BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rheumatic (Rematik) 2.1.1 Definisi Rheumatic - Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rheumatic (Rematik)

2.1.1 Definisi Rheumatic

  Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (encok), artritis (radang sendi) ada 3 jenis artritis yaitu yang paling sering diderita adalah

  osteoartritis, arthritis gout, dan arthritis reumatoid yang menyebabkan pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.

  Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak.

  Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Jenis penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua dikenali sebagai penyakit autoimun karena terjadi apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Jenis penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah Artritis Reumatoid, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan scleroderma.

  Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta menyebabkan

  11 jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin lama akan semakin parah.

2.1.2 Jenis-jenis Rematik

  Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular.

  Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang berlokasi pada persendian. diantarannya meliputi artritis reumatoid, osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis, fibrositis dan sciatica (Syaifuddin, 2006).

  Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:

  1. Osteoartritis Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.

  2. Artritis Reumatoid Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

  Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

  3. Olimialgia Reumatik Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.

  4. Artritis Gout (Pirai) Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

2.1.3 Etiologi

  Etiologi Artritis Reumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009). Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah:

  1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009). Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.

  2. Jenis Kelamin Wanita lebih sering terkena Artritis Reumatoid pada lutut dan sendi, dan lelaki lebih sering terkena Artritis Reumatoid pada paha, pergelangan tangan dan leher.

  Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi Artritis Reumatoid kurang lebih sama pada lelaki dan wanita tetapi usia diatas 50 tahun frekuensi Artritis Reumatoid lebih banyak pada wanita dari pada pria, hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis Artritis Reumatoid. Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.

  3. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Artritis Reumatoid, faktor usia adalah yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid hampir tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan lebih banyak pada umur diatas 60 tahun.

  4. Suku Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada Artritis Reumatoid nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya Artritis Reumatoid pada paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada orang- orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. Insidensi dan prevalensi AR bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara.

  5. Riwayat Atropi Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendon, paling sering di tangan. Artritis Reumatoid juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi.

  Hal ini dapat rerjadi secara simetris berupa inflamasi sendi, bursa dan sarung tendon yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak dan kekakuan sendi serta hidrops ringan.

  6. Faktor Infeksi Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit Artritis Reumatoid.

  7. Masa Kerja Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah bertahun- tahun dari onset terjadinya.

  8. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.

2.1.4 Patofisiologi

  AR merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi.

  Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik.

Gambar 2.1 Destruksi Sendi Akibat Pannus (Suarjana, 2009)

  2.1.5 Gambaran Klinis

  Gambaran klinik Artritis Reumatoid sangat bervariasi tergantung dari saat kita memeriksa penderita. Variasi sangat luas, mulai dari gejala klinik yang ringan sampai ke tingkat yang sangat berat dimana penderita dalam keadaan cacat dan tidak lagi mampu untuk bergerak.

  Perjalanan penyakit juga sangat bervariasi ada penderita yang dalam waktu singkat menderita penyakit yang berat, tetapi ada pula penderita yang menderita sejak puluhan tahun tetapi tidak menderita cacat yang berat. Pada sebagian besar penderita maka awal penyakit berlangsung secara bertahap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, disertai dengan gejala kelemahan dan kelelahan dan nyeri pada otot dan tulang.

  1. Gejala pada sendi meliputi:

  1. Poliartritis yang nyata pada sendi tertentu yang akan mengalami pembengkakan, nyeri, panas dan kemerahan, serta gangguan fungsi.

  2. Simetris, sendi sisi kiri dan kanan terserang serentak atau berturut-turut.

  3. Sendi yang terserang ialah: tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, panggul, lutut, pergelangan kaki, kaki dan vertebra cervical, temporomandibular dan sendi cricoaritenoid. Sendi tangan yang terserang ialah sendi carpalis, sendi metakarpofalangeal (MCP) dan sendi proksimal interfalang (PIP), sedangkan yang tidak pernah terserang ialah sendi distal interfalang (DIP). Tidak terserangnya sendi DIP ini penting untuk membedakan dengan artritis lainnya (misalnya terhadap osteoartritis).

  4. Kaku pagi (morning stiffness) merupakan ciri khas dari penyakit ini, biasanya berlangsung panjang (lebih dari 1 jam). Makin berat penyakit makin bertambah panjang pula waktu kaku pagi. Setelah masa istirahat lama seperti tidur atau duduk lama selalu diikuti dengan kaku sendi.

  5. Deformitas sendi yang khas dapat ditemukan pada berbagai sendi. Artritis Reumatoid Tangan Gejala awal yang khas dari Artritis Reumatoid pada tangan ialah pembengkakan sendi PIP yang membentuk gambaran fusiform atau spindle-shape.

  Keadaan ini kemudian diikuti dengan pembengkakan sendi metakarpofalangeal (MCP) yang simetrik. Proses peradangan yang lama akan menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak disertai pula dengan subluksasi falang proksimal sehingga menyebabkan deviasi jari-jari tangan ke arah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini selalu disertai dengan deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan memberikan gambaran deformitas zig-zag.

  Pada kasus lanjut dapat terjadi deformitas leher angsa (swan-neck), sebagai akibat kombinasi dan hiper ekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP. Kombinasi dari fleksi sendi PIP dan ekstensi sendi DIP akan menyebabkan deformitas boutonniere. Akibat dan semua ini akan mengakibatkan tangan tidak dapat berfungsi dengan sempurna.

Gambar 2.2. Sendi Metacarpopalangeal dan Proksimal Interfalangeal yang Bengkak pada Penderita Artritis Reumatoid Artritis Reumatoid Pergelangan Tangan Artritis Reumatoid hampir selalu menyerang pengelangan tangan, pada awalnya berupa sinovitis yang dapat diraba, dan pada keadaan lanjut terjadi deformitas sehingga gerakan dorsofleksi pergelangan tangan terbatas (kurang dan 180o). Proliferasi sinovia kearah palmar akan menyebabkan penekanan pada nervus medianus sehingga mengakibatkan terjadinya sindrom carpal-tunnel, berupa parestesi pada aspek palmar ibujari, jari kedua dan ketiga dan aspek radial jari keempat. Artritis Reumatoid Siku Artritis Reumatoid siku menyebabkan pembengkakan dan kontraktur fleksi.

  Keadaan ini sering dijumpai dan menyebabkan kesusahan melakukan aktivitas sehari- hari.

  Artritis Reumatoid Bahu Artritis Reumatoid bahu biasanya terjadi pada tahap lanjut penyakit ini, akibatnya terjadi keterbatasan gerak dan rasa nyeri pada prosesus coracoid bagian bawah dan lateral. Artritis Reumatoid Cervikal

  Artritis Reumatoid cervical menyebabkan nyeri dan kaku tengkuk. Biasanya sendi yang terserang ialah Cl dan C2. Pada keadaan lanjut dapat terjadi subluksasi atlanto-oksipital yang mengakibatkan penekanan pada syaraf spinal dan menyebabkan gangguan neurologik. Artritis Reumatoid Panggul Gejala Artritis Reumatoid pada panggul yang dapat dilihat ialah gangguan jalan dan keterbatasan gerakan sendi, sedangkan pembengkakan dan nyeri sendi sulit diobservasi, penderita hanya merasa tidak enak di lipat paha yang menjalar ke pantat, pinggang bawah dan lutut.

  Artritis Reumatoid Lutut Gejala yang sering terlihat ialah hipertrofi sinovia dan efusi sendi.

  Artritis Reumatoid Pergelangan kaki dan kaki Artritis Reumatoid di daerah ini memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan Artritis Reumatoid tangan. Subluksasi dari ibu jari kaki menyebabkan terjadinya deformitas hammer toe. Disertai dengan deformitas lainnya akan menyebabkan kesukaran dalam menggunakan sepatu normal, sehingga diperlukan sepatu khusus.

  2. Manifestasi ekstra artikuler: a. Kulit: nodul subkutan, vaskulitis.

  b. Jantung: fibrosis penikard, nodus reumatoid di miokand dan katup jantung.

  c. Paru: nodul reumatoid di pleura, efusi pleura, pneumonitis fibrosis interstitiel difusi.

  d. Neurologik: mononeuritis, sindrom carpal-tunnel, kompresi medula spinalis.

  e. Mata: sindrom Sjogren.

  f. Sindrom Felty: splenomegali, limfadenopati, anemia, trombositopenia, dan neutropenia. Kriteria Diagnostik ARA (1987) membuat kriteria diagnostik baru sebagai pengganti kriteria diagnostik yang lama yaitu:

  Kriteria diagnostik untuk Artritis Reumatoid: 1. Kaku pagi minimal 1 jam yang telah berlangsung paling sedikit selama 6 minggu.

  2. Pembengkakan pada 3 sendi atau lebih yang telah berlangsung paling sedikit selama 6 minggu.

  3. Pembengkakan pada sendi pergelangan tangan, metakarpofalangeal (MCP) atau proksimal interfalang (PIP) selama 6 minggu atau lebih.

  4. Pembengkakan sendi yang simetrik.

  5. Gambanan radiologik pada tangan menunjukkan perubahan khas untuk Artritis Reumatoid dan harus disertai erosi dan dekalsifikasi tulang yang tidak rata.

  6. Nodul rheumatoid.

  7. Faktor reumatoid positif dengan menggunakan metode pemeriksaan yang pada orang normal hasil positifnya tidak lebih dari 5%.

2.1.6 Diagnosa Klinis RDiagnosis Artritis reumatoid ditegakkan bila ditemukan 4 kriteria atau lebih.

  Kriteria Remisi Klinik pada Artritis Reumatoid: 1. Lama kaku pagi tidak lebih dari 15 menit.

  2. Tidak ada rasa lemah.

  3. Tidak ada nyeri sendi (dari riwayat penyakit).

  4. Tidak ada nyeri gerakan atau bengkak sendi.

  5. Tidak ada pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi atau sekitar sarung tendon.

  6. Laju endap darah kurang dan 30 mm/jam pada wanita dan 20 mm/jam pada pria (cara Westengren).

  Dinyatakan remisi bila ditemukan 5 kriteria atau lebih selama 2 bulan berturut-turut. Klasifikasi Progresivitas

  1. Derajat I, Awal: a. Pada pemeriksaan radiologik tidak ditemukan perubahan destruktif.

  b. Pada pemeriksaan radiologik dapat ditemukan gambaran osteoporosis.

  2. Derajat II, Sedang:

  a. Pada pemeriksaan radiologik ditemui gambaran osteoporosis, dengan atau tanpa destruksi ringan tulang subkondral dapat ditemukan destruksi ringan rawan sendi.

  b. Tidak ditemukan deformitas, walaupun dapat ditemukan keterbatasan gerak sendi.

  c. Atrofi otot disekitarnya.

  d. Dapat ditemukan lesi jaringan lunak ekstraartikuler, seperti nodul atau tenosivitis.

  3. Derajat III, Berat:

  a. Pada pemeriksaan radiologik selain osteoporosis dapat ditemukan destruksi rawan sendi dan tulang.

  b. Deformitas sendi, seperti subluksasi, deviasi ulnar, hiperekstensi tanpa disertai fibrosis atau ankilosis sendi. c. Atrofi otot yang nyata.

  d. Dapat ditemukan lesi jaringan lunak ekstraartikuter, seperti nodul atau tenosivitis.

  4. Derajat IV, Terminal: a. Fibrosis atau ankilosis sendi.

  b. Kriteria dari derajat III.

2.1.7 Penatalaksanaan Tujuan terapi dari Artritis Reumatoid adalah (1). mengurangi nyeri, (2).

  mengurangi inflamasi, (3). menjaga struktur persendian, (4). mempertahankan fungsi sendi, dan (5). mengontrol perkembangan sistemik.

  1. Obat- obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk Artritis Reumatoid, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

  2. Perlindungan Sendi Artritis Reumatoid mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

  3. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien Artritis Reumatoid yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan Artritis Reumatoid. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

  4. Dukungan Psikososial Dukungan psikososial diperlukan pada pasien Artritis Reumatoid oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien Artritis Reumatoid sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

  5. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien Artritis Reumatoid terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

  6. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan Artritis Reumatoid, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat- obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropi pada sekitar sendi Artritis Reumatoid. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular. Memegang peran penting terhadap perlindungan rawan sendi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

  7. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien Artritis Reumatoid dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit.

2.1.8 Pencegahan

  1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya berat badan diturunkan, sehingga bila kegemukan mengakibatkan beban pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.

  2. Istirahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur pada malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.

  3. Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman segala sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya akan purin misalnya: daging, jeroan (seperti kikil), babat, usus, hati, ampela dan lain-lain.

2.2 Hakikat Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan adalah Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal, Sementara itu, menurut (Notoatmodjo, 2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  Teori Bloom mendefinisikan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam proses belajar seseorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

  Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang diperoleh melalui pengalaman, latihan, atau proses belajar baik secara formal maupun non formal.

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

  Menurut Notoadmojo (2011), tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkatan yakni: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (compherension); (3) aplikasi ; (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi

  (application)

(evaluation) . Pada taksonomi pengetahuan yang baru kategori analisis dan evaluasi

  ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai membuat (create).

  1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Kategori ini meliputi: a. Mengenali (Recognizing) adalah mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru.

  b. Mengingat (Recalling) adalah menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk melakukan hal tersebut. c. Memahami (Understand) adalahmengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Kategori ini meliputi: 1) Menafsirkan (interpreting) adalah mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya.

  2) Memberikan contoh (exemplifying) adalah memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum.

  3) Mengklasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu.

  4) Meringkas (summarising): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan.

  5) Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta.

  6) Membandingkan (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi.

  7) Menjelaskan (explaining): mengkonstruksi dan menggunakan model sebab- akibat dalam suatu sistem.

  2. Mengaplikasikan (applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini meliputi: a. Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. b. Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.

  3. Menganalisis (analyzing): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur- unsur tersebut dan struktur besarnya. Kategori ini meliputi:

  a. Membedakan (differentiating): membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.

  b. Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.

  c. Menemukan pesan tersirat (attributing): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.

  4. Mengevaluasi (evaluation) adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kategori meliputi: a. Memeriksa (checking): menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut).

  b. Mengritik (critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.

  5. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Kategori ini meliputi: a. Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut.

  b. Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah.

  c. Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah.

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

  1. Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

  2. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

  Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

  Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

  3. Pekerjaan Menurut Tarwaka (2004), bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan

  4. Sumber Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan sebagaimana dijelaskan di atas.

  Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choices), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Sedangkan pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.

  Proses seseorang menghadapi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), menjelaskan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru, perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni: Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.3 Landasan Teori

  Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari untuk mencapai produktivitas yang optimal. Salah satu kendala kerja adalah penyakit yang menimbulkan 2 kali lipat kerugian yaitu kerugian waktu kerja dan kerugian dalam biaya pengobatan oleh perusahaan (Silalahi dan Silalahi, 1985).

  Perusahaan mengenal 2 kategori penyakit yaitu akibat kerja dan penyakit umum. Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dimulai dengan pengendalian faktor penyebab penganggu kesehatan kerja. Gangguan ini terdiri dari: (a) beban kerja, (b) beban tambahan oleh faktor-faktor lingkugnan seperti faktor fisik, kimia, biologis dan psikologis, (c) kapasitas kerja atau kualitas karyawan sendiri yang mencakup kemahiran, umur, daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi postur tubuh dan motivasi kerja. Langkah-langkah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari (a) kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja, (b) pengaturan tata cara pencegahan.

  Menurut peneliti faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian Artritis reumatoid adalah suhu, masa kerja, kelembaban, usia, jenis kelamin, riwayat atropi penggunaan alat pelindung diri (APD) sedangkan faktor langsung terhadap kejadian Artritis reumatoid adalah bahan kimia dan lama kontak yang terjadi (Djuanda, 2007). Landasan teori dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 2.3 Kerangka Teori Penelitian

  6. Riwayat Atropi

  Artritis Reumatoid

  5. Faktor mekanisme (tekanan dan gesekan pada kulit)

  4. Pekerjaan

  3. Kontak/paparan

  2. Pendidikan

  1. Lingkungan

  Faktor Eksogen

  9. Penggunaan APD

  8. Pengetahuan

  7. Masa Kerja

  5. Lokasi Kulit

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen

  4. Ras

  3. Usia

  2. Jenis Kelamin

  1. Genetika

  Faktor Endogen

2.4 Kerangka Konsep

  Artritis Reumatoid

  Variabel Dependen

  4. Pemakaian APD

  3. Pengetahuan tentang Artritis Rematoid

  2. Masa kerja

  1. Usia

2.5 Hipotesis

  Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:

  1. Ada hubungan usia dengan Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  2. Ada hubungan masa kerja dengan Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  3. Ada hubungan pengetahuan tentang Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  4. Ada hubungan penggunaan APD dengan Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lesi Kulit Berpigmen Melanositik Jinak - Kesesuaian Antara Klinis dan Dermoskopi Polarisasi Kontak pada Nevus Pigmentosus

0 0 27

BAB II PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDAR UDARA KUALANAMUDELI SERDANG A. Sejarah Ringkas Perusahaan Bandar Udara Internasional Kualanamu (IATA: KNO, ICAO: WIMM) - Peranan Public Relation dalam Meningkatkan Image pada PT. Angkasa Pura II Kualanamu, Deli

0 1 15

Khazanah matematika 2 SMA XI IPS Rosihan dan Indriyastuti

0 2 254

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Laba Melalui Earnings Managment Pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Disiplin Kerja dan Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan di PT Alfa Scorpii Medan

0 9 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Disiplin Kerja dan Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan di PT Alfa Scorpii Medan

0 2 10

2.1 Mikrokontroler Arduino UNO - Rancang Bangun Alat Ukur Ketinggian Air Pada Wadah Berbasis Arduino Uno Menggunakan Bazzer Dan Sensor Ultrasonik Hc-Sr04

3 5 16

RANCANG BANGUN ALAT UKUR KETINGGIAN AIR PADA WADAH BERBASIS ARDUINO UNO MENGGUNAKAN BAZZER DAN SENSOR ULTRASONIK HC-SR04 TUGAS AKHIR - Rancang Bangun Alat Ukur Ketinggian Air Pada Wadah Berbasis Arduino Uno Menggunakan Bazzer Dan Sensor Ultrasonik Hc-Sr04

0 2 15

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital - Implementasi dan Deteksi Pola Wajah Pada Citra Digital Menggunakan Skin Color dan K-Means Clustering

0 0 11

B. Artritis Reumatoid Pain Scale Skala Nyeri Artritis Reumatoid No. Pertanyaan Selalu Sering Kadang- kadang Jarang Tidak pernah 1. Saya merasakan nyeri yang sangat pedih? 2. Saya merasakan nyeri yang amat sangat hebat? 3. Saya merasakan sangat lelah denga

0 0 24