Diaspora Kaum Intelektual Indonesia and
Diaspora Kaum Intelektual Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
Akhir bulan Mei lalu Indonesia kedatangan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu Yandong, yang
melakukan perjalanan bilateral dan sempat memberikan pidato sambutan di Auditorium Fisip UI.
Dalam pidatonya yang cukup menggegerkan jagad dunia maya tersebut, Ia mengatakan akan
mengirimkan 10 juta warga negaranya untuk datang ke Indonesia guna melakukan kerjasama
bilateral dibidang politik, ekonomi, perdagangan serta humaniora. ( wow eksodus besar-besaran nih )
Bukan barang baru, Tiongkok memang dari dahulu terkenal dengan ekspansi sumber daya
manusianya, berdasarkan data yang dirilis oleh International Immigration Organization ( IMO )
terdapat 200 juta imigran di dunia ini, dan itu di dominasi oleh warga tiongkok. Ada 39,5 juta orang
tersebar di 130 Negara. Hampir seluruh Negara di benua Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Oceania
terdapat etnis Tionghoa yang tinggal atau menetap.
Di Eropa diperkirakan ada sekitar 2,25 juta pada tahun 2011 ( kemungkinan angka ini terus
bertambah ) , terbanyak tersebar di Inggris, Perancis dan Italia. Di Rusia, sekitar 300.000 (ECA,2008).
Afrika, sekitar 1 juta (2012) yang tersebar di Afrika Selatan, Tanzania, Zambia, Ghana, Nigeria, Angola,
Mauritius, Madagaskar dan Mauritius. Di Asia, paling banyak di Asia Tenggara sekitar 30 juta,
tersebar paling banyak di Thailand disusul Malaysia, Indonesia, Singapura, Myanmar, Filipina dan
Vietnam.
Di Amerika Utara, sekitar 4,5 juta, tersebar di Amerika Serikat dan Kanada. Amerika Tengah dan
Selatan, sekitar 2,5 juta terbanyak di Peru, Venezuela, Brazil, Panama, Argentina, Kuba dan lainnya.
Di Oseania, sekitar 1.134 juta tersebar di Australia, Selandia Baru dan beberapa Negara kepulauan di
Pasifik.
Ekspansi sumber daya manusia ini tentu berdampak pada kemajuan ekonomi negeri Tirai Bambu ini.
Mereka banyak memberikan kontribusi bukan hanya pada keluarga namun juga pada negara.
Diperkirakan mereka mampu mengontrol aset luikiditas sampe 1.5-2 miliar USD. Selain dampak
ekonomi dampak budaya juga dapat kita lihat pengaruhnya. Lihat saja pada saat perayaan festival
Lantern atau di Indonesia dikenal dengan perayaan Cap go meh ( tradisi 15 hari setelah perayaan
imlek ) , tercatat 300 juta penduduk Tiongkok di dunia merayakannya, Anda dapat melihat laju traffic
pesawat terbang dari dan yang ke Tiongkok dari berbagai Negara, sangat padat.
Fenomena ekspansi sumber daya manusia seperti diatas, dikenal dengan istilah Diaspora. Lantas
bagaimana dengan Diaspora di Indonesia?, dan bagaimana pula hubungannya dengan Masyarakat
Ekonomi Asean yang sebentar lagi akan kita hadapi?. Tulisan kali ini kita akan membahas mengenai
dua hal teresebut.
Berbicara mengenai diaspora di Indonesia, sejatinya Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya
manusia yang luar biasa, yang bisa jadi kita sendiri tidak mengetahuinya. Di bawah ini kita ambil dua
nama hebat yang berkiprah diluar negeri yang prestasinya diakui dunia.
# Prof. Dr. Khoirul Anwar
Adalah penemu dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing). Dosen sekaligus peneliti yang bekerja di laboratoriom Information
Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang ini
adalah lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung dengan predikat cum laude di
tahun 2000. Ia kemudian meraih gelar master dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST)
pada tahun 2005 dan gelar doktor pada tahun 2008 di kampus yang sama. Pada tahun 2006, ia juga
pernah menerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS), di
California.
# Yanuar Nugroho
Adalah pengajar di Institut Kajian Inovasi atas Manchester Institution of Innovation Research dan
Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih penghargaan sebagai dosen
terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris.
Menurut Yanuar, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah sumbangan akademik lewat
penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada
lebih dari 15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan Riset Eropa, serta
Departemen Industri dan Perdagangan Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas
dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge.
Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari
Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan postdoctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
Dua nama diatas adalah sebagaian kecil dari diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia.
Berdasarkan data Kemetrian Luar Negeri RI, saat ini terdapat sekitar 4,6 juta warga negara Indonesia
yang tinggal diluar negeri dan tersebar di lima benua, mayoritas berada di Australia dan Amerika
sebesar 20,5%, kemudian di Jepang 12,3%, Belanda 7,5%, dan Singapura 6,8%. Selain itu, ada hampir
satu juta warga negara asing keturunan Indonesia. Mayoritas berprofesi sebagai profesional 53,4%,
kemudian akademisi 19,2%, dan self employeed 8,9%.
Dari potensi diaspora Indonesia tersebut, juga mampu memberikan devisa kepada Negara yang tiap
tahunnya mengalami kenaikan, dari yang tadinya tahun 2010 total devisa dari diaspora sebesar 6.735
juta USD menjadi 8.345 juta USD di tahun 2014.
Melihat besarnya potensi diaspora yang dimiliki Indonesia sudah saatnya Indonesia mengelola asetaset manusia terbaiknya dengan baik. Sama seperti kita belajar dari Tiongkok pada cerita diatas,
dengan demikian bukan saatnya kita tidak percaya diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean di
awal tahun 2016 dan menyerahkan aset-aset penting negara pada asing, karena sejatinya kita bisa
berkompetisi, semoga demikian dengan Anda. Salam sukses untuk Anda!!
Writen By Adi Sumarno
Group Head Human Capital Trisula Corp
Akhir bulan Mei lalu Indonesia kedatangan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu Yandong, yang
melakukan perjalanan bilateral dan sempat memberikan pidato sambutan di Auditorium Fisip UI.
Dalam pidatonya yang cukup menggegerkan jagad dunia maya tersebut, Ia mengatakan akan
mengirimkan 10 juta warga negaranya untuk datang ke Indonesia guna melakukan kerjasama
bilateral dibidang politik, ekonomi, perdagangan serta humaniora. ( wow eksodus besar-besaran nih )
Bukan barang baru, Tiongkok memang dari dahulu terkenal dengan ekspansi sumber daya
manusianya, berdasarkan data yang dirilis oleh International Immigration Organization ( IMO )
terdapat 200 juta imigran di dunia ini, dan itu di dominasi oleh warga tiongkok. Ada 39,5 juta orang
tersebar di 130 Negara. Hampir seluruh Negara di benua Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Oceania
terdapat etnis Tionghoa yang tinggal atau menetap.
Di Eropa diperkirakan ada sekitar 2,25 juta pada tahun 2011 ( kemungkinan angka ini terus
bertambah ) , terbanyak tersebar di Inggris, Perancis dan Italia. Di Rusia, sekitar 300.000 (ECA,2008).
Afrika, sekitar 1 juta (2012) yang tersebar di Afrika Selatan, Tanzania, Zambia, Ghana, Nigeria, Angola,
Mauritius, Madagaskar dan Mauritius. Di Asia, paling banyak di Asia Tenggara sekitar 30 juta,
tersebar paling banyak di Thailand disusul Malaysia, Indonesia, Singapura, Myanmar, Filipina dan
Vietnam.
Di Amerika Utara, sekitar 4,5 juta, tersebar di Amerika Serikat dan Kanada. Amerika Tengah dan
Selatan, sekitar 2,5 juta terbanyak di Peru, Venezuela, Brazil, Panama, Argentina, Kuba dan lainnya.
Di Oseania, sekitar 1.134 juta tersebar di Australia, Selandia Baru dan beberapa Negara kepulauan di
Pasifik.
Ekspansi sumber daya manusia ini tentu berdampak pada kemajuan ekonomi negeri Tirai Bambu ini.
Mereka banyak memberikan kontribusi bukan hanya pada keluarga namun juga pada negara.
Diperkirakan mereka mampu mengontrol aset luikiditas sampe 1.5-2 miliar USD. Selain dampak
ekonomi dampak budaya juga dapat kita lihat pengaruhnya. Lihat saja pada saat perayaan festival
Lantern atau di Indonesia dikenal dengan perayaan Cap go meh ( tradisi 15 hari setelah perayaan
imlek ) , tercatat 300 juta penduduk Tiongkok di dunia merayakannya, Anda dapat melihat laju traffic
pesawat terbang dari dan yang ke Tiongkok dari berbagai Negara, sangat padat.
Fenomena ekspansi sumber daya manusia seperti diatas, dikenal dengan istilah Diaspora. Lantas
bagaimana dengan Diaspora di Indonesia?, dan bagaimana pula hubungannya dengan Masyarakat
Ekonomi Asean yang sebentar lagi akan kita hadapi?. Tulisan kali ini kita akan membahas mengenai
dua hal teresebut.
Berbicara mengenai diaspora di Indonesia, sejatinya Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya
manusia yang luar biasa, yang bisa jadi kita sendiri tidak mengetahuinya. Di bawah ini kita ambil dua
nama hebat yang berkiprah diluar negeri yang prestasinya diakui dunia.
# Prof. Dr. Khoirul Anwar
Adalah penemu dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing). Dosen sekaligus peneliti yang bekerja di laboratoriom Information
Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang ini
adalah lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung dengan predikat cum laude di
tahun 2000. Ia kemudian meraih gelar master dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST)
pada tahun 2005 dan gelar doktor pada tahun 2008 di kampus yang sama. Pada tahun 2006, ia juga
pernah menerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS), di
California.
# Yanuar Nugroho
Adalah pengajar di Institut Kajian Inovasi atas Manchester Institution of Innovation Research dan
Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih penghargaan sebagai dosen
terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris.
Menurut Yanuar, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah sumbangan akademik lewat
penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada
lebih dari 15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan Riset Eropa, serta
Departemen Industri dan Perdagangan Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas
dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge.
Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari
Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan postdoctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
Dua nama diatas adalah sebagaian kecil dari diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia.
Berdasarkan data Kemetrian Luar Negeri RI, saat ini terdapat sekitar 4,6 juta warga negara Indonesia
yang tinggal diluar negeri dan tersebar di lima benua, mayoritas berada di Australia dan Amerika
sebesar 20,5%, kemudian di Jepang 12,3%, Belanda 7,5%, dan Singapura 6,8%. Selain itu, ada hampir
satu juta warga negara asing keturunan Indonesia. Mayoritas berprofesi sebagai profesional 53,4%,
kemudian akademisi 19,2%, dan self employeed 8,9%.
Dari potensi diaspora Indonesia tersebut, juga mampu memberikan devisa kepada Negara yang tiap
tahunnya mengalami kenaikan, dari yang tadinya tahun 2010 total devisa dari diaspora sebesar 6.735
juta USD menjadi 8.345 juta USD di tahun 2014.
Melihat besarnya potensi diaspora yang dimiliki Indonesia sudah saatnya Indonesia mengelola asetaset manusia terbaiknya dengan baik. Sama seperti kita belajar dari Tiongkok pada cerita diatas,
dengan demikian bukan saatnya kita tidak percaya diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean di
awal tahun 2016 dan menyerahkan aset-aset penting negara pada asing, karena sejatinya kita bisa
berkompetisi, semoga demikian dengan Anda. Salam sukses untuk Anda!!
Writen By Adi Sumarno
Group Head Human Capital Trisula Corp