PENGELOLAAN LIMBAH ATAU SAMPAH ORGANIK
PENGELOLAAN LIMBAH ATAU SAMPAH ORGANIK
(Tugas Makalah Ekologi Terapan (MIL. 816101)
!
OLEH
WAHYU SAPUTRO
1620011007
PROGRAM MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
PENGELOLAAN LIMBAH ATAU SAMPAH ORGANIK
Wahyu Saputo, S.T.
Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Rajabasa, Bandar
Lampung Email:
wahyusaputro844@rocketmail.com
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan berpotensi
mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan pengolahannya mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi bersih dan kesehatan
masyarakat dapat dijaga.
Berbagai teknologi pengolahan sampah organik cukup beragam dengan berbagai
kelemahan dan kelebihannya. Pemilihan jenis teknologi yang akan diaplikasikan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lokal. Sebaiknya
teknologi yang dipilih sifatnya tepat guna, sederhana dan mudah dioperasikan.
Contoh dari teknologi tersebut adalah teknologi pengkomposan. Dengan penerapan teknologi ini, disamping masalah sampah organik tertangani, dihasilkan juga
produk yang bernilai komersial berupa pupuk kompos. Contoh sampah organik
dapat dimanfaatkan antara lain : biogas, energi alternatif biodisel, alternatif ahan
bangunan, briket sampah, pelet pakan ternak.
Kata Kunci : Sampah organik, kompos, biogas, alternatif ahan bangunan, briket
sampah, pelet pakan ternak.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian sederhana istilah sampah adalah padatan yang sudah tidak terpakai
lagi dan dibuang. Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari atau berasal
dari industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun, dsb. Dari
kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan manusia) dan
sampah anorganik (sampah yang barella dari bahan mineral seperti logam, kaca,
plastik, dsb).
Pertumbuhan
penduduk
menyebabkan
pertambahan
jumlah
sampah.
Semakin banyak jumlah penduduk dalam suatu kota, maka semakin kompleks
pula kegiatan dan usahanya, sehingga akan semakin besar pula permasalahan
sampah yang harus ditanggulangi (Iriani, 1994).
Sumber sampah yang
terbanyak dari
Sampah pasar seperti sayur mayur,
pemukiman dan
pasar tradisional.
buah-buahan, ikan, dan
lain – lain,
sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk
ditangani dan
bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum
minimal
75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).
Pada
umumnya penanganan
sampah
di
Indonesia
saat
ini
cenderung
menggunakan sistem dumping, yaitu suatu sistem pembuangan sampah dengan
metode menumpuk sampah pada lahan terbuka. Sistem ini memerlukan lahan
yang
luas
serta menimbulkan pencemaran lingkungan dan
berkembangnya
sumber penyakit. Bila ini dibiarkan maka bisa mengakibatkan pencemaran dan
upaya untuk mengatasi hal ini salah satunya adalah dengan mengambil gas
metana dari biogas dari hasil degradasi senyawa organik secara anaerobik yang
dilakukan oleh mikroorganisme.
Sampah organik mengandung berbagai macam zat seperti karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin, dab. Secara alami,
zat-zat
tersebut
mudah
terdekomposisi oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah
itu sendiri dan enzim yang dikeluarkan oleh organisma yang hidup di dalam
sampah.
Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan
untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini didasari oleh
pandangan bahwa
sampah
adalah
sumber
daya
yang
masih
bisa
dimanfaatkan dan bahkan memiliki nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul
seiring dengan semakin langkanya sumber daya alam dan semakin rusaknya
lingkungan.
1.2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahaui pengelolaan dan pemanfaatan sampah organik yang baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Limbah/Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
a. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah
dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah
tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan.
Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.
Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk,
sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
2.2. Jenis-jenis Sampah
Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah
sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/
kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai
berikut :
a. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung,
sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak
menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lainlain.
b. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan
tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/
mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng,
(Gelbert dkk, 1996).
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu :
limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air cucian, air
sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas,
botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon
monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
2.3. Dampak Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
1. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
2. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari
air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian
sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat meledak.
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk
mengobati kerumah sakit).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2.4. Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R
Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengertian pengelolaan
sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui
program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang
(Recycle).
a. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara
langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
b. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
c. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami
proses pengolahan.
2.5. Pemanfaatan Sampah Organik
a. Biogas
Limbah-limbah kantin memiliki potensi untuk menjadi sumber energi
terbarukan, yaitu biogas. Limbah sisa makanan dan aktifitas dapur dalam
jumlah yang cukup dari kantin di lingkungan fakultas teknik Undip
dikumpulkan,
homogenisasi,
dilakukan
perlakuan
seperti
penghalusan
dan
lalu tahap memasukkan substrat beserta ekstrak rumen sapi
sebagai sumber bakteri anaerob kedalam batch reactor dengan penambahan
air sebagai variasi. (Wisnu,Wardana, I et al., 2012).
Salah
satu penanggulangan
banyaknya sampah pasar
tradisional
yaitu
dengan mengolahnya menjadi biogas. Penelitian biogas ini di buat dari
pencampuran antara sampah organik sayur-sayuran dengan kotoran
sapi dan
penambahan urea pada starter secara anaerobik pada reaktor batch. (Natalia, M
and Panca Nugrahini, 2014).
b. Energi Alternatif Biodisel
Limbah tahu cair dapat dimanfaatkan sebagai
media kultivasi mikroalga.
Nannochloropsis sp merupakan mikroalga yang mampu menghasilkan lipid
yang besar tersebut dapat dikonversi menjadi salah satu energi alternatif
biodiesel. (Widayat and Hadiyanto, 2015).
c. Alternatif Bahan Bangunan
Hasil pengelolaan sampah, seperti sampah styrofoam, sekam padi, kertas, plastik
dan serbuk kayu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bangunan, dan telah
teruji kelebihannya, baik secara fisik maupun mekanik. (Rifany Kurniaty, D
and Mohamad Rizal, 2011).
d. Kompos
Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara pengomposan merupakan
pelaksanaan kaidah daur ulang dalam upaya ikut menyelamatkan lingkungan.
Manfaat kompos sangat banyak, antara lain untuk kebersihan, kesehatan,
kelestarian lingkungan dan tambahan pendapatan. (Munawir, 2015).
e. Briket Sampah
Sampah organik yang bersifat keras seperti ranting dan batok kelapa dapat
dijadikan briket bahan bakar. (Wahyono, S, 2011).
f. Pelet Pakan Ternak
Sisa-sisa makanan dari warung makan atau restoran dapat dimanfaatkan menjadi
pelet. (Wahyono, S, 2011).
KESIMPULAN
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan berpotensi
mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan pengolahannya mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi bersih dan kesehatan
masyarakat dapat dijaga.
Berbagai teknologi pengolahan sampah organik cukup beragam dengan berbagai
kelemahan dan kelebihannya. Pemilihan jenis teknologi yang akan diaplikasikan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lokal. Sebaiknya
teknologi yang dipilih sifatnya tepat guna, sederhana dan mudah dioperasikan.
Contoh dari teknologi tersebut adalah
a. Teknologi pengkomposan. Dengan penerapan teknologi ini, disamping
masalah sampah organik tertangani, dihasilkan juga produk yang bernilai
komersial berupa pupuk kompos.
b. Biogas
c. Energi alternatif biodisel
d. Alternatif ahan bangunan
e. Briket sampah
f. Pelet pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Munawir. (2012). Pengelolaan sampah rumah tangga di rt.04 / rw.01 cipadu,
larangan, tangerang. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi, vol. 7, no. 14.
Natalia, M.; Nugrahini, P. (2014). Pengolahan sampah organik (sayur-sayuran)
pasar tugu menjadi biogas dengan menggunakan starter kotoran sapi dan pengaruh penambahan urea secara anaerobik pada reaktor batch. SNTMUT, isbn:
978-602-70012-0-6.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sampah.
Jakarta : Sekretariat Negara.
Rifany Kurniaty, D.; Rizal, M. (2011). Pemanfaatan hasil pengelolaan sampah
sebagai alternatif bahan bangunan konstruksi. Jurnal SMARTek, vol. 9, no. 1, p.
47 - 60.
Widayat.; Hardiyanto. (2015). Pemanfaatan limbah cair industri tahu untuk
produksi biomassa mikroalga nannochloropsis sp sebagai bahan baku biodiesel.
Jurnal Reaktor, vol.15, no. 4, p. 253-260.
Wisnu Wardana, I.; Junaidi.; Fadilah Soeroso, R.; Sahid Akbar, P. (2012).
Sampah untuk energi : kelayakan pemanfaatan limbah organik dari kantin di
lingungan undip bagi produksi energi dengen menggunakan reaktor biogas skala
rumah tangga. Jurnal Presipitasi, vol 9, no. 2, issn 1907-187x.
Wahyono, S. (2011). Pengolahan Sampah Organik dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan, vol 2, no. 2, p. 113-118.
(Tugas Makalah Ekologi Terapan (MIL. 816101)
!
OLEH
WAHYU SAPUTRO
1620011007
PROGRAM MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
PENGELOLAAN LIMBAH ATAU SAMPAH ORGANIK
Wahyu Saputo, S.T.
Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Rajabasa, Bandar
Lampung Email:
wahyusaputro844@rocketmail.com
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan berpotensi
mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan pengolahannya mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi bersih dan kesehatan
masyarakat dapat dijaga.
Berbagai teknologi pengolahan sampah organik cukup beragam dengan berbagai
kelemahan dan kelebihannya. Pemilihan jenis teknologi yang akan diaplikasikan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lokal. Sebaiknya
teknologi yang dipilih sifatnya tepat guna, sederhana dan mudah dioperasikan.
Contoh dari teknologi tersebut adalah teknologi pengkomposan. Dengan penerapan teknologi ini, disamping masalah sampah organik tertangani, dihasilkan juga
produk yang bernilai komersial berupa pupuk kompos. Contoh sampah organik
dapat dimanfaatkan antara lain : biogas, energi alternatif biodisel, alternatif ahan
bangunan, briket sampah, pelet pakan ternak.
Kata Kunci : Sampah organik, kompos, biogas, alternatif ahan bangunan, briket
sampah, pelet pakan ternak.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian sederhana istilah sampah adalah padatan yang sudah tidak terpakai
lagi dan dibuang. Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari atau berasal
dari industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun, dsb. Dari
kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan manusia) dan
sampah anorganik (sampah yang barella dari bahan mineral seperti logam, kaca,
plastik, dsb).
Pertumbuhan
penduduk
menyebabkan
pertambahan
jumlah
sampah.
Semakin banyak jumlah penduduk dalam suatu kota, maka semakin kompleks
pula kegiatan dan usahanya, sehingga akan semakin besar pula permasalahan
sampah yang harus ditanggulangi (Iriani, 1994).
Sumber sampah yang
terbanyak dari
Sampah pasar seperti sayur mayur,
pemukiman dan
pasar tradisional.
buah-buahan, ikan, dan
lain – lain,
sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk
ditangani dan
bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum
minimal
75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).
Pada
umumnya penanganan
sampah
di
Indonesia
saat
ini
cenderung
menggunakan sistem dumping, yaitu suatu sistem pembuangan sampah dengan
metode menumpuk sampah pada lahan terbuka. Sistem ini memerlukan lahan
yang
luas
serta menimbulkan pencemaran lingkungan dan
berkembangnya
sumber penyakit. Bila ini dibiarkan maka bisa mengakibatkan pencemaran dan
upaya untuk mengatasi hal ini salah satunya adalah dengan mengambil gas
metana dari biogas dari hasil degradasi senyawa organik secara anaerobik yang
dilakukan oleh mikroorganisme.
Sampah organik mengandung berbagai macam zat seperti karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin, dab. Secara alami,
zat-zat
tersebut
mudah
terdekomposisi oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah
itu sendiri dan enzim yang dikeluarkan oleh organisma yang hidup di dalam
sampah.
Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan
untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini didasari oleh
pandangan bahwa
sampah
adalah
sumber
daya
yang
masih
bisa
dimanfaatkan dan bahkan memiliki nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul
seiring dengan semakin langkanya sumber daya alam dan semakin rusaknya
lingkungan.
1.2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahaui pengelolaan dan pemanfaatan sampah organik yang baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Limbah/Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
a. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah
dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah
tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan.
Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.
Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk,
sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
2.2. Jenis-jenis Sampah
Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah
sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/
kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai
berikut :
a. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung,
sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak
menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lainlain.
b. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan
tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/
mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng,
(Gelbert dkk, 1996).
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu :
limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air cucian, air
sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas,
botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon
monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
2.3. Dampak Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
1. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
2. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari
air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian
sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat meledak.
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk
mengobati kerumah sakit).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2.4. Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R
Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengertian pengelolaan
sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui
program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang
(Recycle).
a. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara
langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
b. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
c. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami
proses pengolahan.
2.5. Pemanfaatan Sampah Organik
a. Biogas
Limbah-limbah kantin memiliki potensi untuk menjadi sumber energi
terbarukan, yaitu biogas. Limbah sisa makanan dan aktifitas dapur dalam
jumlah yang cukup dari kantin di lingkungan fakultas teknik Undip
dikumpulkan,
homogenisasi,
dilakukan
perlakuan
seperti
penghalusan
dan
lalu tahap memasukkan substrat beserta ekstrak rumen sapi
sebagai sumber bakteri anaerob kedalam batch reactor dengan penambahan
air sebagai variasi. (Wisnu,Wardana, I et al., 2012).
Salah
satu penanggulangan
banyaknya sampah pasar
tradisional
yaitu
dengan mengolahnya menjadi biogas. Penelitian biogas ini di buat dari
pencampuran antara sampah organik sayur-sayuran dengan kotoran
sapi dan
penambahan urea pada starter secara anaerobik pada reaktor batch. (Natalia, M
and Panca Nugrahini, 2014).
b. Energi Alternatif Biodisel
Limbah tahu cair dapat dimanfaatkan sebagai
media kultivasi mikroalga.
Nannochloropsis sp merupakan mikroalga yang mampu menghasilkan lipid
yang besar tersebut dapat dikonversi menjadi salah satu energi alternatif
biodiesel. (Widayat and Hadiyanto, 2015).
c. Alternatif Bahan Bangunan
Hasil pengelolaan sampah, seperti sampah styrofoam, sekam padi, kertas, plastik
dan serbuk kayu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bangunan, dan telah
teruji kelebihannya, baik secara fisik maupun mekanik. (Rifany Kurniaty, D
and Mohamad Rizal, 2011).
d. Kompos
Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara pengomposan merupakan
pelaksanaan kaidah daur ulang dalam upaya ikut menyelamatkan lingkungan.
Manfaat kompos sangat banyak, antara lain untuk kebersihan, kesehatan,
kelestarian lingkungan dan tambahan pendapatan. (Munawir, 2015).
e. Briket Sampah
Sampah organik yang bersifat keras seperti ranting dan batok kelapa dapat
dijadikan briket bahan bakar. (Wahyono, S, 2011).
f. Pelet Pakan Ternak
Sisa-sisa makanan dari warung makan atau restoran dapat dimanfaatkan menjadi
pelet. (Wahyono, S, 2011).
KESIMPULAN
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan berpotensi
mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan pengolahannya mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi bersih dan kesehatan
masyarakat dapat dijaga.
Berbagai teknologi pengolahan sampah organik cukup beragam dengan berbagai
kelemahan dan kelebihannya. Pemilihan jenis teknologi yang akan diaplikasikan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lokal. Sebaiknya
teknologi yang dipilih sifatnya tepat guna, sederhana dan mudah dioperasikan.
Contoh dari teknologi tersebut adalah
a. Teknologi pengkomposan. Dengan penerapan teknologi ini, disamping
masalah sampah organik tertangani, dihasilkan juga produk yang bernilai
komersial berupa pupuk kompos.
b. Biogas
c. Energi alternatif biodisel
d. Alternatif ahan bangunan
e. Briket sampah
f. Pelet pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Munawir. (2012). Pengelolaan sampah rumah tangga di rt.04 / rw.01 cipadu,
larangan, tangerang. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi, vol. 7, no. 14.
Natalia, M.; Nugrahini, P. (2014). Pengolahan sampah organik (sayur-sayuran)
pasar tugu menjadi biogas dengan menggunakan starter kotoran sapi dan pengaruh penambahan urea secara anaerobik pada reaktor batch. SNTMUT, isbn:
978-602-70012-0-6.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sampah.
Jakarta : Sekretariat Negara.
Rifany Kurniaty, D.; Rizal, M. (2011). Pemanfaatan hasil pengelolaan sampah
sebagai alternatif bahan bangunan konstruksi. Jurnal SMARTek, vol. 9, no. 1, p.
47 - 60.
Widayat.; Hardiyanto. (2015). Pemanfaatan limbah cair industri tahu untuk
produksi biomassa mikroalga nannochloropsis sp sebagai bahan baku biodiesel.
Jurnal Reaktor, vol.15, no. 4, p. 253-260.
Wisnu Wardana, I.; Junaidi.; Fadilah Soeroso, R.; Sahid Akbar, P. (2012).
Sampah untuk energi : kelayakan pemanfaatan limbah organik dari kantin di
lingungan undip bagi produksi energi dengen menggunakan reaktor biogas skala
rumah tangga. Jurnal Presipitasi, vol 9, no. 2, issn 1907-187x.
Wahyono, S. (2011). Pengolahan Sampah Organik dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan, vol 2, no. 2, p. 113-118.