Faktor yang Melatar Belakangi Keputusan

Faktor yang Melatar Belakangi Keputusan SAD Beralih ke Sistem Mata Pencaharian Pertanian Menetap
di Dusun III Senami Desa Jebak Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari
Eko Setianto
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Jambi
Prodi Ilmu Lingkungan

Abstrak
SAD merupakan salah satu sebutan diri bagi komunitas adat yang hidup dalam hutan di Provinsi Jambi.
Dusun III Senami Desa Jebak terdapat sekelompok masyarakat yang menamai dirinya sebagai SAD. Dimana
kebiasaan mereka dalam mempertahankan hiupnya sekarang sudah tidak lagi memanfaatkan hasil hutan seperti
berburu, meramu dan berladang berpindah, akan tetapi mereka sudah melakukan sistem mata pencaharian
menetap seperti berkebun karet, membuat arang, dan membuat anyam-anyaman dari rotan. Perubahan sistem
mata pencaharian ini tidak berubah begitu saja, sehingga dalam penelitian ini bertujuan penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui sistem mata pencaharian yang pernah dilakukan sebelum dan sesudah menetap dan untuk
mengetahui faktor yang melatar belakangi keputusan SAD untuk beralih ke sistem mata pencaharian menetap.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, lokasi penelitian dilakukan di Dusun III
Senami Desa Jebak yang terfokus kepada SAD yang melakukan sistem mata pencaaharian menetap. Instrument
yang digunakan adalah panduan wawancara mendalam. Dari hasil penelitian ini bisa diketahui bahwa sistem
mata pencaharian sebelum menetap adalah berburu, meramu, berladang berpindah dan memanfaatkan sumber
daya hutan yang lainnya, sementara sistem mata pencaharian yang dilakukan sesudah menetap adalah berkebun
karet, membuat arang didalam hutan dan membuat anyam-anyaman dari rotan. Sementara itu faktor yang

melatar belakangi beralihnya sistem mata pencaharian SAD untuk melakukan sistem mata pencaharian menetap
ada tiga faktor yaitu adanya program pemerintah melalui transosial, adanya faktor lingkungan yang terfokus
kepada sumber daya lahan dan hutan, dan faktor imigrasi dan lapisan masyarakat.
Kata Kunci : SAD, Sistem mata Pencaharian, Faktor Keputusan
mengandalkan sumberdaya alam melalui berburu

PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban

manusia

yang

dan meramu dalam memenuhi kebutuhan hidup

diikuti dengan perkembangan pengetahuan dan

mereka. Ada kelompok masyarakat SAD yang

teknologi dewasa ini, masih terdapat pola hidup


melakukan usaha dalam

yang terbelakang dan terasing pada suatu kelompok

hidupnya yaitu dengan bercocok tanam.

memenuhi kebutuhan

masyarakat di Provinsi Jambi. Dimana kelompok ini

Terdapat masyarakat SAD yang melakukan

sering di sebut SAD atau Masyarakat Suku Anak

cocok tanam menetap, yaitu kelompok masyarakat

Dalam, (KKI Warsi, 2010).

SAD yang berada di Dusun III Senami Desa Jebak


Departemen

mengklasifikasikan

Kecamatan Tembesi Kabupaten Batanghari. Kondisi

masyarakat SAD sebagai masyarakat adat dengan

Masyarakat SAD yang berdomisili di Dusun III

salah satu karakteristiknya yang menonjol yaitu

Senami Desa Jebak merupakan salah satu dari

bahwa mereka masih menjaga tradisi peninggalan

komunitas adat terpencil yang termasuk katogori

nenek


dan

menetap, dimana mereka tinggal dalam bentuk

kebudayaan Masyarakat SAD, nenek moyang

kelompok yang besar, menetap di dalam pemukiman

mereka melakukan kegiatan berburu dan meramu

seperti Desa atau dusun dan membaur dengan etnis

bahan makanan hasil hutan guna memenuhi

lain. Hal ini terlihat dengan kehadiran etnis lain di

kebutuhan hidup.

dusun tersebut, seperti suku melayu Jambi, suku


moyangnya.

Sosial

Berdasarkan

tradisi

Realita di lapangan dan berdasarkan studi

Sunda, suku Batak dan suku Minang Kabau. Bahkan

literatur menjelaskan bahwa ternyata ada kelompok

di Dusun Senami III ini sudah terjadi perkawinan

masyarakat

campuran antara masyarakat SAD dengan etnis


SAD

yang

tidak

lagi

hanya

lain atau masyarakat sekitar. Selain itu untuk

berladang berpindah-pindah. Apa yang melatar

memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat SAD di

belakangi masyarakat SAD terhadap sistem mata

Dusun


pencaharian

III

Senami

Desa

Jebak

tidak

lagi

menetap

melakukan

mengambil


memanfaatkan hasil hutan seperti berburu meramu

keputusan

ataupun berladang berpindah-pindah, akan tetapi

pencaharian menetap.

mereka sudah melakukan ataupun mengusahakan

Berdasarkan uraia diatas maka tujuan dari penelitian

tanaman perkebunan seperti tanaman karet. Sampai

ini adalah 1). Bagaimana sistem mata pencaharian

saat ini mereka sudah menikmati hasil dari taman

masyarakat SAD sebelum dan sesudah menetap, 2).


karet dan mengarang untuk memenuhi kebutuhan

Faktor apa yang melatar belakangi keputusan SAD

hidupnya.

beralih ke sistem mata pencaharian pertanian

Menetapnya masyarakat SAD ini terbukti

untuk

sehingga

sistem

mata

menetap?


dengan Tabel 1, yang menerangkan beberapa sistem
mata pencaharian masyarakat SAD tersebut. Dengan

METODE PENELITIAN

menetapnya sistem mata pencaharian masyarakat

Ruang lingkup dari penelitian ini dilakukan

SAD yang ada di Dusun III Senami Jebak maka

di Dusun III Senami Desa Jebak Kecamatan Muara

secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh faktor-

Tembesi Kabupaten Batanghari. Lokasi penelitian

faktor yang melatar belakangi keputusannya untuk


ditentukan dengan sengaja (Purposiv), dengan

melakukan sistem mata pencaharian menetap.

pertimbangan bahwa kelompok SAD ini telah hidup
menetap dan melakukan sistem mata pencaharian

Tabel 1: Data Kuantitatif Mata pencaharian
masyarakat di Desa Jebak Kecamatan
Muara Tambesi Kab.Batanghari.

pertanian menetap, selain itu kelompok SAD ini
juga sudah berbaur dengan masyarakat pendatang
dari beberapa etnis.
Adapun

Mata Pencaharian /
Jumlah
Pekerjaan
(Orang)
Petani
98
Buruh Tani
308
PNS
7
Karyawan Swasta
15
Pedagang
100
Jumlah
521
Sumber : Profil Desa Jebak Tahun 2009

1.

2.

menetap

3.

lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem
mata pencaharian yang lainnya (berburu, meramu
dan berladang berpindah). Pilihan yang dominan
terhadap

sistem

memunculkan

mata

pandangan

dalam

Data/Informasi

mengenai

sistem

mata

Data/Informasi

mengenai

sistem

mata

pencaharian menetap yang dilakukan

pencaharian

menetap

tersendiri

terhadap

fenomena ini. Mengapa masyarakat SAD sangat
berminat untuk melakukan sistem mata pencaharian
menetap dibandingkan dengan berburu, meramu dan

Sejararah sistem mata pencaharian yang
pernah dilakukan sampai dengan adanya
sistem mata pencaharian pertanian menetap.

saat ini sepertinya masyarakat SAD cenderung
pertanian

diperlukan

pencaharian yang pernah dilakukan SAD

dilakukan tanpa adanya alasan-alasan tertentu, dan

bahwa

yang

penelitian ini adalah :

Pengambilan keputusan ini tidak begitu saja

melihat

data

Penelitian ini dilakukan dengan metode
kualitatif, data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data primer yang diperoleh dari informan
dilapangan melalui wawancara dan observasi, dan
data skunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal
ilmiah,

hasil-hasil

penelitian,

dan

instansi

pemerintah.
Informan yang ditetapkan sebagai sumber
data/informasi dalam penelitian ini adalah 1). Ketua

adat, serta SAD Dusun III yang sudah melakukan

protein, kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama

sistem mata pencaharian pertanian menetap, 2)

ataupun seorang diri. Alat yang digunakan kujur,

Perangkat desa yaitu Kepala Desa, Kepala Dusun

teruk, dan serampang, jerat, dan senjata api rakitan

dan beberapa masyarakat non SAD.

atau sering disebut dengan kecepek. Binatang yang

Dalam
lapangan

pengumpulan

instrument

data/informasi

yang

digunakan

di

adalah

panduan wawancara mendalam dan dalam penelitian

sering menjadi incaran perburuan adalah babi,
kancil, rusan dan sebagainya.
Sementara

masyarakat SAD Dusun III

ini menggunakan teknik bola salju (Snowball) dalam

Senami yang dijadikan sampel dalam penelitian

pemilihan informan. Teknik ini digunakan ketika

sudah sangat jarang sekali melakukan perburuan

informan merekomendasikan untuk mewawancarai

binatang, mungkin hanya sekali-sekali saja mereka

informan lainnya yang dinilai dapat memberikan

melakukannya, dan itupun tidak semua melakukan.

informasi tambahan dan informan yang dimaksud

Hal ini dikarenakan tidak adanya lagi hutan yang

memiliki data/informasi yang lebih lengkap dan

bisa dijadikan tempat berburu, dikarenakan hutan

akurat.

Tahura yang ada di Senami ini sudah tidak boleh
Data yang diperoleh melalui kajian ini

diadakan kegiatan perburuan oleh dinas kehutanan.

merupakan data kualitatif dan yang kemudian

Selain itu juga binatang-binatang yang biasa mereka

dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif

buru juga semakin habis karena dimana-mana sudah

adalah upaya yang berlanjut, berulang dan terus

dibuka lahan pertanian baik perkebunan kelapa

menerus (Sitorus dan Agusta, 2004 dalam Muchlis,

sawit milik masyarakat maupun perusahaan dan

2009). Analisis data penelitian ini berlangsung

perkebunan karet mereka.

bersamaan

dengan

proses

pengumpulan

data.

Diantaranya mengikuti tiga jalur yaitu, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan
Huberman, 1994, dalam Muchlis, 2009).

Meramu

Meramu adalah aktivitas SAD dalam mencari
berbagai jenis tanaman baik untuk obat-obatan

Konsepsi pengukuran dari penelitian ini

maupun untuk di konsumsi atau dijual ke Desa-Desa

adalah 1) Karakteristik SAD berdasarkan sistem

sekitar hutan. Tanaman yang hanya digunakan untuk

mata pencaharian hidup yaitu ; a) Sistem mata

konsumsi sendiri seperti mencari gadung (gedung).

pencaharian yang dilkukan sebelum menetap, b)

Ini adalah jenis tanaman umbi-umbian yang

Sistem mata Pencaharian yang dilakukan setelah

beracun. Dengan pengelolaah yang panjang dan

menetap,

melatarbelakangi

rumit dan penuh ke hati-hatian gadung dapat

keputusan SAD beralih ke sistem mata pencaharian

dikonsumsi sendiri. Jenis tanaman lainnya adalah

pertanian menetap yaitu a) Program pemerintah

tanam-tanaman obat seperti pasak bumi (sempedu

melalui trans social, b) Lingkungan yang terfokus

tano). Jenis tanaman ini berfungsi untuk mengobati

kepada lahan dan hutan yang semakin habis dan

penyakit malaria maupun demam. Masih banyak

sempit, c) adanya migrasi dan Lapisan Masyarakat.

tanaman obat lainnya yang diramu untuk dijadikan

2)

Faktor

yang

obat-obatan di kalangan SAD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Untuk

Pola Kehidupan dan Aktifitas SAD

Berburu

uang, SAD Dusun III Senami Desa Jebak dulunya
mencari rotan-rotan hutan dan jernang, hasil-hasil

Kegiatan berburu adalah kegiatan mencari
binatang

mendapatkan penghasilan berupa

buruan

untuk

pemenuhan

konsumsi

hutan ini dijual ke toke di Desa sekitar hutan.

Disamping itu ada juga madu yang ada di pohon

terhadap penyakit. Walaupun panen baru dapat

sialang. Musim madu terdiri antara 1 – 2 tahun

dilakukan setelah usia karet mencapai 9 – 10 tahun

sekali. Pada saat itu mengambil atau mencari madu

tetapi yang utama adalah pencagahan terhadap

adalah

menyenangkan.

meraknya pembukaan dan bahkan penjualan lahan

Disamping bisa dimanfaatkan untuk konsumsi

hutan oleh masyarakat dusun secara besar-besaran

sendiri, selain itu banyak juga orang-orang Desa

terlebih lagi kuatnya arus illegal logging. Seperti

yang selalu memesan madu kepada SAD. Pada

hasil-hasil hutan lainnya, getah karet juga dijual

masa-masa lampau perdagangan SAD dengan orang

kepada toke-toke yang berada di Desa, terutama

diluar lingkungan mereka hanya bersifat barter atau

kepada para jenang di dusun, orang yang dianggap

tukar menukar barang, tetapi untuk saat ini mereka

memiliki kekuatan hukum dan kekuasaan oleh SAD.

aktivitas

yang

begitu

sudah mengenal uang dan telah menggunakannya
untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka.

2.

Mata Pencaharian Sebelum Menetap
Bagi masyarakat Dusun Senami III, sebelum

Bercocok Tanam

ada proyek pembangunan yang dilakukan oleh

Walaupun SAD dikenal sebagai masyarakat

Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jambi 1975,

dengan pola hidup yang nomaden, bertani adalah

dimana pada saat itu komunitas Adat terpencil ini

bagian penting yang saat ini mereka kembangkan.

masih tinggal di dalam hutan secara terpisah pisah

Tentunya ada yang banyak melatar belakangi

sesuai

lahirnya aktifitas pertanian mereka. Memang sejak

memanfaatkan hasil hutan dan sumber daya alam

nenek moyang SAD mereka telah terbiasa dalam

yang lain seperti mencari ikan di sungai, meramu

kegiatan pertanian dan ini dapat terlihat berbagai

buah-buahan dan obat-obatan dihutan, mencari kayu

tabu yang dipantangkan ketika aktivitas pertanian

dan rotan, serta berburu. Dan dari sinilah mereka

berlangsung. Tetapi itu hanya dalam sekala kecil.

mempertahankan hidup, mereka mencari nafkah

dengan

kelompok

mereka

dalam

Untuk saat ini pergerakan perladangan dari

dengan memanfaatkan hasil hutan yang kemudian

dusun dengan cara pembukaan hutan dan maraknya

mereka tukar dengan orang luar yang berada di luar

illegal

hutan dengan kebutuhan mereka sehari-hari seperti

logging

yang

berkembang

pesat

menyembabkan SAD lebih bersifat aktif dalam

gula, kopi, beras, garam, pakaian dan yang lainnya.

pemanfaata hutan yang intinya ditujukan untuk

Nenek moyang SAD mengajarkan kepada

menghambat pergerakan perladangan dan illegal

anak cucunya untuk belajar dari alam sekitar, dan

logging lebih jauh ke dalam hutan. Kegiatan

juga haris bisa mengolah hasil alam yang ada untuk

pertanian yang dilakukan adalah menanam padi, ubi,

memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bebalam,

cabai sebagai pemenuhan kebutuhan harian, dan

bejernang, mencari rotan dihutan, dan mencari

juga karet sebagai pemenuhan ekonomi jangka

damar”. Beberapa mata pencarian diatas seperti

panjang.

sebagai

bebalam, bejereng dan bedamar untuk saat ini tidak

hompongon yaitu pagar atau pembatas gerak orang

lagi mereka lakukan karena adanya peraturan dari

dusun merambah jauh ke dalam hutan dilakukan di

pemerintah yang melarang aktivitas didalam hutan.

Penanaman

karet

adalah

kawasan-kawasan yang berbatasan langsung dengan
3.

Desa.

Mata Pencaharian Sesudah Menetap

Karet yang ditanam adalah karet hutan atau

Sesudah adanya proyek pembangunan dari

karet kampung yang dipahami memiliki ketahanan

pemerintah pada umumnya SAD Dusun III Senami

bekerja sebagai penyadap karet di ladang milik

Dengan

orang atau kebun mereka sendiri, mengarang, serta

mereka membimbing dan mengarahkan SAD untuk

membuat anyam-anyaman dari rotan. Dalam sistem

membuat

usahataninya atau pembudidayaannya mereka tidak

tembikar dan kemudian dibeli oleh mahasiswa unja

mempunyai pengetahuan yang baik atau bisa

tersebut. Sehingga sampai saat ini sudah ada

dibilang tidak sesuai dengan sistem dan tata cara

beberapa orang SAD yang memperoleh pendapatan

penanaman dan perawatan karet yang baik sesuai

dari hasil anyaman rotan tersebut.

dengan

ilmu

pertanian.

Mereka

dalam

menanamnya.

memberdayakan

anyam-anyaman

dari

SAD

rotan

maka

ataupun

menanamnya

menggunakan bibit yang asal-asalan dan tidak
teratur

maksud

Dalam

sistem

4.

Faktor yang melatar belakangi keputusan
masyarakat SAD beralih ke sistem mata
pencaharian pertanian menetap

perawatannya mereka tidak menggunakan pupuk
dan tidak dibersihkan dari gangguan pohon-pohon
dan

rumput-rumput

liar

yang

tumbuh

disekelilingnya. Akan tetapi tidak semua SAD yang
seperti itu dalam pembudidayaan tanaman karet,
masih ada sebagian juga yang menanam dan
merawat karetnya dengan teratur dan bagus.
Walaupun demikan sampai saat ini mereka sudah
bisa menikmati hasil dari karet tersebut. Biasanya
karet yang dikumpulkan lalu dijual kepada pembeli
atau tengkulak, namun mereka biasanya tidak terikat

Program Pemerintah (Transosial)

SAD yang juga dikenal sebagai Suku Kubu,
adalah salah satu komunitas adat terpencil di
Provinsi Jambi. Mereka tinggal secara berpindahpindah di hutan pedalaman, jauh dari hiruk
pikuknya kota. Begitu terpencilnya, sehingga alat
transportasi pun sulit menjangkau lokasi tempat
mereka tinggal.
Menurut keterangan seorang responden pada
waktu penjajahan jepang dulu cara hidup SAD
masih amat terbelakang. Baik lelaki maupun

dengan tengkulak.

perempuan hanya mengenakan pakaian dari kulit
Pekerjaan

yaitu

kayu sebagai penutup tubuh. Untuk bertahan hidup,

sebagai

mereka hanya menggantungkan diri dari hasil hutan.

pengarang, lebih banyak menghabiskan waktunya di

Seperti bercocok tanam dengan cara berpindah-

hutan. Mereka biasa membakar kayu sisa atau sisa

pindah, menangkap ikan, ataupun berburu. Rumah

pohon untuk dijadikan arang. Supaya tidak terjadi

tempat mereka tinggal yang biasa disebut sudung,

kebakaran hutan, mereka harus menunggu sampai

hanya terdiri dari atap rumbia, dengan lantai anak

proses pembakaran kayu selesai, lalu membiarkan

kayu. Tanpa dinding. Di sudung inilah mereka

arang sampai dingin. Kemudian arang dikumpulkan

berkumpul

dan dimasukkan ke karung. Pekerjaan ini menyita

hewan-hewan piaraan pula. Namun keberadaan

banyak waktu, oleh karena itu tidak heran jika

SAD kini mulai terancam. Hutan belantara yang

warga yang mengarang jarang di rumah, karena

selama ini mereka huni, mulai terkikis.

mengarang,

yang

mereka

lainnya
yang

yang

bekerja

mereka sampai menginap di hutan.

bersama

keluarga,

bahkan

dengan

Dengan adanya fenomena yang seperti ini

Selain menyadap karet dan mengarang,

maka pada tahun 1975 Dinas Sosial Kabupaten

beberapa masyarakat SAD ada juga yang membuat

Batanghari mengadakan program pemberdayaan

anyam-anyaman dari rotan yang kemudian dijual.

masyarakat untuk Masyarakat SAD yang ada di

Kegiatan membuat anyaman dari rotan ini dulunya

Desa Jebak, sebagian kecil warga SAD di Desa

diawali oleh beberapa mahasiswa Universitas Jambi

Jebak sudah mulai berubah. Atas prakarsa para

yang mengikuti program kreatifitas mahasiswa.

pemerintah, anggota komunitas adat terpencil ini

Faktor Lingkungan (Lahan & Hutan)

mulai bersentuhan dengan kehidupan biasa.

Lingkungan merupakan salah satu faktor

Sentuhan peradaban pada diri SAD, antara

yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan

lain terlihat dari pakaian yang mulai digunakan

perkembangan perilaku individu, baik lingkungan

sebagian kecil warganya. Walaupun seadanya dan

fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk

seringkali dipakai hanya pada saat mereka bertemu

didalamnya

orang luar. Kepada SAD ini diberikan pengertian,

pencaharian. Terhadap faktor lingkungan ini ada

agama mengajarkan manusia untuk menutup aurat.

pula yang menyebutnya sebagai empirik yang

Mereka juga diberi pengertian, pakaian memberi

berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu

perlindungan pada tubuh, dari cuaca maupun hewan

individu mulai mengalami dan mengecap alam

dan tumbuhan. Mereka pun mulai mengenal mandi

sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri

yang sesungguhnya, yaitu setiap hari, dengan

secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena

menggunakan sabun.

lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.

Perubahan nyata lainnya terlihat pada rumah

adalah

Pada

pemilihan

penelitian

ini

sistem

lingkungan

mata

yang

tempat tinggal mereka. Sebagai pengganti sudung

dimaksud adalah lahan dan hutan, dimana lahan

tempat mereka tinggal sebelumnya, setelah adanya

yang mereka miliki semakin terbatas karena banyak

program pemerintah tersebut maka sebagian dari

yang mereka jual untuk memenuhi kebutuhan

tempat tinggal mereka sudah berubah menjadi semi

hidupnya. Selain itu juga terbatasnya hutan yang

permanen seperti yang ditempati oleh masyarakat

biasa mereka garap, untuk sekarang ini hutan yang

biasa pada umumnya.

ada dilingkungan tempat tinggal masyarakat SAD

Perlahan

mereka

pun

mulai

diajarkan

Dusun

III

Senami

ini

sudah

tidak

boleh

berladang dan bercocok tanam, hal ini terbutkti

dimanfaatkan lagi oleh pemerintah untuk dijadikan

dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa

sebagai

lahan seluas dua hektar untuk satu keluarga dari

masyarakat. Hal ini disebabkan karena dulunya

hutan lindung yang ada di kawasan bermukimnya

pemerintah

SAD tersebut atau di sekitar Desa Jebak. Pemberian

masyarakat SAD sebagai bagian dari program

bantuan lahan ini dimaksudkan pemerintah untuk

pemerintah untuk memberdayakan masyarakat SAD

pembebasan areal hutan sebagai salah satu program

itu sendiri, tapi malah banyak yang dijual untuk

pemerintah untuk memberdayakan masyarakat SAD

membeli

ini.

televisi, sepeda motor dan kebutuhan-kebutuhan
Disisi lain masyarakat SAD yang menerima

program

pemerintah

mencari

telah

penghidupan

memberikan

barang-barang

lahan

kebutuhannya

oleh

untuk

seperti

yang lainnya. Selain itu terjadi maraknya ilegal

perlahan-lahan

loging oleh masyarakat, mereka menebang hutan

mengikuti dan melakukan apa yang diajarkan oleh

secara liar untuk mengambil kayu yang ada di hutan

pemerintah. Dan pada waktu itu sebagian dari

tersebut

mereka sudah mulai berkebun yaitu menanam karet.

dilindungi dan dilestarikan seperti kayu bulian kini

dan untuk saat ini mereka sudah bisa menikmati dari

semakin habis, selain itu masyarakat juga membuka

kebun karet yang mereka usahakan, dari hasil karet

lahan perladangan di area kawasan tahura, sehingga

itulah

semakin lama hutan tersebut semakin habis dan

masyarakat

keluarganya.

tersebut

tempat

SAD

bisa

menghidupi

sehingga

tergantikan

dengan

kayu-kayu

yang

lahan-lahan

seharunya

perladangan

masyarakat. Untuk menyikapi hal demikian maka

pemerintah kemudian melarang masyarakat yang

memahami perihal kondisi yang dapat menimbulkan

ada di sekitar tahura beraktivitas di dalam hutan,

serta mempengaruhi bentuk interaksi sosial tertentu.

baik itu melakukan perladangan maupun mencari

Sedangkan pengertian “interaksi sosial” dalam

kayu. Sehingga SAD yang biasanya mencari sumber

artian umum dimaksudkan sebagai hubungan sosial

kehidupan didalam hutan tersebut untuk sekarang

yang

ini tidak lagi dilakukannya.

antarperorangan,

dinamis,

yang

menyangkut

antarkelompok,

hubungan

dan

antara

perorangan dengan kelompok manusia.
Dengan fenomena yang seperti ini maka
masyarakat

SAD

Dusun

tidak

Begitu pula seperti apa yang dialami oleh

mempunyai pilihan lain untuk terus hidup selain

masyarakat SAD yang ada di Dusun III Senami

meneruskan kegiatan berladang didalam kebun yang

Desa Jebak Kecamatan Tembesi ini. Masyarakat

masih mereka miliki, mereka melakukannya karena

SAD ini sebelum adanya program pemerintah dan

tidak ada pilihan lain. Sementara itu mereka

adanya pendatang yang kemudian tinggal di Desa

mengetahui

nenek

Jebak, mereka masih hidup terbelakang. Hidupnya

moyangnya, pemerintah dan para imigran yang

berkelompok, dan untuk memenuhi kebutuhan

kemudian menetap di sana. Dari pengetahuannya

hidupnya sehari-hari mereka mengandalkan hasil

inilah maka SAD yang ada di Dusun III Senami

hutan seperti berburu, meramu dan berladang

melakukan sistem mata pencaharian pertanian

berpindah-pindah.

menetap seperti menanam karet. Mereka memilih

pemerintah dan adanya pendatang inilah maka

tanaman karet karena menurut mereka menanam

masyarakat SAD kemudian bisa mulai memperbaiki

karet tidak membutuhkan banyak modal dan

kehidupannya, secara berangsur-angsur mereka

pemeliharaannya sangat mudah. Selain menam karet

sudah bisa menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan

juga ada beberapa orang SAD yang menanam

masyarakat yang datang dan tinggal di sekitar

kelapa sawit, membuat arang dihutan, membuat

mereka.

anyam-anyaman dan lain-lain.

berbaur dan hidup bermasyarakat antara SAD dan

kegiatan

III

Senami

pertanian

dari

Setelah

Kemudian

adanya

merekapun

program

akhirnya

bisa

pendatang.
Faktor Imigrasi & Lapisan Masyarakat

Adanya

masyarakat

pendatang

yang

Dalam suatu wilayah pemukiman tidak

kemudian hidup menetap disana, memberikan

terlepas dari adanya lapisan masyarakat yang terdiri

perubahan prilaku kepada masyarakat SAD yang

dari beberapa suku didalamnya, baik itu masyarakat

telah lebih dulu tinggal disana. Kenapa tidak, di

asli, pendatang dan yang lainnya. Datanganya

Dusun III Senami Desa Jebak ini terdapat beberapa

masyarakat

akan

masyarakat pendatang yang sudah banyak berhasil,

mempengaruhi dari kelangsungan hidup masyarakat

selain itu juga masyarakat penatang ini selain

asli atau penduduk yang sudah tinggal disuatu

menjadi pegawai pemerintahan Desa, mereka juga

daerah sebelumnya.

menganggapnya bahwa para masyarakat pendatang

ke

suatu

daerah

pasti

Negara yang masyarakatnya bercorak “plural

ini banyak yang mempunyai ilmu pengetahuan

society” seperti Indonesia, pengetahuan tentang

melalui pendidikan yang tinggi. Sehingga hal ini

interaksi sosial yang terjadi antara satu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya
sangatlah

penting.

Dengan

mengetahui

dan

sangat mempengaruhi adanya perubahan prilaku
masyarakat asli atau SAD.

KESIMPULAN DAN SARAN

menyempurnakan penelitian yang telah

a.

dilakukan.

Kesimpulan
1.

Sistem mata pencaharian yang dilakukan
SAD sebelum menetap adalah berburu,
meramu,

berladang

berpindah

dan
Badan Pusat Statistik. 2009. Jambi Dalam Angka .
BPS Provinsi Jambi.

memanfaatkan hasil hutan.
2.

Faktor yang melatar belakangi beralihnya
sistem mata pencaharian masyarakat SAD
dusun III Senami Desa Jebak ke sistem
mata pencaharian pertanian menetap ada
tiga yaitu adanya pemerintah melalui
bantuannya yaitu trans social, lingkungan
yang terfokus kepada lahan dan hutan, serta
adanya imigrasi dan lapisan masyarakat.

b.

Saran
1.

Perlu
kembali

diadakan
terkait

program

pemerintah

dengan

penambahan

wawasan dan pembinaan berkelanjutan
tentang pertanian.
2.

DAFTAR PUSTAKA

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai SAD, untuk melengkapi dan

Eliyati, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Fakultas Pertanian. Lembaga
Penerbit Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Jambi
Muchlis, fuad. 2009. Kredibilitas Fasilitator dan
Komunikasi
Partisipatif
Dalam
Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus
Pada Implementasi PNPM Mandiri
PeDesaan di Kabupaten Batang Hari
Provinsi Jambi)
Thesis. Institut Pertanian Bogor.
Saudagar, Fachrudin. 2005. Data Base Komunitas
Adat Terpencil (KAT) Di Provinsi
Jambi. FKIP Universitas Jambi, Jambi
Sugiono . 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
Alfabeta. Bandung