Pengaruh karakteristik perusahaan karakteristik terhad

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktik
Pengungkapan Intellectual Capital dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Publik di Indonesia
Ihyaul Ulum, Eny Suprapti, Ariestyowati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas 246 Malang, Jawa Timur

ABSTRACT
The principal purpose of this study was to investigate the influence of
companies’ characteristics (size, leverage, age, and type of the firm) to Intellectual
Capital Disclosure (ICD) practices. Total assets used as proxy of size of company;
leverage used debt to equity ratio; age measured since the date of IPO; firms are
categorized as IC intensive and non-IC intensive based on Firer and Williams (2003)
perspective. Data were drawn from 38 public companies which included in 50 Biggest
Market Capitalization for years 2006 and 2007. Multiple regressions were used to test
the hypothesis. The results show that companies’ characteristics influence ICD practices
significantly.
Keywords : Intellectual capital disclosure, companies’ characteristic, annual report.
LATAR BELAKANG
Modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis
modern saat ini. Hal ini akan menimbulkan tantangan besar bagi para akuntan dan

akademisi untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannnya dalam laporan
keuangan. Di Indonesia, fenomena ini mulai berkembang terutama setelah munculnya
PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan
secara eksplisit sebagai IC, namun setidaknya IC telah mendapat perhatian. Menurut
PSAK No. 19, aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administratif (IAI, 2002).
Intellectual capital merupakan interaksi dari human capital, customer capital
dan structural capital (Bontis, 1998). Human capital di dalam suatu organisasi memiliki
potensi penuh untuk membangun orientasi pasar bagi konsumennya. Bontis (1998),
(Bontis et al., 2000) dan Astuti (2004) menemukan hubungan positif signifikan antara
human capital dan customer capital. Human capital juga merupakan sumber inovasi
dan pembaharuan bagi perusahaan. Bontis (1998) dan Astuti (2004) menemukan
hubungan positif signifikan human capital dan structural capital. Namun, pada
penelitian Bontis et al. (2000) hubungan human capita l dan structural capital
tergantung sektor industrinya. Hubungan antara human capital dan structural capital
pada industri jasa bersifat positif tidak signifikan, sedangkan pada industri non jasa
bersifat positif signifikan dan bergantung pada pengungkapan informasi dalam laporan
tahunan.

Pengungkapan dalam laporan keuangan dan laporan tahunan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure )
dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan
0

pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku
Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan
untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan
untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Pengungkapan informasi
IC merupakan pengungkapan sukarela.
White et al. (2007) menggunakan 96 perusahaan bioteknologi di Australia untuk
menguji pengaruh karakteristik perusahaan (size, leverage, board independent, age)
terhadap praktik pengungkapan IC (menggunakan 78 item komponen IC) dalam laporan
tahunan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa size, leverage, board independent
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap praktek pengungkapan IC dalam laporan
tahunan perusahaan, sedangkan age tidak.
Guthrie et al. (2006) melakukan perbandingan praktik pengungkapan IC
perusahaan-perusahaan di Australia dan Hong Kong. Studi ini adalah kajian empiris
yang dilakukan dalam 2 tingkatan. Tingkatan pertama adalah sebuah kajian eksploratif
tentang pengungkapan IC oleh 20 perusahaan publik terbesar di Australia pada tahun

1998. Tingkatan kedua, menggunakan data tahun 2002, menguji pengungkapan atributatribut IC oleh 50 perusahaan publik di Australia dan 100 perusahaan publik di Hong
Kong. Hasilnya, tingkat pengungkapan informasi IC ditemukan cukup rencah dan
dalam kategori kualitatif, bukan kuantitatif, baik di Australia maupun Hong Kong. Hasil
lainnya adalah bahwa tingkat pengungkapan secara positif berhubungan dengan ukuran
perusahaan.
Terkait dengan beberapa hal tersebut, penelitian ini didesain untuk
mendeskripsikan praktik pengungkapan IC dalam laporan tahunan perusahaan publik di
Indonesia dan menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktek
pengungkapan tersebut.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Ukuran (size) Perusahaan terhadap Praktek ICD
Setidaknya ada empat argumen yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan
besar lebih mungkin untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Pertama , perusahaan besar lebih dimungkinkan mempunyai
biaya produksi informasi atau biaya kerugian persaingan yang lebih rendah dari pada
perusahaan yang lebih kecil. Kedua , perusahaan besar dimungkinkan mempunyai dasar
pemilikan yang lebih luas, sehingga diperlukan lebih banyak pengungkapan karena
tuntutan dari para pemegang saham. Ketiga , perusahaan besar lebih mungkin untuk
merekrut sumber daya manusia dengan kualifikasi yang tinggi, yang diperlukan untuk
menerapkan sistem pelaporan yang canggih. Keempat, manajer perusahaan yang lebih

kecil tampaknya percaya bahwa semakin banyak informasi yang diungkapkan dapat
membahayakan potensi kompetitif perusahaan.
Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan karena
nilainya lebih stabil. Pada penelitian terhadap perusahaan minyak dan gas bumi di
Australia menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan intellectual capital (Singh and VanderZahn, nd). Bukh et al.
(2005) mengidentifikasi dan menguji kembali studi Robb et al. (2001) dengan
menggunakan size perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah karyawan menemukan
perspektif bahwa ukuran perusahaan sangat mempengaruhi pengungkapan IC dalam
laporan tahunan perusahaan publik.
1

Firrer and Williams (2003) menggunakan tiga ukuran yang digunakan untuk
menghitung size perusahaan, yaitu total aset, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel size yang diukur berdasarkan
kapitalisasi pasar dan total aktiva mempunyai hubungan positif terhadap kelengkapan
pengungkapan IC dalam annual report. Jadi, semakin besar size perusahaan maka akan
semakin tinggi pengungkapannya. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas,
maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Size perusahaan berpengaruh terhadap praktek pengungkapan intellectual

capital dalam laporan tahunan perusahaan publik.

Pengaruh Leverage terhadap Praktek ICD
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas
pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu utang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio
leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi. Tambahan
informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap
dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur.
Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, sehingga
perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. White, et al. (2007)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat tanggung jawab untuk
penyedia hutang eksternal perusahaan biotechnology dengan tingkat pengungkapan IC
dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan White et al. (2007)
diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H2 : Leverage berpengaruh terhadap terhadap praktek pengungkapan intellectual
capital dalam laporan tahunan perusahaan publik.


Pengaruh Jenis Industri terhadap ICD
Bukh et al. (2005) dan Abdolmohammadi (2005) memberikan bukti bahwa jenis
industri berdampak pada luasnya pengungkapan IC di dalam laporan tahunan
perusahaan. Perusahaan-perusahaan dalam industri perbankan, elektronik, IT, dan jasa
dianggap sebagai IC intensive (Firer dan Williams, 2003). Selain perusahaanperusahaan di industri tersebut dianggap sebagai non-IC intensive. Berdasarkan analisis
dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Jenis Industri berpengaruh secara signifikan terhadap praktek
pengungkapan IC dalam laporan tahunan perusahaan publik.

Pengaruh Umur Perusahaan (age of the firm) terhadap ICD
Bukh et al. (2005) mengidentifikasi bahwa umur perusahaan biasanya
digunakan dalam penelitian sebelumnya sebagai proksi atas resiko. Dari perspektif ini
diekspektasikan bahwa perusahaan-perusahaan baru dengan pengalaman yang sedikit
akan lebih percaya pada pengungkapan non- keuangan. Dengan kata lain, bagi para
investor, untuk menilai perusahaan, informasi prospektif tentang earning akan lebih
2

bermanfaat daripada data historis yang terbatas. Bukh et al., (2005) dan White, et al.
(2007) tidak menemukan adanya hubungan antara umur perusahaan dengan luasnya

pengungkapan IC dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan
penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H4 : Umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktek
pengungkapan IC dalam laporan tahunan perusahaan publik.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Ukuran Perusahaan
(Total Aset)

Leverage
(Debt to Equity
Ratio/DER)

H1

H2

H3
Jenis Industri
(IC Intensive dan Non
IC Intensive)


Umur Perusahaan
(Age of Firm)

Intellectual Capital
Disclosure
(ICD)

H4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

METODE PENELITIAN
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, kriteria yang digunakan adalah (1) mengungkapkan annual report tahun 2006
dan 2007 di website perusahaan, dan (2) selama tahun 2006 dan 2007 masuk dalam 50
Biggest Market Capitalization . Berdasarkan kriteria ini, diperoleh jumlah sample
sebanyak 38 perusahaan (n = 76).
Analisis data dilakukan dengan:
1. Content analysis. Hal ini dilakukan dengan memberi tanda checklist pada item-item

pengungkapan komponen-komponen IC dan memberi skor untuk setiap item
pengungkapan secara dikotomi, dimana jika suatu item diungkapkan diberi skor ”1”
dan jika tidak diungkapkan diberi skor ”0”. Item-item tersebut kemudian
dijumlahkan berdasarkan 3 kategori IC sebagaimana disarankan Guthrie dan Petty
(2000).
2. Analisis regresi linier . Regresi digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengungkapan komponen-komponen IC dalam laporan
tahunan perusahaan publik. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
ICD= α + β1 log Size + β2 Leverage + β3 Industry + β4 Age + ε
dimana:
3

ICD

: Pengungkapan IC (jumlah total item yang diungkapkan masing-masing
perusahaan)

α

: intercept


Size

: total aset

Leverage : total kewajiban/ekuitas
Industry : Jenis Industri (‘1’ jika termasuk IC intensif; dan ‘0’ untuk non-IC
intensif)
Age

: Umur Perusahaan (dihitung mulai dari tanggal IPO hinggal tanggal
laporan tahunan)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Praktik Pengungkapan IC dalam laporan tahunan
Dari 28 item IC disclosure, terdapat tiga item yang diungkapkan oleh semua
perusahaan, yaitu ”proses manajemen”, ”sistem jaringan”, dan ”sistem informasi”.
Sedangkan ”perjanjian franshise” merupakan item yang paling sedikit diungkapkan
(hanya lima perusahaan). Gambar 6.8 dan 6.9 mendeskripsikan prosentase
pengungkapan IC tahun 2006 dan 2007 berdasarkan tiga kategori, human capital,

customer capital, dan structural capital.
Di tahun 2006, kategori structural capital diungkapkan oleh lebih dari 80%
perusahaan, sementara human capital dan customer capital diungkapkan oleh sekitar
60% perusahaan (tabel 1).

Gambar 2. Prosentase pengungkapan komponen IC tahun 2006
Di tahun 2007, terjadi peningkatan prosentase pengungkapan IC di dalam
laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia di ketiga kategori. Kategori structural
capital misalnya, naik menjadi 85%, sementara human capital dan customer capital
juga meningkat di posisi 64% dan 66% (tabel 1)
4

Gambar 3. Prosentase pengungkapan komponen IC tahun 2007
Berikut adalah beberapa contoh pengungkapan atribut IC di dalam laporan
tahunan perusahaan publik di Indonesia;
a. PT. Telkom (2007) tentang trademark: ”Telkomsel menyediakan kepada
pelanggannya pilihan layanan prabayar dengan merek dagang “SimPATI”
atau layanan pascabayar dengan merek dagang“KartuHALO.”

b. PT. Telkom (2007) tentang corporate culture: ”Perseroan memiliki kebijakan
internal dan pengembangan budaya perusahaan yang dikenal dengan The
TELKOM Way (TTW) 135 … ”.
c. PT. International Nickle Indonesia (2007) tentang kategori proactive: ”Sebagai
perusahaan tambang yang besar, akan tetap proaktif dalam menjalankan
komitmen penuh antusias dan bercakupan luas terhadap tanggung jawab
sosial perusa haan”.
d. PT. Bank Niaga Tbk. (2007) tentang pendidikan: ”Untuk tahun 2007,
pendidikan dan pelatihan karyawan difokuskan kepada .... ”.
e. PT. PP London Sumatera (2007) tentang vocational qualification:
“Berkomunikasi dan berbagi pengalaman secara terbuka sehingga dapat
mewujudkan sumber daya manusia yang terintegrasi dalam kerjasama tim
guna menggapai visi Lonsum”.
Tabel 1 menggambarkan praktik pengungkapan atribut-atribut IC oleh
perusahaan publik di Indonesia tahun 2006 dan 2007. Tabel ini menggambarkan jumlah
perusahaan yang mengungkapkan atribut IC secara individual pada setiap tahun.

5

Tabel 1. Pengungkapan komponen-komponen IC dalam laporan tahunan
perusahaan publik di Indonesia tahun 2006 dan 2007
Intellectual Capital
Intellectual property :
Patent
Copyright
Trademarks
Infrastructure assets
Management philosophy
corporate culture
Management processes
IS (Information System)
Networking system
Financial relation
External capital
Brands
Customers
Customers loyalty
Companies’ name
Distribution channel
Business collaboration
Licensing agreement
Favorable contract
Franchising agreement
Human Capital
Know-how
Education
Vocational qualification
Work-related knowledge
Work-related competencies
Entrepreneur spirit
Innovativeness
Proactive
Reactive Abilities
Changeability

2006
n

Prosentase

2007
n

Prosentase

36
32
30

94,73
84,21
78,94

36
32
31

94,73
84,21
80,26

14
36
38
36
31
29

36,84
94,73
100,00
100,00
82,57
76,31

17
36
36
38
38
27

44,73
94,73
94,73
97,36
97,36
71,05

35
34
26
38
25
28
10
14
5

92,10
89,47
68,42
100,00
65,78
73,68
26,31
36,84
13,15

33
36
30
37
31
30
10
16
5

86,84
94,73
78,94
97,36
81,57
78,94
26,31
42,10
13,15

13
29
16
29
26
14
36
24
13
32

34,21
76,31
42,10
76,31
68,42
36,84
94,73
63,15
34,21
84,21

12
31
20
28
27
17
37
26
14
33

31,57
81,57
52,63
73,68
71,05
44,73
97,36
68,42
36,84
86,84

Hasil analisis regresi
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya pengaruh variabel size,
leverage, age, dan type of industry terhadap IC disclosure adalah 55.8% (R-square).
Secara parsial, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen merupakan pemicu
praktik pengungkapan IC perusahaan publik di Indonesai. Hasil paling signifikan
6

ditunjukkan oleh variabel size (sig = 0.004), hal ini konsisten dengan beberapa studi
sebelumnya (lihat misalnya: Bukh et al., 2005 dan White et al., 2007). Firrer dan
Williams (2003) juga menunjukkan bahwa size yang diukur berdasarkan market
capitalization dan total aktiva mempunyai hubungan positif terhadap tingkat
pengungkapan IC dalam annual report. Artinya, semakin besar ukuran perusahaan,
maka semakin banyak ia akan mengungkapkan informasi di dalam laporan tahunannya,
baik informasi keuangan maupun non-keuangan, baik mandatory maupun voluntary.
Perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli,
serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar
memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil
Gray et al. (1995). Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar
maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan
bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Penjelasan lain
yang juga sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang
besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi
untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan
pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan
biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki
informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya
yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan yang lengkap yang dilakukan
perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat
dengan perusahaan yang lain.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Size
Leverage
Age
Industry
Constanta
R-square
Koefisien Korelasi (R)
Fhitung
Sig.
 = 5%

Koefisien
Regresi (β)

thitung

Sig.

0.741
0.396
0.302
2.090

2.965
2.337
2.287
2.005

0.004
0.022
0.025
0.049

1.219
0.558
0.747
22.367
0.000

Variabel leverage dan jenis industri juga terbukti secara signifikan berpengaruh
terhadap pengungkapan IC. Hasil ini memperkuat temuan White et al. (2007) yang
menunjukkan adanya hubungan cukup signifikan antara leverage dengan IC disclosure,
namun berbeda dengan temuan Firer dan Williams (2003). Demikian juga dengan
variabel jenis industri, temuan ini konsisten dengan kajian Bukh et al. (2005) dan White
et al. (2007).

7

Variabel umur perusahaan menyajikan hasil yang cukup menarik. Dalam
konteks Indonesia, age ternyata menjadi pemicu praktik pengungkapan IC dalam
laporan tahunan (sig = 0.025). Temuan ini bertentangan dengan hasil kajian Bukh et al.
(2005) dan White et al. (2007) yang tidak menemukan adanya hubungan antara age
dengan ICD. Namun demikian, mereka mengemukakan dalam telaah teoritisnya bahwa
variabel ini adalah pemicu ICD. Bukh et al., (2005) misalnya, menyatakan bahwa
semakin tua umur perusahaan, maka nilai reputasi dan aktivitas sosialnya pun akan
semakin tinggi pula.
Menariknya, ternyata perusahaan-perusahaan yang berumur kurang dari lima
tahun di pasar modal (seperti PT. Bakrie Telecom Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia)
justru mengungkapkan lebih banyak informasi tentang IC dibandingkan perusahaan
yang berumur lebih lama. Hal ini bisa jadi karena semangat reputation driven, yaitu
motivasi untuk mendongkrak citra perusahaan dan menjadi perusahaan ternama dalam
perdagangan pasar saham meskipun perusahaan mereka baru di kancah pasar modal.
Temuan ini tidak hanya bertentangan dengan hasil penelitian Bukh et al. (2005) dan
White et al. (2007), namun bahkan membantah ekspektasi mereka tentang umur
perusahaan dalam kaitannya dengan voluntary disclosure.
SIMPULAN
Kesadaran perusahaan terhadap praktek pengungkapan Intellectual Capital (IC)
tergolong tinggi, dimana setiap perusahaan banyak yang mengungkapkan item
pengungkapan Intellectual Capital (IC) dalam laporan tahunan perusahaan publik.
Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan IC adalah perusahaan perbankan, jasa,
dan telekomunikasi.
Luas pengungkapan informasi IC dalam laporan tahunan dipengaruhi oleh
karakteristik perusahaan (ukuran, leverage, jenis industri, dan umur). Hasil uji F dan ttes menunjukkan bahwa semua variabel independen, baik secara parsial maupun
simultan, berpengaruh signifikan terhadap praktek pengungkapan komponen-komponen
IC dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia.
KETERBATASAN DAN SARAN
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya:
1. Periode penelitian yang dilakukan hanya dua tahun (2006-2007). Jika menggunakan
periode penelitian yang lebih panjang, mungkin akan diperoleh hasil yang lebih
baik;
2. Karena menggunakan content analysis dalam menentukan luas pengungkapan IC,
maka unsur subjektivitas tidak dapat dihindari. Hal ini dapat melahirkan
kemungkinan terjadi bias dalam pengukuran pengungkapan IC dalam laporan
tahunan perusahaan publik di Indonesia. Namun demikian, sejauh ini metode
analisis isi dianggap paling tepat untuk mengukur luas pengungkapan IC dalam
laporan tahunan.
3. Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini secara statistik
mampu menjelaskan 55,8% luas pengungkapan IC dalam laporan tahunan
perusahaan. Artinya, 44,2% lainnya dijelaskan oleh variabel atau proksi
karakteristik perusahaan yang lain. Penelitian selanjutnya dapat mengelaborasi
proksi-proksi lain untuk karakteristik perusahaan untuk mendapatkan hasil yang

8

lebih baik secara statistik dan lebih dapat mewakili variabel karakteristik
perusahaan.
-ooOooDAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, M.J. 2005. “Intellectual capital disclosure and market
capitalization”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 3. pp. 397-416.
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance”. Proceeding SNA VII. Solo. pp. 694-707
Bontis, N. 1998b. “Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and
models”. Management Decision. Vol. 36 No. 2. p. 63.
Bontis, N, W.C.C. Keow, S. Richardson. 2000. “Intellectual capital and business
performance in Malaysian industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1
No. 1. pp. 85-100.
Bukh, P.N., C. Nielsen, P. Gormsen, and J. Mouritsen. 2005. “Disclosure of information
on intellectual capital in Danish IPO prospectuses”. Accounting, Auditing &
Accountability Journal. Vol. 18 No. 6. pp. 713-732.
Firer, S., and S.M. Williams. 2003. “Intellectual capital and traditional measures of
corporate performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp. 348360.
Guthrie, J., and R. Petty. 2000. “Intellectual capital: Australian annual reporting
practices”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 3. pp. 241-251.
Guthrie, J., R. Petty. and F. Ricceri. 2006. “The voluntary reporting of intellectual
capital; comparing evidence from Hong Kong and Australia”. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 7 No. 2. pp. 254-271.
Ghozali, Imam. 2006. “Analisis Multivariate Dengan Metode SPSS”. Badan Pustaka
UNDIP. Semarang.
Gray, S.J., Meek, G.K. and Roberts, C.B. (1995), “International capital market
pressure and voluntary annual report disclosures by US and UK
multinationals”, Journal of International Financial Management and
Accounting, Vol. 6 No. 1, pp. 43-68.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19 .
Salemba Empat. Jakarta
Ulum, Ihyaul. 2007. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan di Indonesia”. Thesis Magister Sains Akuntansi
Universitas Diponegoro Semarang.
White, G., A. Lee, G. Tower. 2007. “Drivers of Voluntary Intellectual Capital
Disclosure in Listed Biotechnolog”. Research Paper of Intellectual Capital
Australia.
-oooOooo-

9

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124