BAB II PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK A. Tinjauan Umum Akta Otentik 1. Pengertian Akta dan Akta Otentik - Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris Berdasarkan Putusan No. 51 Pk/Tun/2013

BAB II PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK A. Tinjauan Umum Akta Otentik

1. Pengertian Akta dan Akta Otentik

  Menurut pendapat S. J. Fachema Andrea, akta berasal dari bahasa latin yaitu

  42

  “geschrift” yang berarti surat. Sedangkan menurut R. Subekti dan R. Tjitro Sudibio, kata akta berasal dari kata “acta” yang merupakan bentuk jamak dari kata “actum”,

  43 yang berasal dari bahasa latin yang berarti perbuatan-perbuatan.

  Menurut pendapat umum, akta mempunyai dua arti yaitu :

  1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)

  2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai hukum

  44 tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.

  Menurut pandangan Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak

  45 atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.

  Akta merupakan tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Dalam Hukum (Acara) Perdata (Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 1868 KUH perdata), alat bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum terdiri atas: 42 43 Pasal 1868 Undang – Undang Hukum Perdata 44 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op.Cit.hal 38.

  Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat , MKn Unud Bali, 2014, hal 67.

  Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya 45 R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta, Intermasa, 1980), hal. 29.

  

22 a. Bukti tulisan;

  b. Bukti dengan saksi-saksi;

  c. Persangkaan-persangkaan;

  d. Pengakuan;

  46 e. Sumpah.

  Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sejalan dengan pendapat Philipus M. Handjon bahwa syarat suatu akta otentik yaitu:

  a. Didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang (bentuknya baku) b. Dibuat oleh dan dihadapan Notaris.

  Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada tiga (3) unsur esensilia agar terpenuhinya syarat formal dalam akta otentik yaitu : a. Di dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang

  b. Dibuat dihadapan Notaris

  c. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu

  47 dan ditempat akta itu dibuat.

  Otentik tidaknya suatu Akta (otensitas) tidaklah cukup jika akta tersebut dibuat oleh atau di hadapan Pejabat (Notaris) saja, namun cara membuat akta otentik

  48

  tersebut haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Fungsi 46 47 Wordpress.com, Otensititas Suatu akta Otentik, diakses 20 Juli 2016.

  

Habib Adjie, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, Mondar maju Bandung , 2009.hal 43 48 Paragraf V Penjelasan UUJN akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena pada proses peradilan berdasarkan hukum acara pidana, di dalamnya terdapat proses pembuktian, yang menekankan pada alat-alat bukti yang sah menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), antara lain : Keterangan saksi; Keterangan ahli;

49 Surat; Petunjuk; Keterangan terdakwa.

  Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, yang dimaksud dengan akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Menurut ketentuan pasal ini, sebuah akta dapat dikatakan otentik apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

  a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;

  b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud pembuatan akta tersebut; c. Dibuat di wilayah notaris berwenang.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa pasal 1868 KUHPerdata menyatakan “akta yang dibuat oleh atau dihadapan” menujukkan adanya 2 (dua) golongan bentuk Akta Notaris yaitu :

  1. Akta yang dibuat oleh (door) Notaris atau yang dinamakan Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke akten). Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke Akten) merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik 49 Mkn-Unsri, blogspot.com, diakses 26 Juni 2016 suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat didengar dan disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni Notaris sendiri didalam menjalankan jabatannya untuk dituangkan dalam Akta Notaris. Akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu dinamakan Akta yang dbuat oleh ( door ) Notaris (sebagai Pejabat Umum).

  2. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan Akta partij (partij-akten) atau disebut juga Akta para pihak.Akta partij atau akta pihak (partij akten) merupakan berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang dihadapan Notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan Notaris agar keterangan atau perbuatan itu dikonstair oleh Notaris didalam suatu Akta Otentik. Akta seperti itu dinamakan Akta yang dibuat dihadapan Notaris (

  50 ten overstaan ) atau Akta Partai/Akta para pihak.

  Perbedaan di atas sangat penting dalam kaitannya dengan pembuktian sebaliknya terhadap isi akta. Dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut palsu. Sedangkan pada partij akta, isi akta dapat digugat tanpa menuduh kepalsuannya dengan menyatakan bahwa keterangan dari pihak tidak benar. 50 Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2007), hal 51-52. Pembuatan akta, baik relaas akta partij akta menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta otentik yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada maka pejabat umum tidak akan membuat akta yang dimaksud.

  Akta otentik mempunyai nilai pembuktian yang sempurna, kesempurnaan Akta Notaris sebagai alat bukti tidak perlu dinilai atau ditafsir lain selain yang tertulis dalam akta tersebut, sedangkan akta dibawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari

  51

  pihak lain, jika para pihak mengakuinya maka akta dibawah tangan mempunyai

  52

  pembuktian yang sempurna sebagai Akta otentik. Jika salah satu pihak tidak mengakuinya maka beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal Akta tersebut dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada

  53 hakim.

2. Syarat- Syarat Sah Suatu Akta

  Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris bentuknya sudah ditentukan

  54

  dalam Pasal 38 UUJN. Adapun unsur-unsurnya meliputi sebagai berikut :

  1. Awal ( permulaan/kepala) akta Pecantuman judul akta, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris ditentukan dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN. 51 M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum Acara Perdata Setengah Abad , (Jakarta: Swa Justitia, 2004), hal 145. 52 53 Pasal 1875 KUHPerdata 54 M. Ali Budiarto. Op. Cit. hal 136 Habis Adjie, “Sanksi Pedata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik”,

  PT. Refika Aditama, Bandung 2009, hal 49.

  2. Komparisi Suatu pencantuman identitas klien/orang para penghadap/pihak yang ada didalam akta, yang mana nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan atau jabatan dan tempat tinggal setiap penghadap serta Nomor KTP/identitas harus jelas

  3. Premise (recitals) akta Premise/premitio (bahasa latin) sebagai pendahuluan/ditafsirkan sebagai keterangan atau pernyataan awal dari sebuah isi akta atau juga merupakan alasan atau latar belakang tersebut.

  4. Isi/badan akta Merupakan formulasi keinginan para pihak yang membuat akta yang diuraikan dalam kata atau kalimat atau bahasa hukum yang dimengerti oleh para pihak atau pihak lain yang suatu ketika membaca akta tersebut.

  5. Akhir/penutup akta Uraian tentang keharusan para notaris yang membacakan akta yang dibuat dihadapannya kepada (para) penghadap, para saksi dan sebagainya demikian pula uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penterjemah akta apabila ada. Pencantuman nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan/jabatan,

  55 kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.

  56 Syarat materill akta diatur dalam Pasal 1320 KUHperdata yaitu :

  55 56 Habib adjie, Ibid.

Pasal 1320 KUHPerdata

  1. Adanya kesepakatan dua belah pihak, maksud kata sepakat adalah kedua belah pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam kontrak.

  2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azas dalam ilmu hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/dewasa dan sehat pikirannya.

  Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan perempuan 19 tahun.

  3. Adanya objek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau barang yang jelas

  4. Adanya kuasa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.

3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan

  Akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara dibawah tangan, mempunyai nilai pembuktian suatu akta meliputi : a. Kekuatan pembuktian lahir (pihak ketiga)

  Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik. Mengingat sejak awal yaitu sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui proses sesuai dan memenuhi ketentuan pasal 1868 KUHPerdata Jo Undang-Undang 2 Tahun 2014 (atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement of Notaris Ambt in

  Indonesia).

  Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada

  57 akta/surat dibawah tangan (Vide Pasal 1875 KUHPerdata).

  Penyangkalan atau pengingkaran bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus dilakukan melalui upaya gugatan ke Pengadilan. Penggugat harus dapat membuktikan

  58 bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta Notaris.

  b. Kekuatan pembuktian formil Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formil akta otentik menjamin kebenaran :

  1. Tanggal ;

  2. Tanda tangan ;

  3. Komparan, dan ; 4. Tempat akta dibuat.

  c. Kekuatan pembuktian material Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum ( yuridis) isi dari akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang, 57 Tesis Dewangga Bharline, “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan UU ”, UNDIP 2009, hal 74.

  No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris 58 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ,Op. Cit. hal. 72.

  yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya (termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah yang dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee” artinya akta itu benar mempunyai kekuatan pembuktian materiil. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam

  Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah maka akta otentik itu berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang membuat

  59

  akta itu. Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik sebagai alat bukti, maka ia harus membuktikan kebalikannya.

  60 d. Tanggung jawab kepada kode etik jabatan.

B. Komparisi Dalam Akta Otentik

  Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti “Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat / dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.

  Komparisi berasal dari kata “Comparatn” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi

  61 tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.

  Komparisi adalah uraian tentang posisi (kedudukan) seseorang menghadap seorang Notaris, apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai wakil orang lain ataupun dalam kedudukan sendiri.

  Menurut Lumban Tobing mendefinisikan komparisi adalah keterangan- keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas permintaan siapa dibuat 59 60 G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 1999), hal.1. 61 Tesis Dewangga Bharline, Op. Cit.

  Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Mei 2016.

  62

  berita acara. Orang yang menghadap dinamakan comparant (komparan) dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “penghadap” atau yang “hadir” atau “yang menghadap”.

  Para Penghadap harus dikenal atau diperkenalkan kepada Notaris, hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (2) UUJN yang menyebutkan sebagai berikut “Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang sanksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2

  63 (dua) penghadap lainnya".

  Dalam perkembangan selanjutnya ternyata pemakaian istilah komparisi ini dipakai lebih meluas sampai menjangkau ke pejabat umum yang dinamakan Notaris, bahkan sekarang ini ada kesan seakan-akan perkataan komparisi ini khusus berlaku

  64 sebagai istilah tekhnis hukum bagi dunia notariat.

  Dewasa ini perkataan komparisi dapat diartikan sebagai “cara bagaimana merumuskan dengan kalimat-kalimat yang jelas dengan kualitas apa seseorang itu menghadap Notaris agar dapat jelas diketahui siapa yang menjadi subjek hukum yang terikat atas akibat hukum yang timbul dari perjanjian atau pernyataan yang dimuat

  65 dalam akta tertentu”.

  62 63 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta Erlangga,1983 hal 215. 64 Pasal 39 (2) UUJN 65 M.U. Sembiring, Op. Cit. hal 29.

  Ibid Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014, komparisi terdapat di dalam badan akta yang terdiri dari: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan / atau orang yang mereka wakili misalnya:

  1. Dapat saja orang yang diwakili

  2. Dapat juga merupakan lembaga atau bukan yang diwakili

  66 3. Dapat juga orang karena kedudukan diwakili.

  Sapaan dalam komparisi umumnya; Tuan, digunakan untuk setiap laki-laki dewasa yang belum, atau sudah pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita yang bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum bersuami; Wanita, untuk anak atau perempuan yang sudah berumur tetapi belum

  67 bersuami.

1. Syarat dan Fungsi Komparisi

  Syarat sahnya suatu perikatan dilihat juga dari kitab Undang-Undang Hukum Perdata karena syarat sahnya perjanjian dalam perikatan yang dibuat oleh Notaris harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1320, jika tidak memenuhi hal tersebut maka dalam perikatan dianggap cacat hukum. UUJN cenderung kedalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata maka dalam membuat komparisi harus memenuhi semua persyaratan yang terdapat dalam UUJN dengan Kitab Undang-Undang Hukum

  66 67 UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .

  Paulus J.Soepratignja, Op. Cit. hal.43. Perdata. Dari kesimpulan diatas maka dalam membuat komparisi maka syarat subjektif, yaitu: a. Adanya kesepakatan,

  b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320 KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas permintaan pihak-pihak tertentu, maka dapat di batalkan.

  Adapun komparisi terdiri dari :

  a. Identitas para pihak yang membuat akta Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harus memuat:

  1. Nama Lengkap yaitu nama harus sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau akta kelahiran atau identitas lainnya, tidak boleh menggunakan nama panggilan, nama kecil nama samaran, atau inisial.

  2. Tempat dan Tanggal Lahir yaitu harus sesuai dengan kebenarannya, harus disesuaikan antara KTP dengan akta kelahiran

  3. Kewarganegaraan yaitu harus sesuai dengan KTP dan dokumen lain misalnya kartu keluarga.

  4. Pekerjaan yaitu dilihat dari KTP misalnya pegawai negeri, swasta atau mahasiswa.

  5. Jabatan yaitu dilihat dari pekerjaannya, posisinya sebagai apa, misalnya seorang Direktur, Komisaris, atau karyawan.

  6. Kedudukan yaitu bekedudukan sebagai diri sendirikah atau bertindak mewakili seseorang atau badan hukum sesuai dengan surat kuasa.

  68 7. Tempat Tinggal yaitu sesuai domisili yang ada di KTP.

  b. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan yaitu sebagai berikut :

  1. Untuk diri sesndiri

  2. Selaku kuasa

  3. Dalam jabatan/kedudukan

  4. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua

  5. Sebagai wali

  6. Sebagai pengampu

  7. Perwakilan sukarela 8. Mewakili orang yang sedang tidak ada ditempat (afwezeigheid).

  c. Dasar kedudukan Seseorang yang menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam beberapa kualitas yaitu :

  1. Menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri Artinya dia menghadap adalah kepentingan sendiri, karena itu apa yang dinyatakan atau dijanjikannya berdasarkan akta Notaris tersebut sungguh atas namanya sendiri dan begitu juga akibat hukumnya adalah untuknya atau atas tanggung jawab serta kepentingannya sendiri tanpa melibatkan pihak lain.

  2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga kuasa. 68 UUJN Pasal 38

  Artinya seseorang menghadap Notaris bukan untuk dirinya sendiri tetap atas nama dan untuk orang lain. Karena itu akibat hukum dari perbuatan itu adalah untuk manfaat dan atas tanggungan orang lain itu. Dasar hukum wewenang orang yang menghadap itu mewakili orang lain tersebut adalah lembaga pemberian kuasa. Menurut pasal 1793 KUHPerdata maka ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga) macam kuasa yaitu : a. Kuasa yang diberikan secara lisan

  b. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat secara dibawah tangan c. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat dihadapan notaris

  69 (akta otentik).

  3. Menghadap atau bertindak dalam kedudukan Adapun posisi kedudukan itu antara lain sebagai berikut:

  a. Kedudukan sebagai orang tua mewakili anak dibawah umur atau dibawah pengampuan b. Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili komisaris dan untuk mengetahui siapa Direktur dilihat melalui anggaran dasar PT tersebut. c.Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus.

  4. Dengan bantuan atau persetujuan, karena memerlukan persyaratan khusus, misalnya : 69 M.U.Sembiring, Op. Cit, hal 30. a. Suami/istri yang hendak menjual harta bersama

  b. Anak dibawah umur, dapat membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu dibantu oleh orang yang seharusnya memberi ijin kawin c. Direktur PT yang dalam melakukan tindakan hukum tertentu memerlukan bantuan atau persetujuan seseorang atau dua orang komisaris sesuai dengan ketentuan anggaran Dasar PT.

  5. Lebih dari satu/peran ganda misalnya disamping bertindak”

  a. Untuk diri sendri juga

  70 b. Sebagai pemegang kuasa lainnya seperti pemegang saham.

  d. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Bertindak Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak (handelingsbevoegd) dan kecakapan bertindak (handelingsbekwaam). Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUH

  Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki kewenangan hukum. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum.

  e. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan dalam kontrak/perjanjian yaitu para pihak akan bertanggung jawab terhadap

  71 perbuatan hukum dalam perjanjian yang dibuatnya. 70 Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik Sebagai Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari Hukum Pembuktian ”,FH UI, 2009, hal 42. 71 Blog Arif Indra Setyadi, Op. Cit..

  Komparisi mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :

  a. Menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta

  b. Dalam kedudukan apa dan berdasarkan apa kedudukan yang bersangkutan bertindak c. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum yang disebutkan didalam akta dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan

  72 dalam akta.

  73 Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah perbuatan dengan mana

  satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam hal ini, kedua belah pihak telah menyetujui untuk melakukan suatu perjanjian tanpa adanya paksaan maupun keputusan yang hanya bersifat sebelah pihak.

  Hukum perjanjian dikeluarkan dengan tujuan agar semua proses kerjasama yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Hukum Perjanjian dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama, ketika mereka sepakat untuk melakukan kerjasama dengan disertai beberapa syarat yang telah disepakati maka pada saat itu sudah terjadi Hukum Perjanjian. Hukum Perjanjian terbentuk dengan beberapa asas-asas perjanjian yaitu : 72 73 I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak,cet 2, Bekasi, Kesaint Blanc, 2004, hal 107.

Pasal 1313 KUHPerdata

  1. Asas Personality (kepribadian) Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan melakukan/membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat melalui Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata yang menyatakan seseorang tidak dapat melakukan perikatan melainkan untuk dirinya sendiri dan perjanjian hanya berlaku terhadap pihak yang berbuat. Atau perjanjian tersebut dibuat hanya mengaitkan kedua belah pihak saja dan tidak ada pihak ketiga yang

  74 dirugikan akibat perjanjian tersebut.

  2. Asas Iktikad Baik Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah hukum perjanjian tersebuat dibentuk dengan suatu tujuan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang diharapkan disini adalah kedua belah pihak memberikan seluruh kemampuan, usaha, dan prestasi mereka sesuai dengan yang tertera di dalam surat perjanjian.

  3. Asas Konsensualitas Bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan lain. Maksudnya adalah perjanjian tersebut sudah dinyatakan sah oleh kedua belah pihak dan bukan merupakan suatu perjanjian yang bersifat formalitas belaka.

  4. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-Undang 74 Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata

  Maksudnya adalah perjanjian yang telah dibuat dan sudah disahkan dianggap sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak untuk bertindak sesuai isi perjanjian.

  5. Kebebasan Berkontrak Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatuhan. Azas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Kebebasan yang dimaksud yaitu menyangkut :

  a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

  b. Kebebasan untuk memilih dengan siapa akan melakukan perjanjian

  c. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

  d. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian Apabila azas-azas diatas telah terpenuhi, maka hukum perjanjian dapat dilaksanakan dengan membuat surat perjanjian yang melampirkan identitas kedua belah pihak dan obyek perjanjian, dan dilengkapi dengan materai, apabila obyek perjanjian menyangkut masalah seperti warisan atau jual beli tanah, maka pengesahannya dilakukan dengan melibatkan notaris.

  75

  2. Bentuk-Bentuk Komparisi Pertama : bertindak untuk diri sendiri (Pasal 38 Ayat (3) UUJN) 75 Blog Nurhidayatul Fitri,” Hukum Perjanjian”, diakses 10 Juli 2016.

  a. Peyebutan dalam komparisi yaitu : Tuan : laki-laki dewasa sudah beristri atau belum Nona : perempuan dewasa belum bersuami Nyonya : perempuan dewasa sudah bersuami, perempuan sepeninggal suami, atau perempuan yang sudah pernah menikah Wanita : perempuan belum bersuami, usia lanjut, punya anak/tidak.

  b. Tidak menggunakan singkatan nama (Pasal 42 ayat (1)) atau identitas para pihak harus diketahui oleh Notaris.

  Contoh : Amir MA harus ditulis menjadi Amir Makmur Amin sesuai dengan nama aslinya berdasarkan identitas sesuai KTP.

  c. Pekerjaan, jabatan, kedudukan hanya diambil salah satu yang relevansi dengan perbuatan hukum akta tersebut.

  Contoh : Pekerjaan seperti Pegawai atau Wiraswasta, Jabatan misalnya Direktur dan Kedudukan misalnya mewakili

  76 Contoh kalimat komparisi bertindak untuk diri sendiri :

  Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1990 (lima belas Januari seribu sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 19307270301036. 76 Ibid

  Dalam hal ini menurut keterangannya belum menikah sehingga dalam melakukan

  77 perbuatan hukum dibawah ini tidak memerlukan persetujuan dari siapapun.

  Kedua : Bertindak dalam hal perwakilan atau sebagai kuasa

  Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan pemberian kuasa adalah seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Penerima kuasa diberi wewenang untuk mewakili pemberi kuasa dalam tindakan hukum yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam surat kuasa. Surat kuasa terdiri dari :

  1. Kuasa Otentik Contoh : Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan Akta Kuasa tanggal….., Nomor…,yang dibuat dihadapan Notaris……. Yang salinannya bermaterai cukup diperlihatkan kepada saya Notaris dan fotocopynya dilekatkan pada minuta akta ini.

  2. Kuasa Bawah Tangan Kuasa bawah tangan terbagi dalam 3 bagian yaitu :

  a. Kuasa bawah tangan biasa Contoh : Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat 77 Hadir untuk diri sendiri belum menikah tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

  Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1960 (lima belas Januari seribu sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor 19307270301036. Demikian berdasarkan Surat Kuasa dibawah tangan tanggal 12-02-2012 (dua belas Februari dua ribu dua belas) bermaterai cukup yang aslinya dilekatkan pada minuta akta ini.

  b. Kuasa waarmerking yaitu suatu akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena hanya didaftarkan maka Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi akta tersebut. Contoh : Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980. Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan surat kuasa dibawah tangan tertanggal 01-02-2012 (satu Februari dua ribu dua belas), yang telah diwaarmerking oleh Nita, sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta pada tanggal 10-03-2012 (sepuluh Maret dua ribu dua belas) nomor : 2/waar/2012. Surat tersebut bermaterai cukup dan dilekatkan pada minuta akta ini, kuasa dari dan dengan demikian untuk dan atas nama Nyonya M, lahir di Jakarta pada tanggal 10-10-1982 (sepuluh Oktober seribu Sembilan ratus delapan puluh dua), swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang

  78 Kartu Tanda Penduduk Nomor 1290190880082.

  c. Akta Legalisasi yaitu akta dibawah tangan yang dibuat oleh pihak tetapi penandatanganannya dihadapan Notaris.

  Contoh : Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili guna kepentingan Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980. Demikian berdasarkan surat kuasa dibawah tangan bermaterai cukup tanggal….yang dilegalisasi oleh saya Notaris dengan Nomor….yang aslinya dijahitkan bertindak berdasarkan pada minuta akta ini.

  3. Kuasa Legalisir Contoh : 78 Dalam hal menjual rumah, surat persetujuan istri/suami harus dilekatkan dalam minuta akta

  Menurut keterangannya dalam hal ini surat kuasa dibawah tangan tanggal…..,, yang dilegalisasi oleh saya Notaris dibawah Nomor……….bermaterai cukup yang aslinya dijaitkan dalam minuta akta ini.

  4. Kuasa Lisan Contoh : Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan kuasa lisan dan bertanggung jawab penuh selaku kuasa untuk dan atas nama Tuan B, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

79 Ketiga :Bertindak sebagai perwalian

  Pasal 345 KUH Perdata: Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak yang belum dewasa atau belum nikah, demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, jika orang tua terlama hidup tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang walinya.

  Contoh : Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara 79 Isnaland.blogspot.com diakes 10 Juli 2016

  Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

  Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ibu dan oleh karena itu dengan sedirinya menurut Undang-Undang wali dari anaknya yang masih dibawah umur bernama C, bertempat tinggal bersama dengan ibunya, demikian

  80 karena ayahnya telah meninggal dunia.

  Mengingat dengan adanya Pasal 50 ayat 1 UUP No.1 Tahun 1974: Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah kekuasaan wali. Pada dasarnya orang tua yang hidup terlama secara otomatis atau demi hukum merupakan wali dari anaknya yang belum dewasa.

  Contoh : Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia,, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12765678980889.

  Menurut keterangannya dalam melakukan perbuatan hukum ini bertindak selaku wali dari anak yang belum dewasa/masih dibawah umur yang bernama Nona Bella, lahir di Medan pada tanggal 05-07-2000 (lima Juli dua ribu), pelajar. Demikian berdasarkan Penetapan Wali yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama/ Pengadilan 80 MU Sembiring, Op. Cit, hal 93

  Negeri …… Nomor : …… tertanggal …… , asli surat mana dilekatkan pada

  81 minutanya akta ini.

  Perwalian Orang Tua yang Hidup Terlama

  Contoh : Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

  Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang hidup terlama dan karenanya demi hukum selaku wali ayah/ibu dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama anak dibawah umur bernama Debora, lahir di Medan pada tanggal 11-02-

  82 2005 (sebelas Februari dua ribu lima), pelajar bertempat tinggal bersama ibunya.

83 Wali Berdasarkan Wasiat

  Contoh : Tuan Anton, lahir di Jakarta tanggal 02-05-1870 (dua Mei seribu delapan ratus tujuh puluh), Swasta, bertempat tinggal di Jalan Kebayoran lama No,6 Jakarta Pusat, Kelurahan Jati, Kecamatan Jatibening, Warga Negara Indonesia, pemegang Kartu tanda Penduduk Nomor 12476802051870112.

  81 82 Teknik pembuatan Akta, blogspot.notaril.com diakses 25 Juni 2016 83 Habib Adjie, “Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris”, Op. Cit hal 46 Wali Berdasarkan Wasiat

  Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan pengangkatan oleh almarhum dengan wasiatnya yang dimuat dalam akta wasiat tertanggal 10-05-2000 (sepuluh Mei dua ribu) Nomor 56.

  

84

Keempat : Bertindak sebagai pengampu

  Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12765678980889.

  Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindak sebagai pengampu (curator) dari dan karena itu untuk dan atas nama ……….., yang telah ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan surat “Penetapan” Pengadilan Negeri Medan tertanggal………dan berdasarkan surat “penetapan” tersebut penghadap telah

  85 diangkat sebagai pengampu. Surat “Penetapan” bermaterai cukup.

  Kelima : Kepengurusan Badan Hukum

  a. Tindakan Persero pengurus dari sebuah CV

  Commanditaire Vennootschap

  (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang-

85 MU. Sembiring, Op.Cit. hal 99

  Undang Hukum Dagang atau KUHD). Dan penghadap dalam melakukan perbuatan hukum adalah CV sebagai persekutuan aktif dari PT, yaitu direktur.

  Contoh : Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 1270981510701345.

  Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan

86 Notaris…,Nomor….,tertanggal….

  b. Tindakan pengurus dari sebuah CV

  Commanditaire Vennootschap

  (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang atau KUHD). Artinya komanditer bertugas :

  1. Mengurus CV 86 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Op. Cit hal 54.

  2. Berhubungan dengan pihak ketiga 3. bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

  Dalam hal ini melakukan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan (CV) baik dengan atau tanpa pemberian kuasa, maka berlaku pasal 21 KUHD bahwa bertanggung jawab secarang tanggung renteng untuk keseluruhan terhadap semua utang dan perikatan.

  Contoh : Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 1270981510701345.

  Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan Notaris…,Nomor….,tertanggal….

  c. Kepengurusan Firma Contoh : Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

  Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 1270981510701345.

  Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai persero pengurus Direktur dan oleh karena itu untuk dan atas nama firma yang berkedudukan di…., yang didirikan dengan akta tertanggal…Nomor…yang dibuat dihadapan Tuan

  A, sarjana hukum, notaris di….. dan oleh karena ittu berhak melakukan perbuatan

  87 hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 6 anggaran dasar perseroan.

  d. Kepengurusan Perseroan Terbatas Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 1270981510701345.

  Menurut ketrangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Direktur yng mewakili Direksi karena itu untuk dan atas nama PT…., berkedudukan di… yang didirikan dengan akta tertanggal…Nomor….diperbuat dihadapan Tuan b, Sarjana Hukum, Notaris di….dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman republic Indonesia dengaan surat penetapan tertanggal…, Nomor…., dan diumumkan dalam “Tambahan Berita Negara republic Indonesia” tanggal….,Nomor….., dan untuk melakukan perbuatan hukum yang disebut dalam akta ini berwenang sesuai

  88 dengan ketentuan pasal…dari anggaran dasar perseroan tersebut. 87 88 MU Sembiring, Op. Cit. hal 104 MU Sembiring, Op. Cit. hal 111 d. Kepengurusan Yayasan Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 1270981510701345.

  Dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ketua dari dan selaku demikian berdasarkan ketentuan pasal…..anggaran dasarnya sah mewakili pengurus dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama Yayasan yang berkedudukan di ……, dan berkantor dijalan…….,Nomor….

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Disiplin Kerja dan Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan di PT Alfa Scorpii Medan

0 9 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Disiplin Kerja dan Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan di PT Alfa Scorpii Medan

0 2 10

2.1 Mikrokontroler Arduino UNO - Rancang Bangun Alat Ukur Ketinggian Air Pada Wadah Berbasis Arduino Uno Menggunakan Bazzer Dan Sensor Ultrasonik Hc-Sr04

3 5 16

RANCANG BANGUN ALAT UKUR KETINGGIAN AIR PADA WADAH BERBASIS ARDUINO UNO MENGGUNAKAN BAZZER DAN SENSOR ULTRASONIK HC-SR04 TUGAS AKHIR - Rancang Bangun Alat Ukur Ketinggian Air Pada Wadah Berbasis Arduino Uno Menggunakan Bazzer Dan Sensor Ultrasonik Hc-Sr04

0 2 15

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital - Implementasi dan Deteksi Pola Wajah Pada Citra Digital Menggunakan Skin Color dan K-Means Clustering

0 0 11

B. Artritis Reumatoid Pain Scale Skala Nyeri Artritis Reumatoid No. Pertanyaan Selalu Sering Kadang- kadang Jarang Tidak pernah 1. Saya merasakan nyeri yang sangat pedih? 2. Saya merasakan nyeri yang amat sangat hebat? 3. Saya merasakan sangat lelah denga

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rheumatic (Rematik) 2.1.1 Definisi Rheumatic - Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 10

Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 16

BAB 2 LANDASAN TEORI - Optimalitas Pengalokasian Tenaga Kerja Unit Galangan Kapal (Ugk) Dengan Human Factor Engineering Di Pt. Pelabuhan Indonesia I (Pt. Pelindo I)

0 0 30