Aspek Hukum Perjanjian Syariah pada Pasa
Aspek Hukum Perjanjian Syariah pada Pasar Bursa Berjangka
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“Etika Bisnis dan Hukum Transaksi Islam”
Dosen Pengampu:
Prof. DR. Syamsul Anwar M.A.
Disusun oleh:
Kholid Fuadi
Konsentrasi Keuangan dan Perbankan Syariah
Prodi Hukum Islam
Program Pasca Sarjana Magister (S2)
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2011
ASPEK PERJANJIAN SYARIAH PASAR BURSA BERJANGKA
A. Pendahuluan
Sebagai pengantar, berikut kami cantumkan kutipan artikel terkait dengan
rencana pengembangan produk syariah oleh otoritas bursa berjangka
Indonesia.
Bursa Berjangka Jakarta Kembangkan Produk Syariah
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) mengembangkan produk
berbasis syariah Islam dalam perdagangan berjangka
komoditi. BBJ membutuhkan keterlibatan Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Bank Indonesia untuk mengembangkan
produk tersebut, karenanya BBJ memulai langkah dengan
menandatangani nota kesepakatan kerjasama dengan DSN
di Jakarta, Senin (20/12).
Penandatanganan nota kesepakatan kerja sama dilakukan
Direktur Utama BBJ Made Sukarwo, Nadratuzaman Hosen
dari DSN dan Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) Deddy Saleh disaksikan
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
Ke ja sa a i i didasa i kei gi a
e ge ba gka
pe ba ka
p oduk be basis sya iah
u tuk
u abahah
ko oditi sepe ti ya g dilakuka di Bu sa Ko oditi Malaysia
dengan Murabahah Ko iditi CPO ya, kata Made “uka wo.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli
antara bank selaku penyedia komoditi dengan nasabah yang
1
memesan untuk membeli komoditi. Dalam transaksi
u abahah ko oditi , pe jual
e yebutka de ga jelas
komoditi yang diperjualbelikan, harga pembelian dan
keuntungan yang diambil. Bank memperoleh keuntungan
jual beli yang disepakati bersama.
Pada kesempatan itu Made Sukarwo menjelaskan pula
bahwa, BBJ yang beroperasi sejak tahun 2000 terus
berusaha
memperbaiki
kinerja. Sekarang
BBJ sudah
menyediakan sistem perdagangan dalam jaringan (daring)
yang bisa diakses dari semua tempat.
Sumber : Republika
B. Sejarah Bursa Berjangka
Futures Trading yaitu jenis perdagangan atau jual beli dengan
penyerahan barang dikemudian hari seperti yang lazim digunakan dalam
bursa komoditi, sejarahnya bermula pada tahun 1840-an. Pada saat itu, kota
Chicago merupakan pusat perdagangan komoditas pertanian antara lain
kapas dan gandum. Karena umumnya masa panen komoditas tersebut
terjadi pada saat bersamaan, maka pada saat panen, kota Chicago dipenuhi
oleh berbagai komoditas pertanian tersebut, sehingga harga menjadi turun.
Bahkan sebagian petani lebih suka membuang hasil panennya dibandingkan
dengan menjualnya, karena harga begitu jatuh. Setelah komoditas tersebut
berangsur-angsur berkurang, maka harga komoditas tersebut kembali naik.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka Badan Perdagangan Chicago
membuat suatu perdagangan yang disebut dengan to-arri e co tract .
Kontrak ini dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan pada bulan Juli petani
2
menandatangani kontrak penjualan komoditasnya pada harga yang tetap
(fixed), dengan penyerahan (delivery) pada masa yang akan datang. Dengan
kontrak ini petani dapat mengatur penyerahan barang pada masa datang
dengan menandatangani kontrak dengan waktu penyerahan yang berbeda
dengan harga yang telah ditetapkan di muka, sehingga terhindar dari
fluktuasi harga musiman.
Future trading oleh para produsen dijadikan sarana untuk melakukan
hedging (lindung nilai), yaitu strategi untuk mengurangi risiko yang
diakibatkan oleh fluktuasi
harga. Sedangkan dalam perkembangan
selanjutnya, para spekulan dari pemilik modal mulai melihat bahwa kontrak
ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi instrumen untuk spekulasi.
Seorang spekulan dapat saja membeli kontrak futures untuk penyerahan di
masa datang, dan mulai spekulasi dengan perkiraan harga komoditas pada
saat penyerahan. Sehingga dalam hal ini para spekulator mengambil alih
risiko dari para petani. Sejak saat itulah terjadinya futures market sebagai
pasar untuk spekulasi para spekulan.
C. Ruang Lingkup Bursa Berjangka
Perkembangan futures market pada saat ini tidak hanya untuk
komoditas pertanian saja sebagai underlying transactian melainkan telah
bertambah dan lebih menjadi ajang spekulasi dengan komoditas yang bukan
komoditas riil. Underlying transaction yang dapat diperjualbelikan dewasa ini
adalah tingkat suku bunga (interest rate futures), indeks saham (stock indices
futures), mata uang (currency futures). Contoh dari indeks ini di pasar futures
Chicago Merchantile Exchange (CME) diantaranya: A. Pertanian (agriculture):
Live Cattle Futures, Broiler Chicken Futures, dsb. B. Indeks saham (stock
indices): Standards& Poor s 3-500 futures, Nikkei-225 futures. C. Mata uang
3
(currency): Japanese Yen futures, Deustche Mark Futures, dsb. D. Suku Bunga
(interest rate): one-month LIBOR futures, one-year Treasury bill futures.
Tek ik pe daga ga
future trading dala
hal ini memiliki beberapa
konvensi diantaranya: 1. Kontraknya tidak diakhiri dengan penyerahan
barang, 2. Kontrak dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo 3. Penjual
dan pembeli tidak saling mengetahui sebelumnya, kecuali bilamana
kemudian kontraknya tersebut akan diakhiri dengan penyerahan barang. 4.
Perdagangan berjangka ini pada hakikatnya memperjualbelikan kontrak dan
digunakan untuk tujuan hedging, spekulasi maupun manajemen likuiditas.
Baik forward contract maupun futures market merupakan instrumen
turunan (derivatives) dan keduanya adalah kontrak dengan menggunakan
harga sekarang. Sedangkan pelaksanaan penyerahan maupun pembayaran
dilakukan pada masa datang. Baik forward contract maupun futures
contracts biasanya digunakan sebagai sarana bagi para investor atau
spekulator untuk melakukan hedging. Hedging merupakan aktivitas transaksi
yang menyangkut aksi beli (long position) dan aksi jual (short position) pada
dua pasar yang terpisah (spot market dan futures/forward market) untuk
mengurangi tingkat risiko.
Perbedaan antara forward contract adalah perjanjian antara dua
pihak yang biasanya telah saling kenal dan percaya untuk membeli aset dari
satu pihak pada masa datang dengan harga yang telah ditentukan sekarang.
Biasanya yang menjadi underlying asset pada forward contract adalah mata
uang dan beberapa komoditas. Karena adanya saling kenal dan percaya
umumnya forward contract ini tidak memerlukan jaminan dan hanya terjadi
dengan pihak tertentu dan tidak tersedia untuk semua orang s ehingga
transaksi ini tidak likuid.
4
Hal ini berbeda dengan futures contract yang tingkat ketersediaannya
(availability) dapat diakses semua pihak, maka kontrak ini merupakan
instrumen likuid. Biasanya futures contract dilakukan oleh suatu bursa
futures dengan aturan main yang jelas. Untuk bertransaksi pada bursa
futures diperlukan beberapa syarat seperti: semua pihak dapat melakukan
transaksi pada kontrak tertentu yang tersedia di bursa; semua pihak harus
menempatkan margin deposit; semua keuntungan maupun kerugian dalam
kertas (paper gain or loss) diselesaikan setiap hari (day to day settlement).
Pelaksanaan perdagangan antara saham dan futures dilakukan pada
suatu bursa seperti bursa saham atau bursa futures dengan regulasi dan
sistem yang telah terorganisasi dengan baik. Metode perdagangan antara
keduanya relatif sama. Biasanya aturan main perdagangan pada kedua bursa
ini telah ditentukan dengan undang-undang (UU Pasar Modal) maupun
peraturan dari suatu regulatory body (Bapepam untuk Pasar Modal di
Indonesia) dan bursa itu sendiri sebagai suatu self regulatory organization
(SRO). Umumnya cara-cara bermain pada kedua bursa tidak berbeda.
D. Aspek Hukum Perjanjian Syariah
Adapun perspektif fiqih kontemporer terhadap masalah bursa
komoditi dan bursa berjangka tidak terlepas dari prinsip-prinsip syariah
dalam jual beli sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat para ulama
dalam kitab-kitab fi ih sepe ti M. ‘ifa i dala
Kifayatul Akhya
4 da
Wahbah Az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yaitu:
1. Pada dasarnya diperbolehkan transaksi jual beli sebagai salah satu
sarana yang baik dalam mencari rizqi. 1
1
QS.al -Baqa rah:194, a n-Nisa :
5
2. Barang ataupun instrumen yang diperjualbelikan itu harus suci
sehingga dilarang menjualbelikan barang najis dan haram seperti
miras, narkoba, bunga bank ribawi. 2
3. Bermanfaat dan bermaslahat dengan adanya nilai guna bagi
konsumen maupun pembeli serta tidak membahayakan.
4. Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan, baik secara langsung
keseluruhan maupun secara simbolis.
5. Barang yang diperjualbelikan harus jelas keadaannya, sifat-sifatnya,
kualitasnya, jumlah dan satuannya dan karakteristik lainnya.
6. Pe jual da
pe beli be hadapa
la gsu g u tuk
elakuka
ijab
qabul . Na u be dasa ka p i sip maslahat dan kebutuhan serta
merespon perkembangan zaman, maka hal itu dapat diwakili paper
trading yang menampilkan dokumen dagang berupa kertas maupun
elektronik trading / e-commerce yang menampilkan data komputer
dan data elektronik lainnya (paperless trading). Kedua media tersebut
substansinya menunjukkan sifat barang, mutu, jenis, jaminan atas
kebenaran data dan dokumen serta bukti kesepakatan transaksi
(dealing).
7. Transaksi dilangsungkan atas dasar saling sukarela ( a taradhi ),
kesepahaman dan kejelasan.3
8. Tidak ada unsur penipuan maupun judi (gambling).4
9. Adil, jujur dan amanat. 5
2
QS. Al -Maidah: 3, 90
QS. An-Nisa :
4
QS.al -Baqa rah:278, al -Maidah: 90
5
QS.al -Baqa rah:278
3
6
Dengan demikian, beberapa hal yang harus dijadikan pedoman dalam
konteks ini adalah: menghindari unsur spekulasi yang cenderung bersifat
gambling (judi), data dan informasi komoditi jelas baik yang menyangkut
satuannya, kualitasnya, kriteria, jenis dan sifat-sifatnya serta harga dan
penyerahannya, nilai guna yang membawa maslahat pada komoditi dan tidak
membahayakan.
Tinjauan terhadap commodity future trading dalam perspektif fiqih
kontemporer mencakup beberapa aspek diantaranya:
1. Motivasi perdagangan ini apapun bentuknya benar-benar untuk tujuan
hedging (lindung nilai) dari fluktuasi harga di masa depan dan bukan untuk
spekulasi.
2. Barang komoditi yang dapat diperdagangkan harus memenuhi kriteria
syariah seperti disebutkan di atas, sehingga tidak boleh memperdagangkan
suku bunga (interest rate) dan saham-saham serta instrumen lainnya yang
underlying asetnya, investasi dan usahanya haram.
3. Jual-beli mata uang sebagaimana substansi fatwa Dewan Syariah Nasional –
MUI (NO.28/DSN-MUI/III/2002 tgl 28 Maret 2002) pada prinsipnya
diperbolehkan dengan beberapa ketentuan yaitu: tidak untuk spekulasi
(untung-untungan), ada kebutuhan transaksi untuk berjaga-jaga (simpanan
persediaan), apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka
nilainya harus sama dan secara tunai, dan apabila berlainan jenis maka harus
dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi
dilakukan dan secara tunai.
4. Berdasarkan fatwa DSN tersebut hukum transaksi valuta asing dilihat dari
jenis-jenisnya yaitu:
a. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta sing
(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
7
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari hukumnya
boleh, karena masing dianggap tunai sebagai proses penyelesaian
(settlement) yang tidak bisa dihindari.
b. Transaksi Forward yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai satu tahun, hukumnya
haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan
( u a adah) dan penyerahaannya dilakukan di kemudian hari, padahal
harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai
yang disepakati, keecuali hal itu dilakukan dalam bentuk forward
agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
c. Transaksi Swap yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas
dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara
penjualan valas yang sama dengan harga forward, hukumnya haram,
karena mengandung unsur maysir (spekulasi) disamping persyaratan
naqdan (tunai) yang ditetapkan nabi dalam pertukaran (sharaf) mata
uang.
d. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal
akhir tertentu, hukumnya haram, karena mengandung unsur maysir
(spekulasi).
5. Penjualan
saham-saham
halal
berdasarkan
pandangan
yang
mengkategorikannya sebagai aset produktif dan barang-barnga hasil
pertanian dan tambang yang halal dibolehkan untuk diperdagangkan baik
secara Spot maupun Forward untuk future trading selama dalam rangka
8
hedging dan bukan untuk tujuan spekulasi. Sekalipun ada gains (keuntungan)
selama bukan dari transaksi spekulatif maka diperbolehkan.
Persoalan yang menyangkut perdagangan barang komoditi pertanian
(agriculture) yang tidak ada di majelis akad ketika dilakukan transaksi dalam
forward trading, maka hal itu dapat dijelaskan sebagaimana pendapat Sayyid
Sabiq dalam Fiqh Sunnah (II/61) bahwa boleh memperjualbelikan barang
komoditi (hasil pertanian) yang pada waktu dilakukannya akad tidak ada
ditempat, dengan syarat kriteria baik yang menyangkut jenis, kualitas dan
kuantitas komoditi tersebut terinci dengan jelas serta waktu penyerahan
yang pasti. Jika ternyata berbeda, pihak pelaku akad yang tidak menyaksikan
boleh memilih menerima atau tidak. Tak ada bedanya dalam hal ini, pembeli
maupun penjual. Hal ini juga berdasarkan pernyataan Ibnu Umar bahwa ia
melakukan jual-beli Usman, miliknya yang ada di Wadi dengan milik Usman
yang ada di Khaibar.
Apabila commodity future trading dikaitkan dengan muamalat
perdagangan agribisnis jenis hasil bumi maka dapat dianalogikan (diqiyaskan)
de ga t a saski akad jual beli sala
. “ala
e u ut “ayyid “abi adalah
penjualan komoditi tertentu yang masih dalam kewajiban penyerahannya
yang akan datang dengan pembayaran segera (tunai). Dalam hal ini Nabi
be sabda: Ba a g siapa ya g
elakuka
salaf (salam), maka hendaklah
dengan takaran yang tertentu, timbangan yang tertentu dan sampai masa
te te tu.
H‘.Muttafa
Alaih
Pa a ula a sepakat bolehnya salam
sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mundzir.
Pola transaksi Salam tidak termasuk ijon yang mengandung uns ur
gharar (ketidakpastian) karena tidak adanya kriteria barang yang akan
diserahkan secara jelas dan tidak termasuk larangan hadits riwayat Ahmad
9
dan Shabus Sunan yang mengatakan Ja ga lah ka u
e jual ko oditi
ya g tidak ada pada u . La a ga tersebut ditujukan untuk seseorang yang
menjual komoditi yang ia pada hakekatnya tidak mampu menyerahkannya
dan menjual yang tidak ia kuasai untuk menjualnya. Sementara jual beli
komoditi hasil pertanian dan perkebunan yang memenuhi persyaratan
syariah sebagaimana disebutkan di atas tidak termasuk yang dilarang Islam.
Masalah pengalihan atau penjualan kontrak commodity future
trading kepada pihak lain selain pembeli pertama pada prinsipnya
diperbolehkan selama memenuhi persyaratan syariah diantaranya; 1. seizin
an taradhin) dari penjual pertama komoditi untuk menyerahkan barang
kepada pembeli akhir, 2. objek transaksi (barang komoditi) benar-benar ada
dan sebagai underlying asset. 3. menghindari spekulasi yang mengarah
kepada gambling.
Adapun perdagangan berjangka indeks saham (stock indices futures)
yang hakekatnya tidak terlepas dari hukum jual beli saham. Secara prinsip
transaksi tersebut sebagaimana jual beli aset produktif investasi yang tidak
ada larangan dalam syariah selama memenuhi kriteria syariah. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa jual beli saham sebagai instrumen asset investasi
yang tidak sesuai dengan syariah Islam itu menyangkut tiga hal yang menjadi
criteria pasar modal syariah yakni 1. Investasi dengan cara spekulasi, 2.
Investasi yang tidak sesuai dari segi instrumennya, 3. Investasi yang tidak
sesuai dari segi asset/operasional emiten yang bersangkutan. Salah satu
indeks saham yang sesuai syariah dari aspek operasional emitennya terdaftar
dalam Jakarta Islamic Index (JII) terdiri sekitar 250 saham.
Investasi dengan cara spekulasi ialah adanya sikap berjudi atau
untung-untungan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya
seraya merugikan investor lainnya. Spekulasi ini dilakukan antara lain melalui
10
margin trading, short selling dan option dengan mengharapkan capital gain
melalui transaksi spekulatif. Namun demikian tidak semua harapan
keuntungan melalui capital gain dapat dikategorikan termasuk spekulasi.
Sedangkan margin trading, short selling dan option dilarang karena Islam
tidak memperbolehkan seseorang untuk menjual sesuatu yang tidak
dikuasainya. Selain itu pula adanya larangan berbisnis dengan cara untung untungan (maysir).
Investasi yang tidak sesuai dengan syariah Islam dari segi
instrumennya ialah yang memberikan keuntungan melalui mekanisme
pembayaran bunga (interest), seperti pada obligasi karena merupakan salah
satu bentuk praktek riba.
Investasi ke dalam perusahaan-perusahaan yang memilki aset atau
mekanisme operasional yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Industriindustri tersebut ialah yang bergerak dalam bidang: Minuman keras,
narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif beserta derivatifnya; Makanan
haram dan derivatifnya; Pornografi dan seni mempamerkan keindahan tubuh
wanita; Prostitusi; Perjudian; Perusahaan-perusahaan yang menjalankan
usahanya dan memberikan serta memperoleh keuntungan melalui bunga
(interest); Industri senjata yang secara jelas produknya digunakan untuk
melawan dunia Islam atau kaum muslimin. (Lihat: William Clark, Islamic
Securities Market: Australian Experience, 1997).
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat sejumlah perusahaan publik
yang bergerak dalam bidang minuman keras dan pembungaan uang,
sedangkan makanan haram dan perjudian biasanya tidak menjadi core
business mereka. Adapun industri pornografi, prostitusi pembuatan dan
pemasaran senjata, tidak listed di BEI.
11
Sedangkan yang tidak diperkenankan dari segi operasionalisasi
perusahaan publik tersebut ialah perilaku bisnis yang mencerminkan praktikpraktik penipuan, Penimbunan barang (ihtikar), permainan harga (najasy),
monopoli dan oligopoli yang bersifat kartel.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat pula sejumlah perilaku atau cara
yang dilakukan oleh mereka yang menerjuni dunia pasar modal. Perilaku
tersebut tidak dapat dibenarkan, baik dalam pandangan Islam maupun etika
bisnis pada umumnya. Bahkan regulasi di dalam pasar modal itu sendiri telah
melarangnya, berikut sangsi-sangsi yang dapat dikenakan kepada pelakunya.
Pelaku dari cara-cara yang tidak dibenarkan ini bisa jadi adalah para investor,
penasehat investasi, pialang (broker), akuntan publik, appraisal, internal
emiten itu sendiri, maupun yang lainnya. Perbuatan-perbuatan ini mungkin
dilakukan seorang diri atau saling bekerja sama antar pihak-pihak tersebut,
demi meraup keuntungan yang tidak jarang cukup fantastis. Cara-cara
tersebut ialah:
Margin Trading, Short selling, Insider trading, Corner,
Window Dressing (rekayasa pembukuan).
Margin trading berarti perdagangan saham melalui pembelian saham
dengan uang tunai dan meminjam kepada pihak ketiga untuk membayar
tambahan saham yang dibeli. Harapan pembeli margin untuk mendapatkan
keuntungan yang berlipat ganda dengan modal yang sedikit. Bapepam-LK
melarang manajer investasi reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
untuk terlibat dalam pembelian efek secara margin. Larangan yang sama
dikenakan kepada pengelola reksa dana berbentuk perseroan berdasarkan
Keputusan Ketua Bapepam-LK.
Short selling ialah penjualan saham yang dimiliki penjual short, saham
yang dijual secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak
ketiga. Penjual short meminjam saham dengan harapan membeli saham
12
tersebut nantinya pada
harga yang rendah dan secara simultan
mengembalikan saham yang dipinjam, juga memperoleh keuntungan atas
penurunan harganya. Secara umum UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal pada Peraturan V.D.3 melarang perusahaan efek menerima pesanan
jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham. Sedangkan Keputusan Ketua
Bapepam nomor Kep-07/PM/1997, peraturan Nomor IV.B.1 pada nomor
12.g. melarang manajer investasi reksa dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif untuk terlibat dalam pembelian efek yang belum dimiliki (short sale).
Larangan yang sama dikenakan kepada pengelola reksa dana berbentuk
perseroan berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-19/PM/1996
nomor 12.g.
Dalam hal ini perlu kiranya diketahui adanya beberapa perbedaan
yang signifikan antara perdagangan saham dan future commodity adalah:
1. Pada
pembelian
saham
umumnya
akan
memperoleh
kepemilikan
(ownership), namun pada pembelian futures tidak berhak atas kepemilikan
underlying asset sampai si pembeli memutuskan untuk menyerahkan saat
berakhirnya kontrak. Umumnya para pemain futures jarang sekali menahan
kontraknya sampai saat penyerahan (delivery) dan mereka menjual
kontraknya sebelum jatuh tempo.
2. Fasilitas leverage (dengan menggunakan hutang) umumnya lebih besar pada
pasar futures dibandingkan dengan pasar saham. Pada pasar saham hanya
sebagian kecil saja transaksi yang menggunakan fasilitas margin, sedangkan
pada futures semua jenis futures contract dapat memperoleh margin.
3. Pada transaksi saham atas penggunaan fasilitas margin biasanya dikenakan
bunga yang hal ini tidak berlaku dalam pasar modal syariah sedangkan pada
futures tidak dikenakan biaya atas margin, karena jenis kontrak ini adalah
jenis kontrak yang ditunda penyerahannya (deferred delivery contract).
13
4. Fluktuasi harga pada pasar saham umumnya tidak dibatasi (di Bursa Efek
Jakarta, suatu saham otomatis akan disuspen dalam perdagangan jika dalam
satu hari telah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 50%). Pada
bursa futures, kontrak umumnya memiliki batas harian harga dan transaksi
tidak dapat dilakukan setelah mencapai batas tersebut, dan baru diteruskan
keesokan harinya.
Perdagangan interest rate dalam bursa apapun dan segala transaksi
berbasis bunga apapun bentuknya tidak diperkenankan dalam muamalah
Islam, sehingga wajib untuk dihindari oleh para pelaku bisnis syariah.
E. Kesimpulan
Dari uraian yang cukup panjang di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas perdagangan pada bursa berjangka tidak semuanya bertentangan
dengan rambu-rambu Islam seperti yang disebutkan dalam poin D di atas .
Bahkan penulis merasa bahwa perdagangan di bursa berjangka ini nantinya
akan bermanfaat dalam beberapa hal, di antaranya sebagai sarana lindung
nilai dari terjadinya volatilitas harga yang ekstrem di pasaran, dan juga
sebagai alternatif investasi bagi kalangan muslim yang memiliki dana
berlebih dan disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat
memacu perputaran roda ekonomi, terutama di negara-negara muslim.
F. Referensi
Karim, A. Adiwarman, SE., MBA., MAEP., Bank Islam: Analisis Fiqh dan
Keuangan, Edisi Keempat, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta 2010.
http://ustadzsbu.blogspot.com/2009/04/hukum-bursa-berjangka-futuremarket.html
http://www.ifnforums.com/pdf/CMH.pdf
14
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“Etika Bisnis dan Hukum Transaksi Islam”
Dosen Pengampu:
Prof. DR. Syamsul Anwar M.A.
Disusun oleh:
Kholid Fuadi
Konsentrasi Keuangan dan Perbankan Syariah
Prodi Hukum Islam
Program Pasca Sarjana Magister (S2)
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2011
ASPEK PERJANJIAN SYARIAH PASAR BURSA BERJANGKA
A. Pendahuluan
Sebagai pengantar, berikut kami cantumkan kutipan artikel terkait dengan
rencana pengembangan produk syariah oleh otoritas bursa berjangka
Indonesia.
Bursa Berjangka Jakarta Kembangkan Produk Syariah
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) mengembangkan produk
berbasis syariah Islam dalam perdagangan berjangka
komoditi. BBJ membutuhkan keterlibatan Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Bank Indonesia untuk mengembangkan
produk tersebut, karenanya BBJ memulai langkah dengan
menandatangani nota kesepakatan kerjasama dengan DSN
di Jakarta, Senin (20/12).
Penandatanganan nota kesepakatan kerja sama dilakukan
Direktur Utama BBJ Made Sukarwo, Nadratuzaman Hosen
dari DSN dan Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) Deddy Saleh disaksikan
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
Ke ja sa a i i didasa i kei gi a
e ge ba gka
pe ba ka
p oduk be basis sya iah
u tuk
u abahah
ko oditi sepe ti ya g dilakuka di Bu sa Ko oditi Malaysia
dengan Murabahah Ko iditi CPO ya, kata Made “uka wo.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli
antara bank selaku penyedia komoditi dengan nasabah yang
1
memesan untuk membeli komoditi. Dalam transaksi
u abahah ko oditi , pe jual
e yebutka de ga jelas
komoditi yang diperjualbelikan, harga pembelian dan
keuntungan yang diambil. Bank memperoleh keuntungan
jual beli yang disepakati bersama.
Pada kesempatan itu Made Sukarwo menjelaskan pula
bahwa, BBJ yang beroperasi sejak tahun 2000 terus
berusaha
memperbaiki
kinerja. Sekarang
BBJ sudah
menyediakan sistem perdagangan dalam jaringan (daring)
yang bisa diakses dari semua tempat.
Sumber : Republika
B. Sejarah Bursa Berjangka
Futures Trading yaitu jenis perdagangan atau jual beli dengan
penyerahan barang dikemudian hari seperti yang lazim digunakan dalam
bursa komoditi, sejarahnya bermula pada tahun 1840-an. Pada saat itu, kota
Chicago merupakan pusat perdagangan komoditas pertanian antara lain
kapas dan gandum. Karena umumnya masa panen komoditas tersebut
terjadi pada saat bersamaan, maka pada saat panen, kota Chicago dipenuhi
oleh berbagai komoditas pertanian tersebut, sehingga harga menjadi turun.
Bahkan sebagian petani lebih suka membuang hasil panennya dibandingkan
dengan menjualnya, karena harga begitu jatuh. Setelah komoditas tersebut
berangsur-angsur berkurang, maka harga komoditas tersebut kembali naik.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka Badan Perdagangan Chicago
membuat suatu perdagangan yang disebut dengan to-arri e co tract .
Kontrak ini dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan pada bulan Juli petani
2
menandatangani kontrak penjualan komoditasnya pada harga yang tetap
(fixed), dengan penyerahan (delivery) pada masa yang akan datang. Dengan
kontrak ini petani dapat mengatur penyerahan barang pada masa datang
dengan menandatangani kontrak dengan waktu penyerahan yang berbeda
dengan harga yang telah ditetapkan di muka, sehingga terhindar dari
fluktuasi harga musiman.
Future trading oleh para produsen dijadikan sarana untuk melakukan
hedging (lindung nilai), yaitu strategi untuk mengurangi risiko yang
diakibatkan oleh fluktuasi
harga. Sedangkan dalam perkembangan
selanjutnya, para spekulan dari pemilik modal mulai melihat bahwa kontrak
ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi instrumen untuk spekulasi.
Seorang spekulan dapat saja membeli kontrak futures untuk penyerahan di
masa datang, dan mulai spekulasi dengan perkiraan harga komoditas pada
saat penyerahan. Sehingga dalam hal ini para spekulator mengambil alih
risiko dari para petani. Sejak saat itulah terjadinya futures market sebagai
pasar untuk spekulasi para spekulan.
C. Ruang Lingkup Bursa Berjangka
Perkembangan futures market pada saat ini tidak hanya untuk
komoditas pertanian saja sebagai underlying transactian melainkan telah
bertambah dan lebih menjadi ajang spekulasi dengan komoditas yang bukan
komoditas riil. Underlying transaction yang dapat diperjualbelikan dewasa ini
adalah tingkat suku bunga (interest rate futures), indeks saham (stock indices
futures), mata uang (currency futures). Contoh dari indeks ini di pasar futures
Chicago Merchantile Exchange (CME) diantaranya: A. Pertanian (agriculture):
Live Cattle Futures, Broiler Chicken Futures, dsb. B. Indeks saham (stock
indices): Standards& Poor s 3-500 futures, Nikkei-225 futures. C. Mata uang
3
(currency): Japanese Yen futures, Deustche Mark Futures, dsb. D. Suku Bunga
(interest rate): one-month LIBOR futures, one-year Treasury bill futures.
Tek ik pe daga ga
future trading dala
hal ini memiliki beberapa
konvensi diantaranya: 1. Kontraknya tidak diakhiri dengan penyerahan
barang, 2. Kontrak dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo 3. Penjual
dan pembeli tidak saling mengetahui sebelumnya, kecuali bilamana
kemudian kontraknya tersebut akan diakhiri dengan penyerahan barang. 4.
Perdagangan berjangka ini pada hakikatnya memperjualbelikan kontrak dan
digunakan untuk tujuan hedging, spekulasi maupun manajemen likuiditas.
Baik forward contract maupun futures market merupakan instrumen
turunan (derivatives) dan keduanya adalah kontrak dengan menggunakan
harga sekarang. Sedangkan pelaksanaan penyerahan maupun pembayaran
dilakukan pada masa datang. Baik forward contract maupun futures
contracts biasanya digunakan sebagai sarana bagi para investor atau
spekulator untuk melakukan hedging. Hedging merupakan aktivitas transaksi
yang menyangkut aksi beli (long position) dan aksi jual (short position) pada
dua pasar yang terpisah (spot market dan futures/forward market) untuk
mengurangi tingkat risiko.
Perbedaan antara forward contract adalah perjanjian antara dua
pihak yang biasanya telah saling kenal dan percaya untuk membeli aset dari
satu pihak pada masa datang dengan harga yang telah ditentukan sekarang.
Biasanya yang menjadi underlying asset pada forward contract adalah mata
uang dan beberapa komoditas. Karena adanya saling kenal dan percaya
umumnya forward contract ini tidak memerlukan jaminan dan hanya terjadi
dengan pihak tertentu dan tidak tersedia untuk semua orang s ehingga
transaksi ini tidak likuid.
4
Hal ini berbeda dengan futures contract yang tingkat ketersediaannya
(availability) dapat diakses semua pihak, maka kontrak ini merupakan
instrumen likuid. Biasanya futures contract dilakukan oleh suatu bursa
futures dengan aturan main yang jelas. Untuk bertransaksi pada bursa
futures diperlukan beberapa syarat seperti: semua pihak dapat melakukan
transaksi pada kontrak tertentu yang tersedia di bursa; semua pihak harus
menempatkan margin deposit; semua keuntungan maupun kerugian dalam
kertas (paper gain or loss) diselesaikan setiap hari (day to day settlement).
Pelaksanaan perdagangan antara saham dan futures dilakukan pada
suatu bursa seperti bursa saham atau bursa futures dengan regulasi dan
sistem yang telah terorganisasi dengan baik. Metode perdagangan antara
keduanya relatif sama. Biasanya aturan main perdagangan pada kedua bursa
ini telah ditentukan dengan undang-undang (UU Pasar Modal) maupun
peraturan dari suatu regulatory body (Bapepam untuk Pasar Modal di
Indonesia) dan bursa itu sendiri sebagai suatu self regulatory organization
(SRO). Umumnya cara-cara bermain pada kedua bursa tidak berbeda.
D. Aspek Hukum Perjanjian Syariah
Adapun perspektif fiqih kontemporer terhadap masalah bursa
komoditi dan bursa berjangka tidak terlepas dari prinsip-prinsip syariah
dalam jual beli sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat para ulama
dalam kitab-kitab fi ih sepe ti M. ‘ifa i dala
Kifayatul Akhya
4 da
Wahbah Az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yaitu:
1. Pada dasarnya diperbolehkan transaksi jual beli sebagai salah satu
sarana yang baik dalam mencari rizqi. 1
1
QS.al -Baqa rah:194, a n-Nisa :
5
2. Barang ataupun instrumen yang diperjualbelikan itu harus suci
sehingga dilarang menjualbelikan barang najis dan haram seperti
miras, narkoba, bunga bank ribawi. 2
3. Bermanfaat dan bermaslahat dengan adanya nilai guna bagi
konsumen maupun pembeli serta tidak membahayakan.
4. Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan, baik secara langsung
keseluruhan maupun secara simbolis.
5. Barang yang diperjualbelikan harus jelas keadaannya, sifat-sifatnya,
kualitasnya, jumlah dan satuannya dan karakteristik lainnya.
6. Pe jual da
pe beli be hadapa
la gsu g u tuk
elakuka
ijab
qabul . Na u be dasa ka p i sip maslahat dan kebutuhan serta
merespon perkembangan zaman, maka hal itu dapat diwakili paper
trading yang menampilkan dokumen dagang berupa kertas maupun
elektronik trading / e-commerce yang menampilkan data komputer
dan data elektronik lainnya (paperless trading). Kedua media tersebut
substansinya menunjukkan sifat barang, mutu, jenis, jaminan atas
kebenaran data dan dokumen serta bukti kesepakatan transaksi
(dealing).
7. Transaksi dilangsungkan atas dasar saling sukarela ( a taradhi ),
kesepahaman dan kejelasan.3
8. Tidak ada unsur penipuan maupun judi (gambling).4
9. Adil, jujur dan amanat. 5
2
QS. Al -Maidah: 3, 90
QS. An-Nisa :
4
QS.al -Baqa rah:278, al -Maidah: 90
5
QS.al -Baqa rah:278
3
6
Dengan demikian, beberapa hal yang harus dijadikan pedoman dalam
konteks ini adalah: menghindari unsur spekulasi yang cenderung bersifat
gambling (judi), data dan informasi komoditi jelas baik yang menyangkut
satuannya, kualitasnya, kriteria, jenis dan sifat-sifatnya serta harga dan
penyerahannya, nilai guna yang membawa maslahat pada komoditi dan tidak
membahayakan.
Tinjauan terhadap commodity future trading dalam perspektif fiqih
kontemporer mencakup beberapa aspek diantaranya:
1. Motivasi perdagangan ini apapun bentuknya benar-benar untuk tujuan
hedging (lindung nilai) dari fluktuasi harga di masa depan dan bukan untuk
spekulasi.
2. Barang komoditi yang dapat diperdagangkan harus memenuhi kriteria
syariah seperti disebutkan di atas, sehingga tidak boleh memperdagangkan
suku bunga (interest rate) dan saham-saham serta instrumen lainnya yang
underlying asetnya, investasi dan usahanya haram.
3. Jual-beli mata uang sebagaimana substansi fatwa Dewan Syariah Nasional –
MUI (NO.28/DSN-MUI/III/2002 tgl 28 Maret 2002) pada prinsipnya
diperbolehkan dengan beberapa ketentuan yaitu: tidak untuk spekulasi
(untung-untungan), ada kebutuhan transaksi untuk berjaga-jaga (simpanan
persediaan), apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka
nilainya harus sama dan secara tunai, dan apabila berlainan jenis maka harus
dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi
dilakukan dan secara tunai.
4. Berdasarkan fatwa DSN tersebut hukum transaksi valuta asing dilihat dari
jenis-jenisnya yaitu:
a. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta sing
(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
7
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari hukumnya
boleh, karena masing dianggap tunai sebagai proses penyelesaian
(settlement) yang tidak bisa dihindari.
b. Transaksi Forward yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai satu tahun, hukumnya
haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan
( u a adah) dan penyerahaannya dilakukan di kemudian hari, padahal
harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai
yang disepakati, keecuali hal itu dilakukan dalam bentuk forward
agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
c. Transaksi Swap yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas
dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara
penjualan valas yang sama dengan harga forward, hukumnya haram,
karena mengandung unsur maysir (spekulasi) disamping persyaratan
naqdan (tunai) yang ditetapkan nabi dalam pertukaran (sharaf) mata
uang.
d. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal
akhir tertentu, hukumnya haram, karena mengandung unsur maysir
(spekulasi).
5. Penjualan
saham-saham
halal
berdasarkan
pandangan
yang
mengkategorikannya sebagai aset produktif dan barang-barnga hasil
pertanian dan tambang yang halal dibolehkan untuk diperdagangkan baik
secara Spot maupun Forward untuk future trading selama dalam rangka
8
hedging dan bukan untuk tujuan spekulasi. Sekalipun ada gains (keuntungan)
selama bukan dari transaksi spekulatif maka diperbolehkan.
Persoalan yang menyangkut perdagangan barang komoditi pertanian
(agriculture) yang tidak ada di majelis akad ketika dilakukan transaksi dalam
forward trading, maka hal itu dapat dijelaskan sebagaimana pendapat Sayyid
Sabiq dalam Fiqh Sunnah (II/61) bahwa boleh memperjualbelikan barang
komoditi (hasil pertanian) yang pada waktu dilakukannya akad tidak ada
ditempat, dengan syarat kriteria baik yang menyangkut jenis, kualitas dan
kuantitas komoditi tersebut terinci dengan jelas serta waktu penyerahan
yang pasti. Jika ternyata berbeda, pihak pelaku akad yang tidak menyaksikan
boleh memilih menerima atau tidak. Tak ada bedanya dalam hal ini, pembeli
maupun penjual. Hal ini juga berdasarkan pernyataan Ibnu Umar bahwa ia
melakukan jual-beli Usman, miliknya yang ada di Wadi dengan milik Usman
yang ada di Khaibar.
Apabila commodity future trading dikaitkan dengan muamalat
perdagangan agribisnis jenis hasil bumi maka dapat dianalogikan (diqiyaskan)
de ga t a saski akad jual beli sala
. “ala
e u ut “ayyid “abi adalah
penjualan komoditi tertentu yang masih dalam kewajiban penyerahannya
yang akan datang dengan pembayaran segera (tunai). Dalam hal ini Nabi
be sabda: Ba a g siapa ya g
elakuka
salaf (salam), maka hendaklah
dengan takaran yang tertentu, timbangan yang tertentu dan sampai masa
te te tu.
H‘.Muttafa
Alaih
Pa a ula a sepakat bolehnya salam
sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mundzir.
Pola transaksi Salam tidak termasuk ijon yang mengandung uns ur
gharar (ketidakpastian) karena tidak adanya kriteria barang yang akan
diserahkan secara jelas dan tidak termasuk larangan hadits riwayat Ahmad
9
dan Shabus Sunan yang mengatakan Ja ga lah ka u
e jual ko oditi
ya g tidak ada pada u . La a ga tersebut ditujukan untuk seseorang yang
menjual komoditi yang ia pada hakekatnya tidak mampu menyerahkannya
dan menjual yang tidak ia kuasai untuk menjualnya. Sementara jual beli
komoditi hasil pertanian dan perkebunan yang memenuhi persyaratan
syariah sebagaimana disebutkan di atas tidak termasuk yang dilarang Islam.
Masalah pengalihan atau penjualan kontrak commodity future
trading kepada pihak lain selain pembeli pertama pada prinsipnya
diperbolehkan selama memenuhi persyaratan syariah diantaranya; 1. seizin
an taradhin) dari penjual pertama komoditi untuk menyerahkan barang
kepada pembeli akhir, 2. objek transaksi (barang komoditi) benar-benar ada
dan sebagai underlying asset. 3. menghindari spekulasi yang mengarah
kepada gambling.
Adapun perdagangan berjangka indeks saham (stock indices futures)
yang hakekatnya tidak terlepas dari hukum jual beli saham. Secara prinsip
transaksi tersebut sebagaimana jual beli aset produktif investasi yang tidak
ada larangan dalam syariah selama memenuhi kriteria syariah. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa jual beli saham sebagai instrumen asset investasi
yang tidak sesuai dengan syariah Islam itu menyangkut tiga hal yang menjadi
criteria pasar modal syariah yakni 1. Investasi dengan cara spekulasi, 2.
Investasi yang tidak sesuai dari segi instrumennya, 3. Investasi yang tidak
sesuai dari segi asset/operasional emiten yang bersangkutan. Salah satu
indeks saham yang sesuai syariah dari aspek operasional emitennya terdaftar
dalam Jakarta Islamic Index (JII) terdiri sekitar 250 saham.
Investasi dengan cara spekulasi ialah adanya sikap berjudi atau
untung-untungan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya
seraya merugikan investor lainnya. Spekulasi ini dilakukan antara lain melalui
10
margin trading, short selling dan option dengan mengharapkan capital gain
melalui transaksi spekulatif. Namun demikian tidak semua harapan
keuntungan melalui capital gain dapat dikategorikan termasuk spekulasi.
Sedangkan margin trading, short selling dan option dilarang karena Islam
tidak memperbolehkan seseorang untuk menjual sesuatu yang tidak
dikuasainya. Selain itu pula adanya larangan berbisnis dengan cara untung untungan (maysir).
Investasi yang tidak sesuai dengan syariah Islam dari segi
instrumennya ialah yang memberikan keuntungan melalui mekanisme
pembayaran bunga (interest), seperti pada obligasi karena merupakan salah
satu bentuk praktek riba.
Investasi ke dalam perusahaan-perusahaan yang memilki aset atau
mekanisme operasional yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Industriindustri tersebut ialah yang bergerak dalam bidang: Minuman keras,
narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif beserta derivatifnya; Makanan
haram dan derivatifnya; Pornografi dan seni mempamerkan keindahan tubuh
wanita; Prostitusi; Perjudian; Perusahaan-perusahaan yang menjalankan
usahanya dan memberikan serta memperoleh keuntungan melalui bunga
(interest); Industri senjata yang secara jelas produknya digunakan untuk
melawan dunia Islam atau kaum muslimin. (Lihat: William Clark, Islamic
Securities Market: Australian Experience, 1997).
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat sejumlah perusahaan publik
yang bergerak dalam bidang minuman keras dan pembungaan uang,
sedangkan makanan haram dan perjudian biasanya tidak menjadi core
business mereka. Adapun industri pornografi, prostitusi pembuatan dan
pemasaran senjata, tidak listed di BEI.
11
Sedangkan yang tidak diperkenankan dari segi operasionalisasi
perusahaan publik tersebut ialah perilaku bisnis yang mencerminkan praktikpraktik penipuan, Penimbunan barang (ihtikar), permainan harga (najasy),
monopoli dan oligopoli yang bersifat kartel.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat pula sejumlah perilaku atau cara
yang dilakukan oleh mereka yang menerjuni dunia pasar modal. Perilaku
tersebut tidak dapat dibenarkan, baik dalam pandangan Islam maupun etika
bisnis pada umumnya. Bahkan regulasi di dalam pasar modal itu sendiri telah
melarangnya, berikut sangsi-sangsi yang dapat dikenakan kepada pelakunya.
Pelaku dari cara-cara yang tidak dibenarkan ini bisa jadi adalah para investor,
penasehat investasi, pialang (broker), akuntan publik, appraisal, internal
emiten itu sendiri, maupun yang lainnya. Perbuatan-perbuatan ini mungkin
dilakukan seorang diri atau saling bekerja sama antar pihak-pihak tersebut,
demi meraup keuntungan yang tidak jarang cukup fantastis. Cara-cara
tersebut ialah:
Margin Trading, Short selling, Insider trading, Corner,
Window Dressing (rekayasa pembukuan).
Margin trading berarti perdagangan saham melalui pembelian saham
dengan uang tunai dan meminjam kepada pihak ketiga untuk membayar
tambahan saham yang dibeli. Harapan pembeli margin untuk mendapatkan
keuntungan yang berlipat ganda dengan modal yang sedikit. Bapepam-LK
melarang manajer investasi reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
untuk terlibat dalam pembelian efek secara margin. Larangan yang sama
dikenakan kepada pengelola reksa dana berbentuk perseroan berdasarkan
Keputusan Ketua Bapepam-LK.
Short selling ialah penjualan saham yang dimiliki penjual short, saham
yang dijual secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak
ketiga. Penjual short meminjam saham dengan harapan membeli saham
12
tersebut nantinya pada
harga yang rendah dan secara simultan
mengembalikan saham yang dipinjam, juga memperoleh keuntungan atas
penurunan harganya. Secara umum UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal pada Peraturan V.D.3 melarang perusahaan efek menerima pesanan
jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham. Sedangkan Keputusan Ketua
Bapepam nomor Kep-07/PM/1997, peraturan Nomor IV.B.1 pada nomor
12.g. melarang manajer investasi reksa dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif untuk terlibat dalam pembelian efek yang belum dimiliki (short sale).
Larangan yang sama dikenakan kepada pengelola reksa dana berbentuk
perseroan berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-19/PM/1996
nomor 12.g.
Dalam hal ini perlu kiranya diketahui adanya beberapa perbedaan
yang signifikan antara perdagangan saham dan future commodity adalah:
1. Pada
pembelian
saham
umumnya
akan
memperoleh
kepemilikan
(ownership), namun pada pembelian futures tidak berhak atas kepemilikan
underlying asset sampai si pembeli memutuskan untuk menyerahkan saat
berakhirnya kontrak. Umumnya para pemain futures jarang sekali menahan
kontraknya sampai saat penyerahan (delivery) dan mereka menjual
kontraknya sebelum jatuh tempo.
2. Fasilitas leverage (dengan menggunakan hutang) umumnya lebih besar pada
pasar futures dibandingkan dengan pasar saham. Pada pasar saham hanya
sebagian kecil saja transaksi yang menggunakan fasilitas margin, sedangkan
pada futures semua jenis futures contract dapat memperoleh margin.
3. Pada transaksi saham atas penggunaan fasilitas margin biasanya dikenakan
bunga yang hal ini tidak berlaku dalam pasar modal syariah sedangkan pada
futures tidak dikenakan biaya atas margin, karena jenis kontrak ini adalah
jenis kontrak yang ditunda penyerahannya (deferred delivery contract).
13
4. Fluktuasi harga pada pasar saham umumnya tidak dibatasi (di Bursa Efek
Jakarta, suatu saham otomatis akan disuspen dalam perdagangan jika dalam
satu hari telah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 50%). Pada
bursa futures, kontrak umumnya memiliki batas harian harga dan transaksi
tidak dapat dilakukan setelah mencapai batas tersebut, dan baru diteruskan
keesokan harinya.
Perdagangan interest rate dalam bursa apapun dan segala transaksi
berbasis bunga apapun bentuknya tidak diperkenankan dalam muamalah
Islam, sehingga wajib untuk dihindari oleh para pelaku bisnis syariah.
E. Kesimpulan
Dari uraian yang cukup panjang di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas perdagangan pada bursa berjangka tidak semuanya bertentangan
dengan rambu-rambu Islam seperti yang disebutkan dalam poin D di atas .
Bahkan penulis merasa bahwa perdagangan di bursa berjangka ini nantinya
akan bermanfaat dalam beberapa hal, di antaranya sebagai sarana lindung
nilai dari terjadinya volatilitas harga yang ekstrem di pasaran, dan juga
sebagai alternatif investasi bagi kalangan muslim yang memiliki dana
berlebih dan disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat
memacu perputaran roda ekonomi, terutama di negara-negara muslim.
F. Referensi
Karim, A. Adiwarman, SE., MBA., MAEP., Bank Islam: Analisis Fiqh dan
Keuangan, Edisi Keempat, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta 2010.
http://ustadzsbu.blogspot.com/2009/04/hukum-bursa-berjangka-futuremarket.html
http://www.ifnforums.com/pdf/CMH.pdf
14