati Pujo
Gomowijoyo, Senopati R. Jomenggolo, Kyai Endang Kertowongso, dll 11.

8

Ibid, hal 283

9

Ibid., hal 213

10

Ibid., hal 307-308

11

Ibid., hal 287-308

8|Su n ga i Lu k U lo

Perspektif Geologis Luk Ulo.
Ir Chusni Ansori, peneliti geologi pada Balai Informasi dan
Konservasi Kebumian (LIPI) Karangsambung Kebumen pernah
menuliskan di koran Suara Merdeka sbb: “Dalam ilmu kebumian, Sungai
Luk Ulo termasuk sungai antecedent, yaitu jenis sungai yang memotong
struktur geologi utama daerah tersebut, dan termasuk stadium dewasa.
Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari pola meander serta endapan
undak sungai yang terbentuk pada posisi jauh dari sungai utama. Tingkat
kedewasaan sungai ini nampaknya sejalan dengan semakin banyaknya
permasalahan lingkungan yang ada ”12. Dalam wawancara yang saya
lakukan saya berusaha mendapatkan beberapa penjelasan mengenai
sejumlah istilah-istilah teknis dalam geologis terkait keberadaan sungai
Luk Ulo. Dari hasil wawancara beliau mengatakan bahwa struktur yang
ditabrak oleh aliran sungai Luk Ulo saja sudah berusia sekitar 15 juta tahun
yang dalam skala waktu geologi disebut Miosen pada periode Neogen13.
Menurut Wikipedia, Miosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi
yang berlangsung antara 23,03 hingga 5,332 juta tahun yang lalu. Seperti
halnya periode geologi yang lebih tua lainnya, lapisan batuan yang
membedakan awal dan akhir kala ini dapat teridentifikasi, tapi waktu tepat
awal dan akhirnya tidak dapat terlalu dipastikan. Miosen dinamai oleh Sir
Charles Lyell dan berasal dari kata bahasa Yunani είω (meioon,
"kurang") dan α ός (kainos, "baru") dan kurang lebih merujuk pada
"kurang baru" karena hanya memiliki 18% (kurang dari Pliosen)
invertebrata laut modern. Miosen mengikuti Oligosen dan diikuti oleh
Pliosen dan merupakan kala pertama pada periode Neogen14.

12

Ir Chusni Ansori, Sungai Luk Ulo Jadi Ladang Perburuan Batu
http://www.suaramerdeka.com/harian/0503/30/ked01.htm
13
14

Wawancara pribadi di LIPI Karangsambung, Tanggal 16 Juni 2015
Miosen

9|Su n ga i Lu k U lo

Foto Udara Sungai Luk Ulo
http://aguspriatmojoblp.blogspot.com/2011/03/sungai-kali-luk-ulo-kebumen.html

Menurut Ir Chusni Ansori, keberadaan sungai yang menabrak
struktur ini tentu saja usianya lebih tua dari struktur itu sendiri, sehingga
disebut sungai yang dewasa. Arti dewasa di sini dimaksudkan sudah
memiliki meander atau kelokan yang kokoh dan berbeda dengan sungai
yang masih berusia mudia dengan kelokan yang hanya membentuk huruf
“V”. Menariknya, sepanjang aliran sungai Luk Ulo membentuk formasi
dan kandungan batuan yang berbeda, sehingga di wilayah-wilayah ke arah
selatan yang mengandung lempung sangat baik dipergunakan sebagai
bahan genting seperti di Sooka15. Sekalipun demikian Arief Mustofa Nur
dari Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI
mengatakan pendapat yang berbeda: “Sungai Luk Ulo yang berkelok-kelok
dan melintasi Kawasan Karangsambung belum dapat dikatakan sebagai

https://id.wikipedia.org/wiki/Miosen
15
Op.Cit., Wawancara pribadi

10 | S u n g a i L u k U l o

sungai meander sepenuhnya karena hanya 4 segmen dari 7 segmen
pengukuran dan pengamatan yang memenuhi kreteria meander”16
Berikut gambar yang saya dapatkan dari hasil wawancara dengan Ir
Chusni Ansori terkait aliran sungai yang menabrak struktur.

Perspektif Ekonomis
Sepanjang aliran sungai Luk Ulo penuh dengan aktifitas yang
berkaitan dengan kebutuhan ekonomi al., penambangan pasir dan
perburuan batuan untuk bahan akik. Sejumlah batu akik yang diperoleh di
sekitar DAS Luk Ulo adalah: Batu Ginggang, Cubung Wulung, Carnelian,
Chalsedony, Badar Besi, Naga Sui17.

16

Arief Mustofa Nur, Sungai Meander Luk Ulo: Antara Kondisi Ideal dan
Kenyataan, Jurnal Geografi, Volume 6 No. 2 Juli 2009
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/95/96
17

5 Jenis Batu Luk Ulo Kebumen yang Paling Digemari
http://banyumasnews.com/85440/5-jenis-batu-akik-lukulo-kebumen-yang-palingdigemari/

11 | S u n g a i L u k U l o

Terkait batu akik dari wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Luk
Ulo khususnya di wilayah Karangsambung, Ir. Chusni Ansori menjelaskan
bahwa kualitas batu akik tergantung pada tiga hal yaitu: Warna,
Transparansi dan Kekerasan . Batuan/mineral Karangsambung umumnya
keras sehingga jika dipoles akan mengkilap, namun umumnya tidak
transparan/tembus pandang serta warnanya tidak menarik sehingga kualitas
akiknya menjadi kurang baik. Namun demikian, Akik Luk Ulo (sebutan
utk akik Karangsambung) disenangi oleh kalangan tertentu (supra
naturalis) karena dapat diisi (dikuatkan energinya). Berbeda dengn
penilaian peneliti LIPI, sejumlah praktisi atau pengrajin batuan
Karangsambung melihat potensi yang besar dibalik penemuan batuan yang
akhirnya dipergunakan sebagai akik Luk Ulo sebagaimana dijelaskan
dalam salah satu situs batu mulia sbbμ “ Batuan Karangsambung dan
batuan sungai Luk ula memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh batuan
lain di belahan bumi mana pun. Banyaknya masyarakat yang tidak
mengetahui ciri khas dan karakteristik batuan Luk Ula dan
Karangsambung akhirnya terpaksa tertipu dengan batu – batu yang
berasal dari luar Kebumen atau bahkan dari Kebumen sendiri tetapi
bukan dari alur Luk Ula dan Karangsambung yang diatasnamakan batuan
Luk Ula dan Karangsambung”18.
Selain aktifitas perburuan bahan batu akik, DAS Luk Ulo pun kerap
menjadi pusat penambangan pasir. Nilai ekonomi penambangan pasir ini
cukup signifikan sekalipun pajak yang masuk ke Pemda Kebumen tidak
signifikan. Tahun 2005 lalu, Ir. Chusni Ansori menuliskan survey
peredaran uang dari hasil penambangan pasir Luk Ulo tidak kurang dari Rp
13,6 juta pada siang hari atau sekitar Rp 4,896 milyar/tahun yang jatuh ke

18

Nilai dan Kandungan Batuan Karangsambung dan Problem Keekonomian
Pengrajin Batuan
http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2013/12/nilai-dan-kandunganbatuan_5.html

12 | S u n g a i L u k U l o

tangan penambang/pengayak, buruh angkut, keamanan, dan jalan desa
sekalipun pajak daerah gol C dari pasir Luk Ulo yang masuk ke kas daerah
hanya Rp 12 juta / tahun19. Dalam sebuah ulasan artikel tahun 2012,
pendapatan daerah dari retribusi galian golongan C tahun 2011 mengalami
peningkatan mencapai Rp 1,2 miliar sekalipun harus diperhadapkan
dengan tingkat kerusakan Luk Ulo, yang jika dinormalisasi bisa menguras
APBD bisa mencapai biaya sebesar Rp 1,1 triliun20.
Namun demikian, aktifitas penambangan pasir ini kerap bermasalah
karena kurang memperhatikan konservasi lingkungan seperti nampak dari
maraknya penggunaan mesin-mesin penyedot pasir yang membahayakan
lingkungan sebagaimana dikeluhkan para pemerhati lingkungan. Hal ini
nampak dari kapasitas pasir yang dapat diambil. Jika sepuluh tahun lalu
volume pasir dapat diangkut 8-10 truk per hari, maka sekarang untuk 4-6
truk perhari sangat sulit.21 Selain pengurangan volume pasir yang cukup
signifikan, penambangan pasir dengan mesin sedot dikuatirkan dapat
menggerus sejumlah batuan purba i lokasi Cagar Alam Geologi
Karangsambung22.

19

Op.Cit., Sungai Luk Ulo Jadi Ladang Perburuan Batu
Kalkulasi Pasir Luk Ulo
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/02/23/178091/Kalk
ulasi-Pasir-Luk-Ulo
20

21

Penambang Kesulitan Ambil Pasir Luk Ulo
https://lintaskebumen.wordpress.com/tag/sungai-luk-ulo/
22

Batuan Purba Karangsambung Terancam Penambangan Pasir Luk Ulo
http://arisandria.blogspot.com/2012/10/batuan-purba-karangsambungterancam.html

13 | S u n g a i L u k U l o

Perspektif Sosial Budaya
Karena Kebumen di masa Mataram Islam pernah mejadi wilayahwilayah administratif dari Bagelen yang mewakili kebudayaan
Negaragung dan Banyumas yang mewakili kebudayaan Mancanegara
Kilen, maka terciptalah sub kultur perpaduan kebudayaan mapan
sebelumnya yaitu Banyumas dan Bagelen sehingga menghasilkan
keunikkan dalam logat berbahasa antara timur sungai Luk Ulo dan barat
sungai Luk Ulo. Selengkapnya Mustolih dalam artikelnya, Masyarakat
Kebumen Masih Cari Jati Dirinya mendeskripsikan sbb: “Dari logat
bahasanya, Kebumen terbagi dua. Sebelah timur aliran sungai Luk Ulo
berbahasa dengan didominasi vokal ''o'', dan mbandek (poko'e).
Sementara di sebelah barat aliran sungai Luk Ulo didominasi vokal ''a''
dan ''k'' medok, (pokoke). Sedangkan, di antara aliran sungai Luk Ulo dan
aliran Sungai Kedungbener bahasanya campur bawur, ada yang memakai
poko'e, ada yang memakai pokoke. Sedangkan sebelah utara Gunung
Krakal masyarakat lebih fasih berbicara dengan logat Wonosoboan
dengan memanjangkan fonem akhir. Kebiasaan dan adat istiadat di
Kebumen juga beragam, penduduk yang tinggal di sebelah barat sungai
Luk Ulo lebih suka nanggap calung, dan eblek, sedangkan penduduk yang
tinggal di sebelah timur sungai Luk Ulo lebih suka nanggap wayang kulit
atau ndolalak untuk acara resepsi. Orang Kebumen yang tinggal di
sebelah timur aliran sungai Luk Ulo disebut wong wetan kali, di antaranya
Kecamatan Kutowinangun, Ambal, dan Mirit. Mereka lebih terkesan
mriyayi sedang di Kecamatan Padureso, Poncowarno dan Alian lebih
kental dengan logat Wonosoboan. Sebaliknya, orang Kebumen yang
tinggal di sebelah barat aliran Sungai Luk Ulo disebut wong kulon kali, di
antaranya Kecamatan Pejagoan, Klirong, Sruweng, Petanahan,

14 | S u n g a i L u k U l o

Kuwarasan, Gombong, yang lebih terkesan merakyat, meskipun tidak
seluruhnya”23 .

Sungguh menarik melihat fenomena sosial budaya berupa
pertemuan dan percampuran kebudayaan Bagelenan dan kebudayaan
Banyumasan yang bermuara di Kebumen. Kenyataan ini menjadikan
Kebumen sebagai wilayah “jepitan dua arus kebudayaan mapan” 24 yaitu
Bagelen yang mriyayi dan Banyumas yang merakyat. Tidak mengherankan
ketika masyarakat Kebumen merasa bahwa identitas kebudayaannya
menjadi tidak begitu tegas dan jelas, itu semua dikarenakan Kebumen
merupakan wilayah pertemuan arus kebudayaan dan menjadi wilayah
jepitan dua kebudayaan yang saling bertolakbelakang. Ketidakjelasan
identitas kebudayaan ini kerap muncul dalam ungkapan kalimat yang
mengindikasikan pencarian jati diri baik kebudayaan, kesenian,
kebahasaan, pakaian adat dll.
Jika dilihat dari indikator logat kebahasaan dan lageyan (sifat
seseorang atau komunitas), memang masyarakat Kebumen merupakan
bagian dari arus kebudayaan Banyumas yang kental dengan bahasa
Ngapak-ngapak dan budaya Cablakanya . Namun itu hanya berlaku di
wilayah yang sudah merapat dengan wilayah Banyumas dari arah Kulon
Kali (sekalipun pemilahan ini tidak berlaku tegas di era modern ini).
Sementara di wilayah lain khususnya Wetan Kali, indikator kebahasaan
dan lageyan (sifat seseorang atau komunitas) menujukkan ciri kebudayaan
Bagelen yang dekat dengan Kraton yang mriyayi. Keterbelahan
karakteristik inilah yang nampaknya menyebabkan masyarakat Kebumen
tidak teridentifikasi keaslian budayanya dan cenderung abu-abu dan
kompromistik dalam perilaku sosialnya. Di Kebumen hampir jarang
23

Mustolih Brs, Masyarakat Kebumen Masih Cari Jati Dirinya
http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/03/ked10.htm
24

Ibid.,

15 | S u n g a i L u k U l o

ditemui pemikiran-pemikiran dan perilaku ekstrim yang dapat direspon
positip oleh masyarakat secara keseluruhan. Perbedaan pendapat sebagai
hasil berfikir kritis kerap diharmonisasikan sehingga jangan sampai terjadi
konflik berkepanjangan baik konflik horisontal maupun konflik vertikal.
Hasilnya yang nampak di permukaan adalah bentuk perilaku yang stagnan
dan tidak dinamis serta lambat merespon perubahan.
Kesimpulan
Dari keseluruhan kajian mengenai keberadaan sungai Luk Ulo dari
berbagai perspektif (historis, geologis, ekonomis, sosial budaya) sudah
seharusnya para pemangku kepentingan khususnya birokrasi pemerintahan
daerah Kebumen maupun seluruh elemen masyarakat baik komunitaskomunitas pemerhati lingkungan, komunitas ilmiah dan akademik serta
komunitas kebudayaan dapat bersinergi menjadikan kawasan sungai Luk
Ulo sebagai kawasan yang dijaga keberlangsungannya dan menjaga dari
kerusakkan ekologis serta mengembangkannya menjadi kawasan-kawasan
strategis baik bagi kepentingan ekonomi warga, kepentingan penelitian
ilmiah, kepentingan situs bersejarah serta kajian sosial budaya.

Teguh Hindarto

Peminat Kajian Sosial dan Budaya

Artikel ini diposting di:
http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2015/06/sungai-luk-uloperspektif-historis_17.html