Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Sa

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut
untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi semakin
efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia merupakan Negara
berkembang yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari
pembangunan

adalah

untuk

memperbaiki

dan

meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam
masyarakat tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan,
penerapan

tekhnologi

terkini

yang

mendukung

program

pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan dan
menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu
menjadi kekuatan ekonomi nasional. Strategi pembangunan di
Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan pembangunan di
daerah pedesaan. Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus
memiliki kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih

baik.
Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat
produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya
kualitas hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah
yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh
dari pusat pemerintahan. Padahal sebenarnya kawasan pedesaan
memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, hanya saja
belum dimanfaatkan dengan maksimal. Masyarakat desa masih
menggantungkan

kehidupannya

pada

sektor

pertanian,

dan


bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah,

1

minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa
masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan
sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek
moyangnya. Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan
merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam
fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus terus
dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini
masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki dua potensi
yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut
harus saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber
daya alam harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya
manusianya.
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan

yang bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di
suatu daerah. Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal
dengan

istilah

pemberdayaan

(empowerment)

masyarakat.

pemberdayaan berpusat pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif
dalam proses pembedayaan tersebut. Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu
menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya,
dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan
atau kemiskinan. Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan
karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Intinya bahwa masingmasing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya.
Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat

harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena
masyarakatnya lebih mengetahui potensi dan kondisi desanya.
Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung
program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya

2

menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek
dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.
Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program
pemberdayaan masyarakat. sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT
(Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha mikro, danhome
industry (industri

rumah).

Program

pemberdayaan


masyarakat

bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek
padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh
keuntungan dari hasil usaha mereka. Usaha dalam pemberdayaan
masyarakat tiap daerah berbeda-beda, karena memang masingmasing desa memiliki ciri khas dan potensi yang berbeda. Salah satu
contoh

pemberdayaan

masyarakat adalah pengolahan

kotoran

ternak menjadi sumber bahan bakar dalam bentuk biogas telah
berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
B.

Batasan Masalah

Beradasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memberi
batas masalah pada “Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala
Satu Usaha Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam
Pembangunan Di Kabupaten Enrekang”

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus bahasan maka dapat dirumuskan permasalahan
tentang Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi
sebagi berikut:
1.

Apa Maksud dan Tujuan Pembedayaan Masyarakat?

2.

Bagaimana

Rencana


Strategis

Pemda

Enrekang

dalam

Pembedayaan Masyarakat ?

3

D.

Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah
1.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan fokus bahasan di atas maka tujuan penulisan ini
adalah


untuk

mengetahui

Apa

Maksud

dan

Tujuan

Pembedayaan Masyarakat serta bagaimana rencana strategis
Pemda Kabupaten Enrekang dalam usaha Pembedayaan
Masyarakatnya
2.

Mamfaat Penulisan Makalah
Diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini kita dapat

dijadikan bahan refrensi bagi pihak lain yang peduli pada
peningkatan

partisispasi

masyarakat

pada

pembangunan

melalui pemberdayaan masyarakat.

4

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL

merupakan

mekanisme

development yang

perencanaan people

menekankan

pada

centered

tekhnologi social

learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa definisi mengenai konsep pemberdayaan.
Menurut

Ife

(dalam

Martono,

2011)

mendefinisikan

konsep

pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat
dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam
menentukan

masa

depan

mereka,

serta

berpartisipasi

dan

memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri.
Kartasasmita

(1995),

mengemukakan

bahwa

pemberdayaan

masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan

masyarakat

untuk

melepaskan

diri

dari

perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan. Intinya bahwa pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri
dengan

menciptakan

kondisi

yang

memungkinkan

potensi

masyarakat dapat berkembang. Setiap daerah memiliki potensi yang
apabila dimanfaatkan dengan baik akan membantu meningkatkan

5

kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan
subyek dari pemberdayaan. Jadi pemberdayaan masyarakat tidak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang
telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai
literatur

di

dunia

barat.

Konferensi

Tingkat

Tinggi

(KTT)

Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah
memuatnya

dalam

berbagai

kesepakatannya.

Namun,

upaya

mewujudkannya dalam praktik pembangunan tidak selalu berjalan
mulus. Banyak pemikir dan praktisi yang belum memahami dan
mungkin tidak meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan
alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema pembangunan yang
dihadapi.
Mereka yang berpegang pada teori-teori pembangunan model
lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan pandanganpandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak
nyaman

terhadap

pembangunan

konsep

tidak

akan

partisipasi
merasa

dan

demokrasi

dalam

tentram

dengan

konsep

pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias
terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai suat u paradigma baru
pembangunan.
Pemberdayaan

masyarakat

adalah

sebuah

konsep

pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat
“people-centered,

participatory,

empowering,

and

sustainable”

(Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996). Konsep ini lebih luas
dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan
lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak
dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-

6

konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari
upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain
oleh Friedmann (1992) disebut alternative development, yang
menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth,
gender equality and intergenerational equity”.
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan
dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown
(1995), keduanya tidak harus diasumsikan sebagai “incompatible or
antithetical”. Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap
“zero-sum game” dan “trade off”. Ia bertitik tolak dari pandangan
bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk
pertumbuhan

dan

yang

akan

menjamin

pertumbuhan

yang

berkelanjutan.
Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995),
“the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Yang
dicari adalah seperti dikatakan Ranis, “the right kind of growth”, yakni
bukan yang vertikal menghasilkan “trickle-down”, seperti yang
terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal
flows), yakni “broadly based, employment intensive, and not
compartmentalized” (Ranis, 1995).
Hasil

pengkajian

berbagai

proyek

yang

dilakukan

oleh

International Fund for Agriculture Development (IFAD) menunjukkan
bahwa dukungan bagi produksi yang dihasilkan masyarakat di
lapisan bawah telah memberikan sumbangan pada pertumbuhan
yang lebih besar dibandingkan dengan investasi yang sama pada
sektor-sektor yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan
bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi dengan devisa yang
lebih kecil pula (brown, 1995).

7

Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap
model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.
Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut :
1)

Bahwa

proses

pemusatan

kekuasaan

terbangun

2)

pemusatan kekuasaan faktor produksi;
Pemusatan kekuasaan faktor produksi

3)

masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran;
Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem

akan

dari

melahirkan

pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi
4)

yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan \
Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum
dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok
masyarakat,

yaitu

masyarakat

berdaya

dan

masyarakat

tunadaya (Prijono dan Pranarka, 1996).
Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi
menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui
proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the
powerless).

Alur

pikir

di

atas

sejalan

dengan

terminologi

pemberdayaan itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah
empowerment yang berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti
kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat dengan
unsur–unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan sebuah
konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan
power dengan pembagian kesejahteraan.
Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam proses
pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan
atau akses pada sumber–sumber power Proses historis yang
panjang menyebabkan terjadinya power dis powerment, yakni
peniadaan power pada sebagian besar masyarakat, akibatnya
masyarakat tidak memiliki akses yangmemadai terhadap akses

8

produktif yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power
Pada gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan
mereka makin jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu
berputar terus. Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah.
Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan.
Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur
ekonomi dan kekuasaan.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan harkaT dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan

adalah

memampukan

dan

memandirikan

masyarakat Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan
Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses
pemberdayaan

yang

menekankan

pada

proses

memberikan

kemampuan kepada masyarakat agaR menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok
atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Menurut Sumodiningrat (1999),

bahwa

pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok
yang

saling

terkait,

yaitu

masyarakat

sebagai

pihak

yang

diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak
yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait
erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan
peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada

9

gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari,
oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan
masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat
yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan
kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan
masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu
masyarakat

bertahan,

mengembangkan

diri

dan
dan

dalam
mencapai

pengertian

yang

kemajuan.

dinamis

Keberdayaan

masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam
wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa
apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka
hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.
Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat
pertama-tama haruslah dimulai dengan menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena
kalau demikian akan punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu
sendiri,

dengan

mendorong,

memotivasi

dan

membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif.
Perkuatan ini meliputilangkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses

10

kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1996).
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya

meliputi

penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranatapranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain
yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.

B.

Pengertian Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam
dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen
1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai
individu

yang

ketergantungan

menunjang
mencakup

proses
teori-teori

perubahan.

Paradigma

keterbelakangan

(under-

development) ketergantungan (dependent development) dan sistem
dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain
(1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga
klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan
dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah
kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin
ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini
serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan
bersama

Marxis,

modernisasi

modernisasi

oleh

Rostow,

strukturalisme

memperkaya

ulasan

pendahuluan

pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun,

11

ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada
setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya
yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema
pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema
kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi
kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun
mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan
hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien,
transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada
pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup

seluruh

system

sosial,

seperti

politik,

ekonomi,

infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan
pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

12

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional
dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah
yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang
cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap
pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor
pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik
dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi

sosial

dapat

dilihat

melalui

pendistribusian

kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap
sumber

daya

sosial-ekonomi,

seperti

pendidikan,

kesehatan,

perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan
dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma
yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi
kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi
organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana

dikemukakan

oleh

para

para

ahli

di

atas,pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan
melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan
perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami
sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teoriteori pembangunan dikelompokkan atas tiga, yaitu; kelompok Teori
Modernisasi, kelompok Teori Ketergantungan, dan kelompok Teori
Pasca-Ketergantungan.

13

Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah
pembangunan pada dasarnya adalah masalah kekurangan modal.
Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat pembangunan sebagai
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat maju.
Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap,
yaitu; masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas
landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi massal yang
tinggi.
Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan.
Andre Gunder Frank melihat hubungan dengan negara metropolis
selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Berbeda dengan
pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit
hanya merupakan bayangan dari negara metropolis. Artinya,
perkembangan negara satelit tergantung dari perkembangan negara
metropolis yang menjadi induknya. Demikian sebaliknya, krisis
negara metropolis, negara satelitnya pun kejangkitan krisis.
Adapun bentuk ketergantungan terdiri atas tiga; ketergantungan
kolonial, ketergantungan finasial-industrial, dan ketergantungan
teknologis-industrial.
Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya
dari Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia. Kedua teori ini
merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori pembangunan,
khususnya dalam kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Teori
Artikulasi menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan
dengan konsep cara produksi. Adapun Teori Sistem Dunia melihat
bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat ditentukan
oleh sistem dunia.

C.

Alur Pikir

14

Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang

Pemberdayaan
Masyarakat

Pembangunan Kabupaten
Enrekang

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang

15

Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL

merupakan

development

mekanisme

yang

perencanaan people

menekankan

pada

centered

tekhnologi social

learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa kegiatan pendampingan yang di lakukan
pemerintah

dalam

pelaksanaan

pemberdayaan

masyarakat

antaralain:
1.

Pendampingan Pembuatan Biogas di Kecamatan Cendana.
Kecamatan Cendana adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yang punya
banyak potensi umtuk di kembangkan. Sebahagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai peterna sapi dan
kerbau, sebagian lagi adalah petani. Sumber daya tersebut,
selain

digunakan

untuk

kebutuhan

pangan

juga

dapat

berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas.
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya
disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan,
telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi secara bersama-sama. Indonesia
sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber
daya

pertanian

dan

peternakan

yang

cukup

besar.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan
salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya
harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi

16

pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar
dalam bentuk biogas.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi
masyarakat, petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk
organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena
pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses
dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas
metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran
ternak

yang

sudah

diproses

pada

pembuatan

biogas

dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat
disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.
Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan
energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Melihat
dari Keuntungan pengunaan dari biogas masyarakat di
Kecamatan Cendanana dan bekerjasama dengan Universitas
Negeri membagun percontohan pengunaan biogas untuk
rumag tangga dan industri seperti industri pembuatan Dangke
yang merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang yang
terbuat dari susu sapi atau kerbau.
Industri Pembuatan Dangke biasanya memiliki sekitar lima
sampai sepuluh ekor sapi yang menghasilkan susu sebagai
bahan baku utama Dangke serta kotoran sapi yang nantinya
menjadi biogas yang di gunakan untuk pengelolah susu
menjadi dangke. Konsep ini di nilai sangat mengutungkan
pengusaha industri pangan dangke karena dapat mengurangi
biaya produksi karena tidak membutuhkan lagi biaya untuk
bahan bakar dan sangat ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan pencemaran seperti pengunaan minyak.
2.

Pembuatan Pembangkit Listrik Microhidro

17

Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber
energi listrik yang memanfaatkan air sebagai sumber listrik.
Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik
utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya diharapkan
mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat dari hasil
penelitian LIPI di desa lebani Kecamatan Maiwa potensi ini
sangat besar, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara.
Pembangkit

listrik

tenaga

air

di

Indonesia

banyak

dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia
cukup melimpah.
Keberadaan beberapa waduk besar, selain digunakan
untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi
energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit
listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi air yang
ada di Kabupaten Enrekang. Jumlah air yang melimpah,
dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi
sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya
produksi yang murah pada listrik di Indonesia pada umumnya
dan pada Kabupaten Enrekang pada khususnya.

B.

Rencana

Strategis

Pemda

Enrekang

dalam

usaha

Pembedayaan Masyarakat

18

Berdasarkan Peraturan tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Enrekang, dibentuk Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai salah
satu lembaga teknis daerah.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
mempunyai

tugas

menyelenggarakan

pokok

sebagian

membantu
tugas

umum

Bupati

dalam

pemerintahan

dan

pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat desa. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :
1. Menyusun rencana strategis bidang pemberdayaan masyarakat
dan pemerintahan desa;
2. Perumusan

kebijakan

tekhnis,

penyusunan

program

dan

kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa
3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah bidang pengembangan ketahanan masyarakat, sosial
budaya masyarakat, pengembangan usaha ekonomi desa dan
tehnologi tepat guna serta pembinaan pemerintahan desa;
4. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa;
5. Melaksanakan kegiatan penatausahaan Badan Pemberdayaan
masyarakat dan Pemerintahan Desa;
6. Pembinaan terhadap unit pelaksana tekhnis Badan dibidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Enrekang ditetapkan Rencana Strategi sebagai pedoman bagi aparat

19

BPMPD khususnya dan pihak terkait lainnya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi sesuai Visi dan Misi yang sudah
ditetapkan.
1.

Visi
Penetapan Visi bagi suatu instansi dimaksudkan untuk
memberikan arah bagi suatu instansi termasuk anggotanya
mengenai tujuan masa depan yang ingin dicapai sehingga
keberadaannya

tetap

eksis,

antisipatif

dan

inovatif.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Enrekang
serta mengacu pada Renstra Kabupaten Enrekang, maka Visi
ke depan adalah:
“Terkemuka dalam Mendorong Keberdayaan Masyarakat
dan Otonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal Menuju
Agropolitan”
2.

Misi
Untuk mendukung tercapainya Visi yang sudah ditetapkan
dijabarkan ke dalam Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin
dicapai. Dengan adanya pernyataan Misi diharapkan seluruh
pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal
instansi pemerintah dan mengetahui peran dan programprogramnya

serta

hasil

yang

akan

diperoleh

di

masa

mendatang.

Ada

5

(Lima)

Pemberdayaan

Misi

yang

Masyarakat

di

dan

emban

oleh

Badan

Pemerintahan

Desa

Kabupaten Enrekang yaitu :
1)

Penguatan;

20

Pengembangan

ketangguhan

dan

kemandirian

masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, melalui
penguatan

kelembagaan

masyarakat,

peningkatan

kualitas sumber daya manusia, yang didukung oleh
manajemen pembangunan partisipatif yang efektif, serta
pelaksanaan Evaluasi perkembangannya yang akurat.
2)

Peningkatan;
Pemantapan kondisi sosial budaya yang kondusif dalam
proses pembangunan, melalui motivasi pendayagunaan
potensi adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai sosial budaya
masyarakat,

penumbuhkembangan

partisipasi,

keswadayaan dan kepedulian sosial dalammkehidupan
keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pemberdayaan

keluarga,

peningkatan

pendidikan,

perlindungan, serta pengembangan potensi anak dan
remaja.
3)

Pengetahuan;
Penguatan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat,
sehingga basis perekonomian, melalui pemberdayaan
usaha ekonomi keluarga dan masyarakat, penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana perekonomian
masyarakat, serta peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam mengelola usaha masyarakat secara
berkelanjutan.

4)

Peningkatan

keterampilan

masyarakat

memanfaatkan,

merehabilitasi,

dan

dalam

mengkonservasi

sumber daya alam secara berkesinambungan utamanya
penanggulan, penanganan dan pemanfaatan lahan kritis
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5)

Pengetahuan
menciptakan,

dan

keterampilan

pengembangan

masyarakat
inovasi

dalam
melalui

21

pemanfaatan teknologi perdesaan dalam pengelolaan
sumber daya alam dansumber daya bantuan dalam
rangka

memningkatkan

kesejahteraan

melalui

pemasyarakatan spesifikasi teknologi tepat guna sesuai
dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah
dalam pemasyarakatan dan pendayagunaan teknologi
tepat guna, perlu didukung kerjasama dan kolaborasi
anatara pemerintah dan perguruan tinggi, dunia usaha
dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan
prasarana

pelayanan

teknologi

tepat

guna,

serta

peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan.
Untuk mendukung tercapainya Visi dan Misi dirumuskan
ke dalam bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran.
3.

TUJUAN
Misi bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan dan
kemandirian

Masyarakat

untuk

Berperan

Aktif

dalam

Pembangunan Agar secara Bertahap mampu Membangun Diri
dan Lingkungan secara Mandiri melalui:
a.

Membangun kawasan perdesaan melalui peningkatan
keberdayaan masyarakat dikawasan perdesaan dan
meningkatkan kapasitas pemerintahan ditingkat lokal
dalam mengelola pembangunan diperdesaan sesuai
dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
dengan sasaran :
1)

Penataan

dan

penguatan

institusi

dan

kelembagaan masyarakat desa;

22

2)

Peningkatan

peran

kelembagaan

pemerintahan desa/kelurahan dalam pengelolaan
pembangunan perdesaan dengan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik;
3)

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
teknis bagi aparat pemerintah Desa;

4)

Pemberdayaan Masyarakat melalui program
PNPM Mandiri Perdesaan.

b.

Untuk meningkatkan kepedulian dan peran aktif
masyarakat

berdasarkan

semangat

kebersamaan,

kekeluargaan dan gotong royong menuju penguatan
integritas sosial melalui kegiatan-kegiatan gotong royong
baik

berupa

fikiran,

tenaga

dan

financial

dalam

pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan hasilhasilnya dengan sasaran-sasaran :
1)

Pencanangan bulan bhakti gotong royong
masyarakat;

2)
c.

Pelaksanaan lomba Desa/kelurahan;
Menunjang

desa/kelurahan

penyelenggaraan
yang

akuntabel

pemerintahan
dan

profesional

berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku dengan sasaran :
1)

Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa yang
terangkat menjadi PNS;

2)
d.

Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan ADD;
Meningkatkan peran aktif masyarakat perdesaan

dalam pengelolaan sumber daya alam, pelestarian
lingkungan pengelolaan sarana dan prasarana skala kecil
sesuai kebutuhan masyarakat, agar masyarakat merasa
memiliki dan bertanggung jawab untuk kepentingan
masyarakat

sendiri

serta

pemasyarakatan

dan

23

pendayagunaan

TTG

sesuai

kebutuhan

masyarakat

dalam mengelola potensi sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan
4.

PROGRAM DAN KEGIATAN
Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis
dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh
satu dan beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka
kerjasama

dengan

masyarakat

guna

mencapai

sasaran

tertentu. Program Utama:
a.

Peningkatan

Keberdayaan

Masyarakat

Perdesaan/Kelurahan.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan Peningkatan
keberdayaan masyarakat Desa/kelurahan dengan sub
kegiatan :
 Pembinaan lomba Desa/Kelurahan
 Pembinaan dan pemantauan bulan bhakti gotong
royong masyarakat
 Koordinasi dan pendamping implementasi program
pemberdayaan masyarakat (biaya operasional PNPM
Mandiri Perdesaan)
 Sosialisasi/pelatihan baruga saying dan pos daya
baruga sayang
 BOP PNPM PISEW
 Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) PNPM Mandiri
Perdesaan
 Profil Desa
 Pembinaan posdaya
 Pembentukan Bumdes
 Pelatihan kader pemberdayaan masyarakat

24

 Pembinaan dan pelatihan kader dasawisma
 Peningkatan sarana baruga sayang
 Pembinaan penguatan kapasitas lembaga Desa
 Operasionalisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
program Percepatan Pembangunan Sanitasi
 Permukiman (PPSP)
b.

Program

Pembinaan

Administrasi

Serta

Penataan

Pemerintahan Desa.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
administrasi serta penataan pemerintahan Desa dengan
sub kegiatan :
a. Pemilihan dan pelantikan Kepala Desa
b. Sosialisasi

dan

pembinaan

administrasi

pemerintahan Desa
c. Monitoring,evaluasi dan pelaporan ADD
d. Pembinaan administrasi Desa
e. Peningkatan

kapasitas

Kades/BPD/aparat

pemerintah Desa
c.

Program

Pengembangan

Ekonomi

Perdesaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat Perdesaan,dengan kegiatan :


d.

Pembinaan pasar Desa

Program

Pengembangan

dan

Pemanfaatan

TTG

Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan serta

25

fasilitasi

penggunaan

TTG

Perdesaan

kepada

masyarakat,dengan kegiatan :


Studi banding aplikasi TTG di LIPI Subang



Pelaksanaan gelar TTG tingkat nasional



Pelatihan manajemen pengelola PLTMH



Fasilitasi dan dukungan alat pengembangan Desa
mandiri Energi terbaharukan (Biogas).



Revitalisasi/pembentukan

pelayanan

teknologi

pedesaan
Dari uraian panjang di atas terlihat dengan jelas dukungan
pemerintah Kabupaten Enrekang dalam Peningkatan keberdayaan
masyarakat desa/kelurahan di seluruh wilayah Kecamatan di
Kabupaten Enrekang.

BAB IV

26

PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
didalam masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) masyarakat
merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah
untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan
adanya program dan merelalisasikan program yang telah disusun
dan menjadi rencana strategi Pemda enrekang tersebut diharapkan
pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang mampu menjadi
kekuatan

ekonomi

lokal.

Pemberdayaan

dimaksudkan

untuk

menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan,
dan mampu mengembangkan perekonomian. Pembangunan dapat
berjalan dengan baik apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya
saling

mendukung.

pembangunan

dengan

Dukungan
melalui

masyarakat
aktivitas

dalam

pemberdayaan

proses
yang

dilakukan secara kontinyu. Pemberdayaan masyarakat berpusat
pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang memiliki
peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.

B.

SARAN
Masyarakat memiliki wewenang dan hak untuk menentukan
usaha apa yang akan dikembangkan, karena masyarakat lokal lebih
mengetahui kondisi dan potensi daerah mereka. Pemerintah sebagai
fasilitator berkewajiban untuk memberikan dukungan, pengetahuan,
pengajaran, dan penyuluhan kepada masyarakat demi kesuksesan
program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah harus selalu
memberikan pendampingan kepada masyarakat agar sumber daya

27

alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan
maksimal.
Sumber

daya

alam

di

Indonesia

banyak

yang

belum

dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang dibantu oleh
pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi
yang ada. Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus
dipahami dengan benar oleh masyarakat, agar masyarakat mampu
mengembangkan

usaha

sesuai

dengan

potensi

yang

ada

didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa
pasar. Pemberdayaan masyarakat yang baik akan menghasilkan
masyarakat

yang

mandiri,

bebas

dari

ketergantungan

dan

keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.

DAFTA PUSTAKA

http://www.enrekangkab.go.id/
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat. Kumpulan
Materi Community Development: Pustaka Pribadi Alizar Isna.Msi.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik,
Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.

28

Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Wijaya, Mahendra. 2010. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Journal of Rural and Development FISIP Universitas Sebelas
Maret diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

29