Context Of Justification yang Bebas Nila

Context Of Justification yang Bebas Nilai dan Context Of Discovery yang Tidak Bebas Nilai

A. Tinjauan Teori Bebas Nilai
Bebas nilai diartikan sebagai tuntutan bagi ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan
dikembangkan tanpa memerhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu pengetahuan. Dengan kata lain ilmu
pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan, karena itu ilmu pengetahuan tidak
boleh dikembangkan berdasar pada pertimbangan lain di luarnya. Tuntutan bebas nilai pada ilmu
pengetahuan sebenarnya tidak mutlak karena ilmu pengetahuan tetap peduli terhadap nilai tertentu
pada diri ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu nilai kebenaran dan kejujuran.
Dihadapkan dengan permasalahan moral dalam menghadapi penggunan ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak, maka para ilmuwan terbagi dalam dua golongan pendapat :
1. Ilmuwan golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai,
baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam tahap ini tugas ilmuwan adalah menemukan
pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, terlepas apakah
pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan baik ataukah untuk tujuan yang buruk.
2. Ilmuwan golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya kegiatan keilmuan haruslah
berlandaskan pada asas-asas moral. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa
hal, yakni :
a.


Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan
dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan

b.

Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih
mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi salah penggunaan

c. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa sehingga terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika
dan teknik perubahan sosial.
Berdasarkan ketiga hal itu maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat
kemanusiaan (Sumantri, 2001:234).
Dari ke dua golongan ini terdapat tawaran untuk menanggapi permasalahan tersebut yakni
membedakan context of justification dan context discovery.
1) Context of justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan kegiatan
ilmiah. Satu-satunya yang menjadi pertimbangan dalam konteks ini adalah bukti empiris dan

penalaran logis – rasional dalam membuktikan kebenaran suatu hipotesis atau teori. Dengan

kata lain, satu-satunya nilai yang berlaku dan diperhitungkan adalah nilai kebenaran.
2) Context of discovery menyangkut konteks di mana ilmu pengetahuan ditemukan dan hal
tersebut terkait bahwa, ilmu pengetahuan muncul dan berkembang demi memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi manusia. Jadi, ilmu pengetahuan tidak muncul begitu saja
karena terdapat konteks tertentu yang melahirkannya.
3) context of justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan kegiatan
ilmiah. Satu-satunya yang menjadi pertimbangan dalam konteks ini adalah bukti empiris dan
penalaran logis – rasional dalam membuktikan kebenaran suatu hipotesis atau teori. Dengan
kata lain, satu-satunya nilai yang berlaku dan diperhitungkan adalah nilai kebenaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa context of justification adalah bebas nilai, sedangkan untuk
context of discovery adalah yang tidak bebas nilai.

B. Kasus Penelitian Context Of Justification yang Bebas Nilai dan Context Of Discovery yang Tidak
Bebas Nilai
Berikut ini contoh beberapa penelitian yang menggambarkan dari kedua konteks tersebut.
1. Context Of Justification terhadap Rekayasa Genetik
Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah penerapan genetika
untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman
melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa
target dapat pula dimasukkan. Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat

dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah
susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada
kemanfaatan tertentu.
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri,
fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran
dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain,
seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta
teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing. 1
Berkembangnya ilmu rekayasa genetika bisa dikatakan berawal dari temuan bersejarah James
Watson dan Francis Crick berupa informasi genetik DNA yang struktur molekulnya berbentuk helix
ganda, 1953.

1

Sumber dari internet ; http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetika

Pada tahun 1954, ahli bedah Soviet Vladimir Demikhov, mengungkapkan karya terbesarnya
kepada dunia: Seekor anjing berkepala dua. Kepala anak anjing telah dicangkokkan ke leher anjing
gembala Jerman dewasa. Kepala kedua akan mendapatkan sisa susu, bahkan tidak perlu makanan
karena susu mengalir menuruni leher dari sambungna esofagus. Meskipun akhirnya kedua binatang

segera mati karena penolakan jaringan, itu tidak menghentikan Demikhov untuk menciptakan lebih
dari 19 lagi anjing berkepala dua selama 15 tahun setelahnya.

Gambar 01. Rekayasa Genetika anjing berkepala dua

Oktober 1990, National Institute of Health mengumumkan pekerjaan ambisius, memetakan
struktur genetik manusia dalam Human Genome Project. Sebelum proyek ini rampung, Juli 1995
ilmuwan Skotlandia mengumumkan keberhasilan mereka mengrekayasa genetika domba dari sel
embrio yang dinamai Mehan dan Morag. Februari 1997, ilmuwan Skotlandia berhasil
mengembangkan Dolly, anak domba yang di rekayasa genetika dari sel kambing dewasa. Ini diikuti
domba rekayasa genetika Polly yang dihasilkan dari sel kulit yang di modifikasi dengan tambahan
gen manusia, Juli1997.

Gambar 02. Rekayasa genetika domba dengan gen manusia

1) Posisi Rekayasa genetika dalam Ilmu Pengetahuan dan Agama
a. Rekayasa genetika Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, rekayasa genetika adalah satu capaian
yang luar biasa. Manusia telah mampu menciptakan makhluk hidup yang sesuai dengan
keinginan ‘sang pembuat’, yaitu ilmuwan-ilmuwan ahli rekayasa genetika. Pada awalnya

rekayasa genetika hanya dilakukan pada hewan dan tumbuhan, tetapi pada akhirnya akan
dilakukan pada manusia. Banyak sekali perdebatan yang menentang dan menerima rekayasa
genetika terhadap manusia. Mereka yang menentang berpangkal pada dampak-dampak negatif
yag ditimbulkan dari rekayasa genetika tersebut. Sedangkan mereka yang menerima akan
bertitik tolak dari tujuan positif yang akan dicapai.
b. Rekayasa genetika Dalam Agama
Dengan berpangkal pada kitab suci Al Qur`an, kaum konservatif dengan tegas menolak
rekayasa genetika diterapkan pada manusia. Rekayasa genetika terhadap manusia dengan cara
bagaimanapun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
Rekayasa genetika terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)
sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkakemudaratan (hal-hal
negatif). Dan diwajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktek rekayasa genetika terhadap manusia (www.mui.or.id). Disini martabat
manusia dipertanyakan kedudukannya ketika segala sifat dan bentuk yang tercipta dalam obyek
rekayasa genetika adalah ciptaan manusia.
c. Rekayasa genetika dalam Opini Publik

Publik beranggapan bahwa rekayasa genetika, bukanlah menjadi persoalan yang harus di
pertentangkan jika yang menjadi tujuan dan dasar penelitian adalah untuk kemaslahatan
masyarakat banyak. Namun di dalam penerapannya harus didasarkan pada kaidah dan aturanaturan yang tidak menyimpang dari ketentuan alam dan tidak menyebabkan dampak negatif

pada hasil dan lingkungan di sekitarnya.

2) Dampak Penelitian Rekayasa Genetika
a. Dampak di bidang sosial ekonomi
Dampak ekonomi yang tampak adalah paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi
bioteknologi pada kelompok tertentu, memberikan pengaruh yang sangat luas pada
masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunakan hormon
pertumbuhan sapi dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20%, niscaya akan
menggusur peternak kecil. Dominasi produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan.
b.

Dampak di bidang kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan ini memang sudah ada yang menimbulkan masalah

yang serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa menyebabkan 31 orang
meninggal di Inggris. Tomat Flavr Savr diketahui mengandung gen resisten terhaap antibiotic.
Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang
punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia. Kontroversi Produk Transgenik memiliki
dampak terhadap kesehatan manusia: alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial
yang tidak diketahui.

c. Dampak di bidang etika dan moral
Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki dampak etika yag
serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap sebagai
pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima manusia. Bahan pangan transgenic yang
tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten
pada organism hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organism. Hal ini
bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang mengghargai nilai intrinsic makhluk hidup.
Kontroversi tanaman transgenik seperti pelanggaran nilai intrinsik organisme alami, melawan
sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.
d.

Dampak pada lingkungan
Dampak pada lingkungan: transfer gen yang tidak dikehendaki, penyerbukan silang, efek

pada mikroba tanah, serta penyusutan keanekaragaman hayati flora dan fauna.

2. Context Of Discovery terhadap Penelitian Lumpur Lapindo
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah
peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal

29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta
memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
1) Penelitian Lumpur Lapindo
Sekitar 17 peneliti terkemuka dunia berkumpul di Surabaya untuk membahas bencana lumpur
Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka mencari penyelesaian efektif dalam menanggulangi dampak jangka
panjang bencana yang sudah memasuki tahun kelima itu. Pada hari pertama, rombongan peneliti
sempat berkunjung ke lokasi bencana lumpur di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
Berbagai Penelitian terkait lumpur lapindo terus diadakan,

kerjasama antara pemerintah

dengan LSM diharapkan mampu memberikan hasil optimal dalam upaya mencari solusi terhadap
permasalahan tersebut. Dari Indonesia sendiri, sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk
memadamkan lumpur berikut menanggulangi dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim
terdiri dari perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka.
Di antaranya, para pakar dari ITS, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Tim
Satu, yang menangani penanggulangan lumpur, dan

skenario pemadaman. Tujuan jangka


pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur
yang telah terhampar di atas tanah.

Gambar 03. Bencana Lumpur Lapindo

2) Hasil Penelitian Untuk Penyebab terjadinya semburan lumpur 2
2

Sumber dari internet ; http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk
mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang
ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss
(hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur)
sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150
kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi
pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan
bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi

yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan
Formasi Kujung (8500 kaki). Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah.
Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town
International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan kegiatan
tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists (AAPG) dihadiri
oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia mendukung
GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli menyatakan PEMBORAN sebagai
penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai
penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli menyatakan belum bisa mengambil opini. Laporan audit
Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29 Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis
dalam proses pemboran.

Gambar 04. Dampak Lumpur Lapindo

3) Tujuan Penelitian Lumpur Lapindo

Tujuan diadakan penelitian terkait Lumpur Lapindo oleh Pemerintah Indonesia, yaitu untuk
mencari informasi aktual dari penyebab dan penaggulangan luapan lumpur tersebut. Dari penelitian
itu akan menjadi wacana dan upaya pemerintah Indonesia dalam menetukan sikap terkait dampak

lumpur yang berpengaruh buruk terhadap kondisi stabilitas nasional. Dengan di perolehnya hasil
terkait penelitian Lumpur Lapindo ini seolah-olah di tutupi oleh pemerintah, adanya interfensi
pemerintah dalam hasil penelitian ini berasalasan agar tidak timbul animo berlebih di masyarakat
yang berpengaruh pada efek psikologis dan dan kecemasan terhadap masyrakat terkait dengan
permasalahan lumpur lapindo.
4) Opini Publik
Pemerintah dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini. Masyarakat adalah
korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata pencaharian
tanpa adanya kompensasi yang layak. Hal ini dianggap wajar karena banyak media hanya menuliskan
data yang tidak akurat tentang penyebab semburan lumpur lapindo, hal tersebut terkait dengan
upaya pemerintah yang menginterfensi media massa terhadap pemberitaan Lumpur Lapindo.
Salah satu pihak yang paling mengecam penanganan bencana lumpur Lapindo adalah aktivis
lingkungan hidup. Selain mengecam lambatnya pemerintah dalam menangani lumpur, mereka juga
menganggap aneka solusi yang ditawarkan pemerintah dalam menangani lumpur akan melahirkan
masalah baru, salah satunya adalah soal wacana bahwa lumpur akan dibuang ke laut karena
tindakan tersebut justru berpotensi merusak lingkungan sekitar muara.

Kesimpulan
Terkait dengan Bebas nilai dan Tidak Bebas Nilai, bahwa ilmu pengetahuan tetaplah sebuah ilmu
yang bertujuan untuk mengembangkan suatu pengetahauan demi kemajuan suatu ilmu, dan yang
paling terpenting adalah, terciptanya pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Tinjauan Pustaka
Sumber dari internet ; http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo
http://biologimaterial.blogspot.com/2010/09/rekayasa-genetika-dan-berbagai-polemik.html
Rekayasa Genetika dan Berbagai Polemik dalam Kehidupan Masyarakat ; Syarifah Widya Ulfa
http://blogs.itb.ac.id/projectzero/2012/04/30/rekayasa-genetik-pro-dan-kontra/
http://sugengryd.wordpress.com/2011/02/10/kloning-dalam-sudut-pandang-agama-dan-sains/
Kloning Dalam Sudut Pandang Agama dan Sains
http://sains.kompas.com/read/2011/05/26/18422660/Peneliti.Dunia.Bahas.Lumpur.Lapindo
Peneliti Dunia Bahas Lumpur Lapindo
http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/walhi-di-media/berita-tambang-a-energi/2689-lapindobrantas-bisa-dijerat-pidana.html
Lapindo brantas bisa dijerat pidana ; Seputarindonesia.com (Kamis, 21 Juni 2012 00:00