Tinjauan politik Peraturan Presiden Nomo

Tinjauan politik Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
Joko Surono, SE
ABSTRAK :
That in order to strengthen national unity and enhance the economic integration of Java
and Sumatra in particular, and to support the development of Strategic Areas Sunda
Strait, necessary steps to manage the development of Strategic Areas Sunda Strait in a
coordinated, systematic, effective, and integrated. To accelerate the development of
Strategic Areas Sunda Strait and infrastructure development of cross-Straits of Sunda
and capital-intensive sectors, required special arrangements regarding the exploitation
and the establishment of institutions that have the authority and responsibility in the
development of Strategic Areas and development infrastructure Sunda Strait which this
development should be carried out by Memorandum of Understanding on Cooperation
between the Government of a Province Sumatra signed between the Governor and the
Chairman of the Regional Representatives Council Sumatera on 30 November 2007,
and the results of evaluation studies that have been done in preparing the development
of Strategic Areas Sunda Strait, including the results of the study pre-feasibility study
was submitted Government of Banten and Lampung Provincial Government to the
Government.
I. Pendahuluan
Istilah “Kawasan Strategis dan Infrastruktur” sebagaimana yang tertulis di dalam

Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 adalah : 1. Bisa berupa daerah yang menjadi
prioritas pembangunan dengan rancangan terpadu lintas sektoral. 2. Daerah potensial
yang dikelola melalui perencanaan dan prioritas pengembangan kawasan. 3. Kawasan
dengan fasilitas khusus yang didalamnya terdapat Kawasan industri dan Kawasan
perdagangan atau Wilayah dengan ciri-ciri khusus, 4. Bisa juga suatu pangkalan militer
yang tertutup. Sedangkan menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang BAB I Ketentuan Umum dalam Pasal 1 ayat 28, 29 dan 30, yang di
maksud Kawasan Strategis secara spasial atau keruangan meliputi 3 jenis yaitu :
1. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
2. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
1

3. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 Tentang
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah dalam BAB I Ketentuan
Umum Pasal 1 pont 6, Kawasan Strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
Menurut Drs. H. Dadang Solihin (Direktur Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kerja
Pembangunan-Bappenas:2008) dikatakan bahwa Kawasan Strategis merupakan
kawasan budidaya/kawasan tertentu, yang berskala besar dan berperan secara
nasional dan daerah, dalam kegiatan industri, pariwisata dan suaka alam.

Dengan demikian pengertian Kawasan Strategis adalah kawasan budidaya/ kawasan
tertentu yang mencakup kepentingan dan prioritas di bidang-bidang kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan,
kegiatan industri, pariwisata dan suaka alam.
Istilah Infrastruktur menurut Grigg, Neil, 1988 dalam bukunya Infrastructure Engineering
and Management. John Wiley and Sons : ”Those physical facilities that are sometimes
called public works”. Pengertian Infrastruktur, yaitu merujuk pada sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
dalam lingkup sosial dan ekonomi. Enam kategori besar infrastruktur (Grigg):

1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);
2) Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara);
3) Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);
4) Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);
5) Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;
6) Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas);
Selanjutnya istilah infrastruktur menurut Muhammad Fakhturozi, Sekretariat Harmoni
Amal Titian Ilmu (HATI) ITB, Infrastruktur adalah segala struktur yang berwujud fisik
yang digunakan untuk menopang keberjalanan kegiatan masyarakat sehingga dapat
menekan inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan
2

ekonomi. Infrastruktur dibuat sesuai permintaan seefisien mungkin yang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat luas. Misalnya jembatan, bisa meningkatkan
gairah ekonomi dengan penghematan biaya transportasi. Contohnya di Madura, sudah
dibangun Jembatan Surabaya - Madura sehingga banyak dibuka daerah industri baru.
Hudson, et al. (1997): Associated General Contractors of America (AGCA 82)
menyatakan bahwa infrastuktur adalah ”A system of public facilities, both publicy or
privately funded, which provide for delivery of essential services and a sustained
standard of living”.

Jadi pengertian Infrastruktur adalah segala struktur pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang
lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi yang digunakan untuk menopang berjalannya kegiatan masyarakat
sehingga dapat menekan inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
II. Latar Belakang
2.1 Kebijakan Nasional Pengembangan Kawasan Strategis Selat Sunda (selanjutnya
disebut KSISS)
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
“Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.”
Pengembangan Koridor Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (selanjutnya disebut MP3EI) Koridor Sumatera
“Sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional”
Pengembangan Koridor MP3EI Koridor Jawa
“Pembangunan sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional”;

Perpres 86 Tahun 2011
“Infrastruktur Selat Sunda meliputi Jembatan tol, jalan kereta api, utilitas, sistem
navigasi pelayaran dan infrastruktur lainnya termasuk energi terbarukan yang
terintegrasi menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera”
2.2 Kronologis persiapan pembangunan Jembatan Selat Sunda (selanjutnya disebut
JSS)
3

Prof.
Sedyatmo
(ITB)
Mengusulkan
Penghubung
antara Pulau
Jawa dan
Pulau
Sumatera

1960


Presiden
Soeharto
menunjuk
BPPT untuk
Melaksanakan
studi
“Tri Nusa
Bimasakti”

1965

Presiden
Soekarno
Memerintah
kan ITB untuk
melakukan uji
coba desain
penghubung
Selat Sunda


1986

Keppres No. 36
tahun 2009
Pembentukan
TimNas
JSS (28 Desember
2009)

2009

2009

Penyampaian
Pra FS
Jembatan
Selat Sunda
oleh PT. BSM
bersama
Pemprov

Lampung
Banten
(13 Agustus
2009)

2010

Kepmen PU No.
Saat ini
584/KPTS/M/201
Persiapan
Penetapan
Penandatanganan
Susunan
Perjanjian
Sekretariat, Anggota
Kerjasama
Susunan Anggota
Serta Tugas
Kelompok Kerja

dan Eksekutif
Sekretariat
TimNas
(26 November
2010)

2010

Kepmenko No.
KEP‐
29/M.EKON/
05/2010
Pembentukan
Sekretariat dan
Kelompok
Kerja Tim Nas
(25 Mei 2010)

2011


2012

Perpres No. 86
Tahun 2011
Pengembangan
Kawasan
Strategis dan
Infrastruktur
Selat Sunda
(2 Des 2011)

2.3 Aneka dialog yang dilakukan Pemerintah dalam rangka persiapan pembangunan
JSS.
a. Pada 12 Maret 2009 : Perencanaan dan desain jembatan suspense bentang
panjang (Yooshin Engineering Corporation dan Korean Engineering Corporation).
b. Pada bulan Oktober 2010 : Pembahasan Teknis Energi Terbarukan bersama ITB.
c. Pada tanggal 9 Des 2010 : Workshop on Japanese Technology Toward
Materialzation of Sunda.
d. Pada tanggal 13 Desember 2010 : Pembahasan Teknis Jembatan Bentang Panjang,
Jembatan Akashi – Kaikyo (Honshu –Shikoku Bridge Authority).

e. Pada tanggal 30 Maret 2011 : Pembahasan teknis hasil ‐ Aspek Gunung Anak
Krakatau.
f. Pada bulan April 2010 : Pembahasan teknis aspek Kegempaan di wilayah Selat
Sunda.
g. Pada tanggal 31 Mei 2011 : Pembahasan teknis ‐ Pengembangan wilayah Kawasan
Strategis Selat Sunda ‐ Kesiapan Pemerintah Daerah Lampung dalam rencana
pembangunan Jembatan Selat Sunda.
h. Pada tanggal 13 September 2011 : International workshop on Long Span Bridge
Towards Sunda Strait Bridge Development – Structural Engineering Aspect.
i. Pada bulan Desember 2011 : Pembahasan teknis Identifikasi Pengembangan
kawasan dan kaki jembatan.

4

j. Pada tanggal 27 Maret 2012 : 2nd International Workshop On Long Span Bridge
Towards Sunda Strait Bridge Development –Geotechnical Engineering Aspect.
2.4 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (selanjutnya disebut KSN) Selat
Sunda berupa Clustering potensi ekonomi di KSN Selat Sunda.
Provinsi Banten
Kawasan Ekonomi Potensial (KEP) Fungsi
1. KEP Panimbang
Kawasan wisata dengan basis wisata bahari
2. KEP Bojonegara

Kawasan industri dan pergudangan serta terminal
peti kemas

3. KEP Cilegon
4. KEP Maja

Kawasan industri dan pergudangan
Kawasan permukiman skala besar, perdagangan,
dan jasa

Provinsi Lampung
Kawasan Ekonomi Potensial (KEP)
1. KEP Lampung Tengah‐Lampung
Timur

Fungsi
Kawasan produksi pertanian dan
perkebunan, wisata alam, dan industri
pengolahan hasil pertanian

2. KEP Lampung Selatan

Kawasan industri, pergudangan, wisata
bahari dan sentra produksi pertanian serta
serta terminal terpadu

3. KEP Bandar Lampung‐Metro

Kawasan pusat pemasaran dan
distribusi bagi wilayah sekitarnya
Kawasan pertanian, agropolitan,
industri, dan pengolahan hasil pertanian

4. KEP Pringsewu‐Pesawaran

2.5 Konsep pengembangan KSISS
LAMPUNG
a.
Memanfaatkan
Menurut A. Hermanto Dardak, Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Selaku Sekretaris
energi
lokal dan
Dewan
Pengarah
Badan Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat
sumber
daya WORKS DAY pada Jumat 4 Mei 2012 menyebutkan Konsep
Sunda dalam PUBLIC
alam
Pengembangan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda adalah sebagai
b.
Kota
industri
berikut
:
yang terintegrasi
STRATEGI
c. Meningkatkan
kapasitas
jaringan
listrik
5
dan pasokan air

JEMBATAN SELAT SUNDA
a. Menghubungkan Lampung
dan Banten sebagai satu
kawasan yang terintegrasi
b. Memaksimalkan local
content untuk pembangunan
jembatan
c. Transfer teknologi
pembangunan jembatan &
manajemen proyek skala
besar

a.
b.
c.
d.

BANTEN
a. Kota PINTAR dan
ramah lingkungan
b. Menurunkan
beban listrik
c. Industri yang
ramah lingkungan

MANFAAT
Mengembangkan
kawasan ekonomi baru
Mempercepat
perkembangan Pulau
Sumatera
Mengurangi sentralisasi
ekonomi di Pulau Jawa
Menciptakan
kesempatan kerja

Dan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011
tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda disebutkan
bahwa KSISS dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. untuk memperkokoh kesatuan nasional dan meningkatkan integrasi perekonomian
Jawa dan Sumatera pada khususnya, serta untuk mendukung pengembangan
Kawasan Strategis Selat Sunda sebagaimana telah ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis nasional dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah
untuk mengelola pengembangan Kawasan Strategis Selat Sunda secara
terkoordinasi, sistematis, terarah, dan terpadu.
b. karena pengembangan Kawasan Strategis Selat Sunda dan pembangunan
Infrastruktur Selat Sunda tersebut bersifat lintas sektor dan padat modal, maka perlu
6

pengaturan khusus mengenai pengusahaan dan pembentukan kelembagaan yang
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan KSISS.
c. berdasarkan Nota Kesepakatan tentang Kerjasama Antar Pemerintah Provinsi seWilayah Sumatera yang ditandatangani antara para Gubernur dengan Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah se-Sumatera tanggal 30 November 2007, dan hasil
evaluasi terhadap kajian yang telah dilakukan dalam rangka penyiapan
pengembangan Kawasan Strategis Selat Sunda, termasuk hasil kajian prastudi
kelayakan yang telah disampaikan Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah
Provinsi Lampung kepada Pemerintah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, dijelaskan bahwa target
utama yang ingin dicapai oleh Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 adalah
memperkokoh kesatuan nasional dan meningkatkan integrasi perekonomian Jawa dan
Sumatera pada khususnya.
Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 ini mengatur tentang :
1. Ruang Lingkup dan Langkah Pengembangan : bahwa Kawasan Strategis Selat
Sunda meliputi kawasan darat, pulau dan laut yang terletak didalam Provinsi
Lampung, Provinsi Banten dan kawasan lain yang ditetapkan berdasarkan suatu
rencana pengembangan.
2. Badan Pengembangan : dibentuknya Badan Pengembangan Kawasan Strategis
dan Infrastuktur Selat Sunda.
3. Pelaksanaan Proyek Kerjasama : ditetapkannya konsorsium Banten-Lampung
sebagai pemrakarsa proyek, dimana konsprsium ini berbentuk perseroan terbatas
yang dibentuk oleh dan antara Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Banten, Provinsi
Lampung dan mitra
4. Dukungan dan Jaminan : pada bab ini dijelaskan bahwa dukungan yang diberikan
pemerintah dapat berupa kontribusi fiskal dan non-fiskal.
5. Ketentuan Penutup.
Dicantumkan dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda BAB I, Ruang Lingkup dan Langkah
Pengembangan Pasal 1 ayat (1) Pengembangan KSISS meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, hingga pengoperasian dan pemeliharaan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Ayat (2) Kawasan Strategis Selat
Sunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kawasan darat, pulau dan laut
yang terletak di dalam Provinsi Lampung, Provinsi Banten, dan kawasan lain yang
ditetapkan berdasarkan suatu rencana pengembangan. Ayat (3) Infrastruktur Selat
Sunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi jembatan tol, jalan kereta api,
utilitas, sistem navigasi pelayaran dan infrastruktur lainnya di Selat Sunda, termasuk
energi terbarukan yang terintegrasi, menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Selanjutnya dicantumkan dalam Pasal 2 ayat (1) Kawasan Strategis Selat Sunda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dikembangkan berdasarkan Rencana
Pengembangan KSISS yang dilakukan sebagai upaya fasilitasi dan stimulus untuk
7

percepatan pertumbuhan ekonomi kawasan. Ayat (2) Rencana Pengembangan KSISS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
dan/atau Rencana Tata Ruang Kawasan.
Berikutnya juga dicantumkan di Pasal 3 : Pengembangan KSISS dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya dalam negeri dan pendanaan swasta.
Dalam Pasal 4 ayat (1) Pengembangan KSISS dilaksanakan oleh Badan
Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Ayat (2)
Pengusahaan KSISS dilaksanakan oleh Badan Usaha Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Selat Sunda, yang selanjutnya disebut BUKSISS, berdasarkan Perjanjian
Pengusahaan dengan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama. Ayat (3) BUKSISS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berbentuk perseroan terbatas.
III.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Bahwa target utama yang ingin dicapai dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun
2011 tentang Pengembangan KSISS adalah memperkokoh kesatuan nasional dan
meningkatkan integrasi perekonomian Jawa dan Sumatera pada khususnya dengan
melakukan langkah-langkah secara terkoordinasi, sistematis, terarah, dan terpadu
bersifat lintas sektor dan padat modal, maka diperlukan pengaturan khusus mengenai
pengusahaan dan pembentukan kelembagaan yang mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab dalam pengembangan KSISS.
Berdasarkan target capaian Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang
Pengembangan KSISS, dapat ditemukan batasan masalah, yaitu :
1. Apakah pengembangan KSISS diyakini bisa memperkokoh kesatuan nasional?
2. Bagaimana pengaruh pengembangan KSISS bisa meningkatkan integrasi
perekonomian Jawa dan Sumatera?
3. Apakah langkah-langkah koordinasi, sistematis, terarah dan terpadu untuk
mencapai keberhasilan pengembangan KSISS?
4. Bagaimana pengaturan khusus yang ditempuh oleh pemerintah dalam kewenangan
dan tanggung jawabnya dalam pengembangan KSISS?
5. Pandangan penulis mengenai tinjauan politik Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun
2011 tentang Pengembangan KSISS.

IV. Pembahasan
4.1 Pengembangan KSISS bisa memperkokoh kesatuan nasional
8

4.1.1 Sekilas tentang KSISS
Sebelum Perpres diubah menjadi pengembangan KSISS, rencana pembangunan JSS
sudah mulai diusulkan oleh Prof. Sedyatmo (ITB), seorang guru besar di Institut
Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto tahun 1986, memerintahkan BPPT untuk melaksanakan studi
dengan nama Tri Nusa Bimasakti yang berarti penghubung antara tiga pulau
yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Bali. Pada tahun 1990-an Prof. Wiratman
Wangsadinata dan Dr. Ir. Jodi Firmansyah melakukan pengkajian uji coba desain
kembali terhadap perencanaan penghubungan antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera, pada hasil pengkajian menyatakan bahwa penghubung dengan melalui
sebuah jembatan ternyata lebih layak bila dibandingkan dengan penghubung dengan
melalui
sebuah terowongan
dibawah
dasar
laut untuk
penghubung Pulau
Sumatera dan Pulau
Jawa.
Sedangkan
untuk Jembatan
Selat
Bali yang
menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali belum terlaksana dikarenakan
pemerintahan daerah Provinsi Bali belum bersedia.
Dan selanjutnya lebih intens lagi pada masa pemerintahan Presiden SBY, mulai tahun
2009 sudah dilakukan Pra Feasibility Study pembuatan JSS sampai keluar Keppres No.
36 tahun 2009 tentang pembentukan timnas selat sunda dan di tahun 2011 keluarlah
Perpres No. 86 tahun 2011 tentang pengembangan KSISS.
5.1.2 Penjelasan tentang kesatuan nasional
Kesatuan mengandung arti : “bersatunya macam-macam karakter budaya, yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan harmoni.
Sedangkan nasional merupakan inisiatif masyarakat Indonesia yang berdaulat, untuk
dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, sesuai dengan situasi dan kepentingan tiap
wilayah.
Jadi kesatuan nasional dapat diartikan bersatunya bermacam-macam karakter budaya
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan harmoni yang merupakan
inisiatif masyarakat Indonesia yang berdaulat yang dilaksanakan di seluruh wilayah
Indonesia.
Sebagian ahli mengatakan bahwa suatu bangsa lahir karena:
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional.
3. Keinginan untuk kemandirian, keunggulan, individualistis, keaslian
Bangsa adalah sekelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan bathin karena
memiliki sejarah dan cita-cita yang sama. Bangsa lahir karena adanya persamaan
nasib, karakter, adanya ikatan persatuan diantara anggota-anggotanya, memiliki tanah
air yang sama, dan memiliki persamaan cita-cita.
9

Lahirnya suatu bangsa dari rasa keinginan untuk mencapai kesatuan nasional berarti
bangsa tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang dari cita-cita persamaan nasib,
persamaan karakter, rasa memiliki tanah air yang sama dan persamaan cita-cita.
5.1.3 Hubungan antara KSISS dengan Kesatuan Nasional
Implikasi pembangunan JSS terhadap pengembangan KSISS
pengembangan KSISS diharapkan dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu :

adalah

bahwa

1. Akan merubah moda transportasi antar Pulau Jawa dan Sumatera.
Jalur transportasi yang selama ini menghubungkan antara kedua Pulau ini adalah
dengan melintas di Pelabuhan Merak (Banten) ke Pelabuhan Bakauheuni serta
penerbangan udara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara
Branti/Radin Intan (Bandar Lampung). Jelas, dengan pembangunan JSS yang
merupakan tidak terpisah dari pengembangan KSISS akan merubah moda
transportasi diantar kedua Pulau tersebut.
2. Akan merubah pola pengembangan investasi dan keterkaitan ekonomi.
Karena pengembangan KSISS dan JSS merupakan megaproyek yang menandai
“loncatan jauh” (quantum leap) dalam pembangunan Indonesia dan berpotensi
mendongkrak kemajuan bangsa dalam hal pengembangan investasi dan keterkaitan
ekonomi juga sebagai medium vital-strategis untuk memajukan bangsa,
mensejahterakan rakyat dan memperkuat ikatan kesatuan NKRI. Secara filosofis
dan serentak ekonomis, pengembangan KSISS dan JSS secara fundamental bukan
saja menghubungkan melainkan juga “menyatukan” dua pulau besar dengan
penduduk terpadat di Indonesia (Pulau Jawa dan Sumatera). Sekitar 80 persen
penduduk Indonesia bermukim di dua pulau ini.
3. Akan merubah struktur dan pola ruang dalam pengembangan wilayah.
Pengembangan KSISS akan menghubungkan dua pulau besar (Pulau Jawa dan
Sumatera) khususnya dengan akan dibangunnya. JSS diandalkan akan mempererat
hubungan dan manfaat sosial, politik, ekonomi, budaya, dan fisik di antara dua pulau
ini. Manfaat tersebut antara lain menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pulau Jawa dan Sumatera, dan meningkatkan interaksi
antarwilayah yang terhubung. Dalam pembangunannya, industri dalam negeri
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal, terutama dalam hal
pasokan material dan peralatan serta mempermudah terjadinya akulturasi
(percampuran budaya) yang pada akhirnya bisa mempererat persatuan dan
kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Dari perspektif pertahanan, KSISS dan JSS
tentu sangat bermanfaat terutama dalam memobilisasi pasukan dari Jawa ke
Sumatera dan juga sebaliknya. Mari kita bayangkan Indonesia di masa depan,
kehadiran KSISS dan JSS pun menjadi “penanda kedaulatan” kita dari segi
Pertahanan dan Keamanan (hankam) dari dunia luar.
5.1.4 Landasan teori
10

Dalam menjabarkan hubungan antara KSISS dengan Kesatuan Nasional, saya
menggunakan analisa Teori Ekonomi Politik. Teori ekonomi politik adalah bagian dari
ilmu sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu, yakni politik dan ekonomi.
Penelaahan Teori Ekonomi Politik merupakan telaahan ilmu yang bersifat interdisiplin,
yakni terdiri dari atas gabungan dua disiplin ilmu dan dapat digunakan untuk
menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi
politik.
Teori ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang digabungkan
menjadi kajian ilmu ekonomi politik. Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah
ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi
(Rothschild, 1989).
Kajian inti dari studi ekonomi politik adalah fenomena-fenomena ekonomi secara
umum, seperti ketahanan nasional yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik :
yakni menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik. Dalam
hal ini kajian yang dibahas adalah penjabarkan hubungan antara KSISS dengan
Kesatuan Nasional. Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi
politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek politik.
Adanya kelemahan instrumen ini menyebabkan banyak cara untuk mencoba
mempertemukan titik temunya, sehingga teori ini berusaha untuk mencoba mengkaji
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dalam ekonomi politik. Dan dalam
upaya memaksimalkan teori ekonomi politik, tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi
yang berlaku di Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, setidaknya terdapat sistem ekonomi besar dunia yang
dibagi menjadi dua kategori pokok yaitu : 1. Sistem ekonomi yang berorientasi pasar
(ekonomi liberal) dan 2. Sistem ekonomi terencana atau yang lebih dikenal sebagai
ekonomi terpusat (sosialis). Sehingga dalam studi ekonomi politik akan ditemui masalah
atau pertanyaan yang sama peliknya mengenai bagaimana faktor-faktor politik itu
mempengaruhi kondisi-kondisi sosial ekonomi suatu negara.
Political theory of aging theory. The governing bodies responsible for social welfare
policies are also implicated in the health, or lack thereof, of the aging population within
its jurisdiction (Politik teori penuaan teori. Badan yang mengatur bertanggung jawab
atas kebijakan kesejahteraan sosial juga terlibat dalam kesehatan, atau kekurangan itu,
dari populasi yang menua dalam yurisdiksinya, McMullin, 2002)
5.2 Pengaruh pengembangan KSISS bisa meningkatkan integrasi perekonomian Jawa
dan Sumatera.
5.2.1 Penjelasan tentang Integrasi perekonomian
11

Peningkatan integrasi ekonomi adalah sinergitas seluruh kegiatan antara pemerintah
bersama masyarakat dalam rangka mengelola faktor-faktor produksi (Sumber Daya
Alam, tenaga kerja, modal, teknologi, dan manajemen) dan distribusi barang serta jasa
untuk kesejahteraan rakyat sehingga akan meningkatkan kapasitas produksi dan
kelancaran barang serta jasa secara merata ke seluruh wilayah negara. Dampak bagi
pengembangan kawasan khususnya untuk Provinsi Banten dan Lampung adalah
Provinsi yang akan paling berpotensi berkembang karena pengaruh langsung. Kegiatan
perekonomian di kedua Provinsi tersebut akan berkembang pesat mulai dari
infrastruktur, kawasan industri dan perdagangan, kawasan pariwisata dan transit, bisnis
property, dan lain-lain yang akan mempengaruhi struktur perekonomian masyarakatnya.
Lebih jauh lagi akan berkembang kawasan-kawasan wisata di Jawa dan Sumatera
karena selama ini wisatawan enggan berwisata ke Pulau Sumatera dikarenakan berat
di ongkos dan lama perjalanannya, maka dengan dibangunnya JSS akan lebih
meningkatkan minat kunjungan wisata yang pada akhirnya bisa menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan devisa buat negara.
5.2.2 Hubungan antara KSISS dengan peningkatan integrasi perekonomian Jawa dan
Sumatera
Pengembangan KSISS bisa meningkatkan integrasi perekonomian Jawa dan Sumatera
dikarenakan 2 (dua) pulau inilah yang pembangunannya paling berkembang pesat.
Sejak zaman dahulu, kedua pulau ini mempunyai hubungan yang intensif dan terlihat
sekarang dari padatnya arus lalu lintas penyeberangan kapal di lintasan
penyeberangan Selat Sunda (Merak – Bakauheuni) baik angkutan kendaraan, barang
maupun orang. Dengan akan dikembangkannya KSISS terutama dibangunnya JSS,
lalu lintas kendaraan, barang maupun orang bisa lebih lancar, bisa menekan biaya
karena dapat mengefesienkan energi dan waktu. Walaupun ongkos melintas JSS akan
lebih mahal daripada ongkos kapal Ferry tetapi keuntungan yang didapatkan seperti
biaya distribusi bagi angkutan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan, perusahaanperusahaan otobus, perusahaan angkutan/ transportir, perusahaan ekspedisi dan alatalat berat, mereka bisa menghemat biaya distribusi. Barang-barang akan sampai tujuan
lebih awal walaupun ongkos JSS lebih mahal akan tetapi biaya kirim menjadi lebih
efisien.
Dari sisi ekonomi, penyatuan Jawa dan Sumatera mendekatkan konsumen dengan
sentra produksi. Sumatera dikenal sebagai lumbung energi dan pangan, sementara
Jawa adalah wilayah padat penduduk dan sarat industri. Selain melancarkan
pergerakan barang dan mobilitas manusia di dua pulau besar itu, pengembangan
KSISS dan JSS niscaya mendorong akselerasi pembangunan dua kawasan yakni
Provinsi Banten dan Provinsi Lampung. Dengan menggunakan tol dan jalur kereta api
di KSISS, pergerakan barang dan mobilitas orang menjadi lebih cepat. Dengan
kehadiran KSISS dan JSS, pembangkit listrik bisa dibangun di sentra produksi gas dan
batubara di Sumatera lalu dialirkan lewat pipa ke Jawa melalui KSISS dan JSS. Dengan
demikian, KSISS dan JSS menjadi infrastruktur multifungsi. Kehadiran KSISS dan JSS
akan menggerakkan kawasan Banten dan Lampung yang selama ini belum banyak
12

tersentuh pembangunan. Kawasan industri di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi
(Jabodetabek) yang sudah penuh bisa dialihkan kedua kawasan ini bersamaan dengan
pengembangan industri, property dan pusat wisata. Pengembangan kawasan Banten
dan Lampung akan mengurangi tekanan urbanisasi ke Jakarta. Selain itu, JSS bakal
membangkitkan “kebanggaan nasional”. Bukankah bangsa kita selama ini mengalami
krisis jatidiri, kehilangan kebanggaan sebagai bangsa besar dan bermartabat di dunia.
Walaupun KSISS dan JSS bukan satu-satunya cara dan bukan satu-satunya penanda
kebesaran bangsa kita namun setidaknya secara psikologis-politis KSISS dan JSS bisa
membangkitkan kepercayaan diri dan semangat ke-Indonesiaan kita yang kian
meredup di tengah fenomena degradasi semangat nasionalisme.
Pengembangan KSISS dan JSS akan membuka lapangan pekerjaan dengan
banyaknya pendatang dari daerah lain diharapkan akan meningkatkan daya saing yang
sehat untuk penduduk lokal (karena akan meningkatkan daya saing lapangan kerja).
Hal ini harus diantisipasi dengan partisipasi Pemerintah Daerah baik dalam hal
infrastruktur fisik maupun non fisik yang memadai. Infrastruktur non fisik seperti
kesiapan penduduk lokal dalam menerima ekspansi ekonomi dan penduduk pendatang
dari luar, kesiapan birokrasi dan kelembagaan daerah. Daerah baru berkembang dan
berpotensi berkembang itu akan menarik investor asing apalagi daerah perbatasan.
Kita tahu bahwa Selat Sunda adalah selat tersibuk kedua setelah Selat Malaka, maka
hal ini wajib diwaspadai. Dengan akan dibangunnya banyak industri maka dibutuhkan
pengawasan terhadap pengangkutan barang, kendaraan dan orang. Pemerintah
Daerah setempat wajib waspada dan menjunjung tinggi nilai-nilai Wawasan
Kebangsaan.
5.2.3 Landasan teori
Perekonomian Jawa dan Sumatera proses intergrasinya menepatkan posisi kedua
pulau sebagai pusat integrasi ekonomi dan politik yang diarahkan menuju cita-cita
ketahanan nasional. Hal ini memberikan suatu indikasi kepada kita bahwa jalan pikiran
seperti ini memberikan kesan bahwa mekanisme pengelompokan regionalisme seperti
ini dianggap sebagai suatu ambisi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ambisi
regionalisme di Pulau Jawa dan Sumatera yakni dengan usaha untuk menarik usaha
kembali sejarah masa silam bahwa pusat pertumbuhan dan perkembangan regional
berada di Jawa dan Sumatera.
Dengan akan munculnya lagi pengelompokan kekuatan ekonomi kawasan dengan
dikembangkannya KSISS yang intens dibentuk tahun 2009, merupakan terobosan baru
pembangunan di kawasan ini. Ini juga dilihat sebagai suatu pengelompokan didasarkan
atas kerjasama ekonomi kawasan dan pada gilirannya akan merebak menjadi suatu
integrasi ekonomi nasional.
Tentunya kehadiran pengembangan KSISS yang bersifat nasional akan memberikan
dampak terhadap tata hubungan regional serta tata hubungan ekonomi Indonesia
umumnya. Dampak/implikasi di dalam tatanan hubungan ekonomi yang diartikan
adalah jika diterjemahkan bahwa kehadiran kelompok-kelompok kekuatan ekonomi baik
13

itu dalam tataran regional maupun nasional, yaitu KSISS dan JSS, adalah merupakan
puncak diplomasi dan kebijakan publik dari Pemerintahan SBY.
Jika persoalan ini dilihat ke dalam persfektif yang lebih luas, maka dapatlah dikatakan
ini semacam percaturan bisnis-politik pada level atas yang dilakukan di atas tataran
elite nasional. Jika ada yang merasa terancam dan menemui jalan buntu, memang
diperlukan suatu manuver-manuver politik, sebagaimana yang ditunjukkan oleh
berubahnya KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG TIM NASIONAL PERSIAPAN PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT
SUNDA di 28 Desember 2009 yang ditingkatkan lebih luas lagi menjadi PERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG
PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
tanggal 2 Desember 2011. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah mengultimatumkan
pengembangan KSISS tetap dijalankan sebagai kepentingan kebijakan Pemerintah
yang berkuasa.
Jika hal ini terjadi, dimana tidak akan melahirkan kompromi antara kelompok elite
sebagaimana yang telah disinggung di atas, maka pembangunan pengembangan
KSISS tidak akan mengalami hambatan di dalam pelaksanaanya.
5.2.4 Persfektif Analisis Konseptual
Berangkat dari uraian di atas, apa yang sebetulnya hendak dikatakan dalam tulisan ini
adalah sebagai upaya kerangka analisis konsep yang menjelaskan perubahan
ekonomi-politik dihampiri dengan membangun pendekatan ekonomi politik tadi yang
menekankan bahwa pertumbuhan kelompok-kelompok kekuatan ekonomi apakah itu
yang berskala regional maupun nasional dikaitkan dengan peneterasi ekonomi sebagai
substansi perubahan-perubahan atas kepentingan-kepentingan politik; dikonstruksikan
ke dalam teori integrasi regionalisme di atas kerangka bangunan dari sejumlah analisis
konseptual.
Selama antara tahun 1960-an sampai dengan 2009-an, pemerintah yang berkuasa
cenderung membangun suatu deskripsi untuk rnenggambarkan pembangunan JSS
yang kemudian di tahun 2011 ditingkatkan menjadi KSISS dimana masing-masing
bagian saling kait-rnengkait satu sama lain di atas tataran yang disebut dengan
kelompok-kelompok elite yang berdasarkan kepada suasana koalisi di Pemerintahan.
Beberapa diantara tim seperti misalnya Menteri Koordinator Perekonomian berasal dari
anggota partai koalisi yang juga merupakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional
(PAN), sebagai suatu fakta sosial. Dan disisi lain, yang mengatakan bahwa dalam satu
sistem politik, dilihat sebagai suatu kolega di pemerintahan. Kondisi tersebut sering
diakibatkan oleh keberadaan kecenderungan yang memperkuat (powerful) dan
antagonistik elite yang pada akhirnya akan menciptakan kondisi "dilema keamanan"
yang terformulasikan ke dalam pola globalisme politik nasional dimana ada sintesa
kondisionalitas antar kekuatan (power) dengan orientasi keamanan (security oriented)
yang dirumuskan sebagai pokok bahasan dalam analisis politik dan hubungan nasional.

14

5.3 Langkah-langkah koordinasi yang sistematis, terarah dan terpadu untuk mencapai
keberhasilan pengembangan KSISS
Proyek ini sudah dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 86 tahun 2011. Di
Perpres tersebut sudah dijelaskan secara rinci tentang kelembagaan yang mengurus
proyek ini, pembiayaannya, dan lain-lain. Nilai proyek yang mencapai 250 triliyun itu
luar biasa, makanya ini disebut megaproyek yang langsung di bawah
Presiden. Lembaga pelaksananya adalah Badan Pengembangan yang merupakan
Lembaga Pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dimana di dalamnya ada Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana dimana
sesuai bunyi Pasal 7 mempunyai tugas Dewan Pengarah :
a. menetapkan kebijakan, arah, dan strategi pengembangan Kawasan Strategis
dan Infrastruktur Selat Sunda;
b. memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada Badan Pelaksana mengenai
pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda sesuai dengan
kebijakan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. memberikan persetujuan terhadap rencana pengembangan Kawasan Strategis
dan Infrastruktur Selat Sunda;
d. menyelenggarakan rapat koordinasi Dewan Pengarah secara berkala sekurangkurangnya setiap 3 (tiga) bulan;
e. melakukan fasilitasi pelimpahan sebagian wewenang dari pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah kepada Badan Pelaksana;
f. mengoordinasikan dan mengendalikan kebijakan pemberian ijin oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah mengenai pengadaan tanah, pengelolaan
lahan, kelautan, kehutanan dan pertambangan dalam area Kawasan Strategis
dan Infrastruktur Selat Sunda;
g. melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;
h. menyampaikan laporan kepada Presiden atas pelaksanaan pengembangan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.
Dalam Pasal 8 disebutkan Dewan Pengarah terdiri dari :
a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
b. Wakil Ketua : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
c. Ketua Harian : Menteri Pekerjaan Umum;
d. Wakil Ketua Harian : Menteri Perhubungan;
e. Anggota :
1. Menteri Sekretaris Negara;
2. Menteri Keuangan;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Pertahanan;
5. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
6. Menteri Kehutanan;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
15

8. Menteri Perdagangan;
9. Menteri Perindustrian;
10. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional;
11. Menteri Riset dan Teknologi;
12. Menteri Lingkungan Hidup;
13. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
14. Sekretaris Kabinet;
15. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
16. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
17. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;
18. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;
19. Kepala Badan Pertanahan Nasional;
20. Gubernur Provinsi Banten;
21. Gubernur Provinsi Lampung;
f. f. Sekretaris : Wakil Menteri Pekerjaan Umum;
g. g. Wakil Sekretaris : Wakil Menteri Perhubungan.
Dalam Pasal 10 disebutkan Badan Pelaksana bertindak selaku Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
Sedangkan dalam Pasal 11, Badan Pelaksana mempunyai tugas :
a. menyusun dan menetapkan rencana pengembangan Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Selat Sunda;
b. menyusun program, serta menetapkan pengaturan pengembangan Kawasan
Strategis Selat Sunda dan pembangunan Infrastruktur Selat Sunda sesuai
dengan peraturan perundangundangan;
c. melakukan penyesuaian rencana pengembangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dengan memperhatikan hasil studi kelayakan, apabila dianggap perlu;
d. menerima dan melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah;
e. memfasilitasi pelayanan satu atap untuk urusan perizinan;
f. melakukan koordinasi dengan seluruh instansi terkait;
g. memberikan hak Pengusahaan kepada BUKSISS melalui Perjanjian
Pengusahaan;
h. melakukan pengawasan terhadap BUKSISS atas pelaksanaan Perjanjian
Pengusahaan;
i. merencanakan pengadaan tanah; dan
j. menyusun dan mengelola anggaran Badan Pengembangan.
Di Pasal 12 disebutkan :
(1) Susunan organisasi Badan Pelaksana, terdiri dari:
a. Kepala;
b. Sekretaris;
c. Deputi Bidang Perencanaan dan Pengendalian;
d. Deputi Bidang Pengusahaan; dan
16

e. Deputi Bidang Teknis.
(2) Kepala Badan Pelaksana yang selanjutnya disebut Kepala, diangkat dan
diberhentikan olehPresiden atas usulan Ketua Dewan Pengarah.
(3) Sekretaris Badan Pelaksana yang selanjutnya disebut Sekretaris, dan para Deputi,
diangkat dan diberhentikan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan Dewan
Pengarah.
Memang sampai dengan saat ini pihak swasta yang menyanggupi pembiayaan proyek
KSISS adalah pihak asing. Ada yang berasal dari Korea Selatan, Republik Rakyat
China, Amerika Serikat, Jepang, dan lain-lain karena memang tidak mungkin kita
memakai dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut
APBN). Bukan berarti tidak ada dana tetapi untuk urusan proyek negara yang lainnya
masih banyak sekali. Dikarenakan proyek ini akan bernilai ekonomi
tinggi (menguntungkan) sehingga banyak sekali investor yang mau. Kalau untuk
proyek penerangan listrik di pulau-pulau atau daerah-daerah terpencil akan tidak
menguntungkan secara ekonomi tapi harus disediakan, makanya APBN bisa dipakai
untuk proyek seperti itu. Tetapi kalau untuk proyek yang menguntungkan seperti KSISS
dan JSS sebaiknya diberikan kesempatan untuk pihak swasta. Tetapi yang harus
menjadi perhatian agar kita tidak semakin tergantung terhadap modal asing
(sebenarnya kalau ada pihak swasta dalam negeri yang sanggup tentunya akan sangat
baik) adalah persetujuan kerjasamanya, tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak,
tentang ketentuan-ketentuan tatacara pengembalian investasi dan lain-lain. Inilah
pentingya kemampuan berdiplomasi, bagaimana caranya biar mereka tetap mau
menanamkan investasi di proyek ini tetapi negara tidak dirugikan. Misalnya dari jangka
waktu pengembalian modal, tingkat suku bunga, teknologi dan sumber daya yang
dipakai, dan lain-lain itu harus rasional. Untuk urusan pertahanan di dalam Dewan
Pengarah kan ada Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga, seharusnya jika
nanti timbul masalah-masalah tentang pertahanan akibat dampat dari pengembangan
KSISS dan JSS, maka negara bisa aman karena adanya koordinasi lintas sektor.
Lembaga Dewan Pengarah ini berada sengaja di bawah Presiden agar koordinasinya
bisa lebih mudah dan simple, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan kebijakan
karena kita tahu di Indonesia untuk urusan birokrasi itu jalurnya panjang dan kompleks.
5.4 Pengaturan khusus seperti apakah yang akan ditempuh oleh pemerintah dalam
kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan KSISS
Jelaslah bahwa untuk pengembangan KSISS pada kenyataannya memerlukan
berbagai pengaturan untuk melaksanakannya agar matang dan terintegrasi supaya
tidak menimbulkan conflict of interest antara satu aspek aturan dengan aspek aturan
lainnya. Yang pasti proyek ini sudah dimulai tahapannya, Pemerintah harus serius
menjalankannya karena dana dari mulai studi kelayakan hingga penyiapannya pun
akan sangat besar (untuk dana Feasibility Study bukan dari investor tapi bersumber dari
APBN. Sebelumnya, feasibility study itu tidak menggunakan dana APBN tetapi
17

diserahkan kepada pihak pemrakarsa) karena pelaksanaan tendernya saja belum
dilaksanakan sehingga belum ada yang menang. Proyek ini sejak awal tidak didesain
menggunakan dana APBN. Sehingga jika kemudian terdapat usulan menggunakan
dana APBN, maka harus dibahas lebih kompleks. Karena untuk membuat feasibility
study saja perlu dana besar sehingga pemerintah harus membahas dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) terkait ketersediaan dana. Dalam hal dana dan pelaksanaan
proyek, Kementerian Keuangan menilai bahwa Peraturan Presiden No. 86/2011 ini
akan menguntungkan salah satu pihak. Untuk itu Kemenkeu sekarang sedang
mengajukan revisi agar Perpres tersebut bisa diperbaiki.
5.5 Tinjauan politik Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.
5.5.1 Pengertian Politik.
Politik dalam hal ini diartikan sebagai asas, haluan, kebijaksanaan yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Oleh karena itu masalah politik sering
dihubungkan dengan masalah kekuasaan dalam suatu negara yang berada ditangan
pemerintah. Kehidupan politik dapat dibagi ke dalam dua sektor :
1. Sektor masyarakat yang berfungsi memberikan masukan (input), terwujud dalam
pernyataan keinginan dan tuntutan kebutuhan masyarakat.
2. Sektor pemerintahan berfungsi sebagai keluaran (out-put) yang berupa
kebijaksanan dan melahirkan peraturan perundang-undangan, yang merupakan
keputusan politik.
Sistem politik menentukan kehidupan politik dilaksanakan sebagai pencerminan
interaksi antara masukan dan keluaran. Keseimbangan antara masukan dan keluaran
selalu berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan tingkat stabilitas nasional. Upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik adalah upaya
mencari keseimbangan dan keserasian antara masukan dan keluaran berdasarkan
Pancasila yang merupakan pencerminan dari Demokrasi Pancasila, dimana dalam
penyelenggaraannya diatur sebagai berikut :
1. Kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus dilaksanakan secara
bertanggungjawab, dan kebebasan harus melekat pada kepentingan bersama.
2. Tidak akan terjadi “dominasi mayoritas” sebab tidak selaras dengan semangat
kekeluargaan yang mengutamakan musyawarah untuk memperoleh mufakat.
Dalam hal tinjauan politik Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang
Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda yang diyakini bisa
memperkokoh kesatuan nasional, pengaruh pengembangan KSISS bisa meningkatkan
integrasi perekonomian Jawa dan Sumatera, langkah-langkah koordinasi, sistematis,
terarah dan terpadu untuk mencapai keberhasilan pengembangan serta pengaturan
khusus yang ditempuh oleh pemerintah dalam kewenangan dan tanggung jawabnya
dalam pengembangan KSISS jelaslah terlihat bahwa pengembangan KSISS (termasuk
18

pembangunan JSS didalamnya) tentunya banyak sekali sisi positif dan negatifnya. Akan
tetapi banyak sekali pendekatan-pendekatan dan tinjauan-tinjauannya tersebut lebih
memakai pendekatan dan tinjauan ekonomi strategis. Perpres Nomor 86 Tahun 2011
tentunya sudah berjalan dan terlaksana dari mulai proses hingga implementasinya.
5.5.2 Teori Elite Politik
Proses pembuatan Perpres Nomor 86 Tahun 2011 menurut hemat penulis lebih bersifat
elitis dan prosesnya memakai Teori Elitis (Elitist Theory) yakni pokok pikiran yang
termaksud dalam Perpres tersebut bermaksud untuk menjelaskan sifat serta peran
Pemerintah dimana pengaruh proses politik sangat terpusat di tingkat elite dimana
peran masyarakat secara langsung tidak mampu mengontrol secara luas dan bersamasama terhadap proses pembuatannya. Teori elitis biasanya menganggap bahwa di
dalam lembaga negara ada suatu sistem kekuasaan yang teratur, dimana satu
kelompok secara langsung atau tidak langsung melaksanakan kewenangan atau
kontrol yang besar secara bersama-sama. Suatu elite kekuasaan memperlihatkan
berasal dari golongan tertentu yang menyelenggarakan pemerintahan. Kehadiran suatu
elite yang dominan dalam proses pembuatan Perpres bersama elite-elite lainnya dalam
proses dan pengembangan pengambilan keputusan dan kebijaksanaan umum lainnya
dalam pembangunan KSISS. Dalam hal ini Presiden dan jajaran kabinetnya yang
berasal dari Partai Pemenang Pemilu tahun 2009 yaitu Partai Demokrat beserta dengan
partai-partai koalisinya yaitu Partai Golongan Karya, Partai Amanat Nasional, Partai
Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan
seperti yang tertuang dalam penguatan kesepakatan tanggal 15 Oktober 2009 yang
mengikat serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesepakatan yang telah
disempurnakan pada hari Senin tanggal 23 Mei 2011 dimana Pimpinan Partai Koalisi
yang bertanda tangan bersepakat untuk berkoalisi dan mendukung penuh suksesnya
pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014, baik dalam bidang Eksekutif maupun dalam
bidang Legislatif dengan menambahkan pasal-pasal baru, sebagai penyempurnaan
pasal 4, 7, 8, dan 9 dalam Kesepakatan Partai-Partai Politik yang bergabung dalam
Koalisi dengan Presiden Republik Indonesia tentang Code of Conduct (Tata Etika)
Pemerintahan Republik Indonesia 2009-2014 yagn ditandatangani pada hari Kamis
tangal 15 Oktober 2009. Terutama perihal penyempurnaan kesepakatan ini dituangkan
dalam butir 1 : Setiap anggota koalisi wajib memiliki dan menjalankan semangat
kebersamaan dalam sikap dan komunikasi politik,
yang sungguh-sungguh
mencerminkan kehendak yang tulus untuk berkoalisi. Anggota koalisi sepakat untuk
tidak mengeluarkan pernyataan dan tindakan maupun komunikasi politik yang
senantiasa menyerang dan mendiskreditkan satu sama lain, sehingga semangat
kebersamaan dan soliditas koalisi senantiasa dapat diimplementasikan bersama-sama.
Banyak studi-studi kekuasaan masyarakat yang dilakukan oleh ilmuwan politik yang
menolak model elite ini dan menyetujui pluralitas dimana kekuasaan politik tersebar
diantara kelompok-kelompok kepentingan yang bersaing meraih kekuasaan. Secara
historis, studi mengenai kekuasaan dan wewenang politik sering melahirkan teori-teori
elitis. Banyak filsuf politik menyarankan bahwa suatu pemerintahan yang dipegang oleh
kelompok elite khusus akan merupakan unsur penting bagi suatu sistem politik yang
19

ideal. Dalam negara ideal Plato, misalnya, sekelompok kecil para filsuf berfungsi diatas
hukum sebagai penguasa elite. Bagi Lenin, “kediktatoran proletar” Marx, dalam praktek
berarti, penguasaan kaum proletar oleh elite Partai Komunis. Disamping itu Robert
Michels dan Vilfredo Pareto, sangat terkenal karena kepeloporan mereka dalam
pengembangan teori-teori elitis yang dapat diterapkan ke dalam sistem pemerintahan
demokratis. Teori-teori elitis sekarang memusatkan perhatiannya pada sifat dan
peranan kelompok penguasa di negara-negara otoriter, pada elite-elite yang berperan
serta dalam proses “modernisasi” di negara-negara sedang berkembang seperti
Indonesia dan pada berbagai elite yang berfungsi di dalam masyarakat pluralis
demokratis pada tingkat-tingkat lokal dan nasional.
Proses pembuatan Perpres sangat elitis dimana dalam membuat sebuah kebijakan
publik diambil oleh kelompok elite dalam pemerintahan, dalam hal ini penguasa yaitu
Pesiden dan jajaran kabinetnya. Pendekatan elite memiliki dampak positif dan dampak
negatif, dampak positifnya adalah bahwa model ini dibuat oleh orang – orang yang
terpercaya dalam pemerintahan untuk membuat sebuah kebijakan yang berguna bagi
negara, sedangkan dampak negatif model ini adalah seringkali dalam pengambilan
kebijakan, para elite tidak membuat sebuah kebijakan berdasarkan kebutuhan
masyarakat, sehingga model ini menjadi tidak ideal karena tidak mampu untuk
mewadahi aspirasi masyarakat secara luas. Pada umumnya model ini menjadikan
pemerintahan yang konservatif dan mempertahankan status quo bahkan peraturan
yang dibuat sering dilanggar juga oleh elite-nya sendiri. Contoh : tindakan Menteri
Keuangan, Agus DW Martowardoyo dan juga Wakil Menteri Pekerjaan Umum,
Hermanto Dardak yang meminta revisi untuk Perpres Nomor 86 Tahun 2011 terkait
studi kelayakan (feasibility study/FS) megaproyek infrastruktur tersebut. PU dan
Kementerian Keuangan akan mengajukan revisi kepada Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian yang notabene revisi Perpres tersebut terkait pemisahan studi
kelayakan, antara proyek jembatan dengan kawasan strategis di sekitar jembatan, dan
pembiayaan studi kelayakan proyek jembatan yang menggunakan dana APBN. Belum
pernah ada sejarahnya seorang Menteri selaku Pembantu Presiden meminta revisi
terhadap Peraturan yang dibuat oleh atasannya yaitu Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono.
Kita tahu bahwa kepentingan publik jauh lebih penting daripada kepentingan individu
atau kelompok eli