Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Sa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut
untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi semakin
efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia merupakan Negara
berkembang yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari
pembangunan
adalah
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam
masyarakat tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan,
penerapan
tekhnologi
terkini
yang
mendukung
program
pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan dan
menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu
menjadi kekuatan ekonomi nasional. Strategi pembangunan di
Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan pembangunan di
daerah pedesaan. Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus
memiliki kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih
baik.
Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat
produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya
kualitas hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah
yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh
dari pusat pemerintahan. Padahal sebenarnya kawasan pedesaan
memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, hanya saja
belum dimanfaatkan dengan maksimal. Masyarakat desa masih
menggantungkan
kehidupannya
pada
sektor
pertanian,
dan
bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah,
1
minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa
masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan
sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek
moyangnya. Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan
merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam
fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus terus
dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini
masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki dua potensi
yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut
harus saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber
daya alam harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya
manusianya.
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di
suatu daerah. Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal
dengan
istilah
pemberdayaan
(empowerment)
masyarakat.
pemberdayaan berpusat pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif
dalam proses pembedayaan tersebut. Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu
menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya,
dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan
atau kemiskinan. Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan
karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Intinya bahwa masingmasing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya.
Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat
harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena
masyarakatnya lebih mengetahui potensi dan kondisi desanya.
Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung
program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya
2
menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek
dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.
Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program
pemberdayaan masyarakat. sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT
(Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha mikro, danhome
industry (industri
rumah).
Program
pemberdayaan
masyarakat
bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek
padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh
keuntungan dari hasil usaha mereka. Usaha dalam pemberdayaan
masyarakat tiap daerah berbeda-beda, karena memang masingmasing desa memiliki ciri khas dan potensi yang berbeda. Salah satu
contoh
pemberdayaan
masyarakat adalah pengolahan
kotoran
ternak menjadi sumber bahan bakar dalam bentuk biogas telah
berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
B.
Batasan Masalah
Beradasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memberi
batas masalah pada “Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala
Satu Usaha Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam
Pembangunan Di Kabupaten Enrekang”
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus bahasan maka dapat dirumuskan permasalahan
tentang Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi
sebagi berikut:
1.
Apa Maksud dan Tujuan Pembedayaan Masyarakat?
2.
Bagaimana
Rencana
Strategis
Pemda
Enrekang
dalam
Pembedayaan Masyarakat ?
3
D.
Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah
1.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan fokus bahasan di atas maka tujuan penulisan ini
adalah
untuk
mengetahui
Apa
Maksud
dan
Tujuan
Pembedayaan Masyarakat serta bagaimana rencana strategis
Pemda Kabupaten Enrekang dalam usaha Pembedayaan
Masyarakatnya
2.
Mamfaat Penulisan Makalah
Diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini kita dapat
dijadikan bahan refrensi bagi pihak lain yang peduli pada
peningkatan
partisispasi
masyarakat
pada
pembangunan
melalui pemberdayaan masyarakat.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL
merupakan
mekanisme
development yang
perencanaan people
menekankan
pada
centered
tekhnologi social
learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa definisi mengenai konsep pemberdayaan.
Menurut
Ife
(dalam
Martono,
2011)
mendefinisikan
konsep
pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat
dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam
menentukan
masa
depan
mereka,
serta
berpartisipasi
dan
memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri.
Kartasasmita
(1995),
mengemukakan
bahwa
pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan
masyarakat
untuk
melepaskan
diri
dari
perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Intinya bahwa pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri
dengan
menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat dapat berkembang. Setiap daerah memiliki potensi yang
apabila dimanfaatkan dengan baik akan membantu meningkatkan
5
kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan
subyek dari pemberdayaan. Jadi pemberdayaan masyarakat tidak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang
telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai
literatur
di
dunia
barat.
Konferensi
Tingkat
Tinggi
(KTT)
Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah
memuatnya
dalam
berbagai
kesepakatannya.
Namun,
upaya
mewujudkannya dalam praktik pembangunan tidak selalu berjalan
mulus. Banyak pemikir dan praktisi yang belum memahami dan
mungkin tidak meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan
alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema pembangunan yang
dihadapi.
Mereka yang berpegang pada teori-teori pembangunan model
lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan pandanganpandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak
nyaman
terhadap
pembangunan
konsep
tidak
akan
partisipasi
merasa
dan
demokrasi
dalam
tentram
dengan
konsep
pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias
terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai suat u paradigma baru
pembangunan.
Pemberdayaan
masyarakat
adalah
sebuah
konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat
“people-centered,
participatory,
empowering,
and
sustainable”
(Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996). Konsep ini lebih luas
dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan
lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak
dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-
6
konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari
upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain
oleh Friedmann (1992) disebut alternative development, yang
menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth,
gender equality and intergenerational equity”.
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan
dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown
(1995), keduanya tidak harus diasumsikan sebagai “incompatible or
antithetical”. Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap
“zero-sum game” dan “trade off”. Ia bertitik tolak dari pandangan
bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk
pertumbuhan
dan
yang
akan
menjamin
pertumbuhan
yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995),
“the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Yang
dicari adalah seperti dikatakan Ranis, “the right kind of growth”, yakni
bukan yang vertikal menghasilkan “trickle-down”, seperti yang
terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal
flows), yakni “broadly based, employment intensive, and not
compartmentalized” (Ranis, 1995).
Hasil
pengkajian
berbagai
proyek
yang
dilakukan
oleh
International Fund for Agriculture Development (IFAD) menunjukkan
bahwa dukungan bagi produksi yang dihasilkan masyarakat di
lapisan bawah telah memberikan sumbangan pada pertumbuhan
yang lebih besar dibandingkan dengan investasi yang sama pada
sektor-sektor yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan
bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi dengan devisa yang
lebih kecil pula (brown, 1995).
7
Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap
model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.
Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut :
1)
Bahwa
proses
pemusatan
kekuasaan
terbangun
2)
pemusatan kekuasaan faktor produksi;
Pemusatan kekuasaan faktor produksi
3)
masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran;
Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem
akan
dari
melahirkan
pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi
4)
yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan \
Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum
dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok
masyarakat,
yaitu
masyarakat
berdaya
dan
masyarakat
tunadaya (Prijono dan Pranarka, 1996).
Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi
menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui
proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the
powerless).
Alur
pikir
di
atas
sejalan
dengan
terminologi
pemberdayaan itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah
empowerment yang berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti
kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat dengan
unsur–unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan sebuah
konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan
power dengan pembagian kesejahteraan.
Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam proses
pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan
atau akses pada sumber–sumber power Proses historis yang
panjang menyebabkan terjadinya power dis powerment, yakni
peniadaan power pada sebagian besar masyarakat, akibatnya
masyarakat tidak memiliki akses yangmemadai terhadap akses
8
produktif yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power
Pada gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan
mereka makin jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu
berputar terus. Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah.
Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan.
Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur
ekonomi dan kekuasaan.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan harkaT dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan
Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses
pemberdayaan
yang
menekankan
pada
proses
memberikan
kemampuan kepada masyarakat agaR menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok
atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Menurut Sumodiningrat (1999),
bahwa
pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok
yang
saling
terkait,
yaitu
masyarakat
sebagai
pihak
yang
diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak
yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait
erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan
peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada
9
gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari,
oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan
masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat
yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan
kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan
masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu
masyarakat
bertahan,
mengembangkan
diri
dan
dan
dalam
mencapai
pengertian
yang
kemajuan.
dinamis
Keberdayaan
masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam
wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa
apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka
hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.
Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat
pertama-tama haruslah dimulai dengan menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena
kalau demikian akan punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu
sendiri,
dengan
mendorong,
memotivasi
dan
membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif.
Perkuatan ini meliputilangkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses
10
kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1996).
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya
meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranatapranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain
yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.
B.
Pengertian Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam
dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen
1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai
individu
yang
ketergantungan
menunjang
mencakup
proses
teori-teori
perubahan.
Paradigma
keterbelakangan
(under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem
dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain
(1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga
klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan
dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah
kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin
ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini
serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan
bersama
Marxis,
modernisasi
modernisasi
oleh
Rostow,
strukturalisme
memperkaya
ulasan
pendahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun,
11
ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada
setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya
yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema
pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema
kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi
kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun
mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan
hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien,
transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada
pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup
seluruh
system
sosial,
seperti
politik,
ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan
pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
12
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional
dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah
yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang
cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap
pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor
pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik
dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi
sosial
dapat
dilihat
melalui
pendistribusian
kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap
sumber
daya
sosial-ekonomi,
seperti
pendidikan,
kesehatan,
perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan
dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma
yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi
kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi
organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana
dikemukakan
oleh
para
para
ahli
di
atas,pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan
melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan
perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami
sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teoriteori pembangunan dikelompokkan atas tiga, yaitu; kelompok Teori
Modernisasi, kelompok Teori Ketergantungan, dan kelompok Teori
Pasca-Ketergantungan.
13
Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah
pembangunan pada dasarnya adalah masalah kekurangan modal.
Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat pembangunan sebagai
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat maju.
Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap,
yaitu; masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas
landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi massal yang
tinggi.
Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan.
Andre Gunder Frank melihat hubungan dengan negara metropolis
selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Berbeda dengan
pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit
hanya merupakan bayangan dari negara metropolis. Artinya,
perkembangan negara satelit tergantung dari perkembangan negara
metropolis yang menjadi induknya. Demikian sebaliknya, krisis
negara metropolis, negara satelitnya pun kejangkitan krisis.
Adapun bentuk ketergantungan terdiri atas tiga; ketergantungan
kolonial, ketergantungan finasial-industrial, dan ketergantungan
teknologis-industrial.
Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya
dari Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia. Kedua teori ini
merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori pembangunan,
khususnya dalam kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Teori
Artikulasi menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan
dengan konsep cara produksi. Adapun Teori Sistem Dunia melihat
bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat ditentukan
oleh sistem dunia.
C.
Alur Pikir
14
Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang
Pemberdayaan
Masyarakat
Pembangunan Kabupaten
Enrekang
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang
15
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL
merupakan
development
mekanisme
yang
perencanaan people
menekankan
pada
centered
tekhnologi social
learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa kegiatan pendampingan yang di lakukan
pemerintah
dalam
pelaksanaan
pemberdayaan
masyarakat
antaralain:
1.
Pendampingan Pembuatan Biogas di Kecamatan Cendana.
Kecamatan Cendana adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yang punya
banyak potensi umtuk di kembangkan. Sebahagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai peterna sapi dan
kerbau, sebagian lagi adalah petani. Sumber daya tersebut,
selain
digunakan
untuk
kebutuhan
pangan
juga
dapat
berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas.
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya
disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan,
telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi secara bersama-sama. Indonesia
sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber
daya
pertanian
dan
peternakan
yang
cukup
besar.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan
salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya
harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi
16
pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar
dalam bentuk biogas.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi
masyarakat, petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk
organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena
pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses
dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas
metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran
ternak
yang
sudah
diproses
pada
pembuatan
biogas
dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat
disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.
Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan
energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Melihat
dari Keuntungan pengunaan dari biogas masyarakat di
Kecamatan Cendanana dan bekerjasama dengan Universitas
Negeri membagun percontohan pengunaan biogas untuk
rumag tangga dan industri seperti industri pembuatan Dangke
yang merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang yang
terbuat dari susu sapi atau kerbau.
Industri Pembuatan Dangke biasanya memiliki sekitar lima
sampai sepuluh ekor sapi yang menghasilkan susu sebagai
bahan baku utama Dangke serta kotoran sapi yang nantinya
menjadi biogas yang di gunakan untuk pengelolah susu
menjadi dangke. Konsep ini di nilai sangat mengutungkan
pengusaha industri pangan dangke karena dapat mengurangi
biaya produksi karena tidak membutuhkan lagi biaya untuk
bahan bakar dan sangat ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan pencemaran seperti pengunaan minyak.
2.
Pembuatan Pembangkit Listrik Microhidro
17
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber
energi listrik yang memanfaatkan air sebagai sumber listrik.
Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik
utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya diharapkan
mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat dari hasil
penelitian LIPI di desa lebani Kecamatan Maiwa potensi ini
sangat besar, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara.
Pembangkit
listrik
tenaga
air
di
Indonesia
banyak
dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia
cukup melimpah.
Keberadaan beberapa waduk besar, selain digunakan
untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi
energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit
listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi air yang
ada di Kabupaten Enrekang. Jumlah air yang melimpah,
dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi
sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya
produksi yang murah pada listrik di Indonesia pada umumnya
dan pada Kabupaten Enrekang pada khususnya.
B.
Rencana
Strategis
Pemda
Enrekang
dalam
usaha
Pembedayaan Masyarakat
18
Berdasarkan Peraturan tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Enrekang, dibentuk Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai salah
satu lembaga teknis daerah.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
pokok
sebagian
membantu
tugas
umum
Bupati
dalam
pemerintahan
dan
pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat desa. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :
1. Menyusun rencana strategis bidang pemberdayaan masyarakat
dan pemerintahan desa;
2. Perumusan
kebijakan
tekhnis,
penyusunan
program
dan
kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa
3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah bidang pengembangan ketahanan masyarakat, sosial
budaya masyarakat, pengembangan usaha ekonomi desa dan
tehnologi tepat guna serta pembinaan pemerintahan desa;
4. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa;
5. Melaksanakan kegiatan penatausahaan Badan Pemberdayaan
masyarakat dan Pemerintahan Desa;
6. Pembinaan terhadap unit pelaksana tekhnis Badan dibidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Enrekang ditetapkan Rencana Strategi sebagai pedoman bagi aparat
19
BPMPD khususnya dan pihak terkait lainnya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi sesuai Visi dan Misi yang sudah
ditetapkan.
1.
Visi
Penetapan Visi bagi suatu instansi dimaksudkan untuk
memberikan arah bagi suatu instansi termasuk anggotanya
mengenai tujuan masa depan yang ingin dicapai sehingga
keberadaannya
tetap
eksis,
antisipatif
dan
inovatif.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Enrekang
serta mengacu pada Renstra Kabupaten Enrekang, maka Visi
ke depan adalah:
“Terkemuka dalam Mendorong Keberdayaan Masyarakat
dan Otonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal Menuju
Agropolitan”
2.
Misi
Untuk mendukung tercapainya Visi yang sudah ditetapkan
dijabarkan ke dalam Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin
dicapai. Dengan adanya pernyataan Misi diharapkan seluruh
pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal
instansi pemerintah dan mengetahui peran dan programprogramnya
serta
hasil
yang
akan
diperoleh
di
masa
mendatang.
Ada
5
(Lima)
Pemberdayaan
Misi
yang
Masyarakat
di
dan
emban
oleh
Badan
Pemerintahan
Desa
Kabupaten Enrekang yaitu :
1)
Penguatan;
20
Pengembangan
ketangguhan
dan
kemandirian
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, melalui
penguatan
kelembagaan
masyarakat,
peningkatan
kualitas sumber daya manusia, yang didukung oleh
manajemen pembangunan partisipatif yang efektif, serta
pelaksanaan Evaluasi perkembangannya yang akurat.
2)
Peningkatan;
Pemantapan kondisi sosial budaya yang kondusif dalam
proses pembangunan, melalui motivasi pendayagunaan
potensi adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai sosial budaya
masyarakat,
penumbuhkembangan
partisipasi,
keswadayaan dan kepedulian sosial dalammkehidupan
keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pemberdayaan
keluarga,
peningkatan
pendidikan,
perlindungan, serta pengembangan potensi anak dan
remaja.
3)
Pengetahuan;
Penguatan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat,
sehingga basis perekonomian, melalui pemberdayaan
usaha ekonomi keluarga dan masyarakat, penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana perekonomian
masyarakat, serta peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam mengelola usaha masyarakat secara
berkelanjutan.
4)
Peningkatan
keterampilan
masyarakat
memanfaatkan,
merehabilitasi,
dan
dalam
mengkonservasi
sumber daya alam secara berkesinambungan utamanya
penanggulan, penanganan dan pemanfaatan lahan kritis
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5)
Pengetahuan
menciptakan,
dan
keterampilan
pengembangan
masyarakat
inovasi
dalam
melalui
21
pemanfaatan teknologi perdesaan dalam pengelolaan
sumber daya alam dansumber daya bantuan dalam
rangka
memningkatkan
kesejahteraan
melalui
pemasyarakatan spesifikasi teknologi tepat guna sesuai
dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah
dalam pemasyarakatan dan pendayagunaan teknologi
tepat guna, perlu didukung kerjasama dan kolaborasi
anatara pemerintah dan perguruan tinggi, dunia usaha
dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan
prasarana
pelayanan
teknologi
tepat
guna,
serta
peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan.
Untuk mendukung tercapainya Visi dan Misi dirumuskan
ke dalam bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran.
3.
TUJUAN
Misi bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan dan
kemandirian
Masyarakat
untuk
Berperan
Aktif
dalam
Pembangunan Agar secara Bertahap mampu Membangun Diri
dan Lingkungan secara Mandiri melalui:
a.
Membangun kawasan perdesaan melalui peningkatan
keberdayaan masyarakat dikawasan perdesaan dan
meningkatkan kapasitas pemerintahan ditingkat lokal
dalam mengelola pembangunan diperdesaan sesuai
dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
dengan sasaran :
1)
Penataan
dan
penguatan
institusi
dan
kelembagaan masyarakat desa;
22
2)
Peningkatan
peran
kelembagaan
pemerintahan desa/kelurahan dalam pengelolaan
pembangunan perdesaan dengan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik;
3)
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
teknis bagi aparat pemerintah Desa;
4)
Pemberdayaan Masyarakat melalui program
PNPM Mandiri Perdesaan.
b.
Untuk meningkatkan kepedulian dan peran aktif
masyarakat
berdasarkan
semangat
kebersamaan,
kekeluargaan dan gotong royong menuju penguatan
integritas sosial melalui kegiatan-kegiatan gotong royong
baik
berupa
fikiran,
tenaga
dan
financial
dalam
pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan hasilhasilnya dengan sasaran-sasaran :
1)
Pencanangan bulan bhakti gotong royong
masyarakat;
2)
c.
Pelaksanaan lomba Desa/kelurahan;
Menunjang
desa/kelurahan
penyelenggaraan
yang
akuntabel
pemerintahan
dan
profesional
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku dengan sasaran :
1)
Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa yang
terangkat menjadi PNS;
2)
d.
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan ADD;
Meningkatkan peran aktif masyarakat perdesaan
dalam pengelolaan sumber daya alam, pelestarian
lingkungan pengelolaan sarana dan prasarana skala kecil
sesuai kebutuhan masyarakat, agar masyarakat merasa
memiliki dan bertanggung jawab untuk kepentingan
masyarakat
sendiri
serta
pemasyarakatan
dan
23
pendayagunaan
TTG
sesuai
kebutuhan
masyarakat
dalam mengelola potensi sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan
4.
PROGRAM DAN KEGIATAN
Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis
dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh
satu dan beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka
kerjasama
dengan
masyarakat
guna
mencapai
sasaran
tertentu. Program Utama:
a.
Peningkatan
Keberdayaan
Masyarakat
Perdesaan/Kelurahan.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan Peningkatan
keberdayaan masyarakat Desa/kelurahan dengan sub
kegiatan :
Pembinaan lomba Desa/Kelurahan
Pembinaan dan pemantauan bulan bhakti gotong
royong masyarakat
Koordinasi dan pendamping implementasi program
pemberdayaan masyarakat (biaya operasional PNPM
Mandiri Perdesaan)
Sosialisasi/pelatihan baruga saying dan pos daya
baruga sayang
BOP PNPM PISEW
Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) PNPM Mandiri
Perdesaan
Profil Desa
Pembinaan posdaya
Pembentukan Bumdes
Pelatihan kader pemberdayaan masyarakat
24
Pembinaan dan pelatihan kader dasawisma
Peningkatan sarana baruga sayang
Pembinaan penguatan kapasitas lembaga Desa
Operasionalisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)
b.
Program
Pembinaan
Administrasi
Serta
Penataan
Pemerintahan Desa.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
administrasi serta penataan pemerintahan Desa dengan
sub kegiatan :
a. Pemilihan dan pelantikan Kepala Desa
b. Sosialisasi
dan
pembinaan
administrasi
pemerintahan Desa
c. Monitoring,evaluasi dan pelaporan ADD
d. Pembinaan administrasi Desa
e. Peningkatan
kapasitas
Kades/BPD/aparat
pemerintah Desa
c.
Program
Pengembangan
Ekonomi
Perdesaan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat Perdesaan,dengan kegiatan :
d.
Pembinaan pasar Desa
Program
Pengembangan
dan
Pemanfaatan
TTG
Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan serta
25
fasilitasi
penggunaan
TTG
Perdesaan
kepada
masyarakat,dengan kegiatan :
Studi banding aplikasi TTG di LIPI Subang
Pelaksanaan gelar TTG tingkat nasional
Pelatihan manajemen pengelola PLTMH
Fasilitasi dan dukungan alat pengembangan Desa
mandiri Energi terbaharukan (Biogas).
Revitalisasi/pembentukan
pelayanan
teknologi
pedesaan
Dari uraian panjang di atas terlihat dengan jelas dukungan
pemerintah Kabupaten Enrekang dalam Peningkatan keberdayaan
masyarakat desa/kelurahan di seluruh wilayah Kecamatan di
Kabupaten Enrekang.
BAB IV
26
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
didalam masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) masyarakat
merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah
untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan
adanya program dan merelalisasikan program yang telah disusun
dan menjadi rencana strategi Pemda enrekang tersebut diharapkan
pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang mampu menjadi
kekuatan
ekonomi
lokal.
Pemberdayaan
dimaksudkan
untuk
menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan,
dan mampu mengembangkan perekonomian. Pembangunan dapat
berjalan dengan baik apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya
saling
mendukung.
pembangunan
dengan
Dukungan
melalui
masyarakat
aktivitas
dalam
pemberdayaan
proses
yang
dilakukan secara kontinyu. Pemberdayaan masyarakat berpusat
pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang memiliki
peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.
B.
SARAN
Masyarakat memiliki wewenang dan hak untuk menentukan
usaha apa yang akan dikembangkan, karena masyarakat lokal lebih
mengetahui kondisi dan potensi daerah mereka. Pemerintah sebagai
fasilitator berkewajiban untuk memberikan dukungan, pengetahuan,
pengajaran, dan penyuluhan kepada masyarakat demi kesuksesan
program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah harus selalu
memberikan pendampingan kepada masyarakat agar sumber daya
27
alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan
maksimal.
Sumber
daya
alam
di
Indonesia
banyak
yang
belum
dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang dibantu oleh
pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi
yang ada. Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus
dipahami dengan benar oleh masyarakat, agar masyarakat mampu
mengembangkan
usaha
sesuai
dengan
potensi
yang
ada
didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa
pasar. Pemberdayaan masyarakat yang baik akan menghasilkan
masyarakat
yang
mandiri,
bebas
dari
ketergantungan
dan
keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.
DAFTA PUSTAKA
http://www.enrekangkab.go.id/
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat. Kumpulan
Materi Community Development: Pustaka Pribadi Alizar Isna.Msi.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik,
Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.
28
Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Wijaya, Mahendra. 2010. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Journal of Rural and Development FISIP Universitas Sebelas
Maret diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.
29
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut
untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi semakin
efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia merupakan Negara
berkembang yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari
pembangunan
adalah
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam
masyarakat tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan,
penerapan
tekhnologi
terkini
yang
mendukung
program
pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan dan
menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu
menjadi kekuatan ekonomi nasional. Strategi pembangunan di
Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan pembangunan di
daerah pedesaan. Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus
memiliki kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih
baik.
Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat
produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya
kualitas hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah
yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh
dari pusat pemerintahan. Padahal sebenarnya kawasan pedesaan
memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, hanya saja
belum dimanfaatkan dengan maksimal. Masyarakat desa masih
menggantungkan
kehidupannya
pada
sektor
pertanian,
dan
bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah,
1
minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa
masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan
sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek
moyangnya. Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan
merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam
fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus terus
dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini
masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki dua potensi
yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut
harus saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber
daya alam harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya
manusianya.
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di
suatu daerah. Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal
dengan
istilah
pemberdayaan
(empowerment)
masyarakat.
pemberdayaan berpusat pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif
dalam proses pembedayaan tersebut. Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu
menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya,
dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan
atau kemiskinan. Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan
karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Intinya bahwa masingmasing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya.
Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat
harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena
masyarakatnya lebih mengetahui potensi dan kondisi desanya.
Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung
program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya
2
menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek
dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.
Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program
pemberdayaan masyarakat. sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT
(Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha mikro, danhome
industry (industri
rumah).
Program
pemberdayaan
masyarakat
bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek
padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh
keuntungan dari hasil usaha mereka. Usaha dalam pemberdayaan
masyarakat tiap daerah berbeda-beda, karena memang masingmasing desa memiliki ciri khas dan potensi yang berbeda. Salah satu
contoh
pemberdayaan
masyarakat adalah pengolahan
kotoran
ternak menjadi sumber bahan bakar dalam bentuk biogas telah
berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
B.
Batasan Masalah
Beradasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memberi
batas masalah pada “Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala
Satu Usaha Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam
Pembangunan Di Kabupaten Enrekang”
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus bahasan maka dapat dirumuskan permasalahan
tentang Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi
sebagi berikut:
1.
Apa Maksud dan Tujuan Pembedayaan Masyarakat?
2.
Bagaimana
Rencana
Strategis
Pemda
Enrekang
dalam
Pembedayaan Masyarakat ?
3
D.
Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah
1.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan fokus bahasan di atas maka tujuan penulisan ini
adalah
untuk
mengetahui
Apa
Maksud
dan
Tujuan
Pembedayaan Masyarakat serta bagaimana rencana strategis
Pemda Kabupaten Enrekang dalam usaha Pembedayaan
Masyarakatnya
2.
Mamfaat Penulisan Makalah
Diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini kita dapat
dijadikan bahan refrensi bagi pihak lain yang peduli pada
peningkatan
partisispasi
masyarakat
pada
pembangunan
melalui pemberdayaan masyarakat.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL
merupakan
mekanisme
development yang
perencanaan people
menekankan
pada
centered
tekhnologi social
learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa definisi mengenai konsep pemberdayaan.
Menurut
Ife
(dalam
Martono,
2011)
mendefinisikan
konsep
pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat
dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam
menentukan
masa
depan
mereka,
serta
berpartisipasi
dan
memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri.
Kartasasmita
(1995),
mengemukakan
bahwa
pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan
masyarakat
untuk
melepaskan
diri
dari
perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Intinya bahwa pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri
dengan
menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat dapat berkembang. Setiap daerah memiliki potensi yang
apabila dimanfaatkan dengan baik akan membantu meningkatkan
5
kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan
subyek dari pemberdayaan. Jadi pemberdayaan masyarakat tidak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang
telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai
literatur
di
dunia
barat.
Konferensi
Tingkat
Tinggi
(KTT)
Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah
memuatnya
dalam
berbagai
kesepakatannya.
Namun,
upaya
mewujudkannya dalam praktik pembangunan tidak selalu berjalan
mulus. Banyak pemikir dan praktisi yang belum memahami dan
mungkin tidak meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan
alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema pembangunan yang
dihadapi.
Mereka yang berpegang pada teori-teori pembangunan model
lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan pandanganpandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak
nyaman
terhadap
pembangunan
konsep
tidak
akan
partisipasi
merasa
dan
demokrasi
dalam
tentram
dengan
konsep
pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias
terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai suat u paradigma baru
pembangunan.
Pemberdayaan
masyarakat
adalah
sebuah
konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat
“people-centered,
participatory,
empowering,
and
sustainable”
(Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996). Konsep ini lebih luas
dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan
lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak
dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-
6
konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari
upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain
oleh Friedmann (1992) disebut alternative development, yang
menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth,
gender equality and intergenerational equity”.
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan
dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown
(1995), keduanya tidak harus diasumsikan sebagai “incompatible or
antithetical”. Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap
“zero-sum game” dan “trade off”. Ia bertitik tolak dari pandangan
bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk
pertumbuhan
dan
yang
akan
menjamin
pertumbuhan
yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995),
“the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Yang
dicari adalah seperti dikatakan Ranis, “the right kind of growth”, yakni
bukan yang vertikal menghasilkan “trickle-down”, seperti yang
terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal
flows), yakni “broadly based, employment intensive, and not
compartmentalized” (Ranis, 1995).
Hasil
pengkajian
berbagai
proyek
yang
dilakukan
oleh
International Fund for Agriculture Development (IFAD) menunjukkan
bahwa dukungan bagi produksi yang dihasilkan masyarakat di
lapisan bawah telah memberikan sumbangan pada pertumbuhan
yang lebih besar dibandingkan dengan investasi yang sama pada
sektor-sektor yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan
bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi dengan devisa yang
lebih kecil pula (brown, 1995).
7
Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap
model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.
Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut :
1)
Bahwa
proses
pemusatan
kekuasaan
terbangun
2)
pemusatan kekuasaan faktor produksi;
Pemusatan kekuasaan faktor produksi
3)
masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran;
Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem
akan
dari
melahirkan
pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi
4)
yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan \
Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum
dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok
masyarakat,
yaitu
masyarakat
berdaya
dan
masyarakat
tunadaya (Prijono dan Pranarka, 1996).
Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi
menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui
proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the
powerless).
Alur
pikir
di
atas
sejalan
dengan
terminologi
pemberdayaan itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah
empowerment yang berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti
kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat dengan
unsur–unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan sebuah
konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan
power dengan pembagian kesejahteraan.
Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam proses
pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan
atau akses pada sumber–sumber power Proses historis yang
panjang menyebabkan terjadinya power dis powerment, yakni
peniadaan power pada sebagian besar masyarakat, akibatnya
masyarakat tidak memiliki akses yangmemadai terhadap akses
8
produktif yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power
Pada gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan
mereka makin jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu
berputar terus. Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah.
Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan.
Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur
ekonomi dan kekuasaan.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan harkaT dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan
Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses
pemberdayaan
yang
menekankan
pada
proses
memberikan
kemampuan kepada masyarakat agaR menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok
atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Menurut Sumodiningrat (1999),
bahwa
pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok
yang
saling
terkait,
yaitu
masyarakat
sebagai
pihak
yang
diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak
yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait
erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan
peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada
9
gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari,
oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan
masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat
yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan
kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan
masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu
masyarakat
bertahan,
mengembangkan
diri
dan
dan
dalam
mencapai
pengertian
yang
kemajuan.
dinamis
Keberdayaan
masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam
wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa
apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka
hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.
Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat
pertama-tama haruslah dimulai dengan menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena
kalau demikian akan punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu
sendiri,
dengan
mendorong,
memotivasi
dan
membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif.
Perkuatan ini meliputilangkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses
10
kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1996).
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya
meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranatapranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain
yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.
B.
Pengertian Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam
dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen
1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai
individu
yang
ketergantungan
menunjang
mencakup
proses
teori-teori
perubahan.
Paradigma
keterbelakangan
(under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem
dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain
(1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga
klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan
dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah
kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin
ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini
serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan
bersama
Marxis,
modernisasi
modernisasi
oleh
Rostow,
strukturalisme
memperkaya
ulasan
pendahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun,
11
ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada
setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya
yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema
pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema
kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi
kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun
mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan
hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien,
transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada
pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup
seluruh
system
sosial,
seperti
politik,
ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan
pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
12
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional
dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah
yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang
cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap
pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor
pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik
dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi
sosial
dapat
dilihat
melalui
pendistribusian
kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap
sumber
daya
sosial-ekonomi,
seperti
pendidikan,
kesehatan,
perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan
dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma
yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi
kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi
organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana
dikemukakan
oleh
para
para
ahli
di
atas,pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan
melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan
perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami
sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teoriteori pembangunan dikelompokkan atas tiga, yaitu; kelompok Teori
Modernisasi, kelompok Teori Ketergantungan, dan kelompok Teori
Pasca-Ketergantungan.
13
Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah
pembangunan pada dasarnya adalah masalah kekurangan modal.
Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat pembangunan sebagai
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat maju.
Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap,
yaitu; masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas
landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi massal yang
tinggi.
Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan.
Andre Gunder Frank melihat hubungan dengan negara metropolis
selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Berbeda dengan
pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit
hanya merupakan bayangan dari negara metropolis. Artinya,
perkembangan negara satelit tergantung dari perkembangan negara
metropolis yang menjadi induknya. Demikian sebaliknya, krisis
negara metropolis, negara satelitnya pun kejangkitan krisis.
Adapun bentuk ketergantungan terdiri atas tiga; ketergantungan
kolonial, ketergantungan finasial-industrial, dan ketergantungan
teknologis-industrial.
Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya
dari Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia. Kedua teori ini
merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori pembangunan,
khususnya dalam kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Teori
Artikulasi menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan
dengan konsep cara produksi. Adapun Teori Sistem Dunia melihat
bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat ditentukan
oleh sistem dunia.
C.
Alur Pikir
14
Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang
Pemberdayaan
Masyarakat
Pembangunan Kabupaten
Enrekang
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang
15
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah,
tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu
menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL).
PSDL
merupakan
development
mekanisme
yang
perencanaan people
menekankan
pada
centered
tekhnologi social
learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto,
1996).
Ada beberapa kegiatan pendampingan yang di lakukan
pemerintah
dalam
pelaksanaan
pemberdayaan
masyarakat
antaralain:
1.
Pendampingan Pembuatan Biogas di Kecamatan Cendana.
Kecamatan Cendana adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yang punya
banyak potensi umtuk di kembangkan. Sebahagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai peterna sapi dan
kerbau, sebagian lagi adalah petani. Sumber daya tersebut,
selain
digunakan
untuk
kebutuhan
pangan
juga
dapat
berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas.
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya
disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan,
telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi secara bersama-sama. Indonesia
sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber
daya
pertanian
dan
peternakan
yang
cukup
besar.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan
salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya
harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi
16
pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar
dalam bentuk biogas.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi
masyarakat, petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk
organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena
pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses
dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas
metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran
ternak
yang
sudah
diproses
pada
pembuatan
biogas
dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat
disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.
Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan
energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Melihat
dari Keuntungan pengunaan dari biogas masyarakat di
Kecamatan Cendanana dan bekerjasama dengan Universitas
Negeri membagun percontohan pengunaan biogas untuk
rumag tangga dan industri seperti industri pembuatan Dangke
yang merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang yang
terbuat dari susu sapi atau kerbau.
Industri Pembuatan Dangke biasanya memiliki sekitar lima
sampai sepuluh ekor sapi yang menghasilkan susu sebagai
bahan baku utama Dangke serta kotoran sapi yang nantinya
menjadi biogas yang di gunakan untuk pengelolah susu
menjadi dangke. Konsep ini di nilai sangat mengutungkan
pengusaha industri pangan dangke karena dapat mengurangi
biaya produksi karena tidak membutuhkan lagi biaya untuk
bahan bakar dan sangat ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan pencemaran seperti pengunaan minyak.
2.
Pembuatan Pembangkit Listrik Microhidro
17
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber
energi listrik yang memanfaatkan air sebagai sumber listrik.
Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik
utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya diharapkan
mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat dari hasil
penelitian LIPI di desa lebani Kecamatan Maiwa potensi ini
sangat besar, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara.
Pembangkit
listrik
tenaga
air
di
Indonesia
banyak
dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia
cukup melimpah.
Keberadaan beberapa waduk besar, selain digunakan
untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi
energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit
listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi air yang
ada di Kabupaten Enrekang. Jumlah air yang melimpah,
dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi
sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya
produksi yang murah pada listrik di Indonesia pada umumnya
dan pada Kabupaten Enrekang pada khususnya.
B.
Rencana
Strategis
Pemda
Enrekang
dalam
usaha
Pembedayaan Masyarakat
18
Berdasarkan Peraturan tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Enrekang, dibentuk Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai salah
satu lembaga teknis daerah.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
pokok
sebagian
membantu
tugas
umum
Bupati
dalam
pemerintahan
dan
pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat desa. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :
1. Menyusun rencana strategis bidang pemberdayaan masyarakat
dan pemerintahan desa;
2. Perumusan
kebijakan
tekhnis,
penyusunan
program
dan
kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa
3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah bidang pengembangan ketahanan masyarakat, sosial
budaya masyarakat, pengembangan usaha ekonomi desa dan
tehnologi tepat guna serta pembinaan pemerintahan desa;
4. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa;
5. Melaksanakan kegiatan penatausahaan Badan Pemberdayaan
masyarakat dan Pemerintahan Desa;
6. Pembinaan terhadap unit pelaksana tekhnis Badan dibidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Enrekang ditetapkan Rencana Strategi sebagai pedoman bagi aparat
19
BPMPD khususnya dan pihak terkait lainnya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi sesuai Visi dan Misi yang sudah
ditetapkan.
1.
Visi
Penetapan Visi bagi suatu instansi dimaksudkan untuk
memberikan arah bagi suatu instansi termasuk anggotanya
mengenai tujuan masa depan yang ingin dicapai sehingga
keberadaannya
tetap
eksis,
antisipatif
dan
inovatif.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Enrekang
serta mengacu pada Renstra Kabupaten Enrekang, maka Visi
ke depan adalah:
“Terkemuka dalam Mendorong Keberdayaan Masyarakat
dan Otonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal Menuju
Agropolitan”
2.
Misi
Untuk mendukung tercapainya Visi yang sudah ditetapkan
dijabarkan ke dalam Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin
dicapai. Dengan adanya pernyataan Misi diharapkan seluruh
pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal
instansi pemerintah dan mengetahui peran dan programprogramnya
serta
hasil
yang
akan
diperoleh
di
masa
mendatang.
Ada
5
(Lima)
Pemberdayaan
Misi
yang
Masyarakat
di
dan
emban
oleh
Badan
Pemerintahan
Desa
Kabupaten Enrekang yaitu :
1)
Penguatan;
20
Pengembangan
ketangguhan
dan
kemandirian
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, melalui
penguatan
kelembagaan
masyarakat,
peningkatan
kualitas sumber daya manusia, yang didukung oleh
manajemen pembangunan partisipatif yang efektif, serta
pelaksanaan Evaluasi perkembangannya yang akurat.
2)
Peningkatan;
Pemantapan kondisi sosial budaya yang kondusif dalam
proses pembangunan, melalui motivasi pendayagunaan
potensi adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai sosial budaya
masyarakat,
penumbuhkembangan
partisipasi,
keswadayaan dan kepedulian sosial dalammkehidupan
keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pemberdayaan
keluarga,
peningkatan
pendidikan,
perlindungan, serta pengembangan potensi anak dan
remaja.
3)
Pengetahuan;
Penguatan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat,
sehingga basis perekonomian, melalui pemberdayaan
usaha ekonomi keluarga dan masyarakat, penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana perekonomian
masyarakat, serta peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam mengelola usaha masyarakat secara
berkelanjutan.
4)
Peningkatan
keterampilan
masyarakat
memanfaatkan,
merehabilitasi,
dan
dalam
mengkonservasi
sumber daya alam secara berkesinambungan utamanya
penanggulan, penanganan dan pemanfaatan lahan kritis
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5)
Pengetahuan
menciptakan,
dan
keterampilan
pengembangan
masyarakat
inovasi
dalam
melalui
21
pemanfaatan teknologi perdesaan dalam pengelolaan
sumber daya alam dansumber daya bantuan dalam
rangka
memningkatkan
kesejahteraan
melalui
pemasyarakatan spesifikasi teknologi tepat guna sesuai
dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah
dalam pemasyarakatan dan pendayagunaan teknologi
tepat guna, perlu didukung kerjasama dan kolaborasi
anatara pemerintah dan perguruan tinggi, dunia usaha
dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan
prasarana
pelayanan
teknologi
tepat
guna,
serta
peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan.
Untuk mendukung tercapainya Visi dan Misi dirumuskan
ke dalam bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran.
3.
TUJUAN
Misi bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan dan
kemandirian
Masyarakat
untuk
Berperan
Aktif
dalam
Pembangunan Agar secara Bertahap mampu Membangun Diri
dan Lingkungan secara Mandiri melalui:
a.
Membangun kawasan perdesaan melalui peningkatan
keberdayaan masyarakat dikawasan perdesaan dan
meningkatkan kapasitas pemerintahan ditingkat lokal
dalam mengelola pembangunan diperdesaan sesuai
dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
dengan sasaran :
1)
Penataan
dan
penguatan
institusi
dan
kelembagaan masyarakat desa;
22
2)
Peningkatan
peran
kelembagaan
pemerintahan desa/kelurahan dalam pengelolaan
pembangunan perdesaan dengan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik;
3)
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
teknis bagi aparat pemerintah Desa;
4)
Pemberdayaan Masyarakat melalui program
PNPM Mandiri Perdesaan.
b.
Untuk meningkatkan kepedulian dan peran aktif
masyarakat
berdasarkan
semangat
kebersamaan,
kekeluargaan dan gotong royong menuju penguatan
integritas sosial melalui kegiatan-kegiatan gotong royong
baik
berupa
fikiran,
tenaga
dan
financial
dalam
pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan hasilhasilnya dengan sasaran-sasaran :
1)
Pencanangan bulan bhakti gotong royong
masyarakat;
2)
c.
Pelaksanaan lomba Desa/kelurahan;
Menunjang
desa/kelurahan
penyelenggaraan
yang
akuntabel
pemerintahan
dan
profesional
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku dengan sasaran :
1)
Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa yang
terangkat menjadi PNS;
2)
d.
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan ADD;
Meningkatkan peran aktif masyarakat perdesaan
dalam pengelolaan sumber daya alam, pelestarian
lingkungan pengelolaan sarana dan prasarana skala kecil
sesuai kebutuhan masyarakat, agar masyarakat merasa
memiliki dan bertanggung jawab untuk kepentingan
masyarakat
sendiri
serta
pemasyarakatan
dan
23
pendayagunaan
TTG
sesuai
kebutuhan
masyarakat
dalam mengelola potensi sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan
4.
PROGRAM DAN KEGIATAN
Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis
dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh
satu dan beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka
kerjasama
dengan
masyarakat
guna
mencapai
sasaran
tertentu. Program Utama:
a.
Peningkatan
Keberdayaan
Masyarakat
Perdesaan/Kelurahan.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan Peningkatan
keberdayaan masyarakat Desa/kelurahan dengan sub
kegiatan :
Pembinaan lomba Desa/Kelurahan
Pembinaan dan pemantauan bulan bhakti gotong
royong masyarakat
Koordinasi dan pendamping implementasi program
pemberdayaan masyarakat (biaya operasional PNPM
Mandiri Perdesaan)
Sosialisasi/pelatihan baruga saying dan pos daya
baruga sayang
BOP PNPM PISEW
Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) PNPM Mandiri
Perdesaan
Profil Desa
Pembinaan posdaya
Pembentukan Bumdes
Pelatihan kader pemberdayaan masyarakat
24
Pembinaan dan pelatihan kader dasawisma
Peningkatan sarana baruga sayang
Pembinaan penguatan kapasitas lembaga Desa
Operasionalisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)
b.
Program
Pembinaan
Administrasi
Serta
Penataan
Pemerintahan Desa.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
administrasi serta penataan pemerintahan Desa dengan
sub kegiatan :
a. Pemilihan dan pelantikan Kepala Desa
b. Sosialisasi
dan
pembinaan
administrasi
pemerintahan Desa
c. Monitoring,evaluasi dan pelaporan ADD
d. Pembinaan administrasi Desa
e. Peningkatan
kapasitas
Kades/BPD/aparat
pemerintah Desa
c.
Program
Pengembangan
Ekonomi
Perdesaan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat Perdesaan,dengan kegiatan :
d.
Pembinaan pasar Desa
Program
Pengembangan
dan
Pemanfaatan
TTG
Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan serta
25
fasilitasi
penggunaan
TTG
Perdesaan
kepada
masyarakat,dengan kegiatan :
Studi banding aplikasi TTG di LIPI Subang
Pelaksanaan gelar TTG tingkat nasional
Pelatihan manajemen pengelola PLTMH
Fasilitasi dan dukungan alat pengembangan Desa
mandiri Energi terbaharukan (Biogas).
Revitalisasi/pembentukan
pelayanan
teknologi
pedesaan
Dari uraian panjang di atas terlihat dengan jelas dukungan
pemerintah Kabupaten Enrekang dalam Peningkatan keberdayaan
masyarakat desa/kelurahan di seluruh wilayah Kecamatan di
Kabupaten Enrekang.
BAB IV
26
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
didalam masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) masyarakat
merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah
untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan
adanya program dan merelalisasikan program yang telah disusun
dan menjadi rencana strategi Pemda enrekang tersebut diharapkan
pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang mampu menjadi
kekuatan
ekonomi
lokal.
Pemberdayaan
dimaksudkan
untuk
menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan,
dan mampu mengembangkan perekonomian. Pembangunan dapat
berjalan dengan baik apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya
saling
mendukung.
pembangunan
dengan
Dukungan
melalui
masyarakat
aktivitas
dalam
pemberdayaan
proses
yang
dilakukan secara kontinyu. Pemberdayaan masyarakat berpusat
pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang memiliki
peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.
B.
SARAN
Masyarakat memiliki wewenang dan hak untuk menentukan
usaha apa yang akan dikembangkan, karena masyarakat lokal lebih
mengetahui kondisi dan potensi daerah mereka. Pemerintah sebagai
fasilitator berkewajiban untuk memberikan dukungan, pengetahuan,
pengajaran, dan penyuluhan kepada masyarakat demi kesuksesan
program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah harus selalu
memberikan pendampingan kepada masyarakat agar sumber daya
27
alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan
maksimal.
Sumber
daya
alam
di
Indonesia
banyak
yang
belum
dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang dibantu oleh
pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi
yang ada. Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus
dipahami dengan benar oleh masyarakat, agar masyarakat mampu
mengembangkan
usaha
sesuai
dengan
potensi
yang
ada
didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa
pasar. Pemberdayaan masyarakat yang baik akan menghasilkan
masyarakat
yang
mandiri,
bebas
dari
ketergantungan
dan
keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.
DAFTA PUSTAKA
http://www.enrekangkab.go.id/
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat. Kumpulan
Materi Community Development: Pustaka Pribadi Alizar Isna.Msi.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik,
Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.
28
Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Wijaya, Mahendra. 2010. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Journal of Rural and Development FISIP Universitas Sebelas
Maret diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.
29