Dasar Politik Indonesia dan Pancasila se

Skolastika L.K._071411231051_Jurnal Week 6
Dasar Politik Indonesia dan Pancasila sebagai Ideologi Negara
Ideologi merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh tiap-tiap negara
untuk mencapai cita-cita dan harapan bangsanya. Ideologi bangsa adalah cara pandang suatu
bangsa dalam menyelenggarakan negaranya. Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri
atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai instrumental yang berfungsi sebagai metode
atau cara mewujudkan cita-cita tersebut (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
2013:52). Pancasila pertama kali dikemukakan saat sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni
1945. Dalam sidang Badan Penyelidikan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1
Juni 1945 tersebut, Ir. Soekarno menyampaikan pidato tanpa teks yang berisi “Pemandangan
Oemoem” mengenai “dasar filsafat negara”. Pidato tersebut pada dasarnya merupakan
political appeal tentang “lima prinsip atau sila” untuk dipertimbangkan sebagai dasar falsafah
negara Indonesia merdeka (Soekarno, 2007:3).
Terdapat berbagai macam pola pemikiran yang mendasari terbentuknya Pancasila. Pada
dasarnya, terdapat tiga pola umum pemikiran yang mendasari terbentuknya ideologi
Pancasila, yaitu ideologi komunalisme tradisional, ideologi Islam, dan Liberalisme
bersejarah, dicampur dengan ideologi Marxis dalam berbagai tingkatan. Lebih dari tujuh
puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia masih mempertahankan hubungan dengan pola
komunal kuno yang berpusat di sekitar masyarakat desa (Van der Kroef, 1954:226).
Komunalisme menunjukkan kecenderungan tertentu terhadap demokrasi, politik dan sosial
(Van der Kroef, 1954:232). Terdapat tiga hal yang menjadi karakteristik komunalisme

tradisional. Karakteristik yang pertama yaitu tentang pola keterkaitannya antara perilaku
manusia baik dalam hal ekonomi, politik maupun sosial, semuanya saling berdekatan dan
memiliki koneksi satu sama lain. Karakteristik yang kedua, kepercayaan masyarakat pada
kekuatan supranatural, animistik atau panteistik, bisa dibilang cukup tinggi. Karakteristik
yang ketiga yaitu, adanya kepercayaan masyarakat kepada faktor-faktor tradisional dan sifat
kekeluargaan pada suatu area wilayah (Van der Kroef, 1954:226-228).
Pidato tanpa teks yang dikemukakan Ir. Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945
tentang kelima prinsip, merupakan suatu ajakan politik. Dalam ajakan politik tersebut,
Soekarno mengatakan bahwa kelima prinsip atau sila dapat pula diringkaskan menjadi tiga
(trisila) atau satu (ekasila). Hal penting yang perlu dicatat dari rumusan baru dari lima sila
tersebut, sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat

Skolastika L.K._071411231051_Jurnal Week 6
Islam bagi pemeluknya”, mencerminkan kompromi antara kalangan Nasionalis Religius yang
menginginkan terdapat pemisahan agama dan negara dengan kelompok Islam Nasionalis
yang mengusulkan Islam sebagai Dasar Negara (Soekarno, 2007:3-5). Islam di negara
Indonesia, dapat dikatakan memiliki sejarah perkembangan yang pesat. Sebagian besar
penduduk di Indonesia beragama Islam. Islam pernah menjadi suatu hal yang dianggap buruk
pada tahun 1884 oleh karena Snouck Hurgronje yang mengidentikkan Islam dengan
ketidakseriusan, hal yang negatif, dan tidak memiliki esensi spiritual apapun; namun

pengaruh tersebut tidak bertahan lama. Setelah konflik tersebut usai, perkembangan Islam di
Indonesia semakin luas, Contohnya adalah Aceh dan Minangkabau di Sumatera (Van der
Kroef, 1945:236). Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat Indonesia mulai
sadar mengapa Indonesia tidak memaksakan diri untuk menjadi negara Islam, itu karena
Presiden Soekarno tidak ingin agama selain Islam melepaskan diri dari Indonesia. Presiden Ir.
Soekarno lebih ingin menekankan kepada persatuan Republik Indonesia (Van der Kroef,
1945:243). Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mensahkan UUD dengan versi
yang telah diperbaiki bagian pembukaannya dan sila pertama berubah menjadi “Ketuhanan
Yang Maha Esa” (Soekarno, 2007:7).
Pola pemikiran ketiga yang mendasari terbentuknya Pancasila yaitu tentang revolusi liberal.
Pancasila memiliki nilai humanitarian, nasionalisme, dan keadilan sosial. Jika suatu negara
memiliki nilai fundamental yang seperti itu, pasti tidak terlepas dari West-European historic
Liberalism. Dapat dikatakan tidak terlepas dari West-European historic Liberalism, karena
sebagian dari pemimpin Indonesia menyerap hampir semua pengaruh Barat. Dalam pidato
Soekarno yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan tempat dimana semua berhak
mengemukakan pendapat dan demokrasi secara perwakilan.
Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi negara karena Pancasila dianggap sesuai
dengan jiwa bangsa Indonesia. Pancasila merupakan cerminan adanya kesamaan kepentingan
diantara sesama masyarakat Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila memiliki arti
penting yaitu, Pancasila memiliki fungsi pokok sebagai dasar negara yang pada hakikatnya

adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Peraturan perundangundangan di Indonesia harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan
tujuan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013:28-30).

Skolastika L.K._071411231051_Jurnal Week 6
Dari semua penjabaran di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa, ideologi merupakan
suatu hal yang mutlak diperlukan oleh suatu negara untuk menentukan kemana arah bangsa
dan untuk mencapai cita-cita bangsa. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai Dasar
Negara. Pancasila sendiri terpengaruh oleh tiga pola pemikiran dasar yaitu, komunalisme
tradisional, ideologi Islam dan revolusi liberal. Pancasila memiliki arti penting bagi bangsa
Indonesia karena Pancasila dianggap sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
dengan kata lain, peraturan dan hukum di Indonesia harus selaras dengan Pancasila. Sila
pertama dalam Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada tanggal 18
Agustus 1945 dan disahkan oleh PPKI, karena ingin menekankan kepada persatuan RI.

Referensi :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Materi Ajar Mata
Kuliah Pancasila. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sukarno, Ir. 2007. Lahirnya Pancasila: Pidato di hadapan Sidang BPUPKI 1 Juni 1945,
dalam Revolusi Indonesia: Nasionalisme, Marhaen dan Pancasila. Yogyakarta: Galang
Press, pp. 27-55.
Van der Kroef, Justus M., 1954. Pantjasila: the National Ideology of the New Indonesia,
Philosophy East and West, Vol. 4 No. 3, pp. 225-251.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24